Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM II

PHYLUM CNIDARIA

OLEH:
NAMA : UNTUNG SAPUTRA
NIM : L011221064
KELOMPOK :5
ASISTEN :SITTI MUTIARA NUR ALIYFA

LABORATORIUM BIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Invertebrate merupakan kelompok binatang yang tidak mempunyai tulang belakang
(vertebrae). Invertebrate mencakup 95% dari semua jenis hewan yang telah
diidentifikasi, merupakan hewan yang persebarannya paling luas dengan keunikan
setiap ekosistem (Luthfi O.M, 2018).
Ubur-ubur merupakan hewan laut yang termasuk dalam filum Cnidaria atau
Coelenterata. Ubur-ubur ini merupakan salah satu hewan yang bertanggung jawab
atas terjadinya keracunan pada manusia. Dari sembilan ribu spesies Cnidaria yang
diketahui, kira-kira seratus spesies yang menyebabkan keracunan pada manusia
(Daubert, 2014).
Cnidae adalah organ-organ sel penyengat dari fauna-fauna filum Cnidaria yang
terdapat dalam jaringan tubuh terluarnya (ektodermis), dan melepaskan tangkai atau
benang dari kapsulnya, keluar dari jaringan ektodermisnya ketika ada ancaman dari
lingkungan sekitarnya (Rizal, S, Pratomo, A & Irwan, H 2016)
Cnidae dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu, nematosit, ptikosit, dan spirosit.
Nematosit adalah sel penyengat mengandung racun yang berada dalam lapisan
ektodermis dalam jaringan tubuh karang Scleractinia, digunakan oleh fauna karang
untuk menyerang predator dan menangkap mangsa, serta digunakan oleh larva
planulae selama proses setelmen (Rizal, S, Pratomo, A & Irwan, H 2016).
Terumbu Karang adalah suatu ekositem yang bersimbiosis dengan kelompok
hewan anggota filum Cnidaria yang dapat menghasilkan kerangka luar dari kalsium
karbonat. Karang dapat berkoloni atau sendiri, tetapi hampir semua karang hermatipik
merupakan koloni dengan berbagai individu hewan karang atau polip menempati
mangkuk kecil atau kolarit dalam kerangka yang massif (Prasetya, 2018).

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengenali ciri-ciri morfologi dan anatomi spesies dari
filum Cnidaria/coelenterata dan membedakan ciri masing-masing kelas dari filum
Cnidaria/coelenterata.

1.
BAB II TINAJUAN PUSTAKA

A. Pengertian Filum Cnidaria


Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata cnidaria
berasal dari kata enido yang berarti penyengat, karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada tantakel yang terdapat disekitar
mulutnya. Terdapat 10.000 spesies coelenterata yang sebagian besar hidup di laut.
(Suartini, 2014)
Coelenterata yang dikenal juga dengan nama Cnidaria berasal dari Bahasa Latin
yaitu koilosyang berarti selom atau rongga tubuh, dan enteron yang berarti usus. Jadi,
Coelenterata dapat diartikan sebagai rongga tubuh yang memiliki fungsi sebagai usus.
42 Sedangkan Cnidaria berasal dari bahasa Yunani yaitu cnidae yang berarti sengat.
(Rahmadina, 2019)
Cnidaria adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga dengan bentuk tubuh
seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tubuhnya ada yang berbentuk
polip yang menempel pada tempat hidupnya, dan ada yang berbentuk medusa yang
bergerak aktif melayang-layang di air seperti payung. (Rosyida, 2021)
Filum Cniaria merupakan organisme karnivora dengan bentuk tubuh simetris radial
dengan bentuk tubuh sederhana. (Rangkuti, 2017). Filum Cnidaria adalah suatu
kelompok yang mensekresikan kalsium karbonat sehingga terbentuknya terumbu
karang “ terumbu karang di dominasi oleh karang yang merupakan kelompok Cnidaria
yang mengsekresikan kalsium karbonat” ( Asriyana, 2015).
Coelenterata sering disebut juga sebagai hewan berongga. Pemberian nama
hewan berongga sebetulnya tidak tepat karena Coelenterata adalah hewan yang tidak
memiliki rongga tubuh yang sebenarnya, yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral
yang disebut coelenteron (rongga gastrovaskuler, yaitu rongga yang berfungsi sebagai
tempat terjadinya pencernaan dan pengedaran sari-sari makanan). Coelenterata
merupakan suatu hewan invertebrata yang sebagian besar hidupnya berada di laut.
Ukuran tubuhnya paling besar dibandingkan dengan hewan invertebrata lainnya, baik
yang soliter maupun yang berbentuk koloni. Coelenterata yang hidupnya melekat di
dasar perairan disebut dengan polip, dan yang berenang bebas disebut dengan
medusa. (Rahmadina, 2019

B. Karakteristik Filum Cnidaria


Karakteristik pada filum coelenterata Struktur tubuh diplobastik, tidak memiliki
kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat respirasi, memiliki mulut
yang dikelilingi oleh tentakel, Belum mempunyai pusat susuna saraf (mempunyai saraf
difus), jenis kelamin: monoecious atau dioecious, larvanya disebut planula dan Sistem
geral dilakukan oleh sel-sel epitelimuskuler yang terdapat pada lapisana ektoderm dan
pada bagian dasar gastrodermis (Rahmadina & Ananda, 2018).

Suartini (2014), Karakteristik Filum Cnidaria diantaranya:

1. Memiliki dua tipe individu yaitu plip dan Medusa

2. Memiliki bentuk Simetri radial atau Simetri bilateral mengelilingi axis longitudinal
dengan ujung oral dan aboral, tidak punya kepala yang jelas.

3. Tidak memiliki Coelom

4. Tidak memiliki system ekskresi dan respirasi

5. Repruduksi aseksual dengan tunas pada (polip) atau seksusal pada (polip dn
medusa), monocious ( kelamin jantan dan betina dalam satu individu) atau diocious
(kelamin terpisah), larvanya planula.

6. Memiliki sistem otot (epitheliomuscular type)

7. Jaringan saraf dengan sinap simetri dan asimetri, dengan beberapa organ sensori.

8. Seluruhnya aquatik, kebanyakan hidup di laut, hanya sedikit di air tawar

9. Mempunyai sel penyengat (nematocyts) dalam epidermis atau gastrodermis atau


keduanya, nematocyts banyak terdapat pada tentakel biasanya membentuk
lingkaran

10. Rongga gastrovaskuler (sering bercabang/terbagi oleh septa) dengan satu


lubang yang berfungsi sebagai mulut dan anus, tentakel selalu mengelilingi
mulut/bagian oral

11. Tubuh dengan dua lapisan yaitu epidermis dan gastrodermis dengan lapisan
mesoglea (bersifat diploblastik). Ada juga dengan lapisan mesoglea yang
mengandung sel dan jaringan penghubung (ektomesoderm) pada beberapa
anggota (bersifat triploblastik).

12. Eksoskeleton atau endoskeleton dari kitin, kalsium atau komponen protein.

Ciri-ciri umum Cnidaria diantaranya habitat di laut, kecuali sejenis hydra hidup di air
tawar. Merupakan Hewan bersel banyak (multiseluler) Sruktur tubuh nya terdiri dari
radial simetris, dipoblastik terdiri ektoderm dan endoderm dan terdapat rongga
(mesoglea) antara lapisan ektoderm dan endoderm Bentuk tubuh ada yang
menyerupai tabung (polip) dan menyerupai mangkok (medusa). Di atas tubuh terdapat
malut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan bergerak. Pada lapisan luar
ektodermis tentakel terdapat sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis).
(Putri, 2014)
Cnidaria mempunyai rongga gastrovaskuler untuk pencernaan. Sistem pernapasan
dengan cara difusi (seluruh permukaan tubuh), kecuali Anthozoa dan Sifonoglia.
Sistem saraf nya melalui proses difusi (baur). Cnidaria Mengalami siklus hidup
(metagenesis).Dalam siklus hidupnya pada umumnya Coclentarata mempunyai dua
bentuk tubuh, yaitu Polip dan Medusa Pohp adalah bentuk Coclentarata yang
menempel pada tempat hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat
dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel Polip yang membentuk
koloni memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya: polip untuk
pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni
gastrozoid Medusa adalah bentuk ubur- ubur seperti payung parasut atau seperti
lonceng yang dapat berenang bebas. (Putri, 2014)
Secara umum, Cnidaria mempunyai dua bentuk morfologi yaitu bentuk polip/
bentuk hydroid yang diadaptasikan pada kehidupan sedentari (menetap) dan bentuk
medusa atau bentuk ubur-ubur yang diadaptasikan pada kehidupan bebas. (Suartini,
2014)

a) Polip
Tubuhnya berbentuk tabung dengan mulut di satu ujung yang dikelilingi tentakel,
bagian aboral (dasar) melekat pada substrat dengan pedal disk (cakram pedal), hidup
sendiri atau koloni (yang koloni kadang terdiri lebih dari satu jenis individu yang
masing-masing mempunyai fungsi khusus misalnya untuk reproduksi, mencari makan
dan pertahanan, lapisan mesoglea tipis. (Suartini, 2014)

Gambar 1. Bentuk Polip

b) Medusa:
Tubuhnya berbentuk lonceng atau payung, mulut terpusat pada bagian konkav
(cekung), bagian yang cembung menghadap ke atas dan yang cekung ke bawah,
tentakel memanjang dari pinggiran payung, selalu hidup bebas, lapisan mesoglea
tebal. Walaupun bentuk polip dan medusa sangat berbeda tetapi masing-masing
mempunyai tubuh seperti kantung yang merupakan dasar dari phylum Cnidaria.
Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa yang ada disekitar organisame tersebut,
tentakel juga berfungsi sebagai alat pergerakan dan tentakel juga dapat digunakan
sebagai alat pertahanan bagi organisme filum cnidaria. (Suartini, 2014)

Gambar 2. Bentuk Medusa

Terdapat sekitar 20 nematocyts yang sudah ketahui dari Cnidaria yang sangat
penting dalam determinasi. Nematocyts merupakan kapsul kecil yang tersusun atas
materi yang menyerupai kitin dan mengandung filamen yang memanjang dari ujung
kapsul. Bagian ujung kapsul ditutupi oleh operkulum. Nematocyts keluar dari sel yang
mensekresikannya yaitu cnidocyt. Memiliki fungsi sebagai alat untuk berpegangan,
sebagai alat pelindung dan alat untuk menangkap mangsa. (Suartini, 2014)

Gambar 3. Nematocyts

C. Kelas Filum Cnidaria

1) Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani hydro-air, zoa = hewan). Sebagian besar hidup di
laut, hanya sedikit hidup di air tawar, terdapat daiam bentuk poHp dan medusa pada
sebagian besar spesies, fase polip seringkaH membentuk koloni. sebagian besar
memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya Hydrozoa dapat
hidup soliter. (Lumenta, 2017)

Hydrozoa merupakan filum Cnidaria yang umum ditemukan. Hydrozoa hidup di laut
namun ada juga yang hidup di air tawar. Hydrozoa merupakan organinisme yang hidup
seperti kantong dan hidup secara individu maupu berkoloni atau soliter. Contoh
anggota Hidrozoa yang terkenal adalah Hydra viridis. Hydra viridis merupakan
organisme soliter yang hidup di ir tawar, makananya berupa udang dan kerang tingkat
rendah. Terdapat tiga ciri yang membedakan antara Hydrozoa dengan kelas Cnidaria
lain yaitu: (1) nematocyst hanya ada di epidermis; (2) gamet bersifat epidermal dan
dilepaskan ke luar tubuh daripada ke rongga gastrovaskular; dan (3) mesoglea
sebagian besar berbentuk aseluler (Miller, 2016). Hydra memiliki bentuk tubuh polip
yan mempunyai 6-10 tentakel dimuutnya untuk menangkap makanan, bagian bawah
Hydra yang disebut cakram basal mempunyai fungsi untuk menempelkan dirinya pada
basal. Hydra mempunyai otot yang memanjang dan memendek sehingga dalam sistem
geraknya berupa jungkir balik untuk berindah tempat. Hydra memiliki sistem reproduksi
secara aseksual yaitu dengan membuat tunas (budding). Contoh lain anggota kelas
Hydrozoa adalah ubur-ubur, Obelia, dan Physalia pelagica. (Sukma, 2021)

Gambar 4. Siklus hidup dan struktur Obellia 7 (Miller, 2016)

Obellia memiliki cara bereproduksi secara seksual yakni dengan bertunas.


Pertumbuhan hasil koloni Obelia dari tunas gastrozooid. Proses seperti akar tumbuh ke
dalam dan secara horizontal di sepanjang substrat. Obellia menjangkarkan koloni dan
memunculkan koloni cabang. Seluruh koloni memiliki rongga gastrovaskular dan
dinding tubuh yang terus menerus, dan tingginya beberapa sentimeter. Saat medusa
dewasa, mereka melepaskan diri dari tangkai dan berenang keluar dari lubang di ujung
gonozooid. Medusa bereproduksi secara seksual untuk menghasilkan lebih banyak
koloni polip. Sel saraf pada Hydrozoa terletak di mesoglea di sekitar margin medusa
berupa cincin saraf yang disebut statocysts. Cincin saraf mengoordinasikan Hydrozoa
untuk berenang. (Sukma, 2021)

2) Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk zoa = hewan) memiliki
bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal
dengan ubur-ubur. Medwsa umumnya berukuran 2-40 cm. Reproduksi diiakukan
secara aseksuai dan seksuai. roiip yang benikuran kecii menghasilkan medusa secara
aseksuai. Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan C'hrysaora fruttescens. (Lumenta,
2017)
Kelas Scyphozoa mempunyai ciri-ciri tubuh medusa berukuran besar berbentuk
seperti payung dan memiliki tentakel, sistem reproduksi kelas scypozoa secara seksual
dengan adanya peleburan sel gamet yang dikeluarkan oleh jantan dan ovum yang
dikeluarkan oleh betina, kemudian akan terjadi pembuahan di luar tubuh atau di air laut
kemudian akan berkembang menjadi larva planula dan akan menetap pada suatu
tempat tumbuh menjadi polip berbentuk mendusa seperti terompet kemudian akan
menempel di dasar laut dan akan berkembang menjadi medusa dewasa. (Sukma,
2021)

Gambar 5. spesies Scyphozhoa a) Mastigias sp., b) Aurelia aurita. (Miller, 2016)

Scyphozoan berasal dari kata scyphos yang berarti mangkok. Bentuk tubuh
Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-
ubur mangkuk. Memiliki bentuk dominan medusa. Polip bagian atas akan
membentuk medusa lalu lepas melayang di air. Medusa akan melakukan kawin
dan membentuk planula sebagai calon polip. (Sanjaya, 2021)

3) Cubozoa
Cubozoa merupakan ubur-ubur sejati. Medusa memiliki bentuk lonceng dengan
empat sisi yang datar, sehingga menyerupai bentuk kubus. Habitat Cubozoa di laut
tropis dan subtropis dengan makanan utamanya adalah ikan. Sebagian cubozoa
berdampak buruk bagi perenang karena sengatan nematosistanya dapat
menyebabkan luka yang sulit disembukan, sampai menyebabkan kematian dalam
waktu 3-20 menit. Seperti pada Chironex fleckeri (sea waspas) di perairan Indo-Pasifik.
(Rosyida, 2021)
Sebelumnya diklasifikasikan sebagai ordo di Scyphozoa. Medusa berbentuk
kuboid, dan tentakel menggantung di setiap sudutnya. Polip berukuran sangat kecil
dan, pada beberapa spesies, tidak diketahui. Cubozoa adalah perenang dan
pengumpan aktif di perairan tropis yang hangat. Beberapa memiliki nematocysts
berbahaya. (Sukma, 2021)

Gambar 6. Kelas Cubozoa (Miller, 2016)

4) Anthozoa
Anthozoa (dalara bahasa yunaw, anthus = buoga, zoa = hewan) memiliki
banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki
bentuk mednsa hanya bentak polip-polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua
kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkolonia. Anthozoa
bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi
seksual menghasilkan garnet. (Lumenta, 2017)
Sistem pencernaan Anthozoa dilakukan dengan cara ektrasel dan intrasel. Pada
pencernaan ektrasel, mangsa dilumpuhkan oleh nematokist dengan bantuan tentakel,
makanan ditarik ke dalam mulut kemudian ke stomodeum lalu ke rongga
gastrovaskuler. Didalam rongga gastrovaskuler makanan dicerna oleh enzim. Sari-sari
makanan diserap oleh gastrodermis sedangkan zat sisa dikeluarkan lagi melalui mulut.
(Sukma, 2021)
Sepanjang hidup Anthozoa hanya sebagai sesil atau bentuk polip yang menempel
di dasar perairan, Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa itulah yang menyebabkan
mengapa ia hanya hidup di dasar perairan. Anthozoa memiliki bentuk tubuh
berbentuk silinder pendek, dengan salah satu ujungnya yang bebas terdapat mulut
yang dikelilingi tentakel. Sifonoglipa merupakan gullet atau kerongkongan yang
bersekat yang fungsinya unttuk menghubungkan mulut dan usus. Jenis Anthozoa yang
terkenal adalah Metridium marginatum, Tubiphora musica, Euplexaura
antipathies (akar bahar), dan Pleurobranchia. (Rahmadina, 2018)

 Octocorallia
Octocorallia merupakan salah satu anggota Coelenterata/ Cnidaria yang juga
berperan dalam pembentukan terumbu. Nama lain Octocorallia adalah Alcyonaria
istilah Alcyonaria dipakai sebagai nama umum karang lunak yang merupakan subkelas
karang lunak. Octocorallia dapat ditemukan diseluruh perairan laut pada semua
kedalaman dari daerah pasang surut (intertidal) sampai ke perairan dalam, akan tetapi
kelimpahan tertinggi ditemukan di perairan dangkal. (Haris, 2019)

Sistematika Octocorallia terbaru terdiri dari 3 ordo (Haris, 2019)

a. Ordo Alcyonacea (karang lunak dan kipas laut)


Memiliki 6 subordo, 31 familli, 315 genus, 2.801 spesies. Pada prisipnya ordo
Alcyonacea merupakan ordo yang termasuk kedalam kelompok karang lunak.
Morfologi Alconacea yaitu memiliki mulut, memiliki 12 saluran farinx berupa saluran,
rongga gastrovascular, serta 8 tentakel. (Haris, 2019)

Morfologi ordo Alconacea dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 7. Morfologi dan anatomi Octocorallia. (Miller, 2016)

b. Ordo Helioporacea (karang biru)


Memiliki 2 famili, 2 genus, 5 spesies. Helioporacea tersebar baik di perairan tropis
maupun subtropis. Berbeda dengan Octocoralia yang lainnya kerangka helioporacea
tidak memiliki spikula tetapi tersusun dari sekresi pada suatu lapisan (calicoblasts)
yang berasal dari heliopora berwarna biru, memiliki bentuk yang tegak, berlobus dan
pipih dari sisi ke sisi. (Haris, 2019)
sehingga dapat disimpulkan bahwa morflogi ordo Helioporacae adalah :
1) Kerangka : Tersusun atas sekresi suatu lapisan dari Heliopora hewan biru
2) Bentuk tubuh : Besar, tegak, berlobus dan pipih dari sisi ke sisi
3) Permukaan : Berlubang besar (kalisks) dan halus.
4) Struktur zooid : Septa yang miemiliki 8 tentakel yang ber-pinate.
Gambar 8. Morfologi Ordo Helioporace. (Haris, 2019)

c. Ordo Pennatulacea (pena laut)


Memiliki 14 famili, 34 genus, 145 spesies. Pennatulacea adalah karang berkoloni
yang bercirikan memiliki angkar (peduncle) yang tertanam ke dalam sedimen lunak
(lumpur,pasir), dan memungkinkan berpindah tempat untuk menjelajah dasar laut dari
zona interdal sampai ke abyssal plan. (Haris, 2019)

Untuk mengetahui morfologi ordo Pennatulacea perhatikan gambar berikut.

Gambar 9. Penatulacea (Miller, 2016)

 Hexacorallia
Hexacorallia adalah subkelas Anthozoa yang terdiri dari 4.300 spesies. Sama
halnya dengan Octocorallia, Hexacorallia juga berperan penting dalam pembentukan
terumbu karang. Pada umumnya Hexacorallia sering dikenal dengan karang batu,
termasuk anemon laut, anemon tabung dan anemon zoanthids. Dilihat dari
pengertiannya Hexacorallia merupakan spesies organisme yang memiliki enam sekat,
yang masing-masing terdiri dari dua lembar. Organisme ini berbentuk polip lunak yang
sebagian hidup secara berkoloni dan dapat menghasilkan kerangka kalsit. Hexacorallia
memiliki siklus hidup yang sama halnya dengan Cnidaria pada umumnya yaitu
terdapatnya fase motil yakni ketika mereka dianggap sebagai plankton.Ordo
Hexacorallia memiliki 6 ordo yaitu: Karang batu (Scleractinia), Anemon laut (Actiniaria),
Anemon tabung (Ceriantharia), Zoanthids (Zoantharia), Karang hitam (Antipatharia),
dan Corallimorpharia. (Kurnia, 2014).
a. Karang Batu (Scleractinia)
Scleractinia disebut juga sebagai karang batu yaitu hewan yang mampu
mengsekresikan CaCO3. (Supriyono,2019:6). Ordo ini menyusun kerangka yang keras
untuk dirinya sendiri, Scleractini termasuk kedalam kelas Anthozoa filum Cnidaria.
Karakteristik Scleractini memiliki bentu tubuh silinder dengan bagian atas dikelilingi
oleh tentakel, keras, eksoskeleton berkapur dan endosyimbionts fotosintesis
(Zooxanthellae). (Scleractini hidup secara individu (polip tunggal) dan ada yang hidup
secara berkoloni (corallite). (Rangkuti, 2017).
b. Anemon laut (Actiniaria)
Anemon laut merupakan hewan soliter yang berkoloni, anemon laut hidup di dasar
laut yang menempel pada benda keras, pecahan karang, dan pasir. Anemon laut
memiliki kemampuan mengkerut antara 12-15 cm dibawah permukaan sehingga akan
kesulitan digali tanpa melukai anemon tersebut. Anemon laut hidup dengan sebagian
besar tubuhnya hidup di dalam sedimen yang hanya mulut dan tentakelnya saja yang
muncul ke permukaan untuk mendapatkan makanan. Umumnya anemon dijumpai
pada daerah terumbu karang yang kurang subur dan dangkal, selain itu anemon juga
hiduo pada kedalaman 6.000 m dan bahkan ada yang mampu hidup di dasar laut.
(Kordi, 2018)
Anemon memiliki daya gerak terbatas hanya berjalan di atas tentakel mereka. Saat
diganggu,. Beberapa anemon mengapung menggunakan gelembung gas yang ditahan
di dalam lipatan cakram pedal. Anemon memakan invertebrata dan ikan. Tentakel
menangkap mangsa dan menariknya ke mulut. Serabut otot radial di mesenterium
membuka mulut untuk menerima makanan. (Sukma, 2021)
BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Phylum Cnidaria dilaksanakan pada hari selasa, 14 Maret


pada pukul 15.45–17.45 WITA di Laboratorium Biologi Laut, Fakultas Ilmu kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

B. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Pensil 1. Tissue roll tiap klompok 1
2. Pensil warna 2. Sampel :
3. Mistar a. Karang keras
4. Pinset Fungia sp.
5. Pipet tetes Acropora sp.
6. Cutter/silet b. Karang lunak
7. Objek dan cover glass c. Anemone laut
8. Stereo Microscope d. Ubur-ubur

C. Prosedur Kerja

1. Kelas Scyphozoa
 Ubur-ubur
Ambil sampel ubur-ubur menggunakan pingset , amati bentuk morfologinya,
kemudian gambar sampel. Dari bentuk tubuhnya, dijelaskan alasam ubur-ubur
dikelompokkan dalam Class Scyphozoa pada filum cnidaria Amati bagian-bagian
tubuhnya. Setalah di amati selanjutnya membedakan bagianexumbrella dan sub
umbrella.. Amati bagian oral tubuh ubur-ubur, melihat bagian-bagian tubuh seperti
Rhopalium, mulut, lengan mulut,tentakel dan gonad jika ada dengan menggunakan
objek dan cover glass dan streo microscope.

2. Kelas Anthozoa
 Anemon Laut
Ambil sampel anemone laut yang ada di bawah nampan/talang. Kemudian di
Amati bentuk morfologinya, kemudian gambar sampel. Dengan melihat bentuk
morfologinya, kemudian tunjukkan bagian-bagian tubuh anemon laut berupa
tentakel, Oral disc, Basal/pedal disc, tentakel, dan mulut.
Potong sampel anemon menggunakan pisau/silet secara vertikal dari mulut
anemon hingga sampai ke pedal disc, amati anotomi dari anemon laut, kemudia
tunjukkan bagian Coulum dan Pharynx . Ambil potongan tentakel kemudian
Masukkan kedalam cawan petri Beri tetesan air yang ambil dengan menggunakan
pipet tetes, simpan pada objek glass setelah itu Amati dibawah mikroskop
kemudian dilihat sel penyengantnya
 Karang Keras
Amati sampel yang berada di bawah nampan. kemudian gambar sampel pada
lembar gambar anda. amati bentuk morfologinya, dan setelah di amati jelaskan
mengapaampel tersebut masuk dalam kelas Anthozoa, bentuk pertumbuhannya
Apakah berbentuk branching, massive, atau berbentuk mushroom (jamur). Pada
sampel Fungia sp., setelah di amati kemudian menunjukkan bagian septa,
columella, dan costae Kemudian Pada bagian septa dapat menunjukkan septa
primer, septa sekunder, dan septa tersier. Pada sampel Acropora sp., yang di
amati bagian axial corallite dan radial corallites Karang LunakAmbil sampel karang
lunak kemudian di amati bentuk morfologinya, kemudian gambar sampel kemudian
di tentukan bagian percabangannya dan kapitulum. Setelah itu jelaskan bagaimana
bentuk kapitulumnya. apakah berbentuk seperti jamur, lobus, atau bercabang-
cabang. Selanjutnya Amati sampel karang lunak, kemudian ambil silat atau cutter
lalu belah bagian percabangan karang lunak secara vertikal, kemudian di jelaskan
mengapa karang lunak masuk kedalam filim coelenterata.
IV. HASIL

A. Aurelia aurita

Gambar Keterangan

Gambar 10. Aurelia aurita (WoRMS


Photogallery)

B. Aurelia aurita

Gambar Keterangan

Gambar 2. Aurelia aurita (Oseana)

C. Acropora sp.

Gambar Keterangan

A. Gambar 3. Acropora sp. (Coral Triangle Center)


D. Fungia sp.

Gambar Keterangan

Gambar 4. Fungia sp. (Corals of the World)

E. Favia sp.

Gambar Keterangan

Gambar 5. Favia sp. (Zoological Journal of the Linnean Society)

F. Pavona venosa

Gambar Keterangan

Gambar 6. Pavona venosa (Corals of the World)

G. Stichodactyla gigantea

Gambar Keterangan

b
Gambar 7. Stichodactyla gigantean (Rifa’i., 2014)

V. PEMBAHASAN

A. Aurelia Aulita

Aurelia tak memiliki alat pernapasan seperti insang, paru-paru, atau trakea.
Spesies ini bernapas dengan difusi oksigen dari cairan melewati membran tipis yang
menutupi tubuhnya. Dalam rongga gastrovaskular, cairan beroksigen rendah dapat
dikeluarkan dan cairan beroksigen tinggi dapat datang dengan tindakan silia, sehingga
meningkatkan difusi oksigen melewati sel. Luas permukaan membran terhadap volume
membantu Aurelia untuk meningkatkan difusi oksigen dan nutrisi ke dalam sel.

Rancangan dasar tubuh dari Aurelia terdiri dari beberapa bagian. Binatang ini tak
memiliki sitem pernapasan, ekskresi, dan peredaran darah. Medusa Aurelia dewasa,
dengan tampilan transparan, memiliki membran marjin payung dan tentakel yang
melekat pada bagian bawah. Binatang ini memiliki empat gonad terang yang benar di
bawah perut. Perjalanan makanan melewati otot manubrium sementara kanal radial
membantu mengedarkan makanan. Terdapat lapisan tengah mesoglea, rongga
gastrodervaskular dengan gastrodermis, dan epidermis. Terdapat juga jaringan saraf
yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot ketika berenang dan tanggapan
makanan. Medusa dewasa dapat memiliki diameter sampai 40 cm (16 in). Medusa
berjenis kelamin jantan atau betina.Tahap larva muda, planula, memiliki sel-sel bersilia
kecil dan setelah berenang lepas di plankton untuk satu hari atau lebih, menempel di
substrat yang tepat, di mana beliau berubah menjadi tipe khusus polip disebut
"scyphistoma", yang membagi dengan strobilasi ke ephyrae kecil yang berenang lepas
untuk tumbuh sbg medusa.Terjadi penambahan ukuran dari mulai tahap planula ke
ephyra, dari kurang dari 1 mm dalam tahap planula, sampai sekitar 1 cm dalam tahap
ephyra, dan kemudian berdiameter beberapa cm dalam tahap medusa.

