Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pratikum Dinamika Populasi Ikan

MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY) PADA IKAN MANYUNG


(Arius thalassinus) DI PERAIRAN INDONESIA

Oleh:
Bella Atika Lbs
210302082
II/B

LABORATORIUM DINAMIKA POPULASI IKAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Pratikum : Maximum Sustainble Yield (MSY) pada


Ikan Manyung (Arius thalassinus) di Peraira Indonesia
Tanggal Pratikum : 03 November 2023
Nama : Bella Atika Lbs
NIM : 210302082
Kelompok : II/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diperiksa oleh,
Asisten Korektor

Devi Anggraini
NIM. 200302025
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Maximum
Sustainable Yield (MSY) pada Ikan Manyung (Arius Thalassinus) di Perairan
Indonesia” dengan sebaik mungkin.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh dosen
Dinamika Populasi Ikan Ibu Desrita S.Pi., M.Si, Ibu Julia Syahriani Hasibuan
S.Pi., M.Si, dan Ibu Vindy Rilani Manurung S.Pi., MP selaku Dosen Dinamika
Populasi Ikan. Serta para Kakak Asisten Laboratorium Dinamika Populasi Ikan
dan semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
laporan ini.
Demikian laporan ini penulis selesaikan, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang membangun demi memperbaiki laporan selanjutnya, semoga
laporan ini dapat bermanfaat , sesudah dan sebelumnya saya ucapkan terimakasih.

Medan, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………….... i

DAFTAR ISI………………………………………………………….... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ............................................................................ 3
Manfaat Praktikum .......................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Maximum Sustainable Yield (MSY) ................................................ 4
Model Shaefer .................................................................................. 6
Model Fox ........................................................................................ 7

METODE PRATIKUM
Waktu dan Tempat Pratikum ........................................................... 9
Alat dan Bahan Pratikum ................................................................. 9
Prosedur Pratikum ............................................................................ 9

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................. 15
Pembahasan ..................................................................................... 15

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................... 17
Saran................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya alam yang bersifat terbarukan
(renewable) dan milik bersama (common property) namun apabila dieksploitasi
secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan populasi. Di Indonesia ikan
layang merupakan ikan yang bernilai ekonomis dan memiliki peranan penting
bagi produksi perikanan laut di kawasan perairan seperti Selat Malaka yang
memiliki potensi cukup besar. perikanan tangkap semakin berkembang pesat
seiring dengan kenaikan tingkat konsumsi masyarakat khususnya untuk produk
laut. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan pasar domestik maupun
internasional. Pengembangan usaha perikanan diharapkan dapat menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Aan,2019).
Ikan manyung dapat menurunkan obesitas. Pasalnya, ikan manyung
dikenal dengan kandungan yang mudah dicerna dan rendah lemak. Dengan
konsumsi ikan ini, kamu bisa lebih mudah mengontrol berat badan, dan bisa
bergerak lincah, tanpa mudah lelah. Manfaat ikan manyung berikutnya adalah bisa
mencegah penyakit stroke. Seperti yang diketahui bahwa stroke, merupakan hasil
dari gumpalan dalam arteri otak. Tanpa pasokan oksigen yang cukup, otak tidak
bisa berfungsi dengan baik. Jika aliran oksigen rusak, dapat menyebabkan
hilangnya persepsi sensorik, kerusakan otak, kelumpuhan, atau bahkan kematian
bisa terjadi. Sehingga, ikan manyung ini bisa berkhasiat juga untuk mencegah
stroke (Adi, 2015).
Stok ikan sebagai angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan
besarnya biomassa ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu
tertentu. Model pengkajian stok yang paling sederhana dan paling mudah
dijelaskan dan diterima oleh para pengelola sumberdaya ikan adalah model
produksi surplus. Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa sumberdaya
ikan merupakan entiny, tanpa memperhitungkan proses yang sebenarnya tidak
sederhana yang menyebabkan terbentuknya entiny tersebut. Model ini hanya
memerlukan data catch dan effort, dua jenis data yang selama ini telah
dikumpulkan (Desti, 2017).
2

