Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc
Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc
Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc
Disetujui oleh,
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P Wahyu Puji Astiyani, S.Pi., M.Sc
NIP. 19880823 201902 2 003 NIP. 19920215 201902 0 002
Diketahui oleh,
Ketua Program Studi Budi Daya Ikan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas laporan
Praktek Kerja Lapangan I sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan di
Program Studi Budi Daya Ikan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran.
Laporan ini berdasarkan bedah vidio, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan
kehidupan masyaakat Dusun Bojongsalawe Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan
laporan ini:
1. Bapak DH Guntur Prabowo, A.,Pi. MM., selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Pangandaran
2. Bapak Ega Aditya Prama, S.,Pi. M.Si., selaku Ketua Prodi Budi Daya Ikan
3. Ibu Rani Rehulina Tarigan, S.,Pi, M.P., selaku Dosen Pembimbing I
4. Ibu Wahyu Puji Astiyani, S.,Pi, M.Sc., selaku Dosen Pembingbing II
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini memiliki banyak kekurangan,
untuk itu maka saya harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga laporan ini bermanfaat bagi saya dan pembaca.
Erina Novitasari
NIT. 19.3.08.011
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PPKMP.....................................................3
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................................3
2.2 Profil Umum Lokasi.......................................................................................3
BAB III PROSEDUR KERJA.................................................................................5
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................5
3.2 Teknik Pengambilan Data..............................................................................5
3.3 Tahapan Kegiatan..........................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................6
4.1 Pelabuhan.......................................................................................................6
4.2 Konservasi Mangrove....................................................................................8
4.3 Pengolahan Hasil Laut...................................................................................9
4.4 Budi Daya Perikanan...................................................................................10
4.4.1 Tahapan Manajemen Budi Daya Pembesaran Udang Vaname............11
4.4.2 Penyakit Pada Udang dan Cara Pencegahannya...................................16
4.5 Nelayan........................................................................................................18
4.6 Tempat Pelelangan Ikan (TPI).....................................................................18
BAB V PENUTUP.................................................................................................21
5.1 Kesimpulan..................................................................................................21
5.2 Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
i
DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bojongsalawe merupakan daerah pesisir yang berpotensial dalam segi
ekonomi dan pariwisata, yang bergerak dibidang kelautan dan perikanan yang
terletak di bagian selatan pulau Jawa, daerah Pangandaran, Jawa Barat. Alasan
saya memilih daerah ini karena ingin lebih memahami kehidupan masyarakat
pesisir di daerah Bojongsalawe.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan I yaitu:
1. Mengenal kehidupan masyarakat pesisir Dusun Bojongsalawe Desa
Karangjaladri Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
2. Menambah wawasan mengenai budi daya udang vaname.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM LOKASI PPKMP
3
antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Penduduk
Bojongsalawe berdasarkan data terakhir tercatat sebanyak 4.720.
Tabel 1. Data Penduduk Bojong Salawe
Keluarga
Jiwa
No Dusun RT RW KK Miskin Ket
L P Jml KK
1 Parigi 9 3 394 609 702 1311 101
2 Babakan 9 3 381 609 685 1294 102
3 Purwasari 8 2 494 689 713 1402 128
4 Cijalu 5 2 242 337 376 713 69
Jumlah 31 10 1511 2244 2476 4720 400
Sumber: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 2018 2(12): 2
4
BAB III
PROSEDUR KERJA
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelabuhan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, menyatakan:
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas
tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan pengusahaan. Secara fisik,
pelabuhan dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun penumpang
atau bongkar muat barang.
Secara konseptual, pelabuhan memiliki3 fungsi strategis, yaitu:
1. Sebagai link (mata rantai), pelabuhan merupakan salah satu mata rantai
proses transportasi dari tempat asal barang atau orang ke tempat tujuan.
2. Sebagai interface (titik temu), pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua
moda transfortasi.
3. Sebagai gateway (pintu gerbang), pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu
daerah atau negara.
Pelabuhan sangat penting bagi negara kepulauan seperti Indonesia.Peran
penting dan strategis suatu pelabuhan dalam aktivitasnya sangat besar
disumbangkan bagi pertumbuhan industri, ekonomi dan perdagangan serta
merupakan bidang usaha yang memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi nasional. Pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat
membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian
dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.
6
Gambar 2. Dermaga pelabuhan Bojongsalawe, Kabupaten Pangandaran
(Sumber: https://www.google.com)
7
Warga masyarakat Bojongsalawe dan sekitarnya ketika sore hari banyak
yang berkunjung ke dermaga Pelabuhan Pangandaran yang terletak di
Bojongsalawe Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi. Mereka menghabiskan
waktu sore harinya dengan menikmati keindahan sunset dan memancing ikan.
8
masyarakat, dengan harapan mereka mengetahui manfaat dari ekosistem
mangrove. Melakukan penanaman mangrove dengan pelajar dan masyarakat,
dengan tujuan agar mereka sadar pentingnya tanaman mangrove untuk wilayah
pesisir. Melakukan pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat setempat
dengan tujuan agar mengetahui kondisi kesehatan masyarakat pesisir. Melakukan
Coastal Cleaning Up kepada pelajar dan masyarakat dengan tujuan agar mereka
mengetahui pentingnya menjada kebersihan pesisir. Melakukan monitoring hasil
penanaman mangrove untuk mengetahui pertumbuhannya.
9
Gambar 6. Ikan asin
(Sumber: https://gambarikan.com)
Setelah diadakannya penyuluhan tentang pengembangan produk olahan
perikanan tradisional berdasarkan prosedur terstandar oleh mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada tahun 2018 kepada
masyarakat Kecamatan Parigi, akhirnya mereka sadar bahwa bahan baku yang ada
bisa dimanfaatkan dengan cara teknik pengolahan pangan yang bisa dijual dan
tentunya produk yang berkualitas serta memenuhi standar yang sudah ditentukan.
Salah satunya masyarakat bisa memanfaatkan bahan baku menjadi produk abon
ikan yang lebih bermutu dan memenuhi standar sehingga keamanannya terjamin
dan bisa dipasarkan secara meluas.
1
Daerah Bojongsalawe Desa Karangjaladri merupakan salah satu tempat budi
daya perikanan yang berada di Kabupaten Pangandaran dengan membudidayakan
komoditas udang vaname. Lokasi yang dekat dengan muara menjadikan daerah
tersebut layak untuk dijadikan tempat budi daya, karena proses budi daya harus
didukung dengan suplai air yang baik sehingga kualitas perairan tambak terjaga.
Salah satu keberhasilan budi daya udang vaname adalah dengan kualitas air yang
baik dan sesuai.
Luas lahan yang digunakan sekitar 8.500 m2 dengan penebaran benur dalam
satu kali siklus sebanyak 100.000 ekor. Pasokan benur didapatkan dari daerah
Indramayu, Anyer dan Lampung. Tambak udang yang terletak di Bojongsalawe
termasuk golongan tambak semi intensif, karena daerah ini hanya memanfaatkan
lahan sedang atau tidak terlalu luas serta tidak membutuhkan biaya yang terlalu
tinggi.
1
tingkat kelulus hidupan (survival rate) dan hasil produksi panen tinggi.
Hal yang mencakup persiapan tambak yaitu:
a. Kontruksi tambak
Pada tahap ini dilakukan pengeringan, pengedapan dan peninggian
pematang utama untuk membatasi kawasan tambak yang satu
dengan kawasan tambak lainnya. Pengeringan tambak dilakukan
untuk memperbaiki kualitas tanah dasar, untuk mempercepat
proses pengeringannya maka dibuat caren atau parit. Pengedapan
pematang tambak dilakukan antara petak tambak pembesaran
dalam kawasan tambak tersebut, serta peninggian pematang utama
disesuaikan dengan kondisi lahan yang digunakan minimal mampu
menampung air 80 cm sehingga terhindar dari limpasan air pasang.
b. Desain petakan tambak
Desain petakan tambak harus memiliki berbagai persyaratan,
seperti biosekuriti pada kawasan tambak tersebut dibatasi oleh
pagar yang berupa pematang kedap air, petak tambak yang dikelola
sebagai biofilter dan pagar biosekuriti untuk mencegah carier.
Sumber air payau atau lautnya berasal dari inlet yng merupakan
saluran sekunder atau tersier. Petak biofilter atau tandon ini
berguna untuk mencampur air tawar dan laut atau bisa disebut juga
sebagai penampung air pasok yang sehat untuk petak pembesaran.
Petak pembesaran udang diupayakan kedap air karena untuk
meminimalisir perembesan dari petak yang lainnya. Petak tandon
atau saluran buang digunakan sebagai penampungan limbah
sebelum dibuang ke saluran umum yang dilengkapi sistem biofilter
seperti ikan dan tanaman air. Ada 3 tambak pada budi daya udang
vaname, yaitu:
Petak tandon/biofilter yang berfungsi sebagai petak
penampungan air sehat serta untuk memperbaiki kualitas air
dengan cara pengendapan. Pada petak ini berisi tanaman air
makroalga (lumut, ganggang), ikan karnivora/herbivora
untuk mencegah karier penyakit udang liar dan krustacea
1
liar serta ditebari ikan predator kecil. Dilakukannya
pemberantasan udang liar dengan crustaesida pada setiap
penambahan air baru.
Petak sterilisasi/tandon yang berfungsi untuk membasmi
patogen penyakit sebelum digunakan atau mengganti air
petak pembesaran udang, luasnya sekitar 20% dari petak
pembesaran udang.
Petak pembesaran udang, pada petak ini dikelilingi oleh
petak biofilter dan saluran buang dengan pematang yang
kedap, luasnya sekitar 0,2 sampai dengan 0,5 ha/petak,
petak pembesaran harus kedap air maksimum tingkat
rembesannya 10% per minggu, kedalaman air petak
minimal 80 cm serta dilengkapi sistem inlet dan outlet.
c. Saluran pemasukan dan pengeluaran air
Saluran pemasukan air berasal dari saluran sekunder atau tersier
berupa sumber air laut atau payau dan pengeluaran air dilakukan
melalui saluran buang air, sebelum digunakan untuk resirkulasi
atau dibuang ke saluran umum harus diolah dengan sistem biofilter
untuk menghindari pencemaran bahan organik dan pencemaran
lingkungan. Saluran pemasukan (inlet) dan saluran pengeluaran
(outlet) lebih baik terpisah hal tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadiya air kotor mengalir kembali ke tambak.
Saluran inlet desainnya bisa mempertimbangkan pada debit air
yang akan mencukupi kebutuhan air pada kolam tambak sedangkan
saluran outlet bisa dimodifikasi lebih rendah dari dasar kolam
tambak dan kemudian kemiringannya diarahkan ke kolam
pengendapan.
d. Pematang tambak
Pematang tambak berfungsi untuk memisahkan petakan-petakan
kolam tambak, untuk menahan air dan untuk mobilitas
pembudidaya dalam melakukan kegiatannya. Pematang tambak
harus lebih tinggi dari permukaan air pasang tertingginya.
1
Pematang harus kuat menahan tekanan pada ketinggian air
maksimal dalam tambak, mampu menahan takanan air banjir,
mampu menahan longsor dan mampu menahan rembesan dari luar
maupun dalam tambak. Alangkah baiknya pematang ditumbhi
rumput untuk mengurangi terjadinya erosi.
e. Pengolahan lahan
Pada tahap ini petambak harus mengetahui dulu lahan yang bagus
untuk dijadikan tambak, ciri utama lahan yang pas untuk dijadikan
tambak adalah lahan yang bersih dan bebas dari limbah serta zat
berbahaya, lokasinya berada di daerah dekat pantai yang bertanah
liat supaya mampu menahan air dan tidak mudah retak serta
wilayah pantai yang memiliki hutan mangrove sehingga bisa bisa
mencegah tambak dari erosi.
Selain 5 langkah diatas seleksi benih juga penting untuk diperhatikan.
Benih udang (benur) yang harus digunakan memiliki SPF (Spesific
Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap perubahan lingkungan dan tahan
terhadap penyakit. Menurut Haryanti, 2003; Kordi dan Tancung, 2007 ciri
benih udang yang bagus diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih
> 6 mm, aktif berenang secara menyebar dan melawan arus, tubuh
berwarna bening transparan serta terbebas dari infeksi virus dan bakteri.
2. Penebaran Benur
Penebaran benur dilakukan ketika pagi hari atau sore untuk menghindari
dari suhu yang terlalu tinggi. Hal tersebut supaya benur terhindar dari
stress. Adaptasi suhu juga bisa dilakukan dengan cara mengapungkan
kantong dalam air atau menambah air sedikit demi sedikit dalamkantong
benur. Melakukan penambahan pakan artemia sebelum ditebar. Penebaran
dilakukan dengan kepadatan 50-100 ekor/m2 dengan rataan 70 ekor/m2
tergantung ketersediaan sarana dan prasarana. Proses penebarannya sekitar
15 menit.
3. Monitoring Pakan
Pakan buatan (pellet) diberikan dari mulai penebaran benih dengan dosis
disesuaikan dengan laju konsumsi pakannya. Prinsip pemberian pakannya
1
5% dari berat tubuhnya setiap hari, dan apabila saat pengecekan anco
pakannya selalu habis maka ditambah 5% lagi tetapi sebaliknya jika saat
pengecekan anco pakannya tidak habis maka dikurangi 5%. Kontrol
pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan sampel udang yang
dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Sampling bisa dilakukan ketika waktu
fajar atau sore hari untuk menghindari cuaca panas, serta udang yang
sudah tertangkap tidak dikembalikan lagi ke tambak.
4. Monitoring Kualitas Air
Kualitas air juga sangat menentukan keberhasilan budi daya, maka harus
ada aktivitas pengontrolan secara kontinyu yang dilakukan setiap hari /
minggu. Kualitas air diukur melalui 3 parameter, yaitu:
a. Parameter fisika: suhu dan kecerahan.
b. Parameter kimia: pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), amonia dan
alkalinitas.
c. Parameter biologi: rasio konversi pakan (FCR), kontrol
pertumbuhan udang melalui pengukuran laju pertumbuhan spesifik
(SGR) dan kelulus hidupan (SR).
Tabel 2. Kisaran kualitas air tambak pemeliharaan udang vaname
Kisaran Optimal
Parameter
(KEP.28/MEN/2004)
Suhu (oC) 28.5-31.5
DO (mg/l) 3-7.5
Kecerahan (cm) 30-40
Salinitas (ppt) 15-25
pH 7.5-8.5
Amonia (ppm) 0.01-0.05
Alkalinitas (ppm) 120-160
Sumber: jurnal ilmiah perikanan dan kelautan (ISSN: 2085-5842) 2017 9 (1): 8
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila berat udang sudah mencapai ukuran pasar
(marketable size) atau ketika terjadinya infeksi penyakit pada saat
pemeliharaan. Sebelum panen dilakukan terlebih dahulu melakukan
penyiponan agar bersih dan lumpur tidak menyebar ke petakan tambak,
1
panen dilakukan dengan hati-hati menggunakan jaring ke arah
pembuangan, semua peralatan panen sudah disiapkan dan udang yang
sudah tertangkap segera dipindahkan ke dalam wadah penampungan yang
bersih dan dingin.
