Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROFESI KONSELOR

Dosen Pengampu : Dr. Halida, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Amar Hafizh (F1141211033)


2. Vetronela Andena (F1141211006)
3. Rischa Dwi Rahmawati (F1142211006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan kita semua kesehatan serta rahmat-Nya yang membuat kita bisa berkumpul pada
kesempatan kali ini. Sehingga dengan adanya karunia yang telah diberikan maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa adanya hambatan sedikit pun. Kami juga
bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini dalam tempo waktu yang tepat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah kami yaitu “Profesi
Konselor”. Dalam makalah yang sudah kami buat ini membahas tentang “Kode Etik Profesi”.
Kami berharap dengan makalah yang telah kami buat ini dapat memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi generasi muda terkhususnya, sehingga dengan makalah ini di ciptakan maka
para pembaca pun akan semangat dalam menambah wawasan serta menggali potensi dirinya.
Semoga makalah ini bisa menjadi suatu bahan ajar yang menarik buat pembaca.
Dan kami pun meminta maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan
sehingga menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap pembaca dan kami mengakui bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati kami,
kami siap menerima masukan berupa saran maupun kritik dari kalian semua yang bersifat
membangun dan mendorong bagi para pembaca maupun penulis. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih.

Penulis

13 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
C. TUJUAN..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A. Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan Pofesi BK.................................5
...........................................................................................................................................
B. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling...........................................................6
C. Kasus-Kasus Pelanggaran Etika Profesi BK dan Sanksinya.............................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15


A. Kesimpulan.......................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap oknum yang melakukan pelanggaran etik akan diberikan sanksi pelanggaran kode
etik profesi. Setiap sanksinya tentu berbeda, bergantung peraturan kedisiplinan yang
diterapkan oleh lembaga atau institusi terkait.Misalnya saja sanksi untuk pelanggaran kode
etik pengacara berbeda dengan sanksi terhadap pelanggaran kode etik polisi. Disebut
pelanggaran kode etik karena pelanggaran yang dibuat tidak mencerminkan atau membuat
buruk citra suatu profesi tersebut.Kode etik ini bisa juga disebut sebagai sarana kontrol bagi
masyarakat pada profesi tertentu. Kode etik ini dibuat untuk mempertegas pada suatu profesi
tentang apa yang pantas dilakukan, serta apa yang tidak pantas dilakukan.Tujuan utamanya
adalah agar profesi tidak dimanfaatkan oleh oknum – oknum untuk melakukan perbuatan
yang merugikan atau menguntungkan dirinya sendiri. Kode etik ini biasanya dibuat secara
tertulis, dan dibuat juga sanksi pelanggarannya.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaitan dengan Profesi BK


2. Bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
3. Apa saja Kasus-Kasus Pelanggaran Etika Profesi BK dan Sanksinya
C. Tujuam Masalah

1. Menjelaskan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaitan dengan Profesi BK


2. Menjelaskan Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
3. Menjelaskan Kasus-Kasus Pelanggaran Etika Profesi BK dan Sanksinya

4
BAB II
PEMBAHASAN

D. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaitan dengan Profesi BK


Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
tempo dulu. UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disahkan bulan Maret
1989 di lingkungan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Timbul berbagai kegusaran dan
rasa was-was mengenai status tenaga bimbingan dalam UUSPN, juga kekhawatiran mengenai
implikasi dari pernyataan dalam UUSPN terhadap masa depan jurussan PPB, nasib para
lulusannya dan profesi bimbingan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena ada
inkonsistensi antara Pasal 1 ayat 8 dengan Pasal 27 ayat 1, 2 dan 3.
Pasal 1 (8): “Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar,
dan atau melatih peserta didik”. (catatan: disini kata membimbing disebut lebih dahulu