Ketersediaan ikan berkaitan erat dengan kebutuhan akan kondisi habitat,


dengan demikian ketersediaan ikan pada suatu kawasan perairan tidak selalu
sama. Selain itu faktor eksternal dalam hal ini kebijakan pembangunan perikanan
juga akan berdampak terhadap perkembangan upaya penangkapan di suatu
kawasan produksi penangkapan ikan. Terdapat faktor internal yang saling
berinteraksi mempengaruhi daya dukung sumberdaya ikan. Faktor internal adalah
proses biologi dan ekologi, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan laut dan
kegiatan penangkapan ikan tersebut (Abdul, 2015).
Hasil tangkapan yang maksimum dicapai pada kondisi MSY lebih besar
dibandingkan pada kondisi MEY. Maka nilai tersebut menunjukan tingkat
produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan ikan yang ingin diteliti tertinggi
yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumber daya ikan. Hasil
tangkapan tersebut lebih besar dibandingkan dengan kondisi MEY namun tidak
secara ekonomi. Hal ini disebabkan karena besarnya tingkat upaya penangkapan
yang berdampak terhadap peningkatan biaya yang diperlukan. Pada kondisi MSY
rente ekonomi yang diperoleh lebih kecil dari MEY sementara nilai TC lebih
besar dibandingkan kondisi MEY (Amiin, 2018).
Pada kondisi open access untuk MSY, biaya yang dikeluarkan sama
dengan nilai penerimaan yang diterima nelayan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan mas, sehingga rente pada open access sama dengan nol.
Tingkat upaya yang dibutuhkan pada kondisi open access jauh lebih banyak
dibandingkan dengan kondisi MEY dan MSY dan hasil tangkapan pun jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan MSY dan MEY. Pada kondisi ini dicirikan dengan
banyaknya input dan sedikit biomasa ikan. Stok sumberdaya ikan tersebut akan
dieksploitasi sampai titik terendah karena sumberdaya ikan memiliki sifat akses
yang terbuka (Budisma, 2016).
Model dan schaefer mendasarkan diri pada beberapa sifat khusus,
antara lain bahwa pertumbuhan biomassa mengikuti pola pertumbuhan
logistik, juga bahwa penurunan hasil tangkapan per satuan upaya
penangkapan (CPUE) terhadap upaya penangkapan (fishing effort) mengikuti
pola regresi linier, serta hubungan antara hasil tangkapan (yield) dan
3

biomassa berbentuk parabola yang simetris dengan titik puncaknya


(maximum) pada tingkat biomassa (Desti, 2017).
Analisis model schaefer digunakan untuk menganalisis model
bioekonomi. Model bioekonomi yang digunakan adalah model bioekonomi statik
dengan harga tetap. Model ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi
penangkapan dan harga ikan. Asumsi yang dipergunakan dalam model statik
schaefer ini adalah harga ikan per kg (p) dan biaya penangkapan per unit upaya
tangkap adalah konstan. Model ini digunakan untuk model surplus produksi
Schaefer (Gilang, 2018).
Overfishing pada hakikatnya adalah penangkapan ikan yang melebihi
kapasitas stok (sumberdaya), sehingga kemampuan untuk memproduksi pada
tingkat MSY (maximum sustainable yield) menurun. Penggunaan poin referensi
MSY ini memang tidak bersifat mutlak, bisa digunakan poin referensi yang lain
seperti MEY (maximum ecoomic yield) atau poin referensi yang disepakati oleh
pengelola perikanan lainnya. Memang belakangan banyak perdebatan mengenai
poin referensi ini sehingga pengertian overfishing pun kemudian secara lebih rinci
dipilah lagi menjadi overfishing secara biologi (biological overfishing) dan
overfishing secara ekonomi (economic overfishing) (Aan, 2019).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jumlah potensi maksimum lestari (MSY) pada Ikan
Manyung (Arius thalassinus) di Perairan Indonesia
2. Untuk mengetahui effort optimum (model schaefer dan fox) semberdaya Ikan
Manyung (Arius thalassinus) di Perairan Indonseia

Manfaat Praktikum
Manfaat dari laporan ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai
Maximum Sustainable Yield (MSY) ikan manyung (Arius thalassinus),
mengetahui model schaefer ikan manyung (Arius thalassinus), dan juga dapat
mengetahui model fox ikan manyung (Arius thalassinus). Selain itu bisa membuat
praktikan berlatih mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah dan bermanfaat
bagi orang yang membaca laporan ini dengan bertambahnya wawasan
TINJAUAN PUSTAKA

Maximum Sustainable Yield (MSY)


Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah hasil tangkapan terbesar yang
dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep MSY ini
didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang
dianggap sebagai unit tunggal. Optimum sustainable yield dimaksudkan sebagai
suatu usaha untuk mempertimbangkan segala keuntungan dan kerugian yang
sering digolongkan kedalam biologi, ekonomi, hukum (legal), sosial dan politik.
Terminologi ini juga bisa disamakan dengan terminologi “maximum social yield”
(MSCY). Analisis MSY dilakukan dan EMSY dengan model fox maka data yang
distandarisasi harus dihitung, hal ini disebabkan karena model fox berbeda dengan
model schaefer. Untuk mendapatkan nilai (γ0 dan γ1) diperoleh dari persamaan
regresi linear model fox (Abdul, 2015).
Maximum Sustainable Yield (MSY) menggunakan model surplus produksi
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di pesisir.
Untuk menganalisis hasil tangkapan lestari (MSY) dengan menggunakan data
time series produksi dan effort. Dalam menganalisis MSY ikan demersal
menggunakan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Pertanian dan data
dari TPI. Ikan demersal di Perairan Indonesia umumnya ditangkap dengan
menggunakan 5 alat tangkap yang ada yaitu jaring insang hanyut, jaring insang
teatp, bubu, pancing tonda, dan rawai tuna. Untuk itu maka yang dipakai sebagai
alat tangkap standar adalah jaring insang tetap. Sebelum menghitung MSY,
EMSY, MEY, EMEY, EOA dan COA maka perlu dilakukan standarisasi alat
tangkap (Ningsih, 2015).
Produksi maksimum lestari MSY diperoleh dengan mensubsitusikan nilai
upaya optimum ke dalam persamaan sehingga besarnya parameter a dan b secara
sistematis dapat dicari dengan mempergunakan persamaan regresi. Rumus-rumus
untuk model produksi surplus ini hanya berlaku bila parameter slope b bernilai
negatif, artinya penambahan jumlah effort akan menyebabkan penurunan CPUE.
Bila dalam perhitungan diperoleh nilai b positif maka tidak dapat dilakukan
pendugaan stok maksimum maupun besarnya effort minimum, tetapi hanya dapat
5

disimpulkan bahwa penambahan jumlah effort masih menambah hasil tangkapan.


Penelitian komponen-komponen sumberdaya perikanan dan potensinya dilakukan
terhadap kondisi perikanan yang sekarang ada. Informasi ini diperlukan untuk
perencanaan pengembangan perikanan masa (Khoncara, 2017).
Pendugaan MSY atau produksi maksimum lestari sumber daya ikan
demersal dilakukan dengan menggunakan suatu model surplus produksi lestari
schaefer. Hasil analisis regrei linier menghasilkan nilai koefesien regresi,
sehingga secara sistematis persamaan pada fungsi produksi lestari perikanan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan-ikan demeral yang telah ditangkap oleh para
nelayan pada kondisi Maximum Economic Yield (MEY) memberikan keuntungan
maksimum. Keuntungan MEY ini lebih besar dibandingkan pada kondisi dan
kondisi open access. Pada kondisi MEY ini dicapai pada tingkat upaya. Nilai
tersebut memberikan tingkat produksi yang maksimum secara ekonomi dan
merupakan tingkat upaya yang optimum secara social, dalam mencapai
keuntungan optimum yang lestari diperlukan upaya yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kondisi MSY atau pun open access (Mirna, 2016).
Konsep MSY dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan
yield sebagai fungsi dari effort. Kondisi secara MSY mendapatkan effort yang
tinggi. Pada kondisi MSY rente ekonomi yang diperoleh lebih kecil dari MEY
sementara nilai TC lebih besar dibandingkan kondisi MEY. Jika selisih rente
ekonomi disebabkan oleh menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan dan
tingkat effort yang semakin tinggi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan aktivitas penangkapan sumberdaya ikan tidak sebanding dengan hasil
yang diperoleh (Nurul, 2018).
Maksimum Sustainable Yield (MSY) ini mempunyai kelebihan dan juga
mempunyai kekurangan, kelebihan pengelolaan MSY adalah konsep ini
didasarkan pada gambaran yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, ramah
lingkungan, dan dapat dilihat dengan kasat mata melalui pengaturan upaya
penangkapan, jumlah hari melaut, jumlah tenaga kerja, kekurangannya bersifat
tidak stabil, tidak memperhitungkan nilai ekonomis, dan juga sangat berpengaruh
terhadap harga dan biaya penangkapan sehingga tidak memberikan nilai yang
sangat pasti (Rusdianto, 2019).
6

Maksimum Sustainable Yield (MSY) Pendekatan hasil tangkapan optimum


lestari merupakan suatu konsep pengelolaan perikanan dan perspektif ini
tercermin pada hampir semua model ekonomi. Kriteria pengelolaan yang
optimum adalah memaksimalkan nilai sekarang dari keuntungan bersih atau
imbalan pemanfaatan sumber daya sesuai dengan tingkat upaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan hasil maksimum yang lestari (Abdul, 2015).

Model Schaefer
Model schaefer membuat asumsi dasar, hubungan parabola (kuadratik)
antara jumlah effort (X-axis) yang dilakukan oleh nelayan dengan hasil tangkap,
catch (Y-axis). Kurva ini melewati titik awal (0,0). Hal ini memberikan implikasi
bahwa, Jika tidak ada usaha atau effort (X-axis), maka tidak akan ada hasil
tangkap, catch (Y-axis) implikasi dari kurva melewati titik awal (0,0), Ketika
perikanan tangkap dimulai (usaha atau effort rendah), penambahan usaha atau
effort akan meningkatkan total hasil tangkapan. Namun laju peningkatan tangkap
menurun, Penambahan effort selanjutnya sampai titik tertentu, menghasilkan total
tangkapan maksimum, maximum sustainable yield (MSY). Effort atau usaha
penangkapan pada tingkat ini disebut maximum sustainable effort menyebabkan
kondisi tangkap lebih (over fishing) (Sakban, 2018).
Model schaefer sangat sederhana dan langsung bisa diterapkan untuk
melihat status eksploitasi sumber daya perikanan (tangkap kurang, MSY atau
tangkap lebih) ketika tersedia data statistik antara total effort dan total tangkapan
dari effort tersebut. Model schaefer bisa diterapkan dengan beberapa asumsi-
asumsi tertentu. Namun, hampir semua asumsi tersebut sangat sulit diterapkan
pada kondisi di Indonesia dan hal ini sering menimbulkan masalah, beberapa
asumsi dari model schaefer yang harus dipenuhi (Yuliana, 2021).
Model schaefer yang valid atau paling baik diterapkan pada jenis
perikanan mono spesies dan mono alat. Artinya, dalam suatu wilayah
penangkapan hanya ada satu jenis ikan dan hanya satu jenis alat tangkap tertentu.
Kondisi di Indonesia hal ini hampir tidak bisa dipenuhi. Karena data tidak tersedia
maka seluruh hasil tangkapan digabungkan ke dalam satu spesies dan alat
tangkap. Data statistik alat tangkap (effort) dan total tangkapan dari alat tersebut
7

cukup akurat. Kenyataannya sangat sulit untuk mendapatkan data catch effort
yang akurat dan hal ini sering diakui oleh pemerintah (Sakban, 2018).
Model schaefer juga dikatakan sebagai salah satu model awal
pengembangan model bioekonomi. Meskipun tidak lepas dari kritikan, namun
model ini banyak menjadi landasan bagi pengembangan model bioekonomi
lainnya. Model schaefer dikembangkan oleh schaefer yang menggunakan fungsi
pertumbuhan logistik yang dikembangkan oleh Gordon. Model fungsi
pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan dengan prinsip ekonomi, terutama
konsep maksimisasi profit. Dalam model schaefer pendekatan statik dipergunakan
tiga kondisi keseimbangan, yaitu maximum sustainable yield (MSY), maximum
economic yield (MEY), dan open access equilibrium (OAE) (Aan, 2019).
Selain model schaefer, juga terdapat model fox yang banyak dipergunakan
dalam analisis bioekonomi. Dalam beberapa literatur memang model schaefer dan
model fox direkomendasikan dalam pengkajian MSY, dimana selanjutnya dapat
ditindak lanjuti dengan analisis bioekonomi dengan memasukkan prinsip-prinsip
ekonomi dalam pemodelan lanjutan. Pada model fox, diperhitungkan adanya
decreasing rate upaya penangkapan. Hal itu berbeda pada model schaefer karena
asumsi decreasing rate upaya diabaikan atau menggunakan asumsi constant rate
upaya penangkapan. Tingkat decreasing rate penangkapan dapat dilihat pada
besarnya betha. Apabila betha sama dengan 1, maka tidak terjadi decreasing rate
upaya penangkapan seperti pada model schaefer. Sedangkan pada model fox,
betha tidak sama dengan 1 (Syahza, 2017).

Model Fox
Dalam model fox pendekatan statik, juga dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga kondisi seperti pada model schaefer, yaitu MSY, MEY dan
open access. Namun, melihat fungsi matematisnya maka boleh dikatakan model
fox lebih rumit karena hubungan antara CPUE dan E tidak bersifat linier seperti
pada model schaefer. Kurva C dan E antara model schaefer dan model fox
memiliki perbedaan. Kalau pada model schaefer, kurva C-E berbentuk parabolik
simetris, namun pada model fox tidak simetris (Wulandari, 2020).
Model fox dan model Schaefer ini sangat juga memiliki perbedaan-
perbedaan. Pada banyak kasus, level MSY antara model fox dan model schaefer
8

relatif tidak jauh berbeda. Namun, level antara model fox dan schaefer dapat jauh
berbeda, dikarenakan dipengaruhi tingkat decreasing rate upaya penangkapan.
Apabila decreasing rate upaya penangkapan mendekati nol (atau mendekati
konstan), maka antara model fox dan model schaefer akan hampir sama atau
berhimpit kurvanya (Syahza, 2017).
Model fox memiliki karakter bahwa pertumbuhan biomassa mengikuti
model pertumbuhan gompertz, dan penurunan tangkapan per satuan upaya CPUE
terhadap upaya penangkapan F mengikuti pola eksponensial negatif, yang lebih
masuk akal dibandingkan dengan pola regresi linier. Asumsi yang digunakan
dalam model fox adalah, populasi dianggap tidak akan punah, populasi sebagai
jumlah dari individu ikan. Model ini memperlihatkan grafik lengkung bila secara
langsung diplot terhadap upaya f akan tetapi bila diplot dalam bentuk logaritma
terhadap upaya, maka akan menghasilkan garis lurus (Wulandari, 2020).
Model fox dan schaefer berbeda dalam hal dimana model schaefer
menyatakan satu tingkatan upaya dapat dicapai pada nilai yaitu bila , sedangkan
pada model fox, adalah selalu lebih besar dari nol untuk seluruh nilai. Bila
diplotkan terhadap f akan menghasilkan garis lurus pada model schaefer , namun
menghasilkan lengkung yang mendekati nol hanya pada tingkatan upaya yang
lumayan cukup tinggi, tanpa pernah menyentuh sumbu pada model fox. Hubungan
antara effort f dan catch ini adalah bentuk eksponensial dengan kurva yang tidak
simetris, dan dinyatakan bahwa hubungan antara effort f dan catch per unit effort
CPUE (Wardani, 2018).
Model dari fox memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari
model schaefer, yaitu bahwa pertumbuhan biomassa mengikuti model
pertumbuhan dari gompertz, dan penurunan CPUE terhadap upaya
penangkapan mengikuti pola eksponensial negatif yang memang lebih masuk
akal dibandingkan dengan pola regresi linier. Sedangkan generalized
production model sama sekali meninggalkan sifat-sifat khusus yang dimiliki
oleh model schaefer yang telah disebutkan di atas, ialah bahwa dengan
memasukkan sebuah perubah (variable) m ke dalam model schaefer, akan
berarti bahwa MSY dapat dihasilkan dari berbagai ukuran biomassa yang
bervariasi dari 0 sampai dengan B ∞ (Zakaria, 2020).
METODE PRATIKUM

Waktu dan Tempat Pratikum


Kegiatan pratikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 03 November 2023
pukul 08.00 – selesai di Laboratorium Lingkungan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Pratikum


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop, sebagai
mengolah data, cok sambung, jika diperlukan, dan handphone.
Bahan yang digunakan adalah data yang diambil dari jurnal/skripsi yang
digunakan sebagai bahan acuan untuk menganalisis data.

Prosedur Kerja
Prosedur pelaksanaan pratikum adalah sebagai berikut :
1. Dibuka data excel
Bella Atika Lbs
210302082

2. Dibuat sheet 4, dan di copy paste data tahun, ci(ton), effort, cpue, dan
LnCPUe, dan dibuat schafer dan fox, dengan nilai a, b, fopt, dan msy
10

Bella Atika Lbs


210302082

3. Dicari nilai a schafer dengan rumus “=intercept(diblok nilai CPUe, lalu di klik
control, ditekan jangan dile, kemudian blok nilai effort), lalu di enter
Bella Atika Lbs
210302082

4. Dicari nilai b schafer dengan rumus “=slope(diblok nilai CPUe, lalu diklik
control, ditekan jangan dilepas, kemudian diblok nilai effort), lalu di enter
Bella Atika Lbs
210302082

5. Dicari nilai fopt schafer dengan rums “=(-a)/(2*b), lalu di enter


11

Bella Atika Lbs


210302082

6. Dicari nilai msy schafer dengan rumus “-=(-a^2)/4*b, lalu di enter


Bella Atika Lbs
210302082

7. Dicari juga nilai a, b, fopt, msy pada fox, tetapi pada rumus msy fox berbeda
dengan rumus mencari nilai msy schafer, yaitu dengan rumus “=-(1)/b*exp(a-
1), lalu di enter
Bella Atika Lbs
210302082

8. Dibuat msy, fopt, dan grafik schaefer, dibuat nilai msy, dan fopt
12

Bella Atika Lbs


210302082

9. Diblok nilai effort, cpue, lalu diklik insert, scatter, dipilih yang pertama
Bella Atika Lbs
210302082

10. Diklik salah satu titik-titik ketika sudah muncul grafik, di klik kanan, lalu add
treadline
Bella Atika Lbs
210302082

11. Diceklis kedua kolom dari bawah


13

Bella Atika Lbs


210302082

12. Dibuat grafik kedua dengan memblok nilai msy dan fopt, lalu diklik insert dan
diklik scatter, kemudian dipilih yang pertama
Bella Atika Lbs
210302082

13. Dibuat grafik ke 3, tetapi dipilih scatter yang melengkung, nomor 2 dari atas
Bella Atika Lbs
210302082

14. Diedit grafik-grafik tersebut, dengan memasukkan tahun, nilai ci(ton), dan
nilai effort, lalu di klik oke
14

Bella Atika Lbs


210302082

15. Dibuat grafik ke 4


Bella Atika Lbs
210302082

16. Dirapikan semua grafik yang telah di buat


Bella Atika Lbs
210302082
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil yang didapatkan dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
Bella Atika Lbs
Model schafer 210302082
0.04
0.03
CPUE

0.02
0.01 Series1
0
0 50000000 100000000
EFFORT

Gambar 1. Grafik Model Schafer Ikan Manyung (Arius thalassinus)


Model fox Bella Atika Lbs
210302082
-3.5
0 50000000 100000000
-3.6
Ln CPUE

-3.7
Series1
-3.8

-3.9
Effort

Gambar 2. Grafik Model Fox Ikan Manyung (Arius thalassinus)


Kurva MSY Bella Atika Lbs
210302082
0
100,000 800000000 2007
95,000 600000000 2008
Effort

90,000 400000000 2009


85,000 200000000 2010
80,000 0
2011
2006 2008 OVER
UNDER 2010 2012
Ci msy

Gambar 3. Grafik Kurva MSY Ikan Manyung (Arius thalassinu)

Pembahasan
Berdasarkan pratikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dilihat pada
tabel data nilai dari effort paling tertinggi atau dikatakan nilai rata-rata adalah
16

nilai effort pada alat tangkap jaring insang, dengan rata-rata 7302.242.493, nilai
effort ada jaring insang hanyut lebih tinggi dibandingkan alat tangkap lainnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Aan (2019), yang menyatakan bahwa nilai effort alat
tangkap jaring insang hanyut nilainya lumayan tinggi, atau rata-rata dengan nilai
7302.242.493, dan 4697.981.394 maka dari itu dipilih untuk memasukkan data
effort kedalam nilai mencari MSY dengan model schafer, dengan menggunakan
grafik.
Berdasarkan pratikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dilihat pada
grafik model schafer nilai paling tinggi pada tahun 2007 dengan nilai
8.000.000.00, ini dilihat dari grafik model Schafer yang dicari dengan
menggunakan nilai effort dan juga nilai cpue. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Budisma (2016), yang menyatakan bahwa nilai tertinggi pada tahun 2007, dengan
milai 8000.000.00, dan nilai cpue nya dilihat ari grafik model Schafer paling
tertinggi yaitu pada tahun 2007, dengan nilai 0,035.
Berdasarkan pratikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dilihat data
grafik model fox yang dicari nilai effort dan nilai LnCPUe, nilai yang paling
tertinggi pada grafik fox ini adalah pada tahun 2007, sama dengan nilai model
Schafer dengan nilai effort rata-rata pada grafik model foxjumlah 8000.000.00.
hal ini sesuai dengan pernyataan Rusdianto (2019), yang menyatakan bahwa nilai
Lncpue pada grafik fox rata-rata pada tahun 2007, denan nilai -3.5
Berdasarkan pratikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dilihat pada
grafik kurva MSY (Maximum Sustainable Yield) bahwa nilainya dari under ke
over, nilai effort dilihat dari kurva MSY dari 2007 sampai dengan 2011 nilai nya
berbeda, pada tahun 2007 nilai effort tersebut sebesar 100.000, dan pada tahun
2011 nilai nya 80.000. hal ini sesuai dengan pernyataan Syahza (2017), yang
menyatakan bahwa nilai a pada model Schafer berjumlah 0.02665.
Berdasarkan pratikum yang dilakukan didapatkan hasil dari grafik MSY
yang menunjukkan bahwa data yang dihasilkan melebihi maksimum pada tahun
2011. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zakaria (2020), yang menyatakan bahwa
jika data MSY memiliki nilai melebihi batas maksimum, maka nilai tersebut
dikatakan overfishing. Sedangkan nilai pada tahun 2011 berjumlah banyak yaitu
dengan senilai 100.000. Hal ini tersebut dilihat dari grafik MSY yang telah dibuat.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah potensi maksimum lestari (MSY) Ikan Manyung (Arius thalassinus) di
Perairan Indonesia rata-rata bernilai 8.036E-15, pada tahun 2007 nilai nya
7000.000.00, pada tahun 2008 nilai nya 6000.000.00, pada tahun 2009 nilai
nya 5000.000.00, pada tahun 2010 nilai nya 3000.000.00, dan pada tahun 2011
nilai nya 1000.000.00.
2. Nilai efortimum pada model schafer adalah 8000.000.00, melebihi maksimum
yang berarti di katakana overfishing, dan nilai efortimum pada model fox sama
hal nya dengan jumlah nilai model schaefer berjumlah 8000.000.00 dan juga
melebihi maximum yang berarti overfishing.

Saran
Saran dari penulisan laporan ini adalah tentunya terhadap penulis sudah
menyadari jika dalam penyusunan laporan di atas masih banyak ada kesalahan
serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan laporan itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Aan. 2019. Kualitas Ikan Manyung Asap yang diolah dengan Keinggian Tungku
dan Suhu yang Bebeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknlogi Hasil
Perikanan. 2(1) : 121-136.
Abdul, E.A., M. Litaay, M.A. Salam dan M.R. Umar. 2015. Analis Penelitian
Tentang Model Schaeter pada Ikan di Teluk. Jurnal Alam. 4(7) : 12-16.
Adi, E. S. 2015. Analisis Data pada Ikan Demersal dan Penelitian di Sungai Jawa
Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(3) : 156-162.
Amin. 2018. Analisa Data Penelitian Jumlah Ikan di Bandar Udara Depati Amir
Pangkal Pinang Periode 1. Jurnal Penelitian. 6(2) : 14-16.
Budisma, Ikhsan. 2016. Perikanan Dalam Angka 2011 Dinas Kelautan dan
Perikanan di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut Tangkap. 7(1) : 142-154
Desi. 2017.Pengelolaan Data Hasil Perikanan dengan Menggunakan Alat Tangkap
yang Berbeda-beda di Perairan Teluk Laut Jawa. Jurnal Perikanan
Indonesia. 6(1) : 324- 331.
Endi, I. 2015. Tempat Pelelangan Ikan Manyung di Pelabuhan Laut Jawa. Jurnal
Ilmu Perikanan dan Kelautan. 2(3) : 5-197.
Gilang, H. dan Amri, K. 2018. Penggunaan Model Schaefer Bagi Para Nelayan
Untuk Menginput Data Ikan.. Jurnal Perikanan. 37(2) : 371-382.
Koncara AC. 2017. Penelitian Teori Maximum Sustainable Yield (MSY) pada
Ikan. Jurnal Penelitian. 2(3) : 41-57.
Liwutang, R. Hartati, A. Djamali, dan Sugestiningsih. 2020. Kemitraan di Sektor
Perikanan Tangkap Strategi untuk Kelangsungan Usaha dan Pekerjaan.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Jurnal Ilmu Kelautan.
12(1) : 6-11.
Mirna, Damar, Adiwilaga. 2016. Karakteristik Ikan Asin Manyung dengan
Penggaraman Kering. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 1(2)
: 93–98.
Ningsih, D.P., S. Kamal, dan N. Hanim. 2015. Model Analisis Bioekonomi dan
Pengelolaan Daya Ikan Demersal. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Ilmu Kelautan. 2(3) : 108-114.
Nurul, N., D. Thana dan M.Ilham, B. 2018. Penelitian Analisis Data
Menggunakan Metode Fox. Jurnal Penelitian. 2(1) : 37-68.
Rusdianto, I. 2019. Kajian Implementasi GMP dan SSOP pada Ikan Manyung
(Arius thalassinus) dan Mutu Produk UMKM Pindang Manyung di
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmiah. 2(3) : 45-67.
Sakban, D.R., J.W. Hidayat dan R. Hariyati. 2018. Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan dan Kelautan Tahun 2014-2017 (Dinas Perikabab dan
Kelautan Kabupaten Indramayu. Jurnal Ilmu Kelautan. 7(4) : 32-37.
Syahza, Almasdi. 2017. Analisis Usaha Pengelohan Ikan Asin Manyung di
Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kota Sibolga Proviinsi
Sumatera Utara. Jurnal Perikanan. 2(3) : 158:160.
Wardani, Muh. Shabir. 2018. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2(1) : 39-
48.
Wulandari DY, Pratiwi NTM, Adiwilaga EM. 2020. Peranan Packeging dalam
Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen. Jurnal Pengolahan
Ikan di Jawa Barat. 19(3) : 156-162.
Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E, Pratiwi NTM. 2021. Penelitian Kuantitatif
Kualitatif di Kelautan Bandung. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.
3(2) : 169–179.
Zakaria, Anggana, EM, Zania E. 2020. Penelitian Perikanan Alat Tangkap di
Kepulauan Jawa. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 4(3) : 150–190.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai