Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PROTOZOA HEWAN

OLEH :

KELOMPOK I

1. NUR AISYAH PANJAITAN


2. MERIANA TUMANGGOR
3. ALYA AMELIA
4. RANGGA SIREGAR
5. LANNI SARUMPAET
6. GILANG GIBRAN HARAHAP
MATA PELAJARAN : BIOLOGI

KELAS : X MIA 7

SMA NEGERI 6 PADANGSIDIMPUAN

TAHUN AJARAN 2019 – 2020


1. Filum Mastigophora (Flagellata)

Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti “bulu cambuk”. Flagellata juga sering

disebut sebagai Mastigophora. Kata “mastigophora” berasal dari bahasa Yunani

yaitu mastig yang berarti “cambuk” dan phoros yang berarti “gerakan”. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Flagellata adalah jenis Protozoa yang memiliki alat gerak berupa

bulu cambuk (flagela).

Flagellata merupakan nenek moyang dari hewan dan tumbuhan. Flagela pada Flagellata

letaknya berada pada ujung anterior tubuhnya. Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela

juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya dan mengumpulkan

makanan dengan cara menghasilkan aliran air di sekitar mulut sehingga makanan dapat

memasuki mulut. Sitoplasma Flagellata dikelilingi oleh pelikel atau pembungkus yang nyata

sehingga memberikan bentuk tubuh yang tetap.


2. Filum Rhizopoda (Sarcodina)

Istilah rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo yang berarti “akar” dan podos yang

berarti “kaki”. Dengan demikian, Rhizopoda berarti kaki yang menyerupai akar. Rhizopoda

merupakan Protozoa yang memiliki alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia). Disebut

pseudopodia atau kaki semu karena terbentuk sebagai hasil penjuluran sitoplasma sel, yang

seolah-olah berfungsi sebagai kaki. Selain untuk bergerak, pseudopodia juga berfungsi untuk

mencari makanan.

Saat ini telah diketahui sekitar 40.000 jenis Rhizopoda atau Sarcodina, yaitu Protozoa yang

bentuknya tidak tetap, selalu berubah-ubah. Salah satu contoh anggota Rhizopoda yang

paling terkenal adalah Amoeba yang dapat hidup di air tawar, air asin, di tanah lembab, dan

beberapa jenis hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.

Ketika bergerak, Amoeba akan menjulurkan pseudopodia dan mengaitkan ujungnya

kemudian mengeluarkan lebih banyak sitoplasma ke dalam pseudopodia. Gerak semacam ini

disebut gerak amoeboid. Dengan adanya kaki semu ini, berarti bentuk sel Rhizopoda

berubah-ubah baik saat diam maupun saat bergerak.


3. Filum Ciliophora (Ciliata/ Infusiora)

Istilah “ciliata” berasal dari bahasa Latin cilia yang berarti “rambut kecil”. Ciliata adalah

Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa rambut getar (silia). Rambut getar inilah yang

menjadi ciri khas Ciliata dan berfungsi sebagai alat gerak serta untuk mencari makan. Ciliata

merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler) dengan bentuk tetap atau tidak berubah.

Terdapat sekitar 8.000 jenis Ciliata yang bergerak dengan cilia (rambut getar) ini dan

kebanyakan hidup di perairan air tawar. Ciliata dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan

distribusi silia, yaitu silia pada sebagian sel saja dan silia yang menyelimuti seluruh bagian

sel. Makanan Ciliata adalah bakteri dan ganggang mikroskopis. Ciliata memperoleh

makanannya dengan cara menggerakkan silia sampai menimbulkan efek pusaran

air sehingga makanan masuk ke pusaran air tersebut.

Ciliata memiliki banyak organel yang terspesialisasi termasuk cilia (tunggal cilium), struktur

mirip rambut pendek di luar tubuhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cilia atau

silia ini ada yang menutupi seluruh permukaan tubuh atau hanya terlokalisasi pada bagian

tubuh tertentu. Pada genus Paramaecium, cilia menutupi seluruh permukaan tubuh.

Sistem koordinasi yang baik pada rambut getar, menyebabkan Ciliata dapat bergerak dengan

cepat, sekitar satu milimeter per detiknya. Walaupun hanya bersel tunggal (uniseluler),

Paramaecium dapat merespon lingkungan sekitar dengan baik. Jika bertemu dengan bahan
kimia berbahaya atau panghalang, sel secara cepat akan mundur dengan gerakan silia

menuju arah yang berbeda.

Ciliata adalah predator yang ulung. Beberapa Ciliata, termasuk Paramaecium dan Didinium,

mampu membuat mangsa mereka tidak bergerak dengan melepaskan jarum-jarum yang

disebut trikosista yang menempel pada tubuh mereka. Mangsa kemudian dibawa ke dalam

struktur mirip mulut dan dicerna pada vakuola yang sewaktu-waktu berfungsi sebagai perut.

Ketika proses pencernaan makanan pada Ciliata telah selesai, maka sisa-sisa hasil

metabolisme akan dikeluarkan melalui eksositosis. Di dalam tubuh Ciliata, air yang

berlebihan akan diakumulasikan di dalam vakuola yang secara periodik (berkala) berkontraksi

untuk mengosongkan cairan melalui lubang yang disebut dengan pori anal.
4. Filum Apicomplexa (Sporozoa)

Istilah Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu spora yang berarti “benih” dan zoa yang

berarti “hewan”. Sporozoa merupakan satu-satunya anggota Protozoa yang tidak memiliki

alat gerak dan bergerak dengan cara meluncurkan tubuhnya dalam medium tempat

hidupnya. Sesuai dengan namanya, Sporozoa memiliki ciri khas yaitu dapat membentuk

spora dalam salah satu tahapan siklus hidupnya.

Terdapat 4.000 jenis Sporozoa yang sebagian besar hidup sebagai parasit pada hewan dan

juga manusia. Tubuh Sporozoa berbentuk bulat atau oval, memiliki nukleus tetapi tidak

memiliki vakuola kontraktil. Bentuk dewasanya tidak mempunyai alat untuk bergerak. Banyak

Sporozoa yang mempunyai daur hidup yang rumit, pada fase tertentu hidup pada suatu inang

dan pada fase yang lain hidup pada inang yang berbeda.

Dalam daur hidupnya, Sporozoa menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara fase
vegetatif dan generatif. Sporozoa yang belum dewasa disebut sporosit yang mudah
berpindah-pindah mengikuti aliran darah. Semua Sporozoa membentuk spora berdinding
tebal ketika berada pada tahap zigot. Spora ini merupakan struktur yang tetap yang
penyebarannya melalui makanan, air, atau gigitan serangga.

Meskipun Sporozoa tidak memiliki alat gerak, namun ia mengandung organel kompleks yang
membantunya menempel dan menyerang inang. Banyak anggotanya yang memiliki siklus
hidup yang kompleks. Oleh karena itu, kelas Sporozoa disebut juga dengan Apicomplexa.
Salah satu contoh Sporozoa yang terkenal adalah penyebab penyakit malaria,
yaitu Plamodium.
5. Filum Foraminifera

Foraminifera meliputi lebih dari 30.000 jenis yang telah diketahui, sebagian diantaranya

merupakan fosil. Foraminifera menyerupai Amoeba yang hidup di laut tetapi mempunyai

cangkang pelindung yang disebut testa. Kebanyakan testa berdinding rapat, namun ada pula

yang berpori. Bentuk testa bermacam-macam, ada yang seperti tabung sederhana hingga

yang berbentuk bilik spiral. Ukurannya rata-rata hanya 0,05 cm namun ada yang mencapai 8

cm.

Foraminifera bergerak dengan pseudopodia kecil yang muncul pada bagian testa yang

terbuka yang disebut apertur. Pada testa yang berpori, pseudopodia menjulur melalui pori-

pori ini. Foraminifera berkembang biak secara seksual dan aseksual. Seluruh sitoplasma

digunakan untuk membentuk sel anak sehingga sel induk mati setelah berkembang biak.

Foraminifera yang ada yang hidup di dasar laut dan ada yang mengapung di permukaan laut

menyusun plankton. Makanan utamanya adalah bakteri dan diatom.

Makhluk dengan dinding sel lunak yang disebut Foraminifera (sejenis plankton) ini terdeteksi

oleh kapal selam robot, Kaiko milik Jepang, oleh Yuko Toda dan rekan-rekannya dari

Shizuoka University. Kemudian penemuan ini dilaporkan dalam majalah Science. Dalam

tulisan tersebut dijelaskan jalur kekerabatan Foraminifera berdinding lunak dan termasuk

satu-satunya species yang pernah menjelajahi daratan dan lautan. Analisis DNA organisme

makhluk baru yang ditemukan ini juga menunjukkan mereka merupakan keluarga organisme

primitif dari zaman Precambrian.


Apabila Foraminifera mati, cangkang testanya tenggelam dan berkumpul membentuk tanah

globigerina (diambil dari nama Globigerinidae, yaitu salah satu familia dari Foraminifera yang

paling melimpah). Piramida di Mesir dibuat dari tanah Foraminifera yang dilapisi dengan

granit. Para ahli geologi juga mempelajari endapan cangkang Foraminifera sebagai petunjuk

lokasi ditemukannya cadangan minyak bumi.

Anda mungkin juga menyukai