1
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala berenang di
permukaan dan insang berwarna merah. Upaya pencegahan supaya
terhindar dari penyakit ini dengan melakukan penebaran kapur pada kolam
budi daya.
5. Nekrosis
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala antena patah,
kaki tidak lengkap, ekor rusak dan ekor berwarna hitam. Upaya
pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan cara pergantian air
sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan Tambak Organik Natural (TON)
1-2 botol/ha dan udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit
dengan pemberian kapur pada tambak.
6. Udang Gripis
Udang yang memiliki penyakit ini biasanya memiliki gejala karapas
rontok. Upaya pencegahannya dengan cara memberikan antibiotika
melalui pencampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah dengan
perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan
antibiotika diaduk dengan pakan lalu dikeringkan di tempat yang teduh
dan ditebar ke dalam tambak. Dosis yang digunakan untuk penggunaan
antibiotika adalah Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg
pakan, Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
Pemberian antibiotika dilakukan secara terus-menerus selama 3 hingga 5
hari, kecuali Furanace diberikan selama 14 hari.
7. Kepala Kuning
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala warna tubuh
pucat dan nafsu makan berhenti. Upaya pencegahan terhadap penyakit ini
dengan mengisolasi daerah yang terserang penyakit dan memusnahkan
udang yang terdeteksi terserang penyakit dengan cara penguburan atau
pembakaran supaya penyakitnya tidak menyebar luas, serta melakukan
pergantian airsecara rutin setiap hari minimal 5% dari volume air tambak
supaya udang yang masih sehat terhindar dari penyakit.
8. Taura Syndrome Virus
1
Udang yang terserang penyakit ini biasanya memiliki gejala ekor berwarna
merah dan kulit lunak. Upaya pencegahan untuk penyakit ini adalah
dengan cara menjaga kualitas air dengan memberikan probiotik, jangan
melakukan sirkulasi pergantian air, mengurangi pakan hingga 50%,
pemberian mineral dolomite untuk mempercepat pengerasan kulit serta
pemberian vitamin dan imunostimulan.
4.5 Nelayan
Nelayan di Bojongsalawe Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran masih
tergolong nelayan tradisional karena masih menggunakan jaring arad dalam
proses penangkapan ikan di laut. Ketika musim kemarau tiba membawa berkah
tersendiri bagi para nelayan, mereka menabur jaring arad ke laut sepanjang 300
meter. Dalam satu kali tabur mereka mendapatkan ikan kurang lebih 5 kwintal
dengan hasil penjualan kepada masyarakat setempat maupun wisatawan sekitar
Rp.5.000.000.
1
antara petugas lelang dan pembeli. Bojongsalawe merupakan tempat pelelangan
ikan yang ada di PPI Bojongsalawe, Kabupaten Pangandaran. Bojongsalawe
termasuk daerah yang memiliki potensi perikanan cukup besar, namun proses
pelelangan di TPI Bojongsalawe ini masih cenderung tradisional.
Sebelum dilakukan pelelangan di TPI, nelayan atau buruh angkut membawa
hasil tangkapan nelayan menggunakan sepeda motor ataupun gerobak ke tempat
pelelangan. Kemudian hasil tangkapannya ditimbang dan jumlahnya dicatat (kg)
serta jenis ikannya. Biasanya hasil tangkapan disimpan di tempat yang berbeda,
jika hasil tangkapannya berupa ikan maka disimpan di lantai TPI tanpa alas dan
jika hasil tangkapannya berupa lobster maka disimpan di lantai yang berpasir dan
dimasukkan ke dalam kotak-kotak yang terbuat dari kayu. Peserta lelang
merupakan bakul yang sudah menjadi anggota lelang di TPI tersebut. Kegiatan
pelelangan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB,
lamanya proses pelelangan tergantung pada jumlah hasil tangkapan yang
didaratkan. Proses pelelangan dimulai ketika hasil tangkapan sudah ada dan bakul
sudah berkumpul di gedung, kemudian juru lelang menyebutkan jenis, jumlah dan
harga ikan yang akan dilelang. Sedangkan petugas 1 yang lainnya mencatat ikan
yang terjual. Terjadi tawar menawar mulai dari harga yang paling rendah sampai
dengan yang tertingi, dan jika ada bakul yang menawar lebih tinggi dari harga
yang ditawarkan oleh juru lelang maka bakul tersebut diberi secarik kertas dengan
jumlah harga yang harus dibayar di kasir. Setelah proses pelelangan selesai maka
bakul antri di kasir untuk membayar hasil tawaran mereka.
Tabel 4. Hasil tangkapan yang Didaratkan di TPI
No. Hasil Tangkapan
1. Ikan Pari (Dasyatis kuhli)
2. Ikan Bawal hitam (Parastromateus niger)
3. Ikan Bawal putih (Pampus argentus)
4. Ikan Tenggiri (Scomberromorus commersoni)
5. Ikan Tongkol (Auxis thazard)
6. Lobster
Sumber: Anggraini, D.C. 2015. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe,
Pangandaran, Jawa Barat. Skripsi. Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
1
pelelangan dan penyewaan kursi. TPI Bojongsalawe memiliki kepala dan wakil
TPI yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pelelangan. Setiap hari ada 14
orang pegawai, 10 orang dari pegawai TPI dan 4 orang orang dari pegawai KUD.
Setiap 6 bulan sekali pegawai melaksanakan pelatihan yang diselenggarakan oleh
Dinas Perikanan dan kegiatan tersebut wajib diikuti oleh seluruh pegawai.
2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil bedah vidio, artikel dan jurnal saya bisa mengetahui dan memahami
kehidupan serta mata pencaharian masyarakat pesisir Bojongsalawe Desa
Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Mereka bekerja sebagai nelayan, pembudidaya udang vaname, mengolah hasil
perikanan dan melakukan pelestarian serta memanfaatkan konservasi mangrove
untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Budi daya udang vaname masih
menggunakan sistem tambak tradisional sehingga perawatannya juga mudah dan
kemungkinan udang terserang penyakit kecil serta kualitas air sangat berperan
penting dalam pemeliharaan udang vaname.
5.2 Saran
Dengan tingkat pendidikan yang rendah sebaiknya mereka mengikuti acara
penyuluhan mengenai sumber daya kelautan dan perikanan untuk menambah
pengetahuan mereka. Selain itu, masyarakat pesisir Bojongsalawe bisa lebih
memanfaatkan dan melestarikan sumber daya perikanan di sekitarnya supaya bisa
meningkatkan pendapatan mata pencaharian mereka.
2
DAFTAR PUSTAKA
Arsad, S., A. Afandy, A.P. Purwadhi, B. Maya. V, D.K. Saputra, dan N.R.
Buwono. 2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan
Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 9(1): 1-14.
Kusuma, W.A., S.B. Prayitno, dan R.W. Ariyati. 2017. Kajian Kesesuaian Lahan
Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan Cijulang,
dan Parigi, Pangandaran, Jawa Barat dengan Penerapan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Jurnal of Aquaculture Management and
Technology 6(4): 255-263.
Rakasiwi, S, dan T.S. Albastomi. 2017. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang
Vannamei Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web.
Jurnal Simetris 8(2): 647-654.
2
Calista, C. 2018. 13 Teknik Budidaya Udang Vaname Semi Intensif.
https://arenahewan.com/teknik-budidaya-udang-vaname-semi-intensif.
30 Juni 2020 (13.49).
Rianto, A. 2019. 8 Langkah Persiapan Tambak Udang yang Baik dan Benar.
https://www.isw.co.id/single-post/2019/01/28/8-Langkah-Persiapan-
Tambak-Udang-yang-Baik-dan-Benar. 15 Juni 2020 (14.57).
2
24