Anda di halaman 1dari 33

PEMELIHARAAN IKAN GABUS (Channa striata ) DALAM MEDIA

EMBER

(Laporan Proyek Mandiri)

Oleh :
Rahma Wati
NPM 18742049

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul PM : Pemeliharaan Ikan Gabus (Channa Striata) dalam Media Ember


2. Nama Mahasiswa : Rahma Wati
3. NPM :18742049
4. Program Studi : Budidaya Perikanan
5. Jurusan : Peternakan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ninik Purbosari, S.Pi., M.Si Aldi Huda Verdian, S.Pi., M.Si
NIP : 197506162000032002 NIP : 199210212019031014

Ketua Program Studi


Budidaya Perikanan

Dr. Nuning Mahmudah Noer. S.Pi., M.Si


NIP : 198410162009122005

Tanggal Ujian : 29 Januari 2021


ABSTRAK

PEMELIHARAAN IKAN GABUS (Channa striata) DALAM MEDIA EMBER

OLEH :

Rahma Wati

dibawah bimbingan Dr. Ninik Purbosari, S.Pi., M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan
Aldi Huda Verdian, S.Pi., M.Si sebagai Dosen Pembimbing II

Ikan gabus merupakan ikan yang mudah untuk dibudidayakan, memiliki daging yang
enak serta kandungan Albumin nya yang tinggi sangat baik untuk kesehatan, dan
mempercepat proses penyembuhan luka. Ikan gabus dapat hidup pada kondisi air yang
minim oksigen karena memiliki alat bantu pernafasan, sehingga dengan pemeliharaan di
dalam ember yang sempit ikan masih dapat bertahan hidup, selain itu pemeliharaan di dalam
ember dapat menjadi solusi bagi lahan yang sempit. Tujuan dari proyek mandiri ini untuk
mengetahui pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan harian dan tingkat
kelangsungan hidup ikan gabus (Channa striata) dalam media ember. Proyek mandiri
dilakukan selama 30 hari pemeliharaan dibulan Oktober-November 2020, di Perumahan
Nunyai Permai, Rajabasa, Bandar Lampung. Dengan padat tebar 1ekor/liter, sehingga total
yang dibudidayakan yaitu 50 ekor dengan volume air 50 liter. Metode pemberian pakan
secara at satiation. Hasil proyek mandiri ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan panjang
harian berkisar 0,6-1,43%, pertumbuhan akhir dengan panjang rata rata 6,48cm/ekor dan
pertumbuhan bobot pada akhir pemeliharaan 1,52 gram/ekor. Sedangkan untuk tingkat
kelangsungan hidup (SR) diakhir pemeliharaan 90%.

Kata kunci : Budikdamber, Ikan Gabus, Padat Tebar Rendah


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Labuhan Maringgai, Lampung


Timur, pada tanggal 24 Juni 1999 dengan nama langkap
Rahma Wati, merupakan anak ke-4 dari 7 bersaudara dari
pasangan suami istri Bapak Hi. Muhammad Shaleh dan
Ibu Hj. Mariyah yang bertempat tinggal di desa Labuhan
Maringgai, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kab
Lampung Timur. Penulisan mengawali pendidikan
pertama di TK Dharma Wanita, Pertiwi, Labuhan
Maringgai pada tahun 2005, kemudian melanjutkan
pendidikan dasar di SD Negeri 1 Labuhan Maringgai pada tahun 2006, setelah itu
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai pada tahun
2012, lalu melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Labuhan Maringgai, dan
sekarang penulis tercatat sebagai mahasiswa di Jurusan Peternakan, Program Studi Budidaya
Perikanan, Politeknik Negeri Lampung. Selama menjadi Mahasiswa, penulis menjadi
anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Polinela Diving Club, dan mengikuti
kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya pada bulan Agustus 2019 di Pulau Pisang, Pesisir Barat,
Lampung, oleh Kemenko Maritim.
MOTTO

LIVE YOUR LIFE.

DREAM, BELIEVE, AND MAKE IT HAPPEN

BERSAMA KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN QS;


AL-INSYIRAH (5-6)
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia-Nya lah penulis dapat membuat
Laporan Hasil Proyek Mandiri (PM) yang berjudul “Pemeliharaan Ikan Gabus (Channa
striata) Dalam Media Ember”, dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan
untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti kan syafaat nya.

