Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN MODAL BAGI UMKM DI

TANO TOMBANGAN ANGKOLA SELAMA PANDEMI


COVID -19 (USAHA MIKRO KECIL MENENGAH )

SKIRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

SABDA WELLIN HUTAGALUNG


NPM: 201708037

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA
PADANGSIDIMPUAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

1.4 Manfaat penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1 Pengertian UMKM ................................................................... 5

2.2 Dampak Covid-19 Terhadap UMKM

Di Tano Tombangan Angkola .................................................. 8

2.2.1 Klasifikasi UMKM ......................................................... 9

2.3 Peranan UMKM ....................................................................... 10

2.4 Karakteristik Usaha Mikro ....................................................... 12

2.5 Kekuatan dan Kelemahan UMKM .......................................... 13

2.6 Modal ....................................................................................... 20

2.6.1 Defenisi Modal ............................................................... 21

2.7 Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 22

2.7.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ................................. 22

2.8 Kerangka Berpikir .................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 28

3.1 Metode penelitian ..................................................................... 28

3.1.1 Jenis Penelitian................................................................ 28

i
2
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA
PADANGSIDIMPUAN

Nama : SABDA WELLIN HUTAGALUNG


N.P.M : 201708037
Program studi : Ekonomi pembangunan
Judul : ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN MODAL BAGI UKM
DI TANO
TOMBANGAN ANGKOLA SELAMA PANDEMI COVID-
19
(USAHA MIKRO KECIL MENENGAH )

Padangsidimpuan,
2021

MENYETUJUI :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Abdul Latif Lubis, SE, MM Lilis Saryani, SE, MM


NIDN. 0115046603 NIDN. 0120018502
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat umum secara sadar telah melaksanakan kegiatan ekonomi

guna kelangsungan hidup baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat

secara berkelanjutan. Dalam melangsungkan kehidupan perekonomian

diperlukan upaya-upaya yang dapat terus menumbuhkan kehidupan ekonomi,

sehingga upaya ini menambah iklim ekonomi dalam kehidupan dikeluarga,

masyarakat dan Negara. Sesuai dengan Dasar Negara Indonesia tertuang

dalam pancasila pada sila ke 5 tentang “keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia” serta juga tertuang dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 pada

pasal 33 yang membahas pada pokok bab kesejahteraan sosial yang meliputi

tiga ayat. Terutama untuk ayat (1) perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Pada dua aspek dasar negara ini

menjadi poin penting dalam penyelenggaraan perekonomian guna membentuk

masyarakat yang sejahtera. Berbagai bentuk upaya yang telah dijalankan oleh

Pemerintah dalam menggerakkan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan,

salah satunya adalah dengan memberikan dukungan kepada masyakat dalam

mengelola Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Kehadiran UMKM memiliki faktor penting dalam kehidupan

masyarakat dalam melaksanakan pendistribusian dimasyarakat. Lebih lagi

bahwa UMKM sebagai mendapatkan poin penting dalam pembangunan

ekonomi nasional. Jika dilihat pada pada aspek ketenagakerjaan bahwa

1
1
UMKM mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat

pengangguran dan turut serta membantu pemerintah dalam menanggulangi

pengangguran. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa sangat

berpengaruh sekali dalam mengembangkan UMKM, misalnya dilihat dari

aspek penjualan yang menurun diakibatkan kecenderung pembeli untuk tidak

berlebihan melakukan pembelian, kemudian pada aspek bahan baku yang

sulit didapatkan, juga pada modal yang tidak mencukupi untuk melakukan

produksi. Imbasnya dalam hal ini tentu pada adanya pengurangan karyawan

dalam bentuk pemberhentian sementara dan bahkan sampai kepada PHK.

Memang tidak semua UMKM mengalami pemunduran dalam

kegiatan ekonomi, akan tetapi tentunya sangat berdampak bagi kegiatan

ekonomi. Bahkan pemerintah secara nasional juga mengalami berbagai

kendala dari pelemahan ekonomi akibat pandemi. Upaya-upaya secara

nasional telah dilakukan oleh pemerintah pusat dalam memberikan stimulus

kepada UMKM dengan memberikan bantuan langsung guna membangkitkan

kegiatan UMKM kembali.

