PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahasa Inggris lebih banyak ditujukan pada membaca karena membaca banyak
mendominasi soal-soal ulangan semester, try out atau dalam ujian nasional. Di sisi
itu.
orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing telah melebihi
ada di daerah pariwisata, maka tidak ada pilihan lain bahwa ketrampilan berbicara
Role play adalah “ sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan,
Dalam role play siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa
Inggris. Selain itu, role play seringkali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktifitas
meniru apa yang didengar, kemudian diucapkan kembali. Pada tahap selanjutnya
ucapan itu ditulis dalam huruf setelah seseorang terampil membahasakan huruf –
Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktifitas, maka
proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
X ..................................................................“.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) ini
Negeri 1 Kotamobagu.
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Secara sederhana kata role play berarti bermain peran. Pembelajaran role
play merupakan model pengelompokan/tim kecil, yaitu antara tiga sampai lima
orang.
a. Pengertian
Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
Dalam role play siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
bahasa Inggris. Selain itu role play seringkali dimaksudkan sebagai suatu
berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa
Inggris.
diri siswa.
pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari.
sebelum KBM
1). Kelebihan :
a). Siswa lebih aktif dan termotivasi karena mereka dapat
c). Media dan teknik ini dapat diterapkan pada pelajaran lainnya
2). Kekurangan :
2. Keterampilan Berbicara
kemudian diucapkan kembali. Pada tahap selanjutnya ucapan itu ditulis dalam huruf
membaca. Ketika menulis, kita terbiasa menggunakan simbol grafis atau ejaan yang
a. Pengertian
pengguna bahasa. Berarti siswa dituntut harus mampu berbicara bahasa Inggris
merealisasikan tindak tutur yang sering disebut “ Speech Act, Speech Function,
1) Penguasaan masalah
1). Memberitahukan
2). Menghibur
3). Mengajak.
3. Pembelajaran
diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh guru guna
untuk belajar. Pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat
berpengaruh secara langsung kepada efektivitas belajar siswa, dengan kata lain
pembelajaran adalah upaya guru agar terjadi peristiwa belajar yang dilakukan oleh
siswa.
1. Kompetensi dasar, meliputi bukan hanya domain kognitif saja melainkan juga
domain efektif, dan psikomotorik, yang ingin dicapai adalah hasil belajar, yaitu
perubahan pada diri anak, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bersikap menjadi
dapat bernilai atau dapat membedakan dari tidak dapat melakukan menjadi dapat
2. Materi/bahan ajar, yaitu terstruktur dalam kajian rumpun mata pelajaran, baik
4. Media dan fasilitas belajar, termasuk ruang kelas dan penciptaan lingkungan
waktu dan tersedianya alat peraga dan pemilihan metode yang akan
dipergunakan.
mendengarkan dan menerima saja apa yang diberikan oleh guru. Siswa
akan diterimanya.
antara guru dan siswa. Dalam hal ini guru masih kurang memperhatikan
efektif dan menyenangkan. Untuk itu guru harus membantu siswa untuk
belajar dan guru mengajar harus efektif. Mengajar yang efektif dan
Kegiatan pembelajaran adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, yang
dengan sistematik terarah pada perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud
menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses perubahan, tidak
mungkin terjadi dan tujuan tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud di sini
yang mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Bilamana ditinjau secara luas akan jelas tampak bahwa proses
kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu
berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar. Dalam kegiatan pembelajaran
guru harus dapat menciptakan situasi kondusif. Guru harus menciptakan situasi dan
interaksi edukatif, dengan tidak memakai pendekatan searah yang hanya dating dari
guru.
Tidak cukup bagi seorang guru untuk hanya memperhatikan bahan atau
materi yang akan diajarkan; juga tidak cukup bagi seorang guru untuk hanya
ciri-ciri sebuah metode diskusi yang baik, atau teknik bermain peran ( role Play )
atau syarat-syarat ceramah, apabila dia tidak mengetahui apa yang akan diajarkan.
5. Suasana Pembelajaran
suatu suasana kegiatan guru dan siswa yang disebut interaksi edukatif. Belajar
berlangsung sebagai aktivitas siswa dan mengajar dikhususkan pada aktivitas
kompetensi dasar yang ditetapkan dapat dijadikan acuan dan kegiatan belajar
siswa itu berhasil secara efektif. Dalam interaksi dan komunikasi itu diperlukan
adanya jalinan simpati antara guru dan siswa. Guru dapat menciptakan berbagai
efektif dan efesien guru perlu mempertimbangkan secara strategis agar dapat
agar :
1 Dengar 10-20
2 Lihat 30
3 Lihat dan dengar 50
4 Katakan 70
Kita belajar 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat,
50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakana, dan 90
Hal ini menunjukan bahwa jika kita mengajar dengan banyak ceramah,
Sebaliknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya,
memperoleh pengalaman.