Dalam pembuatan Laporan Proyek Mandiri ini, tentu banyak yang telah membantu dan
memberi dukungan baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
Terimakasih kepada :

1. Allah SAW dan Kedua Orang Tua


2. Kakak dan Adik
3. Dr. Ninik Purbosari, S.Pi., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I
4. Aldi Huda Verdian, S.Pi., M.Si Selaku Dosen Pembimbing II
5. Teman teman perikanan 2018 yang telah membantu dan memberi saran
selama Proyek Mandiri

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Proyek
Mandiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, 29 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v


DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 9
1.2 Tujuan ............................................................................................ 9
1.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 10
1.3.1 Masalah .................................................................................. 10
1.3.2 Solusi ...................................................................................... 10
1.4 Kontribusi........................................................................................ 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gabus............................................. 11
2.2 Pendederan Ikan Gabus................................................................... 12
2.4 Kualitas Air ..................................................................................... 13
2.4.1 Suhu ....................................................................................... 13
2.4.2 Kadar Oksigen (Do) ............................................................... 13
2.4.3 pH .......................................................................................... 13
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 14
3.2 Bahan dan Alat .............................................................................. 14
3.3 Prosedur Kerja .............................................................................. 14
3.3.1 Persiapan Media...................................................................... 14
3.3.2 Penebaran Benih...................................................................... 15
3.3.3 Pemberian Pakan .................................................................... 15
3.3.4 Sampling................................................................................. 15
3.4 Parameter Pengamatan Kualitas Air............................................... 15
3.4.1 Suhu ....................................................................................... 15
3.4.2 Do ............................................................................................ 15
3.4.3 pH ............................................................................................ 16
3.4.4 Amonia .................................................................................... 16
3.5 Parameter Keberhasilan ................................................................. 16
3.5.1 Perumbuhan Bobot ................................................................ 16
3.5.2 Pertumbuhan Panjang ............................................................ 17
3.5.3 Laju Pertumbuhan Harian ...................................................... 17
3.5.4 Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................ 17
IV Hasil Dan Pembahasan
4.1 Pertumbuhan Ikan Gabus
4.1.1 Pertumbuhan Panjang Ikan Gabus ......................................... 18
4.1.2 Pertumbuhan Bobot Ikan Gabus ............................................ 19
4.1.3 Laju Pertumbuhan Harian ...................................................... 20
4.1.4 Kualitas Air ............................................................................ 21
4.1.5 Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................. 22
V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 23
5.2 Saran .............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang banyak ditemui di alam. Ikan gabus
sendiri memiliki nama latin Channa striata. Ikan gabus merupakan salah satu ikan yang
mempunyai distribusi yang luas dari China, India, Srilanka kemudian India Timur,
Philiphina, Nepal, Burma, Pakistan, Singapura, Malaysia dan Indonesia (Allington 2002
dalam Fitriliyani, 2005). Selain memiliki distribusi yang luas Ikan gabus juga merupakan
ikan yang memiliki minat pasar yang tinggi karena ikan gabus dapat diolah dalam beragam
bentuk olahan. Seperti kerupuk, empek-empek, dan olahan lainnya (Muslim, 2007). Karena
pemanfaatan ikan gabus yang bisa dijadikan beragam olahan sehingga kebutuhan ikan gabus
terus meningkat, namun produksi ikan gabus masih mengandalkan tangkapan dari alam,
berdasarkan KKP (2014) menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap pada ikan gabus
sebesar 18,269 ton. Tinggi nya angka pada produksi tangkapan pada ikan gabus sehingga
perlu dilakukan domestikasi, hasil penelitian Muslim dan Syaifudin (2012), tentang
domestikasi ikan gabus telah menunjukkan hasil dimana kelangsungan hidup yang diperoleh
mencapai 90 %. Domestikasi merupakan proses penjinakan pada suatu organisme yang
hidup di perairan umum ke dalam lingkungan yang terkontrol. Ikan gabus dapat hidup dalam
kondisi perairan yang minim oksigen, dan tidak perlu dilakukan pergantian air karena Ikan
gabus merupakan ikan yang memiliki alat bantu pernafasan yang disebut labirint, menurut
Hoeve (1996), nama labirin diberikanan karena memiliki organ tambahan yang terletak
dibagian atas rongga insang. Budidaya ikan dalam ember “budikdamber” menjadi solusi
potensial bagi budidaya perikanan di lahan yang sempit dengan penggunaan air yang lebih
hemat, dapat menjadi kulkas hidup, dan mudah dilakukan masyarakat di rumah masing-
masing serta mampu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Dengan konsep yang sederhana,
tidak membutuh modal yang relatif besar, dan tidak memerlukan ruangan yang luas menjadi
nilai tambah untuk budidaya ikan dalam ember (Saputri et al, 2020). Adapun organ
pernapasan tambahan yang terdapat dalam ikan gabus, maka media ember yang sempit tidak
akan mempengaruhi pertumbuhannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari proyek mandiri ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan panjang,
pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan harian dan untuk mengetahui Tingkat kelangsungan
hidup Ikan Gabus dalam media ember
1.3 Kerangka Berfikir
1.3.1 Masalah

Lahan budidaya menjadi semakin sempit seiring dengan perkembangan pembangunan,


adapun di era pandemi pemerintah membatasi kegiatan diluar rumah, sehingga menurut data
BPS (2019), dampak dari pandemi, penduduk miskin naik menjadi 26,42 juta orang dan
melakukan budidaya pada ikan gabus di dalam ember untuk dapat memenuhi sumber protein.

1.3.2 Solusi
Budikdamber dapat menjadi solusi bagi kebutuhan gizi pada masyarakat, dan dapat
juga menjadi ketahanan pangan pada saat pandemi. Budidaya ikan di dalam ember tidak
memerlukan lahan yang luas, budidaya yang relatif mudah dan lebih efektif.

1.4 Konstribusi
Proyek Mandiri ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan
masyarakat umum terkait efektivitas budidaya ikan dalam ember dengan mengetahui
survival rate dan pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Taksonomi ikan gabus menurut Courtenay dan Williams (2004), terdiri dari :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordate
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Channidae
Genus : Channa
Species : Channa striata

Morfologi ikan gabus dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai berikut :

Gambar 1. benih Ikan Gabus

Ikan gabus pada umumnya memiliki tubuh berwarna coklat kehitam-hitaman, pada
bagian atas berwarna coklat muda dan dibagian perut berwana keputih-putihan, namun
sering kali menyerupain lingkungan sekitarnya. Ikan gabus sering kali dijuluki “Snake head”
karena memiliki kepala seperti ular agak pipih dan terdapat sisik besar diatas kepalanya.
Pada kepala bagian kanan sampai ujung ekor berwarna hitam kecoklatan dan agak kehijauan
dan pada sisi samping bercoret-coret tebal (striata).
Sirip punggung memanjang dengan sirip ekor membulat dibagian ujung. Ikan gabus
memiliki mulut yang lebar terminal dan gigi yang sangat tajam, (Andriyanto, 2009). Gufron
dan Kordi (2010) menyatakan bahwa ada dua jenih ikan gabus yaitu cepat tumbuh dan
lambat tumbuh. Ikan gabus yang cepat tumbuh biasanya hidup di sekitar danau memiliki
warna sisik abu-abu muda dan pada bagian dada berwarna putih keperakan.

2.2 Pendederan Ikan Gabus (Channa striata)


Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan dengan tujuan untuk mencapai ukuran
tertentu. Pendederan benih ikan gabus dapat dilakukan di media kolam tanah, kolam semen,
kolam tanah maupun dalam media ember. KKP (2014) menyatakan, pertumbuhan ikan gabus
relatif lambat dimana tahap pendederan I memerlukan waktu selama 1 bulan dari ukuran 1-3
cm untuk mencapai ukuran panjang 3-5 cm dan tahap pendederan II memerlukan waktu
selama 1 bulan dari ukuran 3-5 cm sampai mencapai ukuran panjang 5-7 cm. Sedangkan
tahap pendederan III memerlukan waktu selama 1 bulan dari ukuran 5-7 cm sampai
mencapai ukuran panjang 8-12 cm.
Bukdidamber (Budidaya Ikan Dalam Ember) adalah membudidaya ikan dengan
konsep yang sederhana dan yang jelas tidak membutuhkan modal yang besar dan tidak
memerlukan ruangan atau kolam yang luas menjadi kan nilai tambah. Teknik bisa menjadi
salah satu solusi yang dapat dilakukan. Melalui teknik ini dapat dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan dengan memanfaatkan lahan pekarangan
yang tidak terlalu luas (Susetya dan Harahap,2018).
Melalui teknik budidaya semacam ini juga mampu memperkuat ketahanan pangan
keluarga (Perwitasari dan Amani, 2019). Teknik “Budikdamber” tidak hanya menggunakan
ikan lele saja, namun juga dapat menggunakan ikan yang memiliki karakteristik tahan
dengan oksigen rendah seperti nila hitam, patin, sepat, betok, gabus dan gurame (Adipu
dan Rovik, 2018; Pramleonita et.al., 2018; Solaiman dan Sugihartono, 2017; Murjani,
2016; Susila, 2016; Haser, 2017; Nofyan, 2017).

2.3 Kualitas Air

Menurut Boyd (1981) dalam Rukmini (2013) kualitas air untuk keperluan budidaya
ikan adalah setiap perubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan
hidup, perkembangbiakan, pertumbuhan dan produksi ikan.

1. Suhu air
Suhu air merupakan faktor terpenting dalam pemberian makanan. Pada suhu tinggi
ikan akan mencerna lebih banyak makanan dimana konversi makanan menjadi daging
dibanding pada suhu rendah (Zonneveld, 1991 dalam Rukmini 2013). Kordi (2011) dalam
Rukmini (2013) menyatakan ikan gabus mampu hidup pada perairan bersuhu > 24C
sedangkan < 24C ikan gabus masih dapat hidup.
2. Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Ikan gabus masih dapat bertahan pada perairan yang kandungan oksigennya rendah,
yaitu kurang dari 5 ppm. Kalimantan Selatan, ikan gabus umumnya hidup di rawa-rawa yang
mempunyai kandungan oksigen terlarut antara 2,0 – 3,7 ppm. Kandungan oksigen terlarut
ideal ikan Gabus memiliki toleransi kurang dari 2 mg/L (Kordi, 2011 dalam Rukmini, 2013).