Pelemahan ekonomi yang sering tampil ke publik melalui media

massa lebih dominan terjadi pada perusahaan makro, hal ini melibatkan

banyak pihak yang dirugikan terutama bagi kalangan pekerja/karyawan yang

dirumahkan. pada wilayah UMKM sedikit tampil dimedia, namun bukan

berarti UMKM terus mengalami peningkatan signifikan akibat covid-19, akan

tetapi banyak juga UMKM yang mengalami kemunduran dan bahkan ditutup

dengan alasan-alasan yang logis. Bagi sebagian UMKM yang masih bertahan

2
tentu memiliki strategi tersendiri serta membutuhkan kreatifitas agar

usahanya.

UMKM di Tano Tombangan Angkola sangat memerlukan sinergisitas

peranan Pemerintah dan Lembaga Perbankan di Tano Tombangan Angkola

untuk mengatasi hambatan atau kendala terbatasnya modal usaha UMKM.

Modal usaha dirasa cukup penting mengingat kebutuhan untuk pembiyaan

modal usaha dan investasi diperlukan dana untuk meningkatkan usaha yang

dijalankan.Dari berbagai permasalahan yang dialami pelaku UMKM di atas,

untuk itu, penulis berusaha meneliti sejauh mana tingkat kebutuhan modal

bagi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tano

Tombangan Angkola maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Tingkat Kebutuhan Modal Bagi UMKM Di Tano

Tombangan Angkola selama Covid-19 (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka pokok

masalah yang dihadapi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut sejauh

mana tingkat kebutuhan modal bagi pengembangan Usaha Mikro,

Kecil,Menengah (UMKM) di Tano Tombangan Angkola.

1.3. Tujuan Penellitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi tujuan

yang dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana tingkat kebutuhan

3
modal bagi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di

Tano Tombangan Angkola.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dicapai dalam penulisan skiripsi ini sebagai

berikut:

1. Memberikan gambaran dan informasi yang jelas dari kebutuhan modal

bagi UMKM di Tano Tombangan Angkola.

2. Sebagai bahan informasi bagi penduduk yang berada di Tano Tombangan

Angkola.

3. Memberikan kontribusi kepada peneliti ilmu ekonomi pembangunan

memperkaya referensi bahan penelitian dan sumber sehingga dapat membantu

dalam memperlancar penelitiannya

4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program S1 pada

Fakultas Ekonomi Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan.

5. Sebagai bahan bacaan untuk Mahasiswa Ekonomi Universitas Graha

Nusantara Padangsidimpuan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian UMKM

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,

dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha

mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.2 Usaha kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau

bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari

usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Di dalam Undang-undang

tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang

tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan.

Dengan kriteria sebagai berikut:

5
1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50

juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil

penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.

2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling

banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga

maksimum Rp.2.500.000.

3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih

dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan

tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam

kegiatan ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada

kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri.

Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di Indonesia tahun

1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan

mikro, serta 18% merupakan usaha menengah. Pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis dalam

mengantisipasi perekonomian kedepan ter memperkuat struktur

perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti

sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik

yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin

terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat

mempertahankan kegiatan usahanya. utama dalam

6
Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah

terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan

mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi

dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk

menghadapi persaingan bebas. Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha

besar antara lain adalah sebagai berikut.

1. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

3. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau

penyerapannya terhadap tenaga kerja.

4. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar

yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang

pada umumnya birokrasi.

5. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.

Tujuan Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan, diantarnya adalah:

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan; menumbuhkan dan mengembangkan

7
kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha

yang tangguh dan mandiri; dan

b. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU No.

20/2008) adalah:

a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa

sendiri;

b. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi

pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah;

c. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

d. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

secara terpadu.

2.2 Dampak Covid-19 Terhadap UMKM Di Tano Tombangan Angkola

Sejak kemunculannya pada akhir 2019 lalu, pandemi covid-19 masih

terasa sampai hari ini dengan telah menyerang jutaan manusia diseluruh

dunia, namun para peneliti telah berusaha untuk menemukan obat yang

terbaik dalam menanggulanginya. Meskipun demikian pemerintah Indonesia

8
khususnya telah berupaya memberikan peringatan untuk terus menjaga

kesehatan.

Pandemi ini memiliki dampak yang sangat besar bagi pelaku usaha

beruapa terjadi perlambatan ekonomi yang sangat dirasakan. Dampak ini

berimbas pada pelaku usaha mikro mulai dari harga minyak,berasas cabe dan

lain-lain harganya anjlok dan juga berbagai komoditas lain yang bisa

dirasakan saat ini. Diberbagai UMKM juga mendapatkan dampak yang besar

akibat kurangnya modal, khususnya Di Tano Tombangan Angkola.

2.2.1 Klasifikasi UMKM

Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah

paling besar.Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai

macam goncangan krisis ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan

penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang

melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah klasifikasiUsaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari

nafkah, yang labih umum biasa disebut sektor informal. Contohnya

pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat

kewirausahaan.

9
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan

mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan

akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

2.3 Peranan UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peran

penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di

negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju

(NM). Di negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya kelompok usaha

tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar

(UB), seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya

terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)

paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.

Usaha Mikro memiliki peranan yang penting dalam pembangunan

ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi

yang lebih kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan

beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak

terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena mampu mengurangi impor.

Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi

pada perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka

panjang yang stabil dan berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan

10
lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro daripada yang terjadi di

perusahaan besar (Sutrisno dan Sri, 2006).

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam

perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari (Kementrian Koperasi

dan UKM, 2005):

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

2. sektor.

3. Penyedia lapangan kerja yang terbesar.

4. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat.

5. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.

6. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan

ekspor.

Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui

berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran

strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar

dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi mampu menyerap banyak tenaga

kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja;

memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan

menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga

terjangkau.

11
Adapun contoh-contoh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

adalah sebagai berikut :

1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.

2. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

2. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel, kayu dan

rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri

kerajinan tangan.

3. Peternakan ayam, itik dan perikanan.

4. Koperasi berskala kecil, dan lain sebagainya.

2.4 Karakteristik Usaha Mikro

Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta

sumber daya manusia yang besar merupakan variabel pendukung

perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa

hal seiring perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha

harus diikuti dengan pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang

baik akan meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan

menunjang keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang

efisien dan efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan

pembeda dari pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam

mengelola usaha tersebut. Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro

menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap

12
timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama

yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan

solusi yang jelas.

2.5 Kekuatan dan Kelemahan UMKM

UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan

andalan yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang

adalah:

1. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga

kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan

50% tenaga kerja yang tersedia.

2. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini

terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.

3. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen

sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar.

4. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar

memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri

yang lainnya.

5. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang

dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri

kecil mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk

mengembangkan sektor lain yang terkait.

Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan

permasalahan dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:

13
1. Faktor Internal

Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu

diantaranya:

1. Kurangnya Permodalan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh

karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha

perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan

pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan

modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh,

karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank

tidak dapat dipenuhi. Sebenarnya di Indonesia sudah terdapat beberapa

lembaga keuangan, baik perbankan maupun non bank, yang dapat

diandalkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini. Untuk skala

Mikro, dikenal Lembaga Keuangan Mikro & Bank Perkreditan rakyat

(BPR), yang merupakan representasi dari lembaga keuangan perbankan

pada skala mikro. Untuk lembaga keuangan non perbankan, terdapat

lembaga Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan di tingkat Nasional,

ada PT. Permodalan Nasional Madan (Persero) yang melakukan

pembinaan terhadap lembaga keuangan mikro, baik yang berbentuk

perbankan atau non bank. Selain itu juga terdapat perum pegadaian dengan

menawarkan jasa bantuan keuangan bagi pengusaha skala mikro kecil

menengah melalui proses yang relatif sederhana dan cepat. Namun tentu

14
saja kemampuan finansial lembaga-lembaga tersebut tidak sesuai dengan

jumlah pengusaha skala kecil menengah (Wahyuni dkk, 2005).

2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan

usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik

dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya

sangat berpengaruh terhadap pengelolaan usahanya, sehingga usaha

tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan

keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi

perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk

yang dihasilkannya.

3. Lembaga Jaringan Usaha dan Penetrasi Pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,

mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi

pasar yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat

terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan

usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta

didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan

promosi yang baik. Aspek lain yang membuat jaringan usaha dan akses

pasar menjadi terbatas sekali, yaitu UMKM dihadapkan pada persoalan

cost of production yang tinggi. Tingginya cost of production ini juga

turut dipengaruhi oleh mahalnya bahan baku, tingginya cost of

transportation, banyaknya pungutan liar yang mengatasnamakan

15
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) serta retribusi lain yang

irrasional dan tumpang tindih. Tingginya cost ini membuat produk

UMKM kalah bersaing dengan produk-produk impor yang beredar bebas

di pasar. Barang-barang yang sebagian dipasok secara illegal ini tampil

dengan model dan desain yang lebih bagus, harga lebih murah dan mutu

juga cukup baik. Maka, semakin terpuruklah produk UMKM Sumatera

Utara karena daya saing yang tak seimbang (Wahyuni dkk, 2005).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak

pengembang dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak

tepat sasaran tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih,

meliputi:

1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Iklim usaha yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang

melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin, dan

menghasilkan keuntungan jangka panjang yang tinggi (Tambunan, 2006)

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuh kembangkan Usaha Kecil

dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus

disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini

terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara

pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha besar.

16
Selain itu juga diperlukan perlindungan hukum dan jaminan keamanan

bagi pelaku UMKM untuk melakukan kegiatan usahanya. Persoalan

premanisme, biasanya kelompok preman ini mendatangi pelaku usaha

dengan meminta uang keamanan sehingga para pelaku UMKM pun

memasukkan biaya ini ke dalam cost produksinya dan akan menyebabkan

harga barang juga meningkat. Jika hal ini terjadi di semua pelaku usaha

maka akan terjadi biaya tinggi dan inflasi ekonomi di tingkat nasional.

Kasus-kasus sweeping dan premanisme menggambarkan kondusifitas

berusaha belum didukung adanya jaminan keamanan untuk keberlanjutan

berusaha. Sekali lagi, pemerintah melalui aparat kepolisian diminta dengan

sangat bisa memberikan jaminan keamanan yang bisa menciptakan iklim

usaha yang sehat dengan tanpa gangguan dan tekanan dari berbagai pihak.

2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang

mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung

kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.

3. Implikasi Otonomi Daerah

Ketentuan tentang pengurusan perizinan usaha industri dan perdagangan

telah diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

408/MPP/Kep/10/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Daftar

Usaha Perdagangan (TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

yang berlaku selama perusahaan yang bersangkutan menjalankan kegiatan

17
usaha perdagangannya. Selain itu, ada juga Keputusan Menteri Perindag

No. 225/MPP/Kep/7/1997 tentang Pelimpahan Wewenang dan Pemberian

Izin di Bidang Industri dan Perdagangan sesuai dengan Surat Edaran

Sekjen No. 771/SJ/SJ/9/1997 ditetapkan bahwa setiap perusahaan yang

mengurus SIUP baik kecil, menengah dan besar berkewajiban membayar

biaya administrasi dan uang jaminan adalah 0 rupiah (nihil). Artinya,

perizinan tidak dikenakan biaya (Wahyuni dkk, 2005).

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan

mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami

implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-

pungutan baru yang dikenakan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing

Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Disamping itu semangat kedaerahan

yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi

pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah

tersebut.

4. Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik

sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.

5. Terbatasnya Akses Pasar

18
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak

dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun

internasional.

Menurut Dwiwinarmo (2008 dalam Haryadi, 2010), ada beberapa faktor

Penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah.

Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala

dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi

tentang cara mendapatkan dana dan keterbatasan kemampuan dalam

membuat usulan untuk mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil

dalam menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian

maupun juga evaluasi kegiatan usaha.

Dari kedua faktor terebut munculah kesenjangan diantara faktor

internal dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga

pendamping lainnya sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM

mana yang diberi, karena berbagai ketentuan yang harus dipenuhi

olehUMKM. Disisi lain UMKM juga mengalami kesulitan mencari dan

menentukan lembaga mana yang dapat membantu dengan keterbatasan

yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih berlangsung meskipun

berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi para pelaku

UMKM meperoleh kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.

19
Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi

yag memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-

sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan

swasta. Disisi lain dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang

perekonomian menjadi roda perekonomian menjadi kenyataan.

2.6 Modal

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap usaha atau perusahaan membutuhkan

dana atau biaya untuk dapat beroperasai. Hal ini sebenarnya menjadi

persoalan yang dihadapi hampir semua pengusaha, karena untuk memulai

usaha dibutuhkan pengeluaran sejumlah uang sebagai modal awal.

Pengeluaran tersebut untuk membeli bahan baku dan penolong, alat-alat

dan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional lainnya. Melalui

barang-barang yang dibeli tersebut perusahaan dapat menghasilkan

sejumlah output yang kemudian dapat dijualnya untuk mendapat sejumlah

uang pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini

sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang

sebagai keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk

memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam

jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha

mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan atau target (Achmad, 2009).

Tulus (2002) menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor produksi

yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menegah maupun

besar. Sedangkan Neti (2009) menyebutkan bahwa dalam memulai suatu

20
usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor

lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia

modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat

berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal

menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya

setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama

yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk

usahanya.

Menurut Prawirosentono (2002 dalam Neti, 2009) modal merupakan

kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan

pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal

dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai

dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni: (1) sebagian

dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan;

(3) sebagian dibelikan mesin dan peralatan; dan (4) sebagian lagi disimpan

dalam bentuk uang tunai.

2.6.1 Definisi Modal

Istilah modal berbeda artinya dalam percakapan sehari-hari dan dalam

ilmu ekonomi. Modal (capital) sering ditafsirkan sebagai uang. Terutama

apabila mempersoalkan pembelian peralatan, mesin-mesin, atau fasilitas-

fasilitas produktif lain. Adalah lebih tepat untuk menyatakan uang yang

digunakan untuk melaksanakan pembelian tersebut sebagai modal

21
finansial (financial capital). Seorang ahli ekonomi akan menyatakan

pembelian demikian sebagai investasi.

3. Para ekonom menggunakan istilah modal untuk semua alat bantu yang

digunakan dalam bidang produksi (Winardi, 1995). Adakalanya modal

dinamakan barang-barang investasi, dan modal demikian terdiri dari:

4. a. Mesin-mesin

5. b. Peralatan

6. c. Bangunan-bangunan

7. d. Fasilitas-fasilitas transpor dan distribusi

8. e. Persediaan (inventaris) barang-barang setengah jadi 

2.7 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

2.7.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi

untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk

Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dalam suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga

aspek yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Dari sini

dapat melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat

bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke

waktu.Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan peningkatan output agregat

atau pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya di hitung

22
perkapita atauselama jangka waktu yang cukup panjang sebagai akibat

peningkatan penggunaan input. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang

berkesinambungan menuju keadaaan yang lebih baik selama periode

tertentu.Dari aspek dinamis melihat bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan

kemakmuran masyarakat meningkat.Masalah pertumbuhan ekonomi

dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka

panjang.Untuk meningkatkan pembangunan nasional, maka harus

didukung dengan pembangunan daerah yang dilaksanakan secara

tepat.Laju pertumbuhan ekonomi daerah biasanya digunakan untuk

menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan daerah dalam periode

waktu tertentu.Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut dapat ditunjukkan

oleh kenaikan GDP atau PDRB. Pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja

baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah

tersebut. Proses tersebut mencakup pembentukan institusi-institusi baru,

pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga

kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik.

23
Menurut Todaro dan Smith pertumbuhan ekonomi merupakan

suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian

secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga

menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama

semakin besar. Dimana ada empat faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (negara) yaitu:

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari

pendapatan pada masa sekarang yang ditabung dan kemudian

diinvestasikan untuk dapat memperbesar output pada masa yang

akan datang. Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan, dan

barang-barang baru akan meningkatkan stok modal (capital stock)

fisik suatu negara (yaitu jumlah riil bersih dari semua barang-

barang modal produktif secara fisik) sehingga pada gilirannya akan

memungkinkan negara tersebut untuk mencapai tingkat output

yang lebih besar.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai

faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Hal

tersebut berarti: semakin banyak jumlah angkatan kerja berarti

semakin banyak pasokan tenaga kerja, dan semakin banyak jumlah

penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.

3. Kemajuan Teknologi

24
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan

faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam

bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan

oleh adanya cara-cara baru atau mungkin cara-cara lama yang

diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional,

seperti cara menanam padi, membuat pakaian, atau membangun

rumah. Ada tiga macam klasifikasi mengenai kemajuan teknologi

yaitu : kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuanteknologi

yang besifat menghambat tenaga kerja, kemajuan teknologi yang

bersifat menghambat modal.

3 Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diperlukan suatu indikator untuk

mengukur tingkat kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu negara,

dimana dari indikator tersebut dapat digunakan untuk membandingkan

tingkat kemajuan pertumbuhan atau tingkat kesejahteraan masyarakat

antar wilayah atau negara dan mengetahui corak pertumbuhan

ekonomi.38 Ada beberapa indikator untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan PerKapita

Pendapatan Per Kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk

suatu negara pada periode tertentu, pendapatan perkapita dapat

diperoleh dari pendapatan nasional dengan jumlah penduduk suatu

negara yang memiliki pendapatan Perkapita meningkat dari pada

periode sebelumnya.

25
2. Tenaga Kerja dan Pengangguran

Tenaga kerja adalah setiap orang yang dapat melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasabaik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.Sedangkan

pengangguran merupakan kebalikan dari tenaga kerja, suatu negara

dikatkan memiliki pertumbuhan ekonomi jika jumlah tenaga

kerjanya lebih tinggi dari jumlah penganggurannya.

3. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat merupakan indikator yang

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Kesejahteraan

masyarakat bisa dilihat dari tingkat kemiskinan yang semakin

berkurang dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat.

Kesejahteraan masyarakat juga di tandai dengan pendaparan per

kapita yang tinggi dan kemampuan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

2.8 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Pertumbuhan Ekonomi (Y)


Perkembangan UMKM ( x)

X : UMKM
Y : Pertumbuhan Ekonomi

2.6 Hipotesa Penelitian

26
Supranto mengemukakan hipotesis adalah penjelasan sementara yang

harus diuji kebenarannya mengenai masalah yang diteliti, dimana hipotesis selalu

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau

lebih.52 Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Neuman ( 2000) mengatakan jenis penelitian dapat dilihat dari

tiga aspek yaitu aspek tujuan , manfaat , dimensi waktu . Jika dilihat

dari aspek tujuan , penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian

deskriptip .penelitian deskriptip menyajikan gambaran yang detil dari

suatu situasi ,fenomena sosial atau hubungan .Hasil yang diharapkan

dalam penelitian deskriptip adalah gambaran yang detil dari unit

analisis .

Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

peran perbankan dalam pemberian modal usaha UMKM . selain itu

,penelitian ini akan menguraikan permasalahan yang timbul baik dari

UMKM , perbankan dan pemerintah terkait dengan optimalisasi peran

perbankan . Berdasarkan manfaatnya , penelitian ini merupakan

penelitian terapan karena mencoba menyelesaikan masalah tertentu

secara spesifik . penelitian terapan bertujuan bertujuan untuk dapat

memecahkan masalah dan menghasilkan rekomendasi bagi masalah –

masalah tertentu ( Neuman , 2000) .

Berdasarkan dimensi waktu ,penelitian yang dilakukan

merupakan cross sectional research , yaitu penelitian yang dilakukan

28
pada suatu waktu tertentu dan dan hanya mengambil satu bagian dari

fenomena (gejala) sosial pada satu waktu tertentu (Neuman , 2000).

3.1.2 Jenis dan dan Sumber Data

Jenis data dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan sumber dan

sifat .

Berdasarkan sumbet , data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder .Data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari sumbernya , yakni para pelaku UMKM

dan perbankan yang ada ditano tombangan angkola Sedangk

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut sugiono 2017 teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian , karena tujuan utama

penelitian adalah mendapatkan data . Dalam Laporan ini teknik

pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumentasi ,

wawancara secara langsung , terkait dengan data yang akan ditanyakan

adalah tentang seberapa berpengaruh pendapatan yang didapatkan oleh

pelaku UMKM selama pandemi covid – 19 ini berlangsung dan ketika

pemerintah menerapkan beberapa peraturan baru seperti fisikal

distancing , social distancing dan hanya memperoleh dibolehkan toko –

toko khusus bahan pokok yang diizinkan beroperasi seperti biasa untuk

untuk sementara waktu yang tidak ditentukan .

29
3.1.4 Wawancara

Wawancara merupakan Metode tanya jawab antara

pewawancara dengan responden ( narasumber )secara sistematis dan

berlandaskan pada tujuan , Masalah serta hipotesis penelitian . Hal ini

berkaitan tentang dampak pandemi covid -19 terhadap pendapatan

UMKM selama pandemi covid -19 berlangsung serta diterapkannya

beberapa aturan baru untuk memutus mata rantai penyebaran covid -19

Seperti social distancing , fisikal distancing dan beberapa pelaku

UMKM di himbau tidak beroperasi dulu serta masyarakat yang masih

ketakutan untuk berbelanja di akibatkan takut tertular . Teknik ini

digunakan untuk mendapatkan data – data yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara bertatap muka

secara langsung dengan pelaku UMKM di Desa Sisoma Kecamatan

Tano Tombangan Angkola kabupaten tapanuli selatan .

3.1.5 Dokumentasi

Pengumpulan data dengan Metode ini dengan cara mencari data

– data atau informasi pada buku – buku ,catatan – catatan tanskrip ,

jurnal , makalah dan lain sebagainya serta mengambil foto – foto ketika

proses wawancara dengan responden berlangsung dan kemudian

mendeskripsikan hasil wawancara tersebur sebagai bukti bahwa peneliti

terjun ke lapangan . teknik pengambilan data dengan metode ini

dianggap lebih mudah dibandingkan dengan teknik pengambilan data

dengan metode lain seperti angket , wawancara ,dan sejenisnya .

30

Anda mungkin juga menyukai