B. Anemon Laut

Anemon laut adalah salah satu laut yang berbentuk bunga, sehingga dapat
dikatakan bahwa karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama
yaitu kelas dari Anthozoa. Anemon laut juga merupakan salah satu jenis karang dari
Filum Cnidaria dan Coelentrata. Masuknya anemon laut ke dalam filum Cnidaria
karena hewan ini memiliki cnide atau nematocyst (sel penyengat), sedangkan
Coelenterata didasarkan adanya hollow gut yang ditemukan pada rongga tubuh dan
berhubungan dengan stomatch, paru-paru, intestine, system sirkulasi, dan lain-lain
(Hanum L & Karim A.K, 2013). Perbedaan karang dan anemon, yaitu dimana karang
menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak (Rifai,
2019).
Anemon laut adalah binatang invertebrata atau binatang yang tidak memiliki tulang
belakang. nama Coelenterata didasarkan adanya 5 hollow gut yang ditemukan dalam
rongga tubuh dan berhubungan dengan perut, paru-paru, sistem sirkulasi, dan lain-lain.
Pada bagian atas rongga tubuh ditemukan mulut yang dapat dilalui air, makanan, dan
gamet. Mulut ini dikelilingi oleh tentakel yang dapat mengeluarkan nematocyst.
Tentakel aktif menangkap makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. Selain itu
juga digunakan untuk pertahanan (Deliama, 2017)
Anemon tidak mempunyai skeleton pada seluruh tubuhnya. Anemon laut memiliki
berbagai bentuk, ukuran dan warna. Tubuhnya radial simetrik, mempunyai tubuh
columnar dengan satu lubang membuka berupa mulut yang dikelilingi oleh tentakel.
Tentakel dapat melindungi anemon dan dapat menangkap makanannya. Anemon laut
biasanya memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi (2,5 – 10 cm), tetapi beberapa
anemon dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki (1,8 m) (Deliama, 2017).

C. Fungia SP

Fungia sp. merupakan salah satu terumbu karang yang tergolong dalam karang
jamur atau Scleractinia, jenis karang ini banyak diketemukan melimpah di perairan
Indo-Pasifik. Jenis karang ini dicirikan denganhidup bebas, banyak diketemukan
menempel pada spesimen laut dan memiliki kemampuan untuk menghindari interaksi
dengan organisme pesaing yang dapat membahayakan hidupnya. Fungia sp. juga
memiliki peran penting sebagai habitat dan simbion organisme laut seperti
zooxanthella, ikan, kepiting, bivalvia, teritip, moluska, krustasea, dan cacing. Faktor
nutrien alam akan mempengaruhi sebarapa habitat organisme akuatik. (Sawiyah, et
al., 2021)

D. Acropora
E. Favia SP
DAFTAR PUSTAKA

Astriyana dan Yuliana . (2015). Produktivitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara

Deliama, 2017. Estimasi Potensi Lestari Dan Tingkat Pemanfaatan Anemon laut
(Stichodactyla gigantean) Siperairan Selat Makassar. Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.

Hanum L & Karim A.K, 2013. Bahan Alam Laut Senyawa Bioaktif Dan Aktivitasi
Farmakologis Untuk Antimalaria. Jurnal Oseana, Vol XXXVIII. No, 2 : 11-15.

Haris, A. (2019). Karang Lunak: Anthozoa:Octocorallia. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Kordi K, M.G. (2018). Mengenal dan Mengelola terumbu Karang. Jakarta: Indeks

Kurnia, D.S. (2014). Subkelas Hexacorallia. (Makalah) Juruan Ilmu Kelautan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Makasar, Makasar.

Lumenta, C. 2017. Avertebrata Air. Unsrat Press : Manado.

Miller, S.A. dan John P. Harley. (2016). Zoology. Kentucky University. Tenth edition.

Prasetya.I.N.D..2018. Kajian Jenis Dan Kelimpahan Rekrutmen Karang Di Pesisir


Desa Kalibukbuk, Singaraja, Bali.Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja :
Bali.

Putri, S.A. (2014). Ekologi Cnidaria (Aurelia aurita).

Rangkuti, A.M. (2017). Ekosistem Pesisir & Laut. Jakarta: Bumi Aksara

Rifa’I, M.A. 2019. Dinamika Simbion Alga Zooxanthellae Anemon Laut Stichodactyla
gigantean (Forsskal 1775), Alam dan Hasil Rekayasa Reproduksi Aseksual,
Pascasarjana. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Rizal, S, Pratomo, A & Irwan, H 2016. Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di
Perairan Pulau Terkulai. Repository UMRAH: Kepulauan Riau.
Rosyida, E. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Ipa Berbasis Website Pada
Materi Hewan Invertebrata Kelas VII Smp Negeri 1 Tegaldlimo Banyuwangi

Sawiyah et al., (2021). Karakter Morfologi Fungia sp Di Pulau Mamburit, Kabupaten


Sumenep, jawa Timur, Indonesia. Jurnal Ilmu Perikanan, Vol 12. No, 2 : 126-
127.

Suartini, N.M. (2014). Mata Kuliah Taksonomi Invertebrata (Phylum Cnidaria)

Anda mungkin juga menyukai