Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan


karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis untuk Best Practice yang
berjudul “Implementasi Strategi “Double In-Talk” Sebagai Alternative Dalam
Meningkatkan Reading Skill Siswa SMP Negeri 2 Kertosono. Meskipun ada
beberapa hambatan yang muncul dalam proses pengerjaannya, tapi penulis
berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis
hendak menyampaikan terima kasih kepada Kepala SMP Negeri 2 Kertosono
atas ijin dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan kerja dan keluarga
yang juga telah banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tentunya penulis berharap agar tulisan ini dapat membantu rekan-
rekan sejawat dan juga peserta didik serta masyarakat dalam meningkatkan
keahlian berbicara dalam bahasa Inggris.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya karya tulis ini. Penulis berharap semoga
karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pendidikan, Bahasa memegang peranan yang sangat


penting. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi baik secara lisan
maupun tulis baik pada tataran yudikatif (hukum), legislatif (pengambilan
kebijakan), maupun pada tataran eksekutif (pelaksanaannya) (Ayu, 2018,
Wismanto, 2017). Di Indonesia, Bahasa Inggris adalah salah satu mata
pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Pelajaran Bahasa Inggris pertama kali diperkenalkan di
dunia pendidikan Indonesia pada awal tahun 90an. Tujuan utama
mempelajari Bahasa Inggris adalah untuk menguasai empat kemampuan,
yaitu: (1) listening; apabila siswa sudah bisa mendengar dan memahami
pembicaraan orang lain. (2) speaking; apabila siswa sudah bisa
menyampaikan semua bentuk pikiran, perasaan, dan kebutuhan anda secara
lisan. (3) reading; apabila siswa sudah memiliki kemampuan untuk
memahami bacaan. (4) writing; apabila siswa sudah bias menyampaikan
semua bentuk pikiran, perasaan, dan kebutuhan siswa dalam bentuk bahasa
tertulis (Susini, 2020, Yohana, dkk, 2019, Puspasari, dkk, 2018).
Membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa, di samping
mendengarkan (listening), berbicara (speaking), dan menulis (writing).
Kemampuan membaca merupakan kemampuan seseorang dalam
mengenali sebuah bentuk visual, mengasosiasikan bentuk tersebut dengan
suara atau makna yang telah diketahui sebelumnya, berdasarkan
pengalaman masa lalu, serta memahami dan menafsirkan makna
(Kennedy, 1981:5). Martha (1982: 24) menyatakan bahwa membaca
merupakan sebuah proses yang kompleks sehingga memang perlu
diajarkan secara sengaja di sekolah-sekolah. Kemampuan membaca akan
membantu siswa dalam karir, dalam study, maupun dalam membaca untuk
kesenangan (reading for pleasure). Itulah mengapa sangat penting bagi
guru mengembangkan kegiatan membaca yang efektif di dalam kelas
(Harmer, 1998:68). Membaca adalah keterampilan dasar yang diperlukan
untuk pelajar bahasa. Menurut Grabe (1991, dikutip dalam Zare 2011,
hal.98) membaca adalah keterampilan yang paling penting bagi pelajar
bahasa asing untuk menguasai konteks akademik. Membaca adalah
keterampilan mendapatkanpengetahuan dimana siswa perlu diajarkan
strategi untuk membaca lebih efisien untuk mendapatkan pengetahuan
baru. Di Indonesia, melalui penerapan pendekatan yang berpusat pada
siswa dalam kurikulum 2013, menurut Wangid (2014, hal.162) siswa
dituntut harus berpartisipasi aktif, terus-menerus ditantang untuk memiliki
pemikiran kritis yang tinggi, dapat menganalisis dan menyelesaikan
masalah mereka sendiri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Progress in International
Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang
membaca pada anak-anak seluruh dunia yang disponsori oleh The
International Association for the Evaluation Achievment menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan membaca anak Indonesia berada pada urutan
keempat dari bawah dari 45 negara dunia (Latief, 2009). Artinya, bahwa
kemampuan membaca anak Indonesia masih tergolong rendah. Di SMP
Negeri 2 Kertosono juga mengalami hal serupa yaitu kemampuan literasi
siswa yang cukup rendah. Hal ini bisa dilihat dari hasil raport mutu
pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya strategi
dalam meningkatkan kemampuan membaca anak..
Strategi membaca penting untuk membantu siswa dalam kegiatan
membaca. Menurut Garner (1987, dikutip dalam Hatami, M. &Asl, H. D
2017, hal.1224) strategi membaca menunjukkan cara atau tindakan yang
digunakan untuk menarik makna dari teks bacaan. Pada dasarnya, strategi
membaca adalah cara bagaimana pembaca memahami apa yang mereka
baca dan apa yang mereka lakukan ketika mereka tidak mengerti. Hal ini
membantu siswa dalam membaca dan meningkatkan pemahaman terhadap
bacaan. Penggunaan strategi membaca akan membantu siswa tidak hanya
untuk memahami informasi umum dengan kecepatan tinggi tetapi juga
mengingat item leksikal baru dari teks. Selain itu, ini juga membantu
siswa untuk mengatasi kesulitan membaca. Ada beberapa masalah
membaca yang biasa dihadapi siswa seperti halnya tidak memahami
maksud bacaan, lupa dengan apa yang sudah dibaca, kehilangan fokus, dll.
Menurut Richards dan Renandya (2002, dikutip dalam Chen 2015,
hal.157), strategi membaca juga dapat memberikan siswa pembelajar
bahasa Inggris model yang baik untuk menulis, memberi peluang untuk
memperkenalkan topik-topik baru, dan memberikan pembelajaran
komponen linguistik seperti tata bahasa dan kosa kata.
Terdapat beberapa strategi dalam mengembangkan kegiatan
membaca, dua di antaranya adalah strategi intensif reading dan ekstensif
reading (Brown, 2001:312). Intensif reading merupakan kegiatan
membaca yang dilakukan di dalam kelas, dan memusatkan perhatian pada
aspek linguistic dan semantic yang rinci dari sebuahh teks. Ekstensif
reading biasanya merupakan kegiatan di luar kelas dan memusatkan
perhatian pada pemahaman umum sebuah teks.
Pembelajaran membaca umumnya dilakukan oleh guru di dalam
kelas dengan menerapkan strategi intensive reading. Intensive reading
adalah membaca teks atau beberapa bagian dalam bacaan. Dalam kegiatan
membaca ini siswa membaca sebuah teks untuk memperoleh ilmu atau
analisanya. Tujuan kegiatan membaca ini adalah untuk membaca teks
yang pendek. Kegiatan membaca ini intensive reading dilakukan dengan
cara mencari informasi yang spesifik. Kegiatan membaca di dilakukan
untuk menggali struktur permukaan sebuah teks dan makna atau isi sebuah
teks secara mendalam. Teks yang dipelajari merupakan pilihan dari guru.
Kegiatan membaca intensif di dalam kelas sangat terbatas dan belum
mencukupi mengingat keterbatasan jam pembelajaran bahasa Inggris
umum yang tersedia, yaitu 4 jam. Sebagai alternative dalam meningkatkan
reading skill siswa, penulis menerapkan strategi “Double In - Talk”
Implementasi strategi “Double In – Talk” ini mempunyai beberapa
kelebihan selain dapat meningkatkan reading skill siswa pada
pembelajaran Bahasa Inggris juga mampu memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran berdeferensiasi. Strategi “Double In-Talk” memberikan
siswa kesempatan untuk memilih teks sesuai dengan minat mereka.
Strategi ini juga mencakup Pembelajaran Sosial dan Emosional yang
memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
sosial karena tahapan Independent Reading dan Talk Show terdapat
kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok sangat bagus untuk perkembangan
siswa. Hal ini tidak terbatas hanya dalam nilai atau aspek akademik,
namun juga dalam kehidupan atau bersosialisasi. Belajar kelompok dapat
membangun sifat gotong royong atau kerja sama dalam menyelesaikan
suatu masalah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam pendahuluan di atas, maka permasalahan


dalam adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif
dalam meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2 Kertosono?
2. Bagaimanakah hasil implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai
alternatif dalam meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2
Kertosono?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan reading skill siswa SMP Negeri 2
Kertosono melalui implementasi strategi “Double In-Talk”
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan


mengenai implementasi strategi “Double In-Talk” sebagai alternatif dalam
meningkatkan reading skill, serta juga diharapkan sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di bangku
sekolah khususnya pada sekolah menengah pertama

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan
tambahan pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan membaca teks Bahasa Inggris siswa.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
pembelajaran siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca teks
Bahasa Inggris.

c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat lebih


mengembangkan inovasi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
Bahasa Inggris.
BAB II

A. Metode Pemecahan Masalah

1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan penulis
berusaha menemukan strategi pemecahan masalah yang tepat yaitu
dengan menerapkan strategi “Double In – Talk” dalam pembelajaran
membaca. Strategi “Double In – Talk” merupakan perpaduan antara
strategi intensive reading dan extensive reading. Intensive reading
merupakan strategi dalam pembelajaran membaca yang merupakan
kegiatan membaca di dalam kelas. Kegiatan dalam intensive reading
biasanya memusatkan perhatian pada memahami makna literal dari
sebuah teks (Brown, 2011:312). Sedangkan extensive reading
merupakan kegiatan membaca teks yang lebih panjang, dapat berupa
buku atau artikel panjang yang dilakukan di luar kelas (Brown,
2011:313). Extensive reading menekankan pada pemahaman umum
tentang teks dan unsur membaca untuk kesenangan (reading for
pleasure).
Strategi “Double In – Talk” merupakan gabungan dari strategi
intensif, ekstensif reading dan Talk Show. Strategi ini dilaksanakan
dalam tiga tahap. Tahap pertama pembelajaran dilakukan di dalam
kelas dengan strategi Intensive Reading, Tahap kedua pembelajaran di
lakukan di luar kelas dengan strategi Independent Reading, sedang
tahap ketiga adalah Talk Show. Tujuan dari strategi ini secara umum
adalah memberikan bekal cara memproses sebuah teks kepada siswa,
memberi kesempatan siswa untuk membaca mandiri, serta meminta
tagihan kepada siswa berupa pelaporan apa yang telah dibaca secara
mandiri di luar kelas.
2. Tahapan Pelaksanaan
Implementasi strategi “Double In-Talk” dalam meningkatkan reading
skill dilaksanakan dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
a. Intensive Reading

Membaca intensif adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam


membaca intensif, yang terpenting ialah pembaca mendapatkan
informasi dari bahan bacaan dan dapat memahami isi bacaan secara
keseluruhan. Sedangkan keterampilan membaca intensif adalah
kecakapan atau kemampuan seseorang dalam membaca yang dilakukan
secara cepat, cermat dan teliti terhadap teks yang dibaca. Membaca
intensif adalah kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk
memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat
dan akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut
(Asep, 2011:158).
Dalam membaca intensif, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Mengidentifikasi tujuan teks, struktur teks, dan unsur kebahasaan
dalam teks
2) Menemukan topik/gagasan umum teks;
3) Mengidentifikasi pikiran utama paragraf
4) Membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas dalam paragraf
5) Menemukan infomasi tertentu baik yang tersurat maupun tersirat
6) Menentukan referen/rujukan kata dalam teks
7) Menemukan makna kata dalam konteks tertentu di dalam teks.

Membaca intensif memberikan pemahaman kritis dan kreatif sehingga


banyak hal yang bisa didapatkan. Dengan pemahaman, maka akan
memberikan pendapat secara kritis dan kreatif terhadap bahan bacaan.

b. Independent reading

Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan


membacayang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan
sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan
bagian integral dari whole language. Dalam independent reading
siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga
peran guru pun berubah dari seorang pemprakasa, model, dan
pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilator, dan pemberi
respon. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk 1988,
membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10
menit sehari dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

Dalam independent reading siswa memproses teks dalam kerja


kelompok dengan teknik peer teaching. Teks yang dipilih oleh
kelompok adalah teks yang sesuai dengan minat siswa pada
kelompok tersebut. Jadi pembentukan kelompok berdasarkan pada
minat baca teks yang berbeda-beda yang sudah disiapkan oleh
peneliti.

Tahapan dalam kegiatan independent reading dilakukan di luar kelas


pada masing-masing kelompok. Tahapan dari Kegiatan Independent
reading antara lain:
1) Siswa bersama kelompok mencari teks sesuai dengan topik yang
telah ditetapkan teks asli atau otentik;

2) Siswa menggali beragam informasi dalam teks yang telah dipilih;


3) Siswa mempelajarai teks secara mandiri dengan langkah yang
telah dimodelkan oleh guru dalam tahap Intensive Reading;

4) Siswa menyiapkan pelaporan tentang teks yang dibaca dalam


bentuk talk show

c. Talk Show

Metode talkshow melibatkan siswa untuk menciptakan interaksi


bermakna yang ditampilkan di depan kelas dan menumbuhkan
sejumlah keterampilan, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, menanggapi sebuah masalah, membuka dan
menutup acara, memandu acara, serta menumbuhkan rasa percaya
diri, keberanian di depan publik, berkembangnya kreativitas seluruh
siswa dalam pembelajaran, dan mampu mengaitkan pembelajaran
dengan permasalahan yang ada pada masyarakat. (Badiah et al.,
2013). Tujuan dari Talk Show adalah mengetahui sejauh mana siswa
telah memahami apa yang dibaca dalam tahapan Independent
Reading.

Talk Show merupakan salah satu teknik pelaporan dalam strategi


“Double In – Talk”. Dalam talk show siswa penyaji akan berbagi
peran sebagai Host yang memandu acara dan experts atau ahli yang
akan membahas topic yang akan dipilih. Siswa di luar kelompok
penyaji akan berperan sebagai audience dalam Talk Show. Dalam
Talk Show juga terdapat Quiz dimana nantinya host memberikan
pertanyaan kepada audiens yang bertujuan untuk mengajak audiens
menyimak Talk Show dengan lebih seksama.

Tahapan dalam Talk Show antara lain:

1) Host membuka Talk Show

2) Expert (Ahli) membahas topik yang dipilih

3) Pertanyaan dari Penonton (Audiens)

