1.3.1.Kelas Scyphozoa
Scyphoza berasal dari bahasa Yunani yaitu schypo yang memiliki arti mangkok dan zoo yang berarti
hewan. Scyphozoa merupakaan hewan yang memiliki bentuk yang menyerupai mangkuk atau cawan
sehingga lazim disebut sebagai ubur-ubur mangkuk. Kelas scyphozoa memiliki hidup dengan dua bentuk
fase, yaitu fase plip dan fase medusa, tetapi bentuk yng paling mendomasi adalah bentuk medusa.
Sebagian besar hewan dengan kelas scyphozoa yang habitatnya di pantai akan melewati tahapan polip
yang beukuran kecil selama ia menjalani siklus hidupnya (Pancek, 2023).
Scyphozoa adalah kelas dari filum coelentrata. Scyphozoa memiliki sifat yang soliter,
bermategenesis atau fase kturunan secara bergiliran antara polip dengan medusa. Fase polip menempel
pada substrat didasar , namun fase polip mengalami reduksi atau sangat jarang ditemui. Sedangkan fase
medusa memiliki ciri mampu berenang bebas. Hewan yang termasuk dalam kelas scyphozoa adalah
ubur-ubur (Ariska, 2020).
a. Ubur-ubur
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Scyphozoa
Order : Samaeostomeae
Family : Ulmaridae
Genus : Aurelia
Species : Aurelia aurita (Worms; Linneaeus, 1758)
Aurelia aurita atau yang bisa disebut dengan ubur-ubur merupakan hewan yang memiliki sifat soliter,
mempunyai diameter sekitaran antara 7,7-30 cm dengan bentuk yang menyerupai mangkuk atau payung
yang tidak terlalu cembung dan tubuhnya terdapat tentakel . Spesies Aurelia aurita tidak memiliki
peredaran darah serta mampu melakukan reproduksi dengan cara bermategenesi atau dengan pergiliran
keturunan dari fase polip menjadi fase medusa. Aurelia aurita hanya terdiri dari satu lubang
(gastrovaskular) yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk memasukkan makanan sekaligus tempat
untuk mengeluarkan makanan. Dalam penyaluran makanan, Aurelia aurita mempunyai fase difusi
diseluruh tubuhnya yang memiliki fungsi untuk menyalurkan makan ke seluruh tubuhnya (Rahmadina &
Ananda, 2018).
Aurelia aurita akan bergerak menuju ke permukaan saat cuaca mendung, pagi dan sore hari,
sampai pada akhirnya bergerak menuju ke bawah air pada saat tengah hari dan malam hari. Ubut-ubur
menggantungkan hidupnya pada arus dan ombak. Jika terjadi ombak besar, biasanya ubur-ubur akan
memilih berenang menuju ke pantai. Semua jenis ubur-ubur dari ordo samaestomeae mampu hidup
semua daerah perairan dalam jumlah yang cukup banyak, terlebih di perairan yang memiliki suhu hangat
(Adelia, 2022). Habitat dari Aurelia aurita, berada pada laut dengan jark dari garis pantai kurang lebih 50
meter dari garis pantai. A.aurita juga menyukai tempat-tempat yang masih dipengaruhi dengan estuari,
karena banyaknya bahan organik dan unsur hara yang menjadi sumber makanan A.aurita. A.aurita lebih
banyak ditemukan di dekat pantai, perairan dangkal dan adanya aliran air tawar dari sungai atau rawa
mangrove (Rahmah & Zakaria, 2017).
1.3.2.Kelas Anthozoa
Anthozoa merupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu Anthos yang berarti bunga dan zoo yang
memiliki arti binatang. Anthozoa dapt diartikan sebagai hewan yang memiliki bentuk seperti bunga.
Anthozoa tidak sama dengan kelas yang lainnya, anthozoa hanya memiliki satu bentuk fase hidup yaitu
fase polip. Anthozoa mencakup hewan-hewan laut seperti karang dan anemon laut. Hewan ini hanya
berbentuk polip dan tidak terdapat medusa, contoh speciesnya adalah anemon laut dan coral (Handriani,
2023).
Sepanjang hidup dari anthozoa hanya berbentuk sesil atau polip yanh hidup menempel di
substrat atau di dasar perairan. Anthozoa tidak mempunyai bentuk medusa, itulah yang menjadi
pembeda anthozoa dengan kelas lainnya. Anthozoa memiliki bentuk tubuh seperti silinder dengan ukuran
pendek, dengan ujungnya yang berperan sebagai mulut dan dikelilingi dengan tentakel yang berfungsi
untuk menangkap dan menyaring kotoran pada makanan yang akan masuk kedalam mulut. Sifonoglipa
merupakan gullet atau kerongkongan yang memiliki sekat-sekat dengan fungsi untuk mengubungkan
mulut dan usus (Rahmadina, 2018).
a. Anemon Laut
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Actinaria (Worms; Eloaktis, 1931).
Anemon laut merupakan hewan yang memiliki bentuk seperti bunga dan memiliki variasi dengan
kombinsi warna yang menarik. Anemon laut juga memiliki sel sengat atau nematokis yang berguna
sebagai pertahanan dan menyerang predator. Cara anemon laut dalam mempertahankan diri dengan
cara menyengat musuh yang terletak pada tentakelnya. Anemon laut akan menyengat ikan yang mulai
mendekat agar ikan tersubut mudah ditangkap (Raehan, 2023).
Anemon laut memiliki habitat di perairan yang hangat sampai dengan perairan dengan suhu
dingin, hidup didasar laut dan menempelkan dirinya pada substrat. Selain itu, ada juga sebagian anemon
laut yang hidup dengan sedikit membenamkan diri atau bagian tubuhnya ke dasar tanah yang mulai agak
berlumpur. Anemon laut hidup secara soliter atau bergerombol membentuk suatu koloni. Umumnya
anemin laut bisa dijumpai di daerah terumbu karang dan perairang dangkal, di goa atau lereng terumbu
(Mudloifah et al., 2022).
b. Karang Keras
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractina
Family : Fungiidae
Genus : Fungia
Species : Fungia sp.(Worms; Michelin, 1842)
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractina
Family : Faviidae
Genus : Favia
Species : Favia sp. (Worms; Esper, 1793)
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class: Anthozoa
Order : Scleractina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora sp. (Worms; Dana, 1846)
Fungia sp. adalah jamur karang yang berasal dari filum coelentrata dengan bentuk tubuh seperti
mangkok. Fungia sp. Memiliki warna yang cukup cerah yaitu putih, kuning dan memiliki celah seperti
mulut. Fungia sp. Juga mempunyai cakram ulat atau berbentuk oval dan mulut yang berada ditengah dan
dikelilingi oleh tentakel. Fungia sp. Melakukan proses reproduksi dengan cara aseksual yaitu, dengan
membentuk keturunan baru dari pecahan-pecahan tubuh Fungia sp. (Faizsyahrani, 2022). Fungia sp.
digolongkan kedalam kelompok terumbu karang yaitu karang jamur. Jenis karang dengan jenis ini banyak
ditemukan di perairan Indo-Pasifik. Habitatnya berada di daerah perairan laut dangkal atau zona neritic
dan melekat didasar laut dengan kedalam hampir mencapai 50 meter.Fungia sp. Adalah jenis karanga
yang biasa sering dijumpai pada daerah dengan kondisi suhu perairan yang hangat (Sawiya, 2021).
Favia sp. merupakan koralit dengan bentuk bulat hingga memanjang, memiliki diameter sekitar 10-15
mm. Di bagian sisinya memiliki gigi-gigi yang teratur dan halus (Worms, 1820). Acropora sp. Adalah
salah satu spesies karang keras sebagai penyusun terumbu. Biasanya bentuk pertumbuhan acropora
yaitu branching dengan ujung yang lancip (Saputri et al., 2016).
Habitat karang keras (Scleractina) banyak hidup di daerah perairan laut dangkal. Karang keras
juga mampu hidup dan bertahan di daerah dengan turbiditas dan sedimentasi yang terbilng tinggi
terutama karang dengan pertumbuhan masif. Karang keras juga mampu hidup di perairan dengan ombak
dan arus yang cukup cukup besar. Hal itu yang menjadikan karang keras sebagai pemecah ombak
(Luthfi & Anugrah, 2017).
c. Karang Lunak
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Alcyoniicea
Family : Alcyniidae
Genus : Sinularia
Species : Sinularia sp.(Worms, 1898)
Sinularia sp. Merupakan karang lunak dari filum cnidaria. Soft coral dari Sinularia sp. Merupakan jenis
karang yang unik jika dibandingkan dengan jenis karang yang lainnya, dimana pada umumnya karang
akan mmembuuhkan substrat yang keras untuk menempel, namun jenis ini juga dapat hidup di substrat
yang lunak dan berlendirnyang dikeluarkan dari permukaan tubuhnya. Lendir pada karang lunak keluar
bersama dengan spikula-spikula yang menumpuk pada bagian pangkal koloni dan pasir di sekitarnya,
sehingga koloni ini akan memiliko tekstur yang kokoh dan keras. Sinularia sp. Memiliki kandungan
senyawa bioaktif karena terdapat mucus yang akan dikeluarkan ketika merasa terancam, senyawa ini
memiliki sifat toksik atau beracun (Achmad & Akbar, 2017).
Karang lunak memiliki habitat yang hidup di daerah perairan laut dangkal. Hewan ini memiliki
kemampuan hidup di kedalaman 2-30 meter. Karang lunak dengan genus Alcynacea adalah salah satu
genus dengan spesies yang banyak tersebar di daerah perairan tropis dan subtropis. Untuk spesies
Sinularia sp. Persebarannya banyak pada perairan Indopasifik, sebagai penyusun terumbu dan berada
pada kedalaman 3-5 meter (Sahidin et al., 2023).
1.3.3.Kelas Hydrozoa
Hydrozoa merupakan kelas dari filum cnidaria yang asal katanya dari bahasa Yunani yaitu Hydrozoa
merupakan kelas dari filum cnidaria yang asal katanya dari bahasa Yunani yaitu hydra, yang memiliki arti
sebagai hewan dengan bentuk yang menyerupai ular. Sebagian besar hewan dengan kelas hydrozoa
hidup di laut dan hanya sebagian kecil yang hidup di perairan air tawar. Hydrozoa hidup dengan cara
soliter namun ada juga yang hidup secara berkoloni. Hydrozoa yang hidup secara soliter memiliki bentuk
fase hidup polip, sedangkan jika hidup secara berkoloni, akan membentuk fase hidup polip dengan
dominasi fase hidup medusa. Pada kelas hydrozoa lebih sering ditemukan dalam bentuk fase hidup polip
dibandingkan dengan fase ghidup medusa (Handriani, 2023).
Karsteristik hydrozoa dapat dilihat pada bentuk tubuhnya yang menyerupuai tabung dengan
ukuran panjang 5-10 mm. Memiliki garis tengan yang berukuran kurang lebiih 2 mm. Mulutnya dikelilingi
dengan tentakel yang terdiri dari 6 atau 7 buah tentakel tergantung dari jenis spesiesnya serta memiliki
ukuran 1-20 mm. Permukaan mulutnya disebut ednga oral, dan permukaan untuk melekatkan tubuhnya
disebut aboral. Cara reproduksinya dapat secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dilakukan
dengan cara pembentukan testis pada bagian atas dan ovarium di bagian bawah dimana akan terjadi
persatuan antara spermatozoid dengan ovum membentuk zigot sehingga tumbuh menjadi individu baru.
Adapun reproduksi secara aseksual dengan cara membentuk tunas (Rahmadina, 2019). Habitat
hydrozoa bisa hidup di semua tipe perairan terutama di laut, dan paling sedikit bisa hidup di perairan air
tawar (Deserti et al., 2017).
1.3.4.Kelas Cubozoa
Cubozoa memrupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu cubo yang berarti kubus dan kata zoo yang
berarti hewan. Cubozoa atau biasa disebut dengan kelas ubur-ubur kotak karena memiliki bentuk
medusa yang menyerupai kotak atau kubus. Cubozoa memiliki struktur mta yang kompleks, mulai dari
retina, korneo, dan lensa mata yang berfungsi itu melihat pada tingkat pencahayaan tertentu. Uur-ubur
kotak sangat terkenal dengan racun pling mematkan di dunia. Pada setiap tentakelnya mengandung
sekitar 500.000 knidosit, jarumnya membentuk tombak dan dapat menyuntikkan racun ke tubuh musuh.
Ubur-ubur kotak sangat aktif dalam melakuka pemburuan mangsa (Wahono, 2020).
Sama seperti ubur-ubur lainnya, cubozoa hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai
mulut sekaligus berfungsi sebagai anus. Kandungan nematosit pada tentakelnya yang sangat beracun
membuat cubozoa digolongkan kedalam hewan predator/karnivora. Fase hidup dari cubozoa yaitu fase
polip dan fase medusa. Fase polipnya terbagi lagi menjadi dua yaitu, fase polip gonozoid yang berfungsi
sebagai reproduksi serta fase polip gastrozoid yaitu fase polip untuk menghasilkan makanan. Pada fase
polip, mulut dan tentakelnya akan berada pada bagian atas tubuh polip, sedangkan pada fase medusa \
posisi mulut dan tentakelnya akan berada di bagian bawah tubuh. Tentakel pada cubozoa memiliki fungsi
sebagai alat pertahanan diri, alat menangkap makanan serta menjadi alat gerak (Novita & Masnadi,
2021). Habitat cubozoa banyak ditemukan di perairan laut dengan kedalaman mulai dari 35 meter.
Cubozoa juga banyak ditemukan di perairan laut pesisir yang memiliki suhu hangat di seluruh belahan
dunia dengan tipe tropik dan subtropik (Keesing et al., 2016).
1.4. Pengamatan
Achmad, J. M., & Akbar, N. (2017). Aktivitas Biologi Dari Senyawa Terpenoids Soft Coral Genus Sinularia
sp. Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil , Vol.
2, No. 1.
Adelia, S. (2022). Skrining Antibakteri Ekstrak Kasar Ubur-Ubur Catostylus sp. Terhadap Balteri
Staphylococcus aureus dan Aeromonas hydrophila=Antibacterial Screening of Catostylus
sp. Jellyfish Crude Extract Againts Staphylococcus aureus an Aeromoas hydrophila.
Doctoral Dissertation, Universitas Hasanuddin .
Ariska, D. (2020). Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup
di MTs Lam UJong Kabupaten Aceh Besar. Doctoral Dossertation, UIN AR-RANIRY .
Cheng, K. (2021). Learning in Cnidaria: A Systematic Review . Learning & Behavior , 175-176.
Deserti, M. I., Esquius, K. S., Escalante, A. H., & Acuna, F. H. (2017). Trophic Ecology and Diet of Hydra
vulgaris (Cnidaria; Hydrozoa). Animal Biology , 286-300.
Fadila, D. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Adobe Flash CS6 Pada Materi
Cnidariae. Doctoral Dissertation Unimed , 7.
Faizsyahrani, L. P., Pertiwi, A. R., Firdhina, W. P., & Kholifah, S. n. (2022). Inventarisasi Ragam Karang
di Pantai Bandengan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Seminar Nasional Sains &
Enterpreneurship 1(1) .
Handriani, V. (2023). Pengembangan Media Pembelajaran Flipchart Pada Materi Animalia di SMAN 1
Trienggadeng. Doctoral Dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh .
Keesing, J. K., Strzelecki, J., Stowar, M., Wakeford, M., Miller, K. J., Gershwin, L. A., et al. (2016).
Abundant Box Jellyfish, Chironex sp. (Cnidaria: Cubozoa: Chirodropidae), Discovered at
Depth of Over 50 m on Western Australian Coastel Reefs. Scientific Reports , 6(1).
Kodoati, P. S., Paruntu, C. P., Roeroe, K. A., Paransa, D. S., Warouw, V., & Tilaar, F. F. (2021).
Nematosit Karang Montipora undata (Scleractina) dari Pantai Malalayang Teluk Manado.
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis , 21.
Luthfi, O. M., & Anugrah, P. T. (2017). Distribusi Karang Keras (Scleractina) SebagaI Penyusun Utama
Ekosistem Terumbu Karang di Gosong Karang Pakiman, Pulau Bawean. Depik 6(1) , 9-
22.
Mudloifah, I., Lailiyyah, H., Putriarti, D., & Ilmiyah, F. (83-88). Diversity aaof Anemones in the Intertidal
Zone of Perbatasan Tuban-Rembang Beach. Sins dan Matematika 7(2) , 2022.
Novita, S., & Masnadi, M. (2021). Inventarisasi Spesies Filum Coelentrata di Kawasan Pantai Cermin
Untuk Pengembangan Bahan Ajar Pada Mata Kuliah Taksonomi Hewan Rendah. BEST
Journal (Biology Education, Sains and Technology) 4.2 : , 173-179.
Pancek, A. D. (2023). Penerapan Model SETS (Science, Enviroment, Technology, Society) Berbantuan
E-Modul Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemampuan Literasi Digital Siswa
Pada Materi Invertebrata di Kelas X SMA N 1 Ngabang . Doctoral Dissertation, IKIP PGRI
Pontianak .
Raehan, K. (2023). Pengaruh Tempat Berlindung Terhadap Tingkah Laku dan Pertumbuhan Ikan Badut.
Amphirioun percula (Lacepede, 1802) .
Rahmadina. (2019). Taksonomi Invertebrata. Biologi , 47-60.
Rahmadina, & Ananda, D. (2018). Invertarisasi Hewan Invertebrata Pada Filum Coelentrata di Pantai
Pondok Permai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Klorofil Vol.2 No. 2 , 1.
Rahmadina, R. (2018). Taksonomi Hewan Invertebrata. Dissertation Doctoral UIN Sumatera Utara
Medan , 22-27.
Rahmah, F. F., & Zakaria, I. J. (2017). Kelimpahan Ubur-Ubur (Aurelia aurita L.) di Perairan Pantai
Kalang Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Dinamika Lingkungan
Indonesia , 1-7.
Sahidin, Sadarun, B., Fristiohady, A., Wahyuni, & Yodha, A. W. (2023). Karang Lunak Sulawesi Selatan
Tenggara Mengenal Aspek Kimia Farmasi. Eureka Media Aksara .
Saputri, R. A., Widyoniri, N., & Purnomo, P. W. (2016). Identifikasi dan Kelimpahan Bakteri Pada Jenis
Karang Acropor sp. di Reef Flat Terumbu Karang Pulau Panjang Jepara. Saintek
Perikanan: Indonesia Journal of Fisheries Science and Technology 12(1) , 35-39.
Sawiya, S., Arfiati, D., Guntur, G., Ariadi, H., & Wafi, A. (2021). Karakter Morfologi Fungia sp. di Pulau
Mamburit, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Indonesia. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan
12(2) , 126-130.
Sukma, P. (2021). Studi Keanekaragaman Filum Cnidaria di Zona Litoral Cagar Alam Sancang Sebagai
Suplemen Bahan Ajar Biologi. Doctoral Disertation Univeritas Siliwangi , 4-5.
Wahono, E. (2020). Coelentrata. In E. Wahono, Mengenal Coelentrata (pp. 3-10). Jawa Tengah: Alprin.