2. Pandangan Konstruktivisme.
adalah memulai pelajaran dari apa yang diketahui peserta didik. Guru
gagasan peserta didik adalah peserta didik sendiri dan guru hanya
prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta
3. Pembelajaran Kontekstual
bangsanya.
lebih realistic, lebih actual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih
4. Democratic Teaching
sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi
sepanjang hayat.
pembelajaran yaitu :
1. Mengelola kelas
Kursi dan meja siswa dan guru perlu ditata untuk menunjang kegiatan
sebagai berikut :
2. Mengelola siswa
a. Pengertian
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
b. Tujuan
materi keislaman;
untuk berkomunikasi.
dan kosa kata dengan spesifikasi tertentu sesuai dengan tema-tema yang
dijabarkan.
c. Ruang lingkup
membaca;
pemakaian;
d. Materi
14). Narrative
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (
belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa. Dimana siswa dijadikan sasaran tindakan dalam
penelitian ini.
1. Setting Penelitian
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Evaluasi
5. Refleks
Adapun kegiatan tiap tahapan siklus akan digambarkan pada bagian rencana
2. Sasaran Penelitian
a. Tahap Perencanaan
Inggris pada PTK ini ditentukan oleh peningkatan minat belajar siswa.
siswa adalah kurang menarik model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Hal ini dapat dilihat dari kurangnya antusias siswa mengikuti pelajaran,
segera diatasi melalui pendekatan model role play dengan tingkatan pada
c). Evaluasi kinerja siswa oleh peneliti dan member motivasi kepada
seluruh siswa
sebelumnya oleh guru bidang studi. Hal ini dapat dilihat pada rencana
tindakan.
c. Tahap Observasi
tindakan dan dapat diamati oleh guru. Observasi dapat dilaksanakan secara
d. Tahap Evaluasi
bukti dari peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris yang
e. Tahap Refleksi
Refleksi yaitu merenungkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi.
Dalam hal ini, peneliti mengulas kembali atau melihat kembali perbedaan
dari beberapa siklus yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas
peneliti, maupun suasana kelas yang terjadi apabila menggunakan model role
play. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan tindakan lebih lanjut
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika
kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri
Kemudian pada siklus II, menggunakan model yang sama untuk melihat
perubahan peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus I dan II.
Siklus II.
terhadap kekurangan pada siklus I. Jika pada Siklus II ini hasil observasi
maka penelitian ini dihentikan sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan
penelitian.
1. Angket / Kuesioner
pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel : 1987
secara langsung terhadap hasil belajar. Angket akan disusun dalam bentuk
2. Observasi
dilakukan secara sistimatis dengan prosedur yang terstandar. Tujuan pokok dari
diselidiki.
3. Dokumentasi
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau kelompok
siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi
siswa tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa-
belajar mengajar.
pelajaran bahasa Inggris dengan pemberian lembar observasi dan angket siswa
tentang penggunaan model yang diterapkan oleh peneliti pada lokasi penelitian,
model role play, peneliti memberikan tes lisan pada setiap akhir pembelajaran
disetiap siklus. Hasil tes disetiap siklus merupakan data yang digunakan
S = Q : P X 100 %
Dimana S = Nilai
Q = Jumlah skor yang diperoleh
P = Jumlah skor maksimal
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
BULAN
NO KEGIATAN
Juni Juli Agust. Sept.
1 Menyusun dan
merevisi proposal
2 Penelitian dan
pengumpulan data
3 Pelaksanaan penelitian
4 Penyusunan laporan
penelitian
5 Dan lain-lain
BAB IV
A. Hasil Penelitian
dimana tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan
pada siswa kelas X Keperawatan yang berjumlah 24 orang 13 siswa laki- laki dan 11
perempuan. Materi pelajaran yang menjadi topik pembahasan dalam kegiatan ini
Siklus I
mengatakan ma’af, dan memberi kepastian. Pada siklus pertama ini, upaya penerapan
role play untuk meningkatkan ketrampilan berbicara siswa mulai diterapkan. Guru
mulai membentuk kelompok siswa yang akan di tampilkan. Ketika guru memberikan
kelompok yang ditunjuk harus mampu memainkan peran yang mereka terima dalam
√ Mengatakan ma’af
√ Memberi kepastian
Ani : Sure
Namun pada siklus ini kelas tidak berjalan sesuai dengan pembelajaran yang
telah di rancang. Hal ini terjadi karena siswa masih belum terbiasa dengan model
belajar role play yang lebih menekankan pada aktivitas kelas yang menuntut
a. Siswa tidak dapat mengikuti alur kegiatan role play dengan baik.
Pada akhir siklus I, skenario bermain peran hanya bisa dilaksanakan oleh
beberapa kelompok tertentu saja. Dan setelah dilakukan observasi ternyata tingkat
kompetensi siswa pada siklus I hanya mencapai 53,1 %. Data observasi pembelajaran
guru 65,86 %. Data minat siswa 33,33 %. Dan data quisioner dari hasil angket 10,42
%.
Siklus II
Materi pelajaran pada siklus II ini mencakup materi mengatakan maaf dan
Mengatakan Maaf
Memberi Kepastian
Andi : Excuse me !
Ani : Sure
Gambar 4.3 : Mengatakan ma’af, memberi kepastian yang disebarkan ke siswa pada
siklus II
Pada siklus kedua, beberapa kendala dan kelemahan yang dialami siswa pada
siklus I mulai diperbaiki. Pada siklus I, siswa walaupun telah dibagikan skenario
dialog tentang bermain peran dua hari sebelumnya namun sebagian besar siswa
belum mampu memainkan peran dengan benar. Namun pada siklus II, guru mulai
role play. Dan ternyata dari hasil observasi kompetensi siswa mencapai 75 %,
guru, minat siswa dan data quisioner dalam pembelajaran sebagaimana tertera
B. Pembahasan
hasil penelitian di atas, ternyata penerapan model role play pada siswa kelas X
pelajaran Bahasa Inggris berdampak positif, baik dari aspek proses belajar maupun
hasil belajarnya
dapat memperbaiki pola siswa dalam belajar di kelas. Jika pada awalnya
siswa tidak bersemangat untuk belajar bermain peran, namun kini siswa
diindikasikan oleh perubahan minat siswa dari siklus I dan II yang semakin
meningkat. Minat dan motivasi belajar siswa untuk terlibat dalam proses
kelompok untuk berusaha tampil dengan baik sesuai apa yang dipelajari.
dan akan menambahkan, jika permainan peran yang dilakonkan tidak sesuai
Jika proses belajar siswa sudah semakin baik, dalam artian bahwa
semakin baik. Demikian juga, jika siswa banyak terlibat dalam pelaksanaan
bermain peran di kelas, maka siswa akan memiliki dasar berbicara dan
penguasaan kosa kata yang kuat terhadap materi yang sedang dipelajari.
bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa
yang mereka pelajari. Menurut model ini, belajar adalah proses keinginan
kemudian
dikembangkan menjadi kegiatan bermain peran dalam tahap-tahap tertentu.
Interaksi antara orang per orang atau kelompok per kelompok antar siswa
harus dikembangkan oleh guru. Dengan cara itu, diharapkan siswa akan
teman- temannya.
53 %.
pembelajaran guru dan siswa dalam tahapan model role play pada siklus II
guru 90,14 %, dan quisioner hasil angket siswa naik mencapai 59,03 %.
Secara representatif masing-masing indikator dapat dilihat pada grafik berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
minat siswa, kompetensi siswa, proses pembelajaran guru dan motivasi siswa.
B. Saran
mempergunakan role play sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran yang
digunakan.
digunakan karena selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat
3. Bagi teman-teman guru yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan agar
Basri Syamsu : 2000, (dalam Mudairin : 2003, Artikel Hasil PTK, SMP
Merdeka Gresik)
Boediono: 2001, (dalam Mudairin : 2003, Artikel hasil PTK, SMP Merdeka
Gresik )
Darmadi : 2003, (dalam Rudi Haryanto, Artikel Hasil PTK : 2006, Guru bahasa
Inggris MTs. Nurul Hakim Kediri – Nusa Tenggara Barat, Role Play Medik
Bakarcoto, hal ; 6)
Jill Hadfield ; 1998, (dalam Mudairin : 2003, Artikel Hasil PTK, SMP Merdeka
Gresik)
Kurikulum bahasa Inggris ; 1994, (dalam Mudairin : 2003, Artikel Hasil PTK,
SMP Merdeka Gresik)
McCrimmon : 1999, (dalam Rudi Haryanto, Artikel Hasil PTK, Guru bahasa
Inggris MTs Nurul Hakim Kediri – Nusa Tenggara Barat , Role Play Medik
Bakarcoto : 2006, hal : 6 )
Melvia A. Hasman : 2000 (dalam Mudairin : 2003, Artikel Hasil PTK, SMP
Merdeka Gresik )
Muniah : 2010 Artikel Proposal PTK. Fak. Tarbiyah (PAI) IAIN Mataram
Shaleh Abdul Rachman : Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Ciputat : 2005
Hal. 217-229
Tarigan : 1993, (dalam Rudi Haryanto, Artikel Hasil PTK, Guru bahasa
Inggris MTs Nurul Hakim Kediri-Nusa Tenggara Barat, Role Play Medik
Bakarcoto :
2006, hal : 7)