4) Quiz

3. Pembahasan dan Solusi

a. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah


Strategi “Double IN – Talk” oleh penulis diterapkan dalam
pembelajaran membaca. Salah satu Kompetensi Dasar yang
dipilih adalah berkenaan dengan Report text pada pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas IX. Kompetensi dasar ini berbasis genre,
dan sangat potensial untuk mengembangkan kegiatan membaca.
Implementasi strategi dalam tiga tahapan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Intensive Reading
Tahap pertama dalam strategi “Double IN – Talk” adalah
Intensif Reading. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca di
dalam kelas yang dipandu oleh guru. Dalam kegiatan pembuka,
guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi
kepada siswa untuk mempelajari materi terkait. Sebelum
memasuki kegiatan inti guru melakukan ice breaking bersama
siswa agar siswa lebih focus pada kegiatan pembelajran. Dalam
kegiatan inti, ada beberapa kegiatan pembelajaran yang dilakukan
di dalam kelas. Guru melakukan apersepsi dan memulai kegiatan
dengan menayangkan gambar Satellites. Setelah bertanya jawab
dengan siswa mengenai gambar yang ditayangkan, guru
membagikan worksheet yang di dalamnya terdapat teks bacaan
dengan topic Satellites guru membagi siswa dalam kelompok,
satu kelompok terdiri dari empat orang siswa. Siswa akan bekerja
dalam kelompok. Guru melatih mengucapkan kata-kata
(Pronunciation Drill) secara klasikal, dilanjutkan dengan
membaca teks. Dengan panduan guru, siswa mendiskusikan
tujuan, struktur, dan unsur kebahasaan dalam teks. Kegiatan
dilanjutkan dengan mempelajari isi teks bacaan. Guru
memberikan pertanyaan tentang isi bacaan untuk memandu siswa
memahami isi teks. Siswa secara aktif berdiskusi dalam
kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam lembar kerja
(worksheet). Dalam diskusi ini guru dapat mengetahui seberapa
jauh pemahaman siswa tentang isi bacaan. Kegiatan dilanjutkan
dengan kegiatan penutup, berupa refleksi tentang pelaksanaan
pembelajaran serta kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari.
Sebelum pembelajaran ditutup, guru memberikan tugas kepada
siswa untuk melakukan independent reading yang dilakukan
diluar kelas. Siswa memilih judul bacaan sesuai dengan minat
mereka. Setiap kelompok memilih judul yang berbeda dengan
kelompok lain. Guru menetapkan waktu kapan siswa harus
melaporkan isi bacaan di dalam kelas dalam bentuk talk show.
Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan Talk Show serta apa saja
yang harus dipersiapkan untuk melakukan talk show.
2. Tahap Independent Reading
Tahap kedua dalam strategi “Double IN – Talk” adalah
Independent Reading. Independent Reading merupakan kegiatan
membaca mandiri yang dilakukan oleh siswa di luar kelas. Siswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
Beberapa topic yang dipilih antara lain tentang smart phone,
social media, Panda, Tsunami, Computer, Music Genre dan
sebagainya.
Setelah mendapatkan teks siswa mempelajari teks
bersama kelompoknya. Siswa menerapkan cara menggali
informasi dalam teks yang telah dilakukan dalam tahap Intensif
Reading. Kegiatan membaca mandiri dalam tahap Independent
Reading sangat mendukung terlaksananya pembelajaran aktif.
Dengan cara ini, guru menciptakan suasana yang
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa. Hal
ini merupakan sikap yang seyogyanya dikembangkan oleh guru
dalam pembelajaran aktif (Hamdani, 2011:51).
Setelah memahami teks, siswa mempersiapkan pelaporan
dengan menggunakan Teknik Talk Show. Siswa akan membagi
tugas ddalam kelompok, membagi peran sebagai Host dan Expert.
Host akan memandu jalannya Talk Show, sedangkan expert akan
memberikan penjelasan mengenai topic yang dipilih. Disamping
berbagi peran, siswa juga mempersiapkan bahan tayang yang
akan mendukung pelaksanaan Talk Show.

3. Tahap Talk Show


Tahap terakhir dalam strategi “Double In – Talk” adalah Talk Show. Talk
show merupakan bentuk pelaporan tentang isi bacaan yang telah dipelajari
secara mandiri oleh siswa dalam Independent Reading. Talk show dimulai
dengan opening yang disampaikan oleh Host. Dalam opening Host
memperkenalkan topik yang akan dibahas. Selanjutnya Host memperkenalkan
para ahli (expert) yang akan membahas topik tersebut. Talk show dilanjutkan
dengan pembahasan tentang topik yang dipilih. Talk show ini bersifat interaktif,
memungkinkan audience untuk mengajukan pertanyaan tentang materi dalam
Talk Show dan host juga memberikan Quiz untuk audience. Quiz merupakan
tahap akhir dalam pelaksanaan Talk Show. Di dalam quiz, kelompok penyaji
memberikan quiz kepada audience. Quiz diberikan agar audience mencermati
pembahasan dalam quiz dengan seksama.
BAB III

A. Subjek dan Setting

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kertosono, yang


secara geografis sekolah ini terletak di Jalan Langsep Kecamatan
Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Peneliti memilih tempat penelitian di
SMP Negeri 2 Kertosono karena SMP tersebut merupakan tempat dinas
dari peneliti.

2. Waktu Penelitian

Best Practice ini dilaksanakan pada bulan November 2023. Pelaksaan


Best Practice ini menyesuaikan dengan kalender pendidikan tahun ajaran
2023/2024. Adapun pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajara
Bahasa inggris di kelas IX A SMP Negeri 2 Kertosono.

B. Hasil Penelitian

Hasil yang dicapai dari penerapan strategi “Double In – Talk” adalah


sebagai berikut: Pada tahap Intensive Reading, kegiatan pembelajaran
membaca di dalam kelas berjalan dengan aktif. Pembentukan kelompok
untuk berdiskusi dan mengerjakan lembar kerja atau worksheet sangat sesuai
dengan strategi pembelajaran aktif (active learning). Dengan bimbingan
guru, siswa memperoleh model bagaimana memproses sebuah teks. Siswa
dapat menggali beragam informasi sehubungan dengan jenis teks, yaitu
tujuan, struktur, serta unsur kebahasaan dalam Teks Report. Di samping itu,
siswa juga menggali informasi mengenai bacaan yang ada di dalam teks
yang dipilih. Siswa mempelajari tentang topik teks, pikiran utama paragraf,
informasi rinci tersurat dan tersirat, rujukan kata serta makna kata yang
terdapat dalam teks. Pengalaman dalam menggali informasi dalam teks ini
akan sangat bermanfaat untuk melakukan kegiatan membaca mandiri dalam
tahap Independent Reading.

Tahap Indepent Reading merupakan tahap kedua dalam strategi “Double In


– Talk”. Hasil yang dari pelaksanaan tahap ini adalah siswa telah mampu
melakukan membaca mandiri dalam kelompoknya. Siswa memilih bacaan
dengan topik yang menarik minatnya. Siswa dalam satu kelas memilih judul
yang beragam, Setelah mempelajari secara mandiri, siswa menyiapkan
bahan tayangan untuk melaporkan isi bacaan dalam bentuk Talk Show.
Siswa akan menerapkan pengalaman membaca dalam Intensive Reading
dalam menggali informasi dalam teks, menyajikannya dalam bahan
tayangan. Jadi disamping ketrampilan membaca yang meningkat, siswa
juga mengembangkan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi.
Tahap selanjutnya adalah Talk Show. Talk Show merupakan tahap
pelaporan dari apa yang dibaca dalam Independent Reading. Dengan
menyaksikan Talk Show kita dapat melihat sejauh mana siswa berhasil
menggali informasi tentang topik bacaan. Penguasaan informasi akan teruji
ketikan audiences mengajukan pertanyaan kepada penyaji yang berperan
sebagai expert. Hasil pengiring dari tahap ini adalah berkembangnya
kemampuan berbicara siswa (speaking). Talk Show merupakan sebuah
teknik yang efektif untuk melatih kemampuan berbicara siswa. Talk Show
ditutup dengan Quiz, di mana penyaji memberikan pertanyaan kepada
audiences tentang isi paparan.

Secara umum, hasil yang diperoleh setelah penerapan strategi “Double


In – Talk” adalah terbentuknya kemauan untuk membaca dan secara
bertahap akan terbentuk ketrampilan membaca pada siswa. Keterampilan ini
perlu dipupuk sedikit demi sedikit sampai siswa menjadi pembaca dan
pembelajar mandiri. Sedangkan dampak dari penerapan strategi “Double In
– Talk” ini adalah meningkatnya kemampuan membaca siswa. Sampel
diambil dari salah satu kelas, yaitu Kelas IX A, terlihat peningkatan nilai
membaca. Sebelum penerapan strategi “Double In – Talk” nilai rata-rata
kelas adalah 60, sedangkan setelah penerapan nilai rata-rata kelas adalah 78.
Dari nilai tersebut dapat dilihat peningkatan kemampuan dalam membaca
bahasa Inggris.

C. Kendala – Kendala Yang dihadapi

Dalam penerapan strategi “Double IN – Talk” penulis menemukan beberapa


kendala. Beberapa kendala tersebut berkenaan dengan keterbatasan waktu,
komitmen siswa, perhatian siswa, dan alat evaluasi.

1. Keterbatasan Waktu

Kendala yang dihadapi penulis adalah keterbatasan waktu. Jumlah siswa


di kelas IX A adalah sebanyak 32 siswa, yang pada awal terbagi menjadi
8 kelompok terdiri dari 4 Siswa. Namun setelah dilakukan pertimbangan
mengenai kisaran waktu yang tersedia, dimana setiap kelompok
disediakan waktu tampil maksimal 10 menit, maka kelompok diskusi
talk show dirubah menjadi 6 kelompok. 4 kelompok terdiri dari 5 siswa
dan 2 kelompopk terdiri dari 6 siswa. Perubahan ini disambut baik oleh
anak-anak karena dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok
menambah kepercayaan diri mereka ketika tampil pada talk show.

Ketidaksiapan siswa merupakan salah satu kendala yang ditemukan dalam


penerapan strategi “Double In – Talk”. Sebagian siswa belum merasa siap untuk
melaporkan apa yang telah dibaca pada jadwal yang telah disepakati
sebelumnya. Ketidaksiapan tersebut disebabkan siswa tidak memenuhi
kesepakatan dalam kelompok dalam hal jadwal membaca bersama, serta kerja
kelompok untuk mempersiapkan Talk Show. Komitmen siswa untuk memenuhi
jadwal yang telah ditentukan untuk melakukan pelaporan dalam tahap Talk
Show masih harus ditingkatkan.
1. Partisipasi siswa
Partisipasi siswa untuk mengikuti presentasi penyaji dalam tahap pelaporan
atau Talk Show masih perlu ditingkatkan. Dalam suasana tertentu siswa kurang
memberikan perhatian yang maksimal terhadap penyajian teman dari kelompok
lain. Hal ini disebabkan karena topik yang kurang menarik, cara penyampaian
yang kurang menghidupkan suasana atau siswa masih sibuk mempersiapkan
presentasi kelompoknya sendiri.
2. Alat monitoring
Strategi “Double In – Talk” melibatkan kegiatan di luar kelas dalam tahap
Independent Reading. Berkenaan dengan hal tersebut perlu diterapkan sistem
monitoring dengan perangkatnya sehingga guru dapat memantau apa yang
dilakukan oleh siswa di luar kelas. Alat monitoring yang memungkinkan
diterapkan berupa checklist kegiatan mandiri yang berisi laporan kegiatan apa
saja yang telah dilakukan siswa serta tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan
tersebut.
3. Alat monitoring
Strategi “Double In – Talk” melibatkan kegiatan di luar kelas dalam tahap
Independent Reading. Berkenaan dengan hal tersebut perlu diterapkan sistem
monitoring dengan perangkatnya sehingg guru dapat memantau apa yang
dilakukan oleh siswa di luar kelas. Alat monitoring yang memungkinkan
diterapkan berupa checklist kegiatan mandiri yang berisi laporan kegiatan apa
saja yang telah dilakukan siswa serta tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan
tersebut.

D. Faktor Pendukung

Beberapa factor pendukung keberhasilan dari implementasi strategi “Double


In-Talk” sebagai alternatif dalam meningkatkan reading skill siswa SMP
Negeri 2 Kertosono adalah:

1. Keaktifan dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung

2. Dukungan dari rekan guru Bahasa Inggris

3. Kerjasama dan respon yang baik dari Kepala Sekolah, staff tata usaha
dalam memfasilitasi sarana prasarana di kelas dan wali kelas yang turut
mendukung usaha meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam Bahasa
Inggris.

E. Alternatif Pengembangan

Mengingat pentingnya keterampilan membaca bagi siswa, guru seyogyanya


mengembangkan kegiatan membaca yang menarik. Implementasi Strategi
“Double In – Talk” sebagai alternative dalam meningkatkan reading skill siswa
perlu adanya beberapa alternative pengembangan, antara lain:

1. Pengembangan Instrumen Monitoring


Kendala dalam hal komitmen untuk melakukan pelaporan kurang
maksimal sehingga memerlukan instrument monitoring yang mampu
mengetahui perkembangan kerja siswa dalam diskusi kelompok.

2. Pengunaan teknik pelaporan yang bervariasi

Selain menggunakan Talk Show sebagai teknik pelaporan hasil yang


dipilih, guru juga bias memberikan variasi jenis yang lain contoh dengan
membuat podcast secara online, atau membuat video proyek pembelajaran
terkait topic yang dipilih siswa.

3. Sosialisasi Strategi “Double IN-Talk”

Sebagai alternative strategi dalam meningkatkan kemampuan reading skill


perlu disosialisasikan di forum MGMP maupun komunitas belajar Bahasa
inggris sehingga bisa saling berbagi pengalaman dalam penenrapan di
kelas.

BAB IV

A. Kesimpulan dan Harapan

Berdasarkan pembahasan dalam Bab sebelumnya dapat disimpulkan


bahwa:
1. Implementasi Strategi “Double In – Talk”yang merupakan
perpaduan antara strategi intensive reading dan extensive reading.
“Double In – Talk” yang merupakan kepanjangan dari Intensif
Reading – Independent Reading and Talk Show. Tahap kegiatan
pembelajaran Intensif reading dilakukan di dalam kelas, sedangkan
tahap Independent reading dilakukan di luar kelas, dan kegiatan
Talk show kembali dilakukan di dalam kelas, yang merupakan tahap
pelaporan dari apa yang telah dibaca dalam tahap membaca mandiri
(independent reading).

2. Hasil yang dicapai dari penerapan strategi “Double In – Talk”


adalah sebagai berikut: Pada kegiatan pembelajaran (Intensive
reading) membaca di dalam kelas berjalan dengan aktif. . Siswa
dapat menggali beragam informasi sehubungan dengan jenis teks,
yaitu tujuan, struktur, serta unsur kebahasaan dalam Teks Report.
Di samping itu, siswa juga menggali informasi mengenai bacaan
yang ada di dalam teks yang dipilih. Siswa mempelajari tentang
topik teks, pikiran utama paragraf, informasi rinci tersurat dan
tersirat, rujukan kata serta makna kata yang terdapat dalam teks.
Dalam Independent Reading siswa membangun kemandirian dan
keterampilan membaca, sedang dalam tahap Talk Show siswa
dapat menunjukkan hasil membaca mandirinya dan sekaligus
melatih kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris. Dengan
kegiatan diskusi dan Talk Show siswa dapat menunjukkan hasil
membaca mandirinya dan sekaligus dapat menguatkan karakter
siswa dalam bergotong royong, saling menghormati pendapat dan
bertanggung jawab.

Berdasarkan poin-poin diatas, strategi Double IN-Talk dapat


dinyatakan berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Dengan kata lain, strategi bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa dalam Bahasa inggris. Sebagai hasil
akhir, rata-rata harian peserta didikpun meningkat.
Berdasarkan kesimpulan diatas, rekomendasi yang dapat diajukan
sebagai penguatan dan perbaikan dimasa depan adalah sebagai
berikut:
1. Guru dapat lebih menanamkan nilai kebersamaan pada semua
siswa agat dapat melaksanakan komitmenkegiatan dalam kerja
kelompok, proses pembelajaran tidak didominasi oleh siswa
yang kemampuannya berada diatas rata-rata, sementara peserta
didik yang kemampuan dibawah rata-rata menjadi pasif dan
kurang melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
2. Guru dapat menerapkan strategi Double In-talk pada mata
pelajaran lain karena strategi ini dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa secara umum.
3. Guru dapat memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan
tertarik serta melibatkan diri mereka selama kegiatan belajar
menggunakan strategi Double IN-talk karena strategi ini sangat
menarik dan menyenangkan.
4. Siswa dapat lebih percaya diri dengan menanamkan kesadaran
bahwa Bahasa inggris tidaklah sulit dipelajari dan didasarkan
pada kehidupan sehari-hari, serta setiap partisipasi dan usaha
peserta didik selama proses pembelajaran sangat dihargai.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas. H. 2001. Teaching by Principles. New York: Pearson
Education.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Harmer, Jeremy. 1998. How to Teach English. England: Longman.
Kennedy, Eddi C. 1981. Methods in Teaching Developmental Reading (2nd Edition).
USA : Peacock Publishers, Inc.
Martha, Dallmann. 1982. The Teaching of Reading. New York: Holt, Rinehart,
and Winston.

Anda mungkin juga menyukai