3. Derajat Keasaman (pH)


Menurut Cholik dkk (1986) dalam Rukmini (2013), secara alami pH perairan
dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesa sehingga mengakibatkan pH
air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.
pH air yang lebih rendah dari 5,0 menyebabkan penggumpalan lendir pada ikan
sehingga ikan akan mati lemas sedangkan pH yang lebih tinggi dari 9,0 akan menyebabkan
ikan tidak mempunyai nafsu makan (Sumardi, 1980 dalam Rukmini, 2013). Kordi (2011)
dalam Rukmini (2013) pH yang baik untuk pemeliharaan benih ikan gabus adalah berkisar
6,5 – 9.
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Proyek Mandiri dilakukan selama 30 hari yaitu pada bulan Oktober hingga
November 2020. Kegiatan dilakukan di Perumahan Nunyai Permai, Rajabasa Raya, Bandar
Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam proyek mandiri yaitu alat tulis, 2 buah ember,
scopnet, pH paper, DO meter, thermometer, timbangan digital, penggaris 30 cm. Bahan yang
di gunakan yaitu benih ikan gabus ukuran 3-5, dan pakan PF800.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Persiapan Media
Media yang disiapkan yaitu 2 buah Ember berukuran 80 liter. Maing masing ember
berisi air 50 liter. Untuk Ember A padat tebar yang digunakan yaitu 50 ekor/50liter, dan
untuk kolam B padat tebar yang digunakan yaitu 40 ekor/50liter. Sebelum dilakukan
penebaran benih dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu agar ikan tidak mengalami stress.
Aklimatisasi dilakukan selama 2 hari hingga air mulai berwarna kehijauan yang menjadi
tanda bahwa sudah ada plankton diwadah tersebut. Proses aklimatisasi dilakukan dengan
cara memasukkan plastik packing ke dalam bak pemeliharaan dan dibiarkan sampai udara di
dalam plastik tersebut mengembun, hal ini yang menandakan suhu air di dalam plastik dan
suhu air di dalam ember sudah sama. Setelah itu ikan dikeluarkan dari plastik dengan cara
memiringkan plastik dan memercikan air ke dalam plastik, ikan dibiarkan keluar dengan
sendirinya.
3.3.2 Penebaran Benih
Pada kegiatan Proyek Mandiri ini benih yang digunakan adalah benih ikan gabus
ukuran 3-5 yang di ambil dari Pringsewu, Lampung. Dengan padat tebar1ekor/liter.
Sehingga benih yang ditebar pada ember sebanyak 50ekor/50liter umtuk kolam A dan
40ekor/50liter untuk kolam B. Benih yang digunakan berukuran seragam, memiliki
kelengkapan organ (tidak cacat), pergerakan lincah, kondisi baik atau tidak sakit.
3.3.3 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada benih ikan gabus ukuran 3-5 cm pada kegiatan proyek
mandiri ini yaitu pakan pellet PF800, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3x sehari
secara at satitation pada pukul 8.00 , 13.00 dan 17.00 WIB.
3.3.4 Sampling
Kegiatan sampling selama pemeliharaan meliputi sampling ikan dan air sebagai
medianya. Sampling ikan dilakukan seminggu sekali pada waktu sore hari dan menggunakan
10% dari jumlah keseluruhan populasi. Sampling ini dilakukan untuk pengamatan bobot dan
panjang rata-rata untuk menghitung pertumbuhan. Selain itu juga dilihat dan dihitung ikan
yang mati untuk menentukan survival ratenya. Sampling air dilakukan setiap 2 minggu sekali
pemeliharaan dengan cara eksitu dan dilakukan pengecheckan di lab untuk melihat kondisi
kualitas air selama budidaya.

3.3.5 Penyiponan

Menurut Nursandi (2018), kegiatan penyiponan dilakukan selama 14 hari sekali, untuk
menghilangkan kandungan bahan organik didalam perairan. Penyiponan dilakukan dengan
mengambil 3-5 liter air atau 10% dari total keseluruhan air.

3.4 Pengamatan Parameter Kualitas Air


3.4.1 Suhu
Pengkuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi hari jam 07:00 dan sore 17:00 WIB,
menggunakan termometer dengan cara mencelupkan termometer ke media budidaya
kemudian terdapat angka skala yang menunjukan hasil pengukuran.
3.4.2 Oksigen terlarut
Pengukuran dilakukan dua minggu sekali (Mulyadi, et al. 2016). Alat untuk mengukur
DO yaitu DO meter. Dengan cara mencelupkan katup pada DO meter ke dalam air sample,
kemudian tunggu hingga angka dalam DO meter tersebut konstan.
3.4.3 pH (power of hydrogen)
Pengukuran pH (derajat keasaman) dilakukan dua minggu sekali (Mulyadi, et al.
2013). dengan menggunakan pH paper. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui tingkat
keasaman pada media air media. pH paper dicelupkan pada air media lalu diangin-anginkan
dan diukur pada indikator yang ada.
3.4.4 Amonia
Pengukur amonia dilakukan selama 2 minggu sekali (Mulyadi, et al. 2015). dengan
menggunakan alat tes kit amonia. Pengukuran amonia dilakukan untuk mengetahui kadar
ammonia yang terkandung dalam perairan. Air sampel dimasukkan kedalam gelas ukur 5 ml
kemudian air tersebut ditambahkan dengan ragen 1 sebanyak 1 tetes, ragen 2 sebanyak 1
tetes tambah lagi ragen 3 sebanyak 1 tetes. Lalu goyang-goyangkan perlahan hingga warna
berubah (5menit), kemudian warna air dicocokkan pada kertas indikator
3.5 Perhitungan Parameter keberhasilan
3.5.1 Pertumbuhan bobot
Pertumbuhan yang diukur adalah pertumbuhan bobot rumus (Effendi, 2002) adalah
sebagai berikut:
W = Wt – Wo ............. (I)
Keterangan :
W = Pertumbuhan berat ikan yang dipelihara (g)
Wt = Berat ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W = Berat ikan pada awal pemeliharaan (g)
3.5.2 Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan yang diukur adalah pertumbuhan panjang (Effendi, 2002) adalah
sebagai berikut
L = Lt – Lo.............. (II)
Keterangan :
L = Pertumbuhan panjang ikan yang dipelihara (cm)
Lt = Panjang ikan pada akhir pemeliharaan (cm)
Lo= Panjang ikan pada awal pemeliharaan (cm)
3.5.3 Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian (%) Perhitungan Laju Pertumbuhan Harian digunakan
rumus sebagai berikut menurut (Effendi, 1997 dalam Pandawa 2016)

α=(
√ t ¿ −1 ¿ x
Lo
100.......... (III)

Keterangan :
Lt : Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
L0 : Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
α : Laju pertumbuhan harian (%)
3.5.4 Kelangsungan Hidup (Survival rate)
Penghitungan kelangsungan hidup ikan menggunakan rumus menurut Effendie (1997) dalam
Saputra, et al.(2016) sebagai berikut :
Perhitungan survival rate
Nt
SR = x 100.......... (IV)
No
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah benih pada akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah benih pada awal pemeliharaan (ekor)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata)


4.1.1 Pertumbuhan Panjang pada Ikan Gabus

Data pertumbuhan rata rata panjang mutlak ikan gabus dalam setiap sampling 10 hari
sekali adalah sebagai berikut :

14.00
6,70±0,54
Pertumbuhan Panjang (Cm)

12.00
5,55±0,53
10.00
ember 40ekor/50liter
8.00 4,00±0,28 ember 50ekor/50liter
3,75±0,21
6,48±0,50
6.00 5,62±0,83
4.00 4,24±0,26
3,78±0,22

2.00

0.00
0 10 20 30

Waktu Pemeliharaan (Hari ke-)

Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Rata Rata Ikan Gabus (Channa striata)

Diketahui dari Gambar 2. Menunjukkan bahwa ikan gabus mengalami kenaikan


panjang setiap sampling nya. Terlihat tren kenaikan pada tiap 10 hari. Ikan gabus memiliki
pertambahan panjang paling tinggi, terjadi pada sampling ke-4 yaitu hari ke 30 dimana ikan
gabus pada kolam A memiliki panjang 6,48 cm dan ikan gabus pada kolam B memiliki
panjang 6,7 cm. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
zainuri dkk, yaitu 5,35. Hal ini disebabkan karena padat tebar proyek mandiri lebih rendah
daripada dengan padat tebar penelitian yang dilakukan menggunakan padat tebar 2ekor/liter.
Sedangkan panjang terendah pada sampling ke-1 yaitu 3,78 cm untuk ikan gabus padat tebar
1 ekor/ liter dengan jumlah tebar 50ekor/50liter, dan 3,75 cm pada ikan gabus dengan padat
tebar 40 ekor/50liter. Hal ini disebabkan karena pada awal pemeliharaan ikan gabus
mengalami proses adaptasi sehingga energi yang didapat, digunakan untuk pertahanan diri
Pada pemeliharaan ke 21 hingga pemeliharaan ke 30 ikan sudah mulai beradaptasi dan
pertumbuhan menjadi meningkat. Hidayatullah et al., (2015), perlakuan padat tebar pada
pendederan ikan gabus berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak dan bobot
mutlak.
4.1.2 Pertumbuhan Bobot Ikan Gabus (Channa striata)
Data pertumbuhan rata rata bobot ikan gabus dalam setiap sampling (tiap10 hari)
disajikan pada Gambar 3.

1.6
1,52±0,40
1.4
1,25±0,33
1.2
Pertumbuhan Bobot (g)

1 0,98±0,17

0.8 0,84±0,11
ember 50ekor/50liter
0.6 0,62±0,11 ember 40ekor/50liter
0,56±0,21 0,55±0,06
0,50±0,08
0.4

0.2

0
0 10 20 30
Waktu Pemeliharaan (Hari ke-)

Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Rata Rata Ikan Gabus (Channa striata)


Diketahui pada Gambar 3. menunjukkan pertumbuhan bobot pada ikan gabus setiap
10 hari sekali dilakukan sampling. Bobot ikan gabus terendah pada sampling ke-1 karena
nafsu makan ikan masih sedikit dan sedang dalam proses adaptasi. Kemudian pada
pemeliharaan ke-21 ikan mulai mengalami kenaikan bobot yaitu 1,52 g pada kolam B dan
1,25 gr pada kolam A. Pertumbuhan bobot ikan gabus mengalami kenaikan karena ikan
sudah bisa beradaptasi dengan kualitas air di dalam ember. Ikan gabus memiliki ruang gerak
yang cukup luas sehingga mampu bergerak dengan bebas dibandingkan dengan perlakuan
pada tebar lainnya. Selain itu juga dengan padat tebar rendah ikan mampu memanfaatkan
pakan secara optimal.
4.1.3 Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Gabus (Channa striata)

Laju pertumbuhan panjang harian merupakan presentase pertambahan perhari yang di


hasilkan selama selang waktu tertentu. Laju pertumbuhan panjang harian selama
pemeliharaan disajikan pada Gambar 4.

3.5
2.85 3.23
Laju Pertumbuhan Harian (%)

2.5

2 1.99
1.43
1.5 1.15
50ekor/50liter
40 ekor/50 oiter
1
0.64
0.5

0 0
0 10 20 30
Waktu Pemeliharaan (Hari ke-)

Gambar 4. Laju Pertumbuhan panjang Harian Ikan Gabus

Diketahui pada Gambar 4. menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi ikan gabus


tertinggi terjadi pada hari ke-21, Laju Pertumbuhan Harian untuk kolam B dengan padat
tebar 40 ekor yaitu 3,23%sedangkan pada kolam A 50 ekor Laju Pertumbuhan Harian yang
didapat yaitu 2,85%. Hal ini karena ikan gabus sudah dapat beradaptasi dengan baik, dan
memiliki ruang gerak yang cukup luas karena kepadatannya yang tidak terlalu tinggi,
sehingga antar individu ikan gabus tidak terlalu bersaing dalam mendapatkan makanan dan
dapat menfokuskan energi nya untuk pertumbuhan. Selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Syaifullah et al., (2015), peningkatan nilai pertumbuhan ikan gabus menunjukan bahwa
kepadatan rendah memiliki kemampuan dalam pemanfaatan ruang gerak, sehingga tidak
terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan dibandingkan kepadatan tinggi. Hal ini
didukung oleh pendapat Rahmat (2010) dalam Arini et al., (2013), menyatakan bahwa pada
padat terbar tinggi ikan memiliki daya saing yang tinggi dalam pemanfaatan makanan, dan
ruang gerak, sehingga akan memengaruhi laju pertumbuhan ikan tersebut. Sampling hari ke-
30 pertumbuhan panjang ikan gabus mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena
kualitas air yang buruk, ikan gabus dapat hidup dalam kondisi air yang buruk, namun tetap
dapat memengaruhi metabolisme. Saputra et al, (2017), menyatakan bahwa kondisi kualitas
air yang optimum mendukung terhadap performa pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.

4.1.4 Kualitas Air


Tabel 1. Parameter kualitas air

Data pengontrolan kualitas air pada kegiatan proyek mandiri dapat dilihat pada tabel
dibawah :

Kolam Kolam
Parameter Pustaka
perlakuan kontrol
Suhu (0C) 27-30 27-30 27-300C ( Supandi et al,2015)
pH 6 6 6,68-6,97 (Nursandi,2018)
DO (mg/l) 5 5 4,5-5,5mg/l (Supandi et al 2011)
Amonia (mg/l) - 0-0,1 0-0,5 mg/l (Nursandi, 2018)
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu
kegiatan budidaya. Berdasarkan hasil pengukuran suhu air selama 30 hari pemeliharaan
0
masing masing berkisar 27-30 C pada kolam perlakuan dan kolam kontrol. Umum nya suhu
pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan suhu pada sore hari. Rata rata suhu pada kolam A
dan B termasuk normal, hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Supandi et al,.
0
(2015), dimana suhu yang didapat pada penelitian yaitu 27-30 C.
pH merupakan indokator keasaman dan kebasaan air, pH perlu dipertimbangkan
karena memengaruhi metabolisme dan proses fisiologi benih Ikan Gabus (Channa striata).
Selama pemeliharan nilai pH media termasuk rendah dari penelitian yang dilakukan oleh
Supandi at all (2015), pH yang didapat yaitu 7,0. Rendahnya pH karena banyak nya
kandungan organik di dalam perairan. Namun pH yang rendah tidak terlalu berpengaruh
pada pertumbuhan ikan gabus di dalam media ember. Karena ikan gabus mampu hidup
dalam kualitas air yang rendah. Hal ini selaras dengan pendapat Juli Nursandi (2020), proses
respirasi dalam ekosistem akan meningkatkan jumlah karbondioksida sehingga pH menurun.
Selama pemeliharaan benih ikan gabus, nilai oksigen terlarut berkisar 5 mg/l untuk
kedua kolam perlakuan dan kontrol. Nilai kandungan oksigen terlarut di kedua kolam sudah
baik menurut Kordi, (2011) dimana ikan gabus mampu hidup pada perairan yang minim
oksigen yang mencapai kurang dari 2 mg/l, karena ikan gabus mampu mengambil oksigen
langsung dari udara dengan menyembulkan ke permukaan air yang merupakan alat
pernafasan tambahan bernama diverticula.
4.1.5 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Gabus
Kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang
hidup dari jumlah yang ditebar dalam suatu wadah selama masa pemeliharaan tertentu
(Effendi, 1997).Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil kelangsungan hidup
pada ikan gabus dalam media ember dengan padat tebar 1 ekor/liter atau 50 ekor yaitu 90%
dan kolam kontrol dengan kepadatan 40 ekor, didapati hasil SR 93%. Kematian yang terjadi
pada ikan gabus terjadi pada 10 hari pertama pemeliaraan, dikarena kan gagal nya proses
adaptasi ikan pada kondisi air yang baru. Supandi et al., (2015), faktor yang menyebabkan
ikan gabus mengalami mortalitas adalah faktor alam dan pakan yang kurang disukai serta
mengalami stress pada benih ikan gabus. Namun hasil tingkat kelangsungan hidup ikan
gabus ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supandi et al.,
(2015) yaitu 80%. Survival rate ini sangat baik. Menurut Hidayatullah et al., (2015)
menunjukan bahwa perbedaan padat tebar berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan
hidup.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pemeliharaan ikan gabus dalam ember selama 30 hari menunjukan
pertumbuhan yang baik. Capaian pertumbuhan sebesar 5-6 cm sesuai dengan standar KKP
(2014) waktu selama 1 bulan dari ukuran 3-5 cm sampai mencapai ukuran panjang 5-7 cm.
Hal ini didukung dengan hasil yang didapat dari pertumbuhan panjang rata rata ikan gabus
pada kolam perlakuan yaitu 6,48 cm dan untuk kolam kontrol panjang rata-rata yaitu 6,7 cm.

5.2 Saran
Pada saat proses pemeliharaan lakukan penyiponan rutin agar bahan organik tidak
terlalu banyak didalam perairan, tambahkan tumbuhan air agar ikan gabus dapat lebih
nyaman, dan tidak terlalu terpapar oleh sinar matahari. Karena ikan gabus lebih nyaman di
tempat yang gelap.
DAFTAR PUSTAKA

Adang Saputra, L. S. (2017). Distribusi Nitrogen Dan Fosfor Pada Budidaya Ikan Gabus
(Channa striata) Dengan Aplikasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Dan
Probiotik. Jurnal Riset Akuakultur, 12 , 10.

Ani Widiyati*)#, E. S. (2019). Penentuan Debit Air Optimal Dalam Pendederan Benih Ikan
Gabus Di Kolam Terpal. Jurnal Riset Akuakultur, 8.

Cindytia Prastari1 Sedarnawati Yasni1, M. N. (2017). Karakteristik Protein Ikan Gabus Yang
Berpotensi Sebagai Anti hiperglikemik. Journal Ipb, 11.

Dina Muthmainnah, S. N. (2012). Budidaya Ikan Gabus (Channa striata) Dalam Wadah
Keramba Di Rawa Lebak. Dina Muthmainnah Dkk, 5.

Dkk, D. M. (2012). Budidaya Ikan Gabus (Channa striata) Dalam Wadah Keramba Di Rawa
Lebak. Dina Muthmainnah Dkk, 5.

Erick Extrada1, F. H. (2013). Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
(Channa Striata) Pada Berbagai Tingkat Ketinggian Air Media Pemeliharaan. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 12.

Gede Mulyadi, A. D. (2016). Pemeliharaan Ikan Gabus (Channa Striata) Dengan Padat
Tebar Berbeda Dalam Media Bioflok. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 16.

Harianti. (2011). Ikan Gabus (Channa Striata) Dan Kandungan Albumin Di Dalam Nya.
Jurnal Balik Diwa, 8.

Kurniawan Wahyu Hidayat1)*, D. G. (2019). Pembenihan Ikan Gabus (Channa Striata)


Secara Alami Pada Bak Beton Di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya (Bptpb). Jurnal Ilmu Perikanan, 11.

Muhammad Zainuri1 Mirna Fitrani1*, Y. (2017). Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup


Benih Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Diberi Berbagai Jenis Atraktan . Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 14.

Musllim, M. (2015). Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Gabus (Channa Striata). Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya, 10.

Nursandi, J. (2018). Budidaya Ikan Dalam Ember "Budikdamber" Dengan Aquaponik Di


Lahan Sempit. Politeknik Negeri Lampung, 8.
Rukimini. (2013). Pemberian Pakan Dengan Kombinasi Yang Berbeda Untuk Pertumbuhan
Benih Ikan Gabus. Universitas Lambung Mangkurat, 45.

Sasanti2, S. H. (2013). Kualitas Air, Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) :192-202 (2013) , 11.

Sherinna Anisa Dewi Saputri, D. R. (2020). Budidaya Ikan Dalam Ember: Strategi Keluarga
Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Pangan Di Tengah Pandemi Covid 19. Jurnla
Ilmu Pertanian Tirtayasa, 8.

Syarif Hidayatullah, M. D. (2015). Pendederan Larva Ikan Gabus (Channa Striata) Di


Kolam Terpal. Jurnal Perikananan Dan Kelautan, 11.

Tawar, B. P. (2014). Ikan Gabus Hasil Domestik. Kementerian Kelautan Dan Perikanan, 74.

Teguh Imam Supandi, U. M. (2015). Feeding Made With Different Protein Content On
Growtrh And Survival Rate (Channa Striata) Fingerlings. Laboratory Aquaculture
Of Thecnology, 9.

Windi Adi Putra1, A. D. (2015). Pemeliharaan Ikan Gabus (Channa Striata) Dan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Dengan Persentase Penebaran Yang Berbeda Pada Kolam
Terpal. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 12.
Lampiran 1. Gambar 7. Kegiatan sampling

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 8. Penebaran Benih


Gambar 5. Persiapan Media

Gambar 6. Pengukuran Amonia

Gambar 8. Penyiponan

Lampiran 2. Sampling Panjang

Tabel 2. Pengukuran Sampling Panjang Ikan Gabus Kolam A


NO MINGGU KE
1 2 3 4
1 3,5 4,6 6,9 7
2 4 4 5 6,8
3 3,7 4,4 5 5,9
4 4 4 6 6,7
5 3,7 4,2 5,2 6
Rata-
rata/ 3,78 4,24 5,62 6,48
ekor

Tabel 3. Pengukuran Sampling Panjang Ikan Gabus Kolam B


NO MINGGU KE
1 2 3 4
1 4 3,6 6 7,5
2 3,7 4,2 6 6,3
3 3,5 4 5,2 6,5
4 3,8 4,2 5 6,5
Rata-
rata/ 3,75 4 5,5 6,7
ekor
Lampiran 3. Sampling Bobot Rata-rata

Tabel 4
. Sampling Bobot Ikan Gabus Kolam A

Minggu Bobot Rata-rata (gr/ekor)


1 0,56
2 0,62
3 0,84
4 1,52

Tabel 5. Sampling Bobot Ikan Gabus Kolam B

Minggu Bobot Rata-rata (gr/ekor)


1 0,50
2 0,55
3 0,98
4 1,25
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Harian

Rumus α= (
√t ¿
Lo
-1)x 100

Laju Pertumbuhan Harian 1. Kolam A


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100

α= (
10

√ 4,24
3,78
-1)x 100

= 1,1210,1-1×100 =1,011-1×100

= 1,15%

Laju Pertumbuhan Harian 1. Kolam B


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100

10
α= (
√ 4
3,75
-1)x 100

=1,0660,1 -1×100 = 1,006-1×100

=0,64 %
Laju Pertumbuhan Harian 2. Kolam A.


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100

10
α= (
√ 5,62
4,24
-1)x 100

= 1,3250,1-1×100 = 1,028-1×100

= 2,85 %

Laju Pertumbuhan Harian 2. Kolam B.


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100

10
α= (
√ 5,5
4
-1)x 100

= 1,3750,1-1×100 = 1,032-1×100

= 3,23%

Laju Pertumbuhan Harian 3. Kolam A


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100

10
α= (
√ 6,48
5,62
-1)x 100

= 1,1530,1-1×100 = 1,014-1×100

= 1,43%
Laju Pertumbuhan Harian 3. Kolam B


α= (
t ¿
Lo
-1)x 100%

10
α= (
√ 6,7
5,5
-1)x 100%

= 1,2180,1-1×100% =1,019-1×100%

= 1,99%

Lampiran 5. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Nt
Rumus SR= ×100%
No

Tingkat Kelangsungan Hidup Kolam A

Nt
SR= ×100%
No

45
SR= ×100%
50

SR = 90%

Tingkat Kelangsungan Hidup Kolam B

Nt
SR= ×100%
No

37
SR= ×100%
40

SR= 93%
Lampiran 6. Pengukuran Kualitas Air

Suh
NO TANGGAL Parameter Pengamatan
u
(˚C)
Pagi Sore pH Do Amoniak
1 29/10/2020 27 28
2 30/10/2020 27 30
3 31/10/2020 28 30
4 1/10/2020 27 30
5 2/10/2020 29 30
6 3/10/2020 27 29
7 4/10/2020 27 30
8 5/10/2020 27 30
9 6/10/2020 28 30
10 7/10/2020 28 29
11 8/10/2020 27 30
12 9/10/2020 27 30
13 10/10/2020 28 29
14 11/10/2020 27 30
15 12/10/2020 28 30 6 5 0
16 13/10/2020 29 30
17 14/10/2020 27 30
18 15/11/2020 27 30
19 16/11/2020 28 30
20 17/11/2020 29 30
21 18/11/2020 27 30
22 19/11/2020 29 30
23 20/11/2020 28 30
24 21/11/2020 27 30
25 22/11/2020 27 30
26 23/11/2020 27 29
27 24/11/2020 27 29
28 25/11/2020 29 30
29 26/11/2020 29 30
30 27/11/2020 28 29 6 5 2,5 mg/l
Lampiran 7. Perhitungan Amonia

Tanggal 12 Oktober 2020

TAN = 0

pH =6

Suhu = 28

Amonia = 0069 × 0

= 0 mg/l

Tanggal 27 November 2020

TAN = 1,5

pH =6

Suhu 28

Amonia = 0069 × 1,5

= 0,01035 mg/l

Anda mungkin juga menyukai