Anda di halaman 1dari 9

PORIFERA & CNIDARIA

Oleh :
Nama : Siti Koidah
NIM : B1A017164
Rombongan : II
Kelompok :6
Asisten : Elly Wulandari

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi merupakan kegiatan dasar yang ada didalam taksonomi. Klasifikasi


dan tata nama adalah kegiatan yang umumnya ada didalam proses identifikasi.
Identifikasi sendiri merupakan kegiatan mencari persamaan dan perbedaan antara dua
atau lebih makhluk hidup, setelah ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan
barulah keduanya ditentukan berada dikelompok yang sama atau tidak, langkah
selanjutnya yaitu pemberian nama. Makhluk hidup yang baru saja ditemukan dan belum
pernah dilakukan identifikasi sebelumnya dalam proses identifikasinya memerlukan alat
pembanding berupa gambar atau spesimen (berupa hewan dan tumbuhan ) yang sudah
sudah dilakukan tahap identifikasi dan telah diketahui namanya, atau disebut kunci
identifikasi. Kunci indentifikasi juga dapat disebut sebagai kunci determinasi
(Tjitrosoepomo, 1998).

Identifikasi dan pengenalan kelompok serta jenis hewan merupakan


bagian yang sangat penting didalam taksonomi. Kunci identifikasi yang
dipakai untuk menentukan kedudukan hewan dalam sistematika adalah alat
bantu yang sering dijumpai dalam proses identifikasi. Kunci identifikasi
untuk mentukan filum (phylum), kelas (Class), bangsa (ordo), suku (family),
marga (genus) dan jenis (spesies) akan digunakan kunci identifikasi yang
berbeda sesuai dengan golongan yang akan diidentifikasi (Saanin, 1968).

Kingdom Animalia adalah salah satu kingdom yang memiliki paling


banyak anggota serta bervariasi antar anggotanya. Kingdom Animalia dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu invertebrata yaitu hewan tidak
bertulang belakang yang dapat dikelompokkan lagi menjadi delapan Phylum,
yaitu Porifera Coelenterate, Plathyhelmintes, Nemathelmintes, Annelida,
Mollusca, Arthtropoda dan Ochinodermata. Golongan kedua dari Kingdom
Animalia yaitu avertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang.
Kingdom Animalia paling tidak memiliki dua ciri yang digunakan untuk
membedakan struktur tubuh suatu hewan, dua ciri tersebut antara lain
simetri tubuh dan lapisan tubuh (Mayr, 1986).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengadakan proses klasifikasi maka harus ditempuh langkah-langkah yaitu


pencandraan sifat atau identifikasi, pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri, dan
pemberian nama kelompok. Identifikasi setiap ciri yang sedang diteliti harus
diperhatikan dan nantinya akan digunakan sebagai data utama. Data utama yang telah
diperoleh akan dibandingkan dengan data acuan yang telah ada. Langkah selanjutnya
yaitu pengelompokkan atau klasifikasi yaitu memasukkan kedalam kelompok yang
memiliki kesamaan. Langkah terakhir yaitu memberikan nama sesuai dengan
karakteristik dari spesies yang ada didalamnya (Widiyadi, 2009).
Menurut Bell (2008) dalam Becerro, et al (2002) Phylum Porifera adalah
organisme air yang mendiami sebagian besar wilayah laut serta sebagian besar habitat
air tawar. Porifera dewasa dapat dimanfaatkan dalam kepentingan ekologis sebagai
filter dan bioeroder serta memiliki nilai komersial atau biofarmasi yang cukup besar.
Rekontruksi dalam hal sistematika, filogeni, evolusi, dan taksonomi Phylum Porifera
terhitung sulit untuk dilakukan karena banyak spons hanya memiliki sedikit karakter
morfologi informatif atau phylogenetically informatif, dan beberapa sifat kerangka yang
menjadi satu-satunya dasar dalam pengidentifikasian Phylum Porifera. Porifera adalah
hewan metazoan yang tersusun oleh ruang yang dikenal dengan koanosit dengan sistem
aferen dan eferan yang memiliki pori-pori eksternal. Porifera sendiri memiliki mobilitas
sel yang mampu mengalami totipotensi meskipun tidak memiliki jaringan kontruksi.
Sebagian besar Spesies Porifera memiliki spikula silika atau kalsit dan sebagian
kecilnya tanpa spikula silika atau kalsit (Hooper, et al., 2002).
Tubuh Porifera memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari ukuran kacang polong
sampai dengan tinggi 90 cm dan lebar 1 m. Jenis spons yang memiliki bentuk sangat
sederhana adalah dari Genus Leucosolenia yaitu hanya berupa kumpulan jambangan
kecil yang saling terhubung pada bagian pangkalnya serta memiliki rongga yang disebut
spongocoel dan atrium, biasanya hidup menempel pada batu karang di perairan air surut
terendah. Permukaan tubuhnya terdapat lubang sebagai tempat masuk air yang nantinya
akan keluar melalui osculum (Soest, et al., 2012).
Struktur tubuh Porifera berpori-pori dengan macam-macam bentuk, dibagi atas
tiga tipe yaitu ascon, sycon atau scypha dan leucon. Dari tipe ascon yang merupakan
tipe paling sederhana yaitu hanya terdapat satu rongga sentral yang disebut spongocoel
atau paragaster. Ujung atas dari rongga terdapat lubang besar yang disebut oskulum.
Pada dinding tubuh terdapat lubang-lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan
sering juga disebut ostium. Dalam tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air yang
dimulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut
oskulum. Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh
itu lebih dahulu ditampung di dalam rongga atau spongocoel (Jasin, 1992).
Phylum Porifera dibagi menjadi tiga kelas, pembagian ini berdasarkan kerangka
penyusun tubuh atau disebut spikula. Kerangka tubuh pada Kelas Calcarea memiliki
karakteristik rangka tersusun atas spikula kalsium karbonat, tubuh dari Kelas Calcarea
umumnya berwarna pucat dengan bentuk menyerupai vas bunga atau silinder dengan
ukuran tubuh kurang dari 10 cm tingginya serta hidup pada habitat laut. Misalnya
Scypha dan Grantia. Kerangka tubuh kelas Hexatinellida berupa spikula bersilikat atau
kersik (SiO2). Kelas Hexatinellida memiliki karakteristik yaitu spikula berjumlah enam,
dengan warna tubuh merah pucat dan berbentuk menyerupai vas, umumnya berbentuk
silinder atau corong. Habitat hidup pada kedalaman 200-1000 meter di laut. Misalnya
Euplectella aspergillum. Kerangka tubuh Kelas Demospongia terbuat spongin saja, atau
campuran dari spongin dan zat kersik. Kelas Demospongia memiliki karakteristik
berwarna merah cerah karena mengadung pigmen yang terdapat pada amoebosit dengan
bentuk tubuh yang tidak beraturan dan bercabang berdiameter lebih dari 2 meter.
Merupakan kelas yang memiliki paling banyak anggota dan hidup pada habitat air laut
maupun air tawar. Misalnya Euspongia sp. dan Spongilla sp. (Hamamatu, 2008).
Lebih dari 8500 jenis species dari Porifera atau yang dikenal sebagai spons
tersebar diseluruh penjuru dunia terutama kawasan air laut. 83% lebih spesiesnya
tergolong kedalam kelas Demospongiae yang sebagian besar hidup di air laut dan
sebagian kecil hidup di air tawar (Jakhalekar & Ghate, 2013). Porifera dewasa tidak
dapat berpindah tempat (sesil), sehingga terkadang jenis Porifera dianggap sebagai
tumbuhan bawah laut. Porifera memanfaatkan gerakan silia dan arus untuk
membersihkan permukaan yang cembung dan datar dari lapisan sedimen (Paruntu, et
al., 2013).
Menurut Muniarsih & Rachmaniar (1999) dalam Haris & Nabaing (2016) Spons
dari Phylum Porifera memiliki persentase senyawa aktif yang mana keaktifan
senyawanya lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang terkandung didalam
tumbuhan darat. Spons memiliki kandungan metabolit sekunder yang sangat banyak.
Manfaat lain spons yaitu dapat digunakan sebagai sumber bahan alam. Phylum Cnidaria
adalah kelompok hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana, karena kelompok ini
hanya memiliki dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal. Phylum Cnidaria adalah
kelompok hewan yang memiliki rongga didalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi
sebagai organ pencernaan. Phylum Cnidaria merupakan kelompok hewan diploblastik,
yang mana artinya Phylum Cnidaria mempunyai dua lapis sel yaitu eksoterm yang
merupakan lapisan sel luar dan endoderm yang merupakan lapisan sel dalam. Polip dan
medusa merupakan dua bentuk tubuh dalam Phylum Cnidaria. Bentuk polip yang
berbentuk seperti tabung memiliki mulut pada bagian dorsal yang dikelilingi oleh
tentakel. Sedangkan, untuk bentuk medusa yang berbentuk seperti cakram, bagian
mulutnya terletak dibagian bawah atau oral serta tubuh yang dikelilingi tentakel (Veron,
1986).
Alat pencernaan pada Cnidaria masih sangat sederhana, yaitu berupa saluran
seperti kantung yang disebut enteron. Mulut dikelilingi oleh tentakel, dan langsung
berhubungan dengan rongga gastrovaskuler. Karena rongga tersebut hanya memiliki
satu lubang, maka berfungsi sekaligus sebagai mulut dan anus. Belum mempunyai alat
ekskresi dan respirasi serta darah. Sistem saraf berupa sitem syaraf yang menyebar.
Reproduksi Cnidaria terjadi secara seksual (generative) dengan menghasilkan gamet
serta reproduksi aseksual (vegetative) dengan membentuk tunas (budding) (Widayati, et
al., 2009).
Phylum Cnidaria dibagi menjadi tiga Kelas berdasarkan siklus hidupnya yaitu
Hydrozoa dengan bentuk polip dan medusa, Scyphozoa dengan lebih dominan tipe
medusa dan Anthozoa yang hanya memiliki tipe polip saja.
a. Kelas Hydrozoa
Kelas Hydrozoa memiliki anggota yang kebanyakan hidup di laut dan air
tawar dengan cara hidup soliter atau berkoloni. Bila hidup berkoloni mempunyai bentuk
tubuh polip dan medusa, sedangkan cara hidup soliter hanya berbentuk polip. Ukuran
tubuhnya sangat kecil dan mirip tumbuhan. Contoh anggota kelas ini adalah Hydra sp.,
Obelia sp., dan Physalia sp.
b. Kelas Scyphozoa
Kelas Scyphozoa dikenal sebagai the true medusae (medusa sejati) atau jelly
fish (ubur-ubur). Fase medusa sangat dominan dan fase polip tidak ada atau mereduksi.
Bentuk tubuhnya seperti parasut atau payung yang melayang-layang di laut. Kelompok
ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal dan dapat digunakan sebagai sumber nutrisi.
Contoh kelas ini antara lain Aurelia sp., Pelagia sp., Stomolopus sp., dan Chrysauna
quinquecirrha.
c. Kelas Anthozoa
Kelas ini merupakan kelas dalam Phylum Cnidaria dengan anggota terbanyak,
meliputi koral, bunga karang (mawar laut), dan anemon laut. Ukuran tubuhnya
bervariasi. Semua anggotanya hidup di laut dengan cara hidup baik soliter atau
berkoloni, dan hidupnya melekat pada substrat. Mereka menghasilkan zat kapur atau
kalsium karbonat (CaCO3) yang membentuk terumbu karang. Tubuh anthozoa
berbentuk silinder pendek dan pada salah satu ujungnya terdapat mulut yang dikelilingi
tentakel. Hewan ini hanya memiliki bentuk polip. Contoh anggota kelas ini adalah
Tubifora musica, Acropora sp., Meandrina sp., dan Anthipates sp (Widyati, et al., 2009).

d. Kelas Staurozoa
Umumnya berhabitat marine, bentuk tubuh medusa, menempel pada substrat,
reproduksi seksual.

e. Kelass Cubozoa
Umumnys berhabitat marine, bentuk tubuh doinan medusa yang berbentuk
kotak (kuboid), reproduksi secara seksual. Contohnya Chitorex flecker
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset,
kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves),
masker dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beberapa spesimen hewan
Porifera dan Cnidaria.

B. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Karakter spesimen berdasarkan ciri-ciri diamati, digambar dan dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Becerro, M. A., Uriz, M. J., Maldonado, M & Turon, X. 2012. Deep Phylogeny and
Evolution of Sponges (Phylum Porifera). Netherlands Amsterdam: Academic
Press, 61, pp. 1-78.
Hamamatul, S. 2008. Biologi. Jakarta : Permata. CV. Cahaya Pustaka.

Haris, A & Nabaing, N. 2016. Bioaktivitas Anti Bakteri Ekstrak Spons (Porifera:
Demospongiae) dari Pulau Barrang Lompo dan Lae-Lae. Spermonde, 2(2), pp. 1-
5.
Hooper, J. N. A., Soest, R. W. M. N. & Debrenne, F. 2002. Phylum Porifera Grant,
1836. New York: Plenum Publisher.
Iten, H. V., Marques, A. C., Leme, J. D. M., Pacheco, M. L. A. F. & Simoes M. S. 2014.
Origin and Early Disersification of The Taxons Proterozoic-Cambrian Hyistory.
Palaeontologyy, pp. 1-14.
Jakhalekar. S. S. & Ghate, H. V. 2013. A note of Five Freshwater Sponges (Porifera:
Spongillina: Spongilidae) from, Pune, Maharashtra, India. Journal of Threatened
Taxa. 5(9), pp: 153-161.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Jasin, M.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Paruntu, C. P., Rifai, H. & Janny D. K. 2013. Nematosit dari Tiga Spesies Karang
Seleractinia, Genus Poeillopora. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, 9 (2), pp.
60-64.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.

Soest, R. W. M. W., Nicole, B. E., Jean V., Martin, D., Dirk, E., Nicole, J. D. V.,
Nadiezhda, S., Bart, V., Michelle, K. & John, N. A. H. 2012. Global Diversity of
Sponges (Porifera). Plos One. 7(4), pp: 1-23.

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Veron, J. E. N. 1986. Coral of Australia and The Indofasifici. Australia: Angus
Robertos.

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Widiyadi, E. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk Hidup.
Bandung: Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai