Anda di halaman 1dari 32

PKP Pangandaran

Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR BOJONGSALAWE,


KECAMATAN PARIGI, KABUPATEN PANGANDARAN,
PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir

Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011

Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc

PROGRAM STUDI BUDI DAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN 1
2020
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR BOJONGSALAWE,


KECAMATAN PARIGI, KABUPATEN PANGANDARAN,
PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir

Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011

Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc

PROGRAM STUDI BUDI DAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN
PANGANDARAN 2020
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR BOJONGSALAWE,


KECAMATAN PARIGI, KABUPATEN PANGANDARAN,
PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir


Sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan di Program Studi Budidaya Ikan

Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011

Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc

PROGRAM STUDI BUDI DAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN
PANGANDARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kehidupan Masyarakat Pesisir Bojongsalawe, Kecamatan Parigi,


Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

Nama: : Erina Novitasari (19.3.08.011)

Disetujui oleh,

Dosen Pembingbing I Dosen Pembimbing II

Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc
NIP. 19880823 201902 2 003 NIP. 19920215 201902 0 002

Diketahui oleh,
Ketua Program Studi Budi Daya Ikan

Ega Aditya Prama, S.Pi., M.Si


NIP. 19880508 201902 1 004

Tanggal Pengesahan, Juli 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas laporan
Praktek Kerja Lapangan I sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan di
Program Studi Budi Daya Ikan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran.
Laporan ini berdasarkan bedah vidio, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan
kehidupan masyaakat Dusun Bojongsalawe Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan
laporan ini:
1. Bapak DH Guntur Prabowo, A.,Pi. MM., selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Pangandaran
2. Bapak Ega Aditya Prama, S.,Pi. M.Si., selaku Ketua Prodi Budi Daya Ikan
3. Ibu Rani Rehulina Tarigan, S.,Pi, M.P., selaku Dosen Pembimbing I
4. Ibu Wahyu Puji Astiyani, S.,Pi, M.Sc., selaku Dosen Pembingbing II
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini memiliki banyak kekurangan,
untuk itu maka saya harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga laporan ini bermanfaat bagi saya dan pembaca.

Parigi, 30 Juni 2020

Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PPKMP.....................................................3
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................................3
2.2 Profil Umum Lokasi.......................................................................................3
BAB III PROSEDUR KERJA.................................................................................5
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................5
3.2 Teknik Pengambilan Data..............................................................................5
3.3 Tahapan Kegiatan..........................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................6
4.1 Pelabuhan.......................................................................................................6
4.2 Konservasi Mangrove....................................................................................8
4.3 Pengolahan Hasil Laut...................................................................................9
4.4 Budi Daya Perikanan...................................................................................10
4.4.1 Tahapan Manajemen Budi Daya Pembesaran Udang Vaname............11
4.4.2 Penyakit Pada Udang dan Cara Pencegahannya...................................16
4.5 Nelayan........................................................................................................18
4.6 Tempat Pelelangan Ikan (TPI).....................................................................18
BAB V PENUTUP.................................................................................................21
5.1 Kesimpulan..................................................................................................21
5.2 Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data penduduk Bojongsalawe 4


Tabel 2. Kisaran kualitas air tambak pemeliharaan udang vaname 15
Tabel 3. Jenis ikan dan harganya 18
Tabel 4. Hasil tangkapan yang didaratkan di TPI 19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta lokasi Bojongsalawe 3


Gambar 2. Dermaga pelabuhan Bojongsalawe, Kabupaten 7
Pangandaran
Gambar 3. Kegiatan memancing di dermaga pelabuhan Bojongsalawe 7
Gambar 4. Kegiatan menikmati sun set di dermaga pelabuhan 7
Bojongsalawe
Gambar 5. Penanaman mangrove Rhizophora mucronata 8
Gambar 6. Ikan asin 9
Gambar 7. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) 10
Gambar 8. Tambak udang vaname Bojongsalawe 11
Gambar 9. Nelayan menabur jaring arad 18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran merupakan perguruan tinggi
dengan sistem pembelajaran vokasi atau lebih menitikberatkan pada kegiatan
praktik 70% sedangkan teori hanya 30%. Kegiatan Praktik Pengenalan Kehidupan
Masyarakat Pesisir (PPKMP) merupakan salah satu kegiatan praktik yang wajib
dilaksanakan oleh taruna taruni semester 2 Politeknik Kelautan dan Perikanan
Pangandaran. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan dan mengenalkan taruna
kepada kehidupan masyarakat pesisir.
Menurut Fahmi, 2016 masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan
sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada
pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Biasanya mereka adalah seorang
nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan dan pengolah
ikan. Karakteristik masyarakat pesisir dengan masyarakat agraris tentunya
berbeda, pendapatan masyarakat agraris lebih terkontrol dibandingkan dengan
masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir cenderung bersifat terbuka, hal ini membawa pengaruh
dalam perkembangan pendidikannya. Proses pendidikan adalah adanya pengaruh
pengetahuan, keyakinan maupun keterampilan dalam banyak bidang terutama
ekonomi, budaya dan agama yang melekat dengan masyarakat pesisir.
Bojongsalawe merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di desa
Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Daerah ini
merupakan desa sentra perikanan karena terdapat dermaga pelabuhan, tempat
pelelangan ikan, kolam tambak, tempat konservasi mangrove dan tempat
pengolahan ikan. Oleh sebab itu saya memilih daerah Bojong Salawe sebagai
tempat PPKMP karena saya bisa belajar 3 prodi yang terdapat di kampus
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran yaitu budi daya ikan, pengolahan
hasil laut dan teknologi kelautan.

1
Bojongsalawe merupakan daerah pesisir yang berpotensial dalam segi
ekonomi dan pariwisata, yang bergerak dibidang kelautan dan perikanan yang
terletak di bagian selatan pulau Jawa, daerah Pangandaran, Jawa Barat. Alasan
saya memilih daerah ini karena ingin lebih memahami kehidupan masyarakat
pesisir di daerah Bojongsalawe.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan I yaitu:
1. Mengenal kehidupan masyarakat pesisir Dusun Bojongsalawe Desa
Karangjaladri Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
2. Menambah wawasan mengenai budi daya udang vaname.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM LOKASI PPKMP

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan PPKMP atau PKL I ini dilaksanakan melalui studi literatur atau
melakukan bedah vidio, jurnal dan artikel pada 11 Mei sampai dengan 10 Juli
2020 yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir Bojongsalawe.

Gambar 1. Peta lokasi Bojongsalawe


(Sumber: https://google.com)

2.2 Profil Umum Lokasi


Desa Karangjaladri merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Parigi, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Pangandaran
merupakan kabupaten yang tergolong muda karena hasil dari pemekaran
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Salah satu objek wisata yang terdapat di
desa ini adalah pantai Bojongsalawe jaraknya sekitar kurang lebih 20 km di
sebelah barat dari Pangandaran. Masyarakat disini mata pencahariannya ada yang
sebagai penjual cinderamata rumahan, berkebun, bertani dan nelayan.
Posisi Kecamatan Parigi berada di titik persimpangan antara kecamatan
Cijulang dan Kecamatan Cigugur. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten kurang lebih 0,3
km, jarak dari Ibu Kota Kecamatan kurang lebih 15 km dan merupakan lintasan
tujuan daerah pariwisata. Kabupaten Pangandaran memiliki iklim tropis yang
dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata 1.500 mm – 4.000 mm
per tahun. Suhu udara berkisar antara 12 oC sampai 24 oC dengan kelembaban

3
antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Penduduk
Bojongsalawe berdasarkan data terakhir tercatat sebanyak 4.720.
Tabel 1. Data Penduduk Bojong Salawe
Keluarga
Jiwa
No Dusun RT RW KK Miskin Ket
L P Jml KK
1 Parigi 9 3 394 609 702 1311 101
2 Babakan 9 3 381 609 685 1294 102
3 Purwasari 8 2 494 689 713 1402 128
4 Cijalu 5 2 242 337 376 713 69
Jumlah 31 10 1511 2244 2476 4720 400
Sumber: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 2018 2(12): 2

4
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Kegiatan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP) ini
dilaksanakan melalui bedah artikel atau jurnal karena adanya pandemi COVID-
19, jadi alat dan bahan yang digunakan handphone, laptop, Wi-Fi dan alat tulis.

3.2 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data pada penyusunan laporan ini menggunakan teknik
pengambilan data sekunder. Data sekunder merupakan pengambilan data yang
didapatkan melalui studi literatur yaitu melakukan pencarian terhadap berbagai
sumber tertulis. Baik itu berupa buku, artikel maupun jurnal.

3.3 Tahapan Kegiatan


1. Melakukan bedah vidio, jurnal atau artikel tentang kehidupan masyarakat
pesisir Bojongsalawe.
2. Mencari jurnal dan artikel sebagai referensi.
3. Melakukan resume jurnal atau artikel.
4. Melakukan penyusunan laporan dengan mengembangkan hasil resume.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bojongsalawe merupakan salah satu daerah pesisir yang ada di Kecamatan


Parigi, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Potensi sumber daya
kelautan dan perikanan di daerah pesisir Bojongalawe cukup melimpah.
Masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir Bojongsalawe memanfaatkan potensi
tersebut sebagai mata pencahariannya dengan harapan bisa memenuhi segala
kebutuhan mereka dan keluarga setiap harinya. Ada yang bekerja sebagai penjual
cinderamata rumahan, berkebun, bertani, nelayan, pengolah ikan dan
pembudidaya.

4.1 Pelabuhan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, menyatakan:
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas
tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan pengusahaan. Secara fisik,
pelabuhan dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun penumpang
atau bongkar muat barang.
Secara konseptual, pelabuhan memiliki3 fungsi strategis, yaitu:
1. Sebagai link (mata rantai), pelabuhan merupakan salah satu mata rantai
proses transportasi dari tempat asal barang atau orang ke tempat tujuan.
2. Sebagai interface (titik temu), pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua
moda transfortasi.
3. Sebagai gateway (pintu gerbang), pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu
daerah atau negara.
Pelabuhan sangat penting bagi negara kepulauan seperti Indonesia.Peran
penting dan strategis suatu pelabuhan dalam aktivitasnya sangat besar
disumbangkan bagi pertumbuhan industri, ekonomi dan perdagangan serta
merupakan bidang usaha yang memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi nasional. Pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat
membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian
dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.

6
Gambar 2. Dermaga pelabuhan Bojongsalawe, Kabupaten Pangandaran
(Sumber: https://www.google.com)

Pelabuhan Pangandaran yang terletak di Bojongsalawe ini masih belum


beroperasi, sehingga masyarakat banyak yang berkunjung ke tempat ini untuk
menikmati sunrise ataupun sunset dan ada juga yang sering memancing ikan.

Gambar 3. Kegiatan memancing di dermaga pelabuhan Bojongsalawe


(Sumber: https://www.google.com)

Gambar 4. Kegiatan menikmati sunset di dermaga pelabuhan Bojongsalawe


(Sumber: https://www.google.com)

7
Warga masyarakat Bojongsalawe dan sekitarnya ketika sore hari banyak
yang berkunjung ke dermaga Pelabuhan Pangandaran yang terletak di
Bojongsalawe Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi. Mereka menghabiskan
waktu sore harinya dengan menikmati keindahan sunset dan memancing ikan.

4.2 Konservasi Mangrove


Bojongsalawe mempunyai konservasi mangrove Rhizophora mucronata yang
terletak di pesisir Bojongsalawe, tepatnya sekitar jembatan menuju tepi pantai
Bojongsalawe. Keberadaan hutan mangrove sangat berpengaruh terhadap
ekosistem di sekitarnya. Mangrove memiliki banyak manfaat, dapat mencegah
abrasi dan habitat ikan, untuk bahan selai, sirup dan sabun. Konservasi mangrove
ini harus dilestarikan dengan cara pengelolaan dan perawatannya harus memiliki
perhatian lebih, salah satunya dengan cara melakukan penanaman mangrove di
sekitar lahan yang masih kosong.

Gambar 5. Penanaman mangrove Rhizophora mucronata


(Sumber: jurnal.unpad.ac.id)

Masyarakat Bojongsalawe masih berada pada taraf kemiskinan yang tinggi


karena pendapatannya rata-rata sekitar Rp.500.000/bulan. Hal tersebut disebabkan
karena kondisi pendidikan yang rendah jadi mereka hanya memikirkan bagaimana
caranya untuk memenuhi kebutuhan makan setiap harinya.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bojongsalawe maka perlu
dilakukan sosialisasi lingkungan hidup sehat dan bahaya narkoba kepada pelajar,
dengan harapan pelajar menerapkan pola hidup sehat dan memiliki pengetahuan
mengenai bahaya narkoba. Sosialisasi ekosistem mangrove kepada pelajar dan

8
masyarakat, dengan harapan mereka mengetahui manfaat dari ekosistem
mangrove. Melakukan penanaman mangrove dengan pelajar dan masyarakat,
dengan tujuan agar mereka sadar pentingnya tanaman mangrove untuk wilayah
pesisir. Melakukan pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat setempat
dengan tujuan agar mengetahui kondisi kesehatan masyarakat pesisir. Melakukan
Coastal Cleaning Up kepada pelajar dan masyarakat dengan tujuan agar mereka
mengetahui pentingnya menjada kebersihan pesisir. Melakukan monitoring hasil
penanaman mangrove untuk mengetahui pertumbuhannya.

4.3 Pengolahan Hasil Laut


Hasil tangkapan para nelayan di Kabupaten Pangandaran cukup besar, salah
satunya di Bojongsalawe, Kecamatan Parigi. Hasil tangkapannya menjadi sumber
bahan baku bagi para industri pengolah hasil perikanan skala rumah tangga.
Sayangnya masyarakat masih mengolahya untuk dikonsumsi sendiri padahal
daerah Kecamatan Parigi sangat strategis untuk berjualan. Mereka masih
menggunakan metode tradisional, seperti mengolah hasil tangkapan menjadi ikan
asin jadi mutu dan keamanan produknya belum memenuhi standar yang berlaku
seperti Good Manufacturing Pratice (GMP) dan Sanitation Standard Operating
Procedure (SSOP). Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan masyarakat
masih rendah, terutama dalam menghasilkan produk olahan yang bermutu.
Tata cara membuat ikan asin:
 Bersihkan sisik ikan terlebih dahulu
 Belah ikan dari bagian ekor menuju kepala ikan, sampai kepala ikan
terbelah jadi 2
 Buang kotoran dan cuci bersih
 Taburi dengan garam secukupnya
 Diamkan selama 1 malam
 Bilas ikan menggunakan air bersih
 Jemur ikan hingga kering

9
Gambar 6. Ikan asin
(Sumber: https://gambarikan.com)
Setelah diadakannya penyuluhan tentang pengembangan produk olahan
perikanan tradisional berdasarkan prosedur terstandar oleh mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada tahun 2018 kepada
masyarakat Kecamatan Parigi, akhirnya mereka sadar bahwa bahan baku yang ada
bisa dimanfaatkan dengan cara teknik pengolahan pangan yang bisa dijual dan
tentunya produk yang berkualitas serta memenuhi standar yang sudah ditentukan.
Salah satunya masyarakat bisa memanfaatkan bahan baku menjadi produk abon
ikan yang lebih bermutu dan memenuhi standar sehingga keamanannya terjamin
dan bisa dipasarkan secara meluas.

4.4 Budi Daya Perikanan


Menurut Hikmayani et al., (2012); Karuppasamy et al., (2013) seperti dikutip
Arsad et al (2017:2) budi daya merupakan salah satu kegiatan alternatif dalam
meningkatkan produksi perikanan. Syarat terlaksananya kegiatan budidaya adalah
adanya organisme yang dibudidayakan,media hidup organisme dan wadah atau
tempat budi daya.
Menurut Babu et al., (2014) seperti dikutip Arsad et al (2017:2) vaname
merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan. Hal ini disebabkan
udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan.

Gambar 7. Udang vaname (Litopenaeus vannamei)


(Sumber: https://www.yoiakuakultur.co.id)

1
Daerah Bojongsalawe Desa Karangjaladri merupakan salah satu tempat budi
daya perikanan yang berada di Kabupaten Pangandaran dengan membudidayakan
komoditas udang vaname. Lokasi yang dekat dengan muara menjadikan daerah
tersebut layak untuk dijadikan tempat budi daya, karena proses budi daya harus
didukung dengan suplai air yang baik sehingga kualitas perairan tambak terjaga.
Salah satu keberhasilan budi daya udang vaname adalah dengan kualitas air yang
baik dan sesuai.

Gambar 8. Tambak udang vaname Bojongsalawe


(Sumber: dokumen pribadi, 2020)

Luas lahan yang digunakan sekitar 8.500 m2 dengan penebaran benur dalam
satu kali siklus sebanyak 100.000 ekor. Pasokan benur didapatkan dari daerah
Indramayu, Anyer dan Lampung. Tambak udang yang terletak di Bojongsalawe
termasuk golongan tambak semi intensif, karena daerah ini hanya memanfaatkan
lahan sedang atau tidak terlalu luas serta tidak membutuhkan biaya yang terlalu
tinggi.

4.4.1 Tahapan Manajemen Budi Daya Pembesaran Udang Vaname


Tahapan manajemen budi daya pembesaran udang vaname mencakup
persiapan tambak, penebaran benur, monitoring pakan dan aklimitasi, monitoring
kualitas air dan pemanenan.
1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan seorang
pembudidaya udang vaname, karena kegiatan ini sangat menentukan
keberhasilan budi daya. Persiapan tambak yang baik akan mendukung

1
tingkat kelulus hidupan (survival rate) dan hasil produksi panen tinggi.
Hal yang mencakup persiapan tambak yaitu:
a. Kontruksi tambak
Pada tahap ini dilakukan pengeringan, pengedapan dan peninggian
pematang utama untuk membatasi kawasan tambak yang satu
dengan kawasan tambak lainnya. Pengeringan tambak dilakukan
untuk memperbaiki kualitas tanah dasar, untuk mempercepat
proses pengeringannya maka dibuat caren atau parit. Pengedapan
pematang tambak dilakukan antara petak tambak pembesaran
dalam kawasan tambak tersebut, serta peninggian pematang utama
disesuaikan dengan kondisi lahan yang digunakan minimal mampu
menampung air 80 cm sehingga terhindar dari limpasan air pasang.
b. Desain petakan tambak
Desain petakan tambak harus memiliki berbagai persyaratan,
seperti biosekuriti pada kawasan tambak tersebut dibatasi oleh
pagar yang berupa pematang kedap air, petak tambak yang dikelola
sebagai biofilter dan pagar biosekuriti untuk mencegah carier.
Sumber air payau atau lautnya berasal dari inlet yng merupakan
saluran sekunder atau tersier. Petak biofilter atau tandon ini
berguna untuk mencampur air tawar dan laut atau bisa disebut juga
sebagai penampung air pasok yang sehat untuk petak pembesaran.
Petak pembesaran udang diupayakan kedap air karena untuk
meminimalisir perembesan dari petak yang lainnya. Petak tandon
atau saluran buang digunakan sebagai penampungan limbah
sebelum dibuang ke saluran umum yang dilengkapi sistem biofilter
seperti ikan dan tanaman air. Ada 3 tambak pada budi daya udang
vaname, yaitu:
 Petak tandon/biofilter yang berfungsi sebagai petak
penampungan air sehat serta untuk memperbaiki kualitas air
dengan cara pengendapan. Pada petak ini berisi tanaman air
makroalga (lumut, ganggang), ikan karnivora/herbivora
untuk mencegah karier penyakit udang liar dan krustacea

1
liar serta ditebari ikan predator kecil. Dilakukannya
pemberantasan udang liar dengan crustaesida pada setiap
penambahan air baru.
 Petak sterilisasi/tandon yang berfungsi untuk membasmi
patogen penyakit sebelum digunakan atau mengganti air
petak pembesaran udang, luasnya sekitar 20% dari petak
pembesaran udang.
 Petak pembesaran udang, pada petak ini dikelilingi oleh
petak biofilter dan saluran buang dengan pematang yang
kedap, luasnya sekitar 0,2 sampai dengan 0,5 ha/petak,
petak pembesaran harus kedap air maksimum tingkat
rembesannya 10% per minggu, kedalaman air petak
minimal 80 cm serta dilengkapi sistem inlet dan outlet.
c. Saluran pemasukan dan pengeluaran air
Saluran pemasukan air berasal dari saluran sekunder atau tersier
berupa sumber air laut atau payau dan pengeluaran air dilakukan
melalui saluran buang air, sebelum digunakan untuk resirkulasi
atau dibuang ke saluran umum harus diolah dengan sistem biofilter
untuk menghindari pencemaran bahan organik dan pencemaran
lingkungan. Saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran
(outlet) lebih baik terpisah hal tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadiya air kotor mengalir kembali ke tambak.
Saluran inlet desainnya bisa mempertimbangkan pada debit air
yang akan mencukupi kebutuhan air pada kolam tambak sedangkan
saluran outlet bisa dimodifikasi lebih rendah dari dasar kolam
tambak dan kemudian kemiringannya diarahkan ke kolam
pengendapan.
d. Pematang tambak
Pematang tambak berfungsi untuk memisahkan petakan-petakan
kolam tambak, untuk menahan air dan untuk mobilitas
pembudidaya dalam melakukan kegiatannya. Pematang tambak
harus lebih tinggi dari permukaan air pasang tertingginya.

1
Pematang harus kuat menahan tekanan pada ketinggian air
maksimal dalam tambak, mampu menahan takanan air banjir,
mampu menahan longsor dan mampu menahan rembesan dari luar
maupun dalam tambak. Alangkah baiknya pematang ditumbhi
rumput untuk mengurangi terjadinya erosi.
e. Pengolahan lahan
Pada tahap ini petambak harus mengetahui dulu lahan yang bagus
untuk dijadikan tambak, ciri utama lahan yang pas untuk dijadikan
tambak adalah lahan yang bersih dan bebas dari limbah serta zat
berbahaya, lokasinya berada di daerah dekat pantai yang bertanah
liat supaya mampu menahan air dan tidak mudah retak serta
wilayah pantai yang memiliki hutan mangrove sehingga bisa bisa
mencegah tambak dari erosi.
Selain 5 langkah diatas seleksi benih juga penting untuk diperhatikan.
Benih udang (benur) yang harus digunakan memiliki SPF (Spesific
Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap perubahan lingkungan dan tahan
terhadap penyakit. Menurut Haryanti, 2003; Kordi dan Tancung, 2007 ciri
benih udang yang bagus diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih
> 6 mm, aktif berenang secara menyebar dan melawan arus, tubuh
berwarna bening transparan serta terbebas dari infeksi virus dan bakteri.
2. Penebaran Benur
Penebaran benur dilakukan ketika pagi hari atau sore untuk menghindari
dari suhu yang terlalu tinggi. Hal tersebut supaya benur terhindar dari
stress. Adaptasi suhu juga bisa dilakukan dengan cara mengapungkan
kantong dalam air atau menambah air sedikit demi sedikit dalamkantong
benur. Melakukan penambahan pakan artemia sebelum ditebar. Penebaran
dilakukan dengan kepadatan 50-100 ekor/m2 dengan rataan 70 ekor/m2
tergantung ketersediaan sarana dan prasarana. Proses penebarannya sekitar
15 menit.
3. Monitoring Pakan
Pakan buatan (pellet) diberikan dari mulai penebaran benih dengan dosis
disesuaikan dengan laju konsumsi pakannya. Prinsip pemberian pakannya

1
5% dari berat tubuhnya setiap hari, dan apabila saat pengecekan anco
pakannya selalu habis maka ditambah 5% lagi tetapi sebaliknya jika saat
pengecekan anco pakannya tidak habis maka dikurangi 5%. Kontrol
pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan sampel udang yang
dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Sampling bisa dilakukan ketika waktu
fajar atau sore hari untuk menghindari cuaca panas, serta udang yang
sudah tertangkap tidak dikembalikan lagi ke tambak.
4. Monitoring Kualitas Air
Kualitas air juga sangat menentukan keberhasilan budi daya, maka harus
ada aktivitas pengontrolan secara kontinyu yang dilakukan setiap hari /
minggu. Kualitas air diukur melalui 3 parameter, yaitu:
a. Parameter fisika: suhu dan kecerahan.
b. Parameter kimia: pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), amonia dan
alkalinitas.
c. Parameter biologi: rasio konversi pakan (FCR), kontrol
pertumbuhan udang melalui pengukuran laju pertumbuhan spesifik
(SGR) dan kelulus hidupan (SR).
Tabel 2. Kisaran kualitas air tambak pemeliharaan udang vaname

Kisaran Optimal
Parameter
(KEP.28/MEN/2004)
Suhu (oC) 28.5-31.5
DO (mg/l) 3-7.5
Kecerahan (cm) 30-40
Salinitas (ppt) 15-25
pH 7.5-8.5
Amonia (ppm) 0.01-0.05
Alkalinitas (ppm) 120-160
Sumber: jurnal ilmiah perikanan dan kelautan (ISSN: 2085-5842) 2017 9 (1): 8

5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila berat udang sudah mencapai ukuran pasar
(marketable size) atau ketika terjadinya infeksi penyakit pada saat
pemeliharaan. Sebelum panen dilakukan terlebih dahulu melakukan
penyiponan agar bersih dan lumpur tidak menyebar ke petakan tambak,

1
panen dilakukan dengan hati-hati menggunakan jaring ke arah
pembuangan, semua peralatan panen sudah disiapkan dan udang yang
sudah tertangkap segera dipindahkan ke dalam wadah penampungan yang
bersih dan dingin.

4.4.2 Penyakit Pada Udang dan Cara Pencegahannya


Udang Vaname banyak diminati oleh pembudidaya dan petambak udang,
munculnya beberapa penyakit pada udang berdampak pada menurunnya hasil
panen para pembudidaya. Hal tersebut bisa dihindari dengan cara melakukan
pencegahan agar udang tidak terserang penyakit.
1. Bintik Putih
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala berenang di
permukaan, mati di tanggul dan bintik putih dicangkang. Upaya
pencegahan untuk penyakit ini dengan melakukan tindakan mengisolasi
daerah yang terserang penyakit dan memusnahkannya dengan cara
penguburan atau pembakaran udang yang terindikasi terserang penyakit
supaya penyakit tersebut tidak menyebar luas, serta melakukan pergantian
air rutin setiap hari minimal 5% dari volume air tambak supaya udang
yang masih sehat terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bintik Hitam
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala seperti, bintik
hitam di badan, antena patah, kaki tidak lengkap dan ekor berwarna hitam.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit ini
dengan cara membersihkan dasar tambak dari kotoran sisa pakan dan sisa
moulting serta menjaga kualitas air.
3. Kotoron Putih
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala kotoran
dipojok tambak dan nafsu makan menurun. Upaya pencegahan yang bisa
dilakukan adalah membersihkan dan mengeluarkan kotoran yang ada di
dasar kolam maupun di permukaan serta melakukan pembersihan rutin dan
tetap menjaga kualitas air.
4. Insang Merah

1
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala berenang di
permukaan dan insang berwarna merah. Upaya pencegahan supaya
terhindar dari penyakit ini dengan melakukan penebaran kapur pada kolam
budi daya.
5. Nekrosis
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala antena patah,
kaki tidak lengkap, ekor rusak dan ekor berwarna hitam. Upaya
pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan cara pergantian air
sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan Tambak Organik Natural (TON)
1-2 botol/ha dan udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit
dengan pemberian kapur pada tambak.
6. Udang Gripis
Udang yang memiliki penyakit ini biasanya memiliki gejala karapas
rontok. Upaya pencegahannya dengan cara memberikan antibiotika
melalui pencampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah dengan
perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan
antibiotika diaduk dengan pakan lalu dikeringkan di tempat yang teduh
dan ditebar ke dalam tambak. Dosis yang digunakan untuk penggunaan
antibiotika adalah Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg
pakan, Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
Pemberian antibiotika dilakukan secara terus-menerus selama 3 hingga 5
hari, kecuali Furanace diberikan selama 14 hari.
7. Kepala Kuning
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala warna tubuh
pucat dan nafsu makan berhenti. Upaya pencegahan terhadap penyakit ini
dengan mengisolasi daerah yang terserang penyakit dan memusnahkan
udang yang terdeteksi terserang penyakit dengan cara penguburan atau
pembakaran supaya penyakitnya tidak menyebar luas, serta melakukan
pergantian airsecara rutin setiap hari minimal 5% dari volume air tambak
supaya udang yang masih sehat terhindar dari penyakit.
8. Taura Syndrome Virus

1
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala ekor berwarna
merah dan kulit lunak. Upaya pencegahan untuk penyakit ini adalah
dengan cara menjaga kualitas air dengan memberikan probiotik, jangan
melakukan sirkulasi pergantian air, mengurangi pakan hingga 50%,
pemberian mineral dolomite untuk mempercepat pengerasan kulit serta
pemberian vitamin dan imunostimulan.

4.5 Nelayan
Nelayan di Bojongsalawe Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran masih
tergolong nelayan tradisional karena masih menggunakan jaring arad dalam
proses penangkapan ikan di laut. Ketika musim kemarau tiba membawa berkah
tersendiri bagi para nelayan, mereka menabur jaring arad ke laut sepanjang 300
meter. Dalam satu kali tabur mereka mendapatkan ikan kurang lebih 5 kwintal
dengan hasil penjualan kepada masyarakat setempat maupun wisatawan sekitar
Rp.5.000.000.

Gambar 9. Nelayan menabur jaring arad


(Sumber: https://google.com )

Tabel 3. Jenis Ikan dan Harganya


Nama Jenis Ikan Harga (Rp)
Tongkol Banyar 35.000
Selar Kuning 26.000
Sumber: https://www.pipp.djpt.kkp.go.id/profil_pelabuhan/2917/informasi

4.6 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan prasarana bagi nelayan dalam segi
pemasaran. Tempat pelelangan ikan merupakan tempat yang penting dalam
kegiatan perikanan tangkap, dimana tempat berlangsungnya transaksi jual beli

1
antara petugas lelang dan pembeli. Bojongsalawe merupakan tempat pelelangan
ikan yang ada di PPI Bojongsalawe, Kabupaten Pangandaran. Bojongsalawe
termasuk daerah yang memiliki potensi perikanan cukup besar, namun proses
pelelangan di TPI Bojongsalawe ini masih cenderung tradisional.
Sebelum dilakukan pelelangan di TPI, nelayan atau buruh angkut membawa
hasil tangkapan nelayan menggunakan sepeda motor ataupun gerobak ke tempat
pelelangan. Kemudian hasil tangkapannya ditimbang dan jumlahnya dicatat (kg)
serta jenis ikannya. Biasanya hasil tangkapan disimpan di tempat yang berbeda,
jika hasil tangkapannya berupa ikan maka disimpan di lantai TPI tanpa alas dan
jika hasil tangkapannya berupa lobster maka disimpan di lantai yang berpasir dan
dimasukkan ke dalam kotak-kotak yang terbuat dari kayu. Peserta lelang
merupakan bakul yang sudah menjadi anggota lelang di TPI tersebut. Kegiatan
pelelangan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB,
lamanya proses pelelangan tergantung pada jumlah hasil tangkapan yang
didaratkan. Proses pelelangan dimulai ketika hasil tangkapan sudah ada dan bakul
sudah berkumpul di gedung, kemudian juru lelang menyebutkan jenis, jumlah dan
harga ikan yang akan dilelang. Sedangkan petugas 1 yang lainnya mencatat ikan
yang terjual. Terjadi tawar menawar mulai dari harga yang paling rendah sampai
dengan yang tertingi, dan jika ada bakul yang menawar lebih tinggi dari harga
yang ditawarkan oleh juru lelang maka bakul tersebut diberi secarik kertas dengan
jumlah harga yang harus dibayar di kasir. Setelah proses pelelangan selesai maka
bakul antri di kasir untuk membayar hasil tawaran mereka.
Tabel 4. Hasil tangkapan yang Didaratkan di TPI
No. Hasil Tangkapan
1. Ikan Pari (Dasyatis kuhli)
2. Ikan Bawal hitam (Parastromateus niger)
3. Ikan Bawal putih (Pampus argentus)
4. Ikan Tenggiri (Scomberromorus commersoni)
5. Ikan Tongkol (Auxis thazard)
6. Lobster
Sumber: Anggraini, D.C. 2015. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe,
Pangandaran, Jawa Barat. Skripsi. Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Kegiatan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe dikelola oleh KUD Minapari.


KUD Minapari berperan sebagai pelaksana dan menangani simpan pinjam,

1
pelelangan dan penyewaan kursi. TPI Bojongsalawe memiliki kepala dan wakil
TPI yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pelelangan. Setiap hari ada 14
orang pegawai, 10 orang dari pegawai TPI dan 4 orang orang dari pegawai KUD.
Setiap 6 bulan sekali pegawai melaksanakan pelatihan yang diselenggarakan oleh
Dinas Perikanan dan kegiatan tersebut wajib diikuti oleh seluruh pegawai.

2
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil bedah vidio, artikel dan jurnal saya bisa mengetahui dan memahami
kehidupan serta mata pencaharian masyarakat pesisir Bojongsalawe Desa
Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Mereka bekerja sebagai nelayan, pembudidaya udang vaname, mengolah hasil
perikanan dan melakukan pelestarian serta memanfaatkan konservasi mangrove
untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Budi daya udang vaname masih
menggunakan sistem tambak tradisional sehingga perawatannya juga mudah dan
kemungkinan udang terserang penyakit kecil serta kualitas air sangat berperan
penting dalam pemeliharaan udang vaname.

5.2 Saran
Dengan tingkat pendidikan yang rendah sebaiknya mereka mengikuti acara
penyuluhan mengenai sumber daya kelautan dan perikanan untuk menambah
pengetahuan mereka. Selain itu, masyarakat pesisir Bojongsalawe bisa lebih
memanfaatkan dan melestarikan sumber daya perikanan di sekitarnya supaya bisa
meningkatkan pendapatan mata pencaharian mereka.

2
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.C. 2015. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan


Bojongsalawe, Pangandaran, Jawa Barat. Skripsi. Teknologi dan
Manajemen Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arsad, S., A. Afandy, A.P. Purwadhi, B. Maya. V, D.K. Saputra, dan N.R.
Buwono. 2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan
Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 9(1): 1-14.

Gultom, E. 2017. Pelabuhan Indonesia sebagai Penyumbang Devisa Negara dalam


Perspektif Hukum Bisnis. Kanun Jurnal Ilmu Hukum 19(3): 419-444.

Kurniawan, A. 2016. Sejarah Pendidikan Masyarakat Pesisir Nusantara. Jurnal


Tamaddun 4(2): 93-110.

Kusuma, W.A., S.B. Prayitno, dan R.W. Ariyati. 2017. Kajian Kesesuaian Lahan
Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan Cijulang,
dan Parigi, Pangandaran, Jawa Barat dengan Penerapan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Jurnal of Aquaculture Management and
Technology 6(4): 255-263.

Mulyani, Y., M. Wahyudin Lewaru, dan K. Haetami. 2018. Pemanfaatan dan


Pelestarian Mangrove untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Pesisir Pangandaran. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 2(11): 1-5.

Pratama, R.I., I. Rostini, dan N. Kurniawati. 2018. Pengembangan Produk Olahan


Perikanan Skala Tradisional Berdasarkan Prosedur Terstandar. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat 2(12): 1-4.

Rakasiwi, S, dan T.S. Albastomi. 2017. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang
Vannamei Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web.
Jurnal Simetris 8(2): 647-654.

Supito. 2017. Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Balai


Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP). Jepara.

2
Calista, C. 2018. 13 Teknik Budidaya Udang Vaname Semi Intensif.
https://arenahewan.com/teknik-budidaya-udang-vaname-semi-intensif.
30 Juni 2020 (13.49).

Nirmala, 2017. Penguatan Peran dan Fungsi Pelabuhan. https://business-


law.binus.ac.id/2017/03/31/penguatan-peran-dan-fungsi-pelabuhan/. 31
Mei 2020 (20.15).

Rachman, S.E. 2019. Musim Kemarau, Nelayan Tradisional di Bojongsalawe


Pangandaran Panen Ikan.
https://www.harapanrakyat.com/2019/06/musim-kemarau-nelayan
tradisional-di-bojongsalawe-pangandaran-panen-ikan/. 5 Juni 2020
(11.20).

Rianto, A. 2019. 8 Langkah Persiapan Tambak Udang yang Baik dan Benar.
https://www.isw.co.id/single-post/2019/01/28/8-Langkah-Persiapan-
Tambak-Udang-yang-Baik-dan-Benar. 15 Juni 2020 (14.57).

Zulfikar, W.G. 2019. Membangun Tambak Kokoh dan Efisien.


https://app.jala.tech/kabar_udang/55. 14 Juni 2020 (19.53).

Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2018. Harga Ikan.


https://www.pipp.djpt.kkp.go.id/profil_pelabuhan/2917/informasi. 5 Juni
2020 (12.00).

2
24

Anda mungkin juga menyukai