Anda di halaman 1dari 14

Efektifitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera lamk)

Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans

D
I

S
U
S
U
N

OLEH:
NAMA : Stefani Indadewi Molle
NIM : 2021-40-046
KELAS: B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
limpahan berkat dan karunia-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil diselesaikan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Judul dalam penelitian ini adalah “Efektifitas Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera lamk) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam penelitian yang dilakukan
oleh saya untuk menyelesaikan program studi S1 Pendidikan Biologi Universitas Pattimura
Ambon. Sebagai penulis saya menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka Karya Tulis Ilmiah ini tidak bisa terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang turut membantu saya dalam melakukan
penelitian serta pihak-pihak lain yang juga turut membantu saya secara tidak langsung.

Saya sebagai penulis menyadari bawah Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab
itu kritik dan saran sangat saya perlukan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pendidikan biologi. Semoga Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Ambon, 19/12/2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….5
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………5
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelor (Moringa aleifera lumk)
2.1.1 Taksonomi (Tumbuhan Kelor)…………………………………………….6
2.1.2 Deskripsi Daun Kelor………………………………………………………6-7
2.2 Jamur Candida albicans
2.2.1 Taksonomi Candida albicans……………………………………………………7
2.2.2 Morfologi Candida albicans………………………………………………………7
2.2.3 Patogenis Candida albicans………………………………………………………….8
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans……………8
2.3 Metode Ekstrak……………………………………………………………………8-9
2.4 Pengujian Anti Fungi…………………………………………………………….9-10
BAB III: METODOLOGI
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................................................11
3.2 Populasi Penelitian, Sampling, dan Sampel…………………………………………11
3.3 Alat dan Bahan………………………………………………………………………..12
3.4 Prosedur Penelitian…………………………………………………………………12-14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar tumbuhan di Indonesia bisa digunakan bagaikan tumbuhan obat. Salah
satu contoh tumbuhan obat Indonesia telah lama digunakan merupakan tumbuhan kelor.
Bagian tumbuhan kelor sudah teruji bagaikan bahan antimikroba antara lain daun, biji,
bunga, akar dan kulit kayu. Daun kelor mengandung prerigospermin yang bersifat
merangsang kulit sehingga bisa menyembuhkan kelemahan anggota tubuh semacam
tangan serta kaki bila daun kelor dilumatkan, hingga bisa menguriangi rasa perih karena
bersifat analgesik. Buahnya efektif bagi anti mikroba, antinflamasi, melindungi kesehatan
reproduksi kelor pula kaya akan sumber antioksidan yang baik sebab memiliki bermacam
tipe senyawa semacam asam askorbar, flavonoid, phenolic dan karotenoid. Tingginya
konsentersi asam askorbat, zat estrogen, dan β-sitosterol, besi,kalsium, fosfor, tembaga,
vitamin A, B dan C, α-tokoferol, riboflavin, nikotin, asam folat, piridoksin, β-karoten,
protein, dan khususnya asam amino esensial semacam metionin, sistin, triptofan serta
lisin terdapat dalam daun serta polong membuatnya menjadi suplemen makanan yang
nyaris sempurna. Pada penelitian sebelumnya juga dipapakan kalau daun kelor memiliki
senyawa metabolitsekunder flavonoid, alkaloid, fenol yang pula membatasi kegiatan
kuman(Pandey, dkk. 2012). Adapun taksonomi dari tumbuhan kelor yaitu:

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan menimbulkan reaksi


pertahanan tubuh penjamu. salah satu infeksi yang sering terjadi adalah infeksi jamur,
seperti Candida albicans yang merupakan flora normal dalam tubuh manusia. Infeksi
Candida albicans dapat bersifat primer maupun sekunder, tergantung faktor predisposisi
dari penjamu itu sendiri.Infeksi Candida albicans pada manusia biasanya disebut
kandidiasis. Kandidiasis terjadi di seluruh dunia dan menyerang segala usia, baik pria
maupun wanita. Candida dapat pempengaruhi area kelamin, mulut, kulit, dan darah.
Jamur merupakan salah satu pemicu infeksi pada penyakit paling utama di negara tropis.
Hawa tropis dengan kelembapan yang tinggi di Indonesia sangat mendukung
perkembangan jamur. Salah satu jamur patogen pada manusia adalahCandida albicans.
Jamur Candida albicans hidup bagaikan saprofit pada selaput lendir mulut, vagina dan
saluran pencernaan kondisi tertentu dapat menyebabkan Candida albicans menjadi
pathogen akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh dengan tumbuh terlalu cepat dan
membebaskan zat berbahaya (Campbell et al.,2013). Ketika kondisi inang Candida
albicans jadi lemah sebab sesuatu penyakit semacam pneumonia ataupun bila kuman
saingannya tertekan semacam penyembuhan antibiotik yang berlanjut Candida albicans
bisa menimbulkan infeksi. Candida albicans menimbulkan suatu peradangan yang disebut
kandidiasis. Infeksi yang lebih gawat bisa menyerang jantung (endokarditis) darah
(septisemia) serta otak (meningitis) (Pelczar dan Chan, 2005). Berdasarkan uraian dalam
latar belakang perlu melakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun
kelor (moringa oleifera) sebagai antifungi Candida albicans.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana ekstrak daun kelor (Moringa oliefera L) terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans pada konsentrasi (30%, 50%, dan 75%).

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun kelor
terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dengan berbagai konsentrasi yaitu 30%,
50%, dan 70%.

1.4 Manfaat
1. Mengetahui efektifitas ekstrak daun kelor pada pertumbuhan Candida albicans.
2. Menyadarkan masyarakat untuk meningkatkan sanitasi dan selalu menjaga kebersihan
lingkungan agar tetap terhindar dari jamur Candida albicans yang dapat menyebabkan
penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelor (Moringa oleifera lamk)


2.1.1 Taksonomi (tumbuhan kelor)
TAKSONOMI

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L

.
2.1.2 Deskripsi daun kelor
Tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam.) dikenal secara universal sebagai tanaman ajaib
(miracle plant) atau tanaman kehidupan (the tree of lif). Saat ini tanaman kelor telah tumbuh
tersebar pada seluruh daerah tropis mulai dari Asia selatan sampai Afrika barat. Tanaman
kelor tumbuh dengan baik pada suhu 25-40°C dan curah hujan per tahun tidak kurang dari
500 mm. Tanaman kelor tumbuh pada daratan dengan ketinggian pada permukaan air laut
hingga 1000 m. Tanaman kelor termasuk dalam famili Moringaceae. Tanaman kelor
merupakan tanaman yang paling banyak ditanam dan dipelajari di antara 13 spesies dalam
famili Moringaceae . Catatan sejarah menunjukkan bahwa tanaman kelor telah digunakan di
India ribuan tahun yang lalu untuk pengobatan tradisional Ayurveda. Bangsa Yunani,
Romawi, dan Mesir juga menggunakan bagian dari tanaman kelor untuk makanan dan
kosmetik. Hal ini membuktikan bahwa tanaman kelor telah digunakan secara empiris di
seluruh bagian dunia untuk sumber nutrisi dan pengobatan. Tanaman kelor merupakan
tanaman perdu kecil, mudah tumbuh hingga 12 m saat dewasa, dan dapat hidup hingga 20
tahun. Tanaman kelor merupakan tanaman yang pertumbuhannya paling cepat diantara
tanaman yang lain. Tanaman kelor dapat mencapai ketinggian 3 m dalam waktu 10 bulan
sejak benihnya ditanam. Tanaman kelor memiliki ciri spesifik yaitu daun tripinnate, tangkai
berwarna kuning atau putih, polong tiga sisi menggantung, dan kulit batang gabus berwarna
keabu-abuan. Karakter spesifik yang lain adalah bunga biseksual, aksila putih atau krem,
bersayap bundar, biji globular, berupa biji kapsul berusuk yang terjumbai, akar tunggang
dengan umbi yang lunak. Tanaman kelor juga megeluarkan getah atau eksudat yang
dihasilkan oleh suatu saluran pada kulit batang. Tanaman kelor memiliki nilai manfaat dalam
pengobatan, sumber makanan, produk kosmetik dan kecantikan, serta memiliki kemampuan
sebagai bahan penjernih air. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang paling
bermanfaat di dunia. Tanaman kelor kaya akan nutrisi karena mengandung berbagai macam
senyawa fitokimia pada daun, polong, dan biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
kelor mampu memberikan vitamin C 7 kali lebih besar dibandingkan 1 buah jeruk, vitamin A
10 kali lebih besar dibandingkan wortel, kalsium 17 kali lebih tinggi dibandingkan susu,
protein 9 kali lebih tinggi dibandingkan yoghurt, kalium 15 kali lebih tinggi dibandingkan
pisang, dan zat besi 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayam. Tumbuhan kelor memiliki 46
anti oksidan kuat yang melindungi tubuh dari radikal bebas, memiliki 18 asam amino (8
antara lain esensial) yang diperlukan tubuh untuk membangun sel baru, 36 senyawa anti
inflamasi, serta 90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral. Ekstrak daun dan biji (Moringa
oleifera) mengandung minyak esensial dan kandungan senyawa utama sebagai antijamur
(Ping-Hsien etal., 2005).

2.2 Jamur Candida albicans


2.2.1 Taksonomi Candida albicans

TAKSONOMI

Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans

2.2.2 Morfologi Jamur Candida albicans


Candida albicans merupakan jamur yang memiliki karakteristik oval atau lonjong (yeast),
dimensi 2-3x4-6µm, bertunas serta menciptakan pseudomicelium baik dalam biakan ataupun
dalam jaringan serta eksudat. Pada media agar sabouraud yang ditaruh di temperatur kamar,
membentuk koloni halus berwarna coklat berbau semacam ragi. Bagian permukaan terdiri
atas sel bertunas lonjong serta bagian bawahnya terdiri atas pseudomiselium yang terdiri atas
pseudohifa berupa blastoconidia pada ujungnya. Ragi ini ialah flora normal selaput mukosa
yang masih hidup di saluran pernafasan ( Jawetz, etal.,1996).
2.2.3 Patogenitas Candida Albicans
Berbentuk blastospora dari Candida yang tumbuh ke selaput mukosa atau lapisan epitel kulit
adalah gejala terjadi adanya infeksi, sebelum terbentuknya pseudohifa dan filament.
Penyebaran Candida albicans ke organ visceral terjadi secara merata (Seodarmo, etal., 2008).
Candida dapat masuk ke banyak organ seperti selaput otak melalui aliran darah, selain itu
faktor imunitas yang menurun memicu cepatnya pertumbuhan jamur tersebut seperti pada
pasien dengan penderita kanker (Jawetz, etal., 1996).

2.2.4 Faktor yang mempengarui pertumbuhan jamur Candida albicans


Jamur Candida albicans tumbuh dengan cepat pada medium agar sederhana yang
mengandung peptone, dextrose, maltose atau sucrose dan dalam media mengandung
karbohidrat yang dapat difermentasikan dan sedikit suasana aerob dengan penambahan
nitrogen yang berlebih dalam media, pseudohifa, blastospora, dan chlamidospora pada
kondisi tertentu dapat tumbuh dengan baik. (Bhavan etal., 2010; Böttcher etal., 2016). Selain
tercukupinya nutrien, pertumbuhan dan perkembangan jamur juga membutuhkan faktor
lingkungan yang sesuai, seperti pH dan suhu. Pada pH asam jamur Candida albicans tumbuh
secara optimal, meskipun kondisi pH netral pertumbuhannya juga masih baik hal ini
diperlukan untuk virulensi dari jamur Candida albicans itu sendiri. Jamur dapat tumbuh
optimal dalam perbenihan pada suhu kisaran 25˚C dan masih dapat tumbuh pada suhu 40˚C
(Karam etal., 2012; Nadeem etal.,2013; Mukaremera, 2017). Selain itu, waktu inkubasi dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans. Waktu inkubasi selama 16 jam akan
diperoleh pertumbuhan maksimal dari jamur Candida albicans dan jamur masih dapat
tumbuh sampai 56 jam pengeraman (Karam etal., 2012). Kelembaban juga juga
mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitain Böttcher etal.,(2016) bahwa
suhu 27°C selama 7 hari dalam kegelapan merangsang pembentukan klamidospora jamur
Candida albicans.

2.3 Metode Ekstrak


Ekastraksi adalah penyairan zat yang efektif ataupun zat aktif tumbuhan obat hewan serta
sebagian tipe tercantum biota laut. Zat aktif disebut di dalam sel, tetapi sel tumbuhan serta
hewan berbeda demikian pula dengan ketebalannya, hingga diperlukan tata cara ekstraksi
serta pelarut dalam mengestraksikan (Rusmiati, 2010). Sebagian dasar tata cara ekstraksi
yang dipaparkan dalam harian sebagai berikut:
1. Infundasi Infundasi merupakan proses pencairan umum digunakan untuk mencari bahan
nabati yang aktif terkandung larut dalam air.
2. Maserasi Proses ekstrakan simplisia dengan memakai pelarut dengan sebagian kali
pengadukkan agar menarik menarik zat efektif tahan pemanasan ataupun yang tidak tahan
panas. Teknologi meserasi dengan prinsip tata cara pencapaian konsentrasi pada
penyeimbang. Maserasi dicoba dalam sebagian kali pengocokan ataupun pengadukkan pada
temperatur ruangan ataupun kamar. Pengerjaan yang lama serta penyairan kurang sempurna
merupakan kerugiannya. Secara teknologi tercantum ekstraksi dengan prinsip tata cara
pencapaian konsentrasi pada penyeimbang. Meserasi kinetik berarti dicoba pengulangan
akumulasi pelarut sehabis dicoba pencairan maserasi awal, serta seterusnya.
3. Prelokasi Ekstrak dengan pelarut yang baru serta sempurna biasanya dilakukan dengan
temperatur ruang. Prinsip prekolasi merupakan menempatkan serbuk simplisia pada suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
4. Refluksi Ekstrak dengan pelarut pada temperatur buat didihannya sepanjang waktu tertentu
dalam jumlah pelarut yang terbats relative konsentrasi dengan terdapatnya pendingin dinding
biasanya penanggulangan dicoba pada proses residu awal sampai 3-5 kali sehingga bisa
tercantum proses ekstraksi sempurna.
5. Sokletasi Ekstraksi dengan memakai pelarut yang baru biasanya dicoba dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstrasi selanjutnya dengan jumlah pelarut yang relativ konstan dengan
adanya pendingin bilik.

2.4 Pengujian Anti Fungi


Uji anti jamur bertujuan untuk mengukur perkembangan pertumbuhan jamur terhadap agen
mikroba, sehingga tujuan dari uji ini merupakan bisa dikenal sistem penyembuhan yang
efisien serta efektif terdapat bermacam bagian uji metode dilusi (Pratiwi, 2008).

1. Difusi Agar

Media yang dipakai adalah PDA (potato dextrose agar) dan Nutrient Agar. Pada metode
difusi ini ada beberapa metode yaitu:

a. Metode Kirby Bauer


Sebagian koloni jamur dari pertumbuhan 24 jam diambil disuspensikan ke dalam 0,5 ml
BHIB, diinkubasikan 5-8 jam pada 37°C. Suspensi ditambahkan aquades steril hingga
kekeruhan tertentu sesuai dengan standart konsentrasi jamur 108CFU/ml. Kapas lidi steril
dicelupkan ke dalam suspensi jamur kemudian ditekan pada didinding tabung sampai
kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media supaya rata.
Kemudian diletakkan kertas Samir (disk) yang memiliki antijamur di antaranya,
diinkubasikan pada 37°C selama 18- 24 jam. Hasilnya dibaca pada Zona Radikal yaitu
suatu wilayah disekitar disk di mana pertumbuhan bakteri diukur dengan mengukur
diameter dari zona radikal. Zona radikal yaitu suatu daerah disekitar disk dimana
perkembangan jamur dihambat oleh antijamur, namun tidak dimatikan.
b. Metode Sumuran
Bebarapa koloni jamur dari perkembangan` 24 jam pada media agar diambil,
disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHIB, diinkubasikan 5-8 jam pada 37°C. Suspensi
ditambah akuades steril sehingga kekruhan sesuai dengan standar konsentrasi bakteri 108
CFU/ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi jamur lalu ditekan pada dinding
tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, setelah dioleskan pada permukaan media agar
hingga rata. Media agar dibuat sumuran diteteskan larutan antijamur, diinkubasi pada
37°C selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer.
c. Metode Pour Plate
Beberapa koloni jamur dari perkembangan 24 jam pada media supaya diambil,
disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHIB, diinkubasikan 4-8 jam pada 37°C. Susupensi
ditambah akuadest steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standart konsentrasi
jamur
3. Metode Dilusi
a. Dilusi cair
Metode dilakukan untuk mengukur MIC (minimum inhibitory concentration) atau KHM
(kadar hambat minimum) dan MBC (minimum bactericidal concentration) atau KBM
(kadar bunuh minumim). Caranya dengan membuat variasi pengenceran agen
antimokroba pada media cair yang ditambahkan dengan jamur uji larutan uji agen
mikroba dengan kadar terkecil digunakan sebagai KHM. Larutan tersebut kemudian
dikultur pada media cair tanpa jamur uji kemudian diinkubsi media cair bening yang telah
diinkubasi ditetapkan sebagai KBM.
b. Dilusi padat
Metode ini sama dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat.
Keuntungan merupakan salah satu konsentrasi media antijamur dapat digunakan untuk
menguji beberapa jamur uji (Pratiwi, 2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


3.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yakni mengambarkan atau memaparkan
suatu keadaan fenomena penelitian yang ada dengan prosedur ilmiah dalam menjawab
masalah.

3.1.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan bangun eksperimental sederhana menggunakan
metode maserasi untuk membuat ekstrak daun kelor konsentrasi 30%, 50% dan 75%,
bertujuan untuk mengetahui ada zona hambat terhadap Candida albicans.

3.2 Populasi Penelitian, Sampling dan Sampel


3.2.1 Sampel
Sampel disini adalah daun kelor (Moringa oleifera) yang akan digunakan dengan
mengambil dari satu pohon kemudian di timbang kemudian dikeringkan dan ditumbuk
hingga halus, setelah halus ditimbang dan dilarutkan dengan etanol selama 3 hari. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Candida albicans yang di peroleh dari
Balai Besar Laboratorium terdekat, dan untuk sampel daun kelor (Moringa oleifera) yang di
ambil dari satu pohon

3.2.2 Sampling
Penelitian ini menggunakan 1 sampling pohon saja kemudian ditimbang daun kelor
(Moringa oleifera) sebanyak 1000 gram keringkan selama 2 hari kemudian ditumbuk hingga
halus, timbang sebanyak 13 gram larutkan dalam etanol 96% sebanyak 500 ml maserasi
selama 3 hari lakukan pengecekan setelah 24 jam.

3.2.3 Besar sampel


Besar sampel yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan 3 kali pengulangan
pemeriksaan, dengan menggunakan rumus (r-1) (t-1) ≥ 15
3.3 Alat dan bahan
3.3.1 Alat:
1. Cawan petri. 2. Tabung reaksi
3. Autoclave. 4. Incubator
5. Pipet volume. 6. Bunsen
7. Blender. 8. Baker glas
9. Gelas ukur

3.3.2 Bahan:
1. Ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk)
2. Isolate jamur Candida albicans
3. Ethanol 96%
4. Aquadest steril
5. Alkohol
6. Media PDA

3.4 Prosedur penelitian


A. Sterilisasi alat
Semua alat yang akan digunakan untuk penelitian sebelum digunakan harus dicuci terlebih
dahulu, kemudian dikeringkan setelah itu dibungkus dengan kertas lalu dioven dengan
suhu
180°C selama 1 jam
B. Pembuatan ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera L) dengan cara ekstraksi meserasi. Sebanyak 1000gram daun kelor
(Moringa oleifera lamk) bersih dianginkan selama 2 hari hingga layu,kemudian
dikeringkan
dengan oven pada suhu 50°C selama 48 jam. Daun yang telah kering dihancurkan dengan
blender sehingga diperoleh serbuk daun kelor. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu
metode maserasi dengan pelarut etanol. Serbuk daun kelor 13 gr dimasukkan ke dalam
wadah tertutup dan direndam etanol 96% sebanyak 500 ml selama 72 jam pada suhu
kamar.
Kemudian setelah diinkubasi disaring dengan kain kasa dan kapas kemudian dipanaskan
dengan hotplate dengan suhu 60°C sehingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi
yang efektif untuk menghambat Candida albicans.
C. Perlakuan potensi antibiotik secara difusi
Media PDA (potato dextrose agar) kurang lebih 10-15 ml dituang pada cawan
petri didiamkan sampai membeku. Kemudian biakan murni jamur 24 jam
disuspensikan dalam NaCl steril. Kemudian biakan murni diambil dan digoreskan
pada cawan petri sampai merata kertas cakram yang sudah dieramkan pada
antibiotik daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang sudah ditentukan konsentrasinya
(30%,
50% dan 75%) kertas cakram diletakkan pada media PDA (potato dextrose agar) tersebut.
Kemudian media tersebut diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C. Setelah 24 jam
dihitung zona hambat disekitar paper disk.
D. Pembuatan media PDA (potato dextrose agar) untuk pertumbuhan jamur Candida
albicans
1) Menimbang media PDA (potato dextrose agar) sebanyak 5,85 gr
2) Memasukkan kedalam beaker glass
3) Menambahkan 150 ml aquades
4) Memindahkan ke erlenmeyer
5) Menghomogenkan dengan bantuan pemanasan dan pengandukkan
6) Menyesuaikan PH sesuai pentunjuk media (5,6±0,2) pada suhu 25°C
7) Melakukan strilisasi dengan autoclave ±121oC selama 15 menit
8) Menunggu suhu ± 50°C ( hangat kuku)
9) Menuangkan ke dalam capet atau erlenmeyer simpan kedalam kulkas
E. Pembuatan paper disk
Paper disk dibuat dengan kertas whatman, kemudian di sterilkan di oven dengan suhu
180°C selama 1 jam.

F. Pembuatan suspensi jamur indikator


Suspensi jamur Candida. albicans dibuat dengan cara isolat khamir pada agar miring
diambil
dengan menggunakan ose kemudian disuspensikan ke dalam larutan NaCl 0,85% (b/v) lalu
divortex dan disamakan kekeruhannya dengan standar kekeruhan Mc Farland 1,0.
G. Pembuatan Standart Kekeruhan Larutan (larutan Mc farland)
Larutan H2SO4 0,36 N 9,95 ml dicampurkan dengan larutan BaCl22H2O 1,17% sebanyak
0,05 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh.
Kekeruhan ini dipakai sebagai standart kekeruhan sespensi jamur uji
H. Pembuatan Konsentrasi Larutan
Cara pembuatan variasi konsentrasi ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk) adalah
dengan mencampurkan ekstrak kental hasil maserasi dan aquades steril perbandingan
volume ekstrak. Daun kelor (moringa oleifera) ditimbang lagi sebanyak 13 gram dan
dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 500ml selama 72 jam pada suhu kamar.
Pemisahan residu dan filtrat dilakukan setiap 1 X 24 jam selama 3 hari diselangi
pengantian pelarut yang sama. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan
hot plate pada suhu 1000C dapat diperoleh ekstrak kental. (Widyowati dkk., 2014)

I. Prosedur pengujian Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kelor


1. Media PDA (potato dextrose agar) pada cawan petri sebanyak 10-15 ml ditunggu sampai
memadat.
2. Siapkan suspensi jamur Candida albicans
3. Menggoreskan suspensi jamur dengan menggunakan kapas lidi steril, diratakan dan
dibiarkan 5-10 menit sehingga suspensi meresap
4. Celupkan paper disk pada ekstrak daun kelor (moringa oleifera lamk) pada konsentrasi
75%, 50%, dan 30%
5. Meletakkan kertas cakram (paper disk) dengan pinset steril atur jarak pada paper disk.
6. Lakukan kontrol negatif: kontrol Negatif = media potato dextrose agar + aquadest
7. Lakukan kontrol Positif : Media potato dextrose agar + suspensi bakteri kemudian
digoreskan

Anda mungkin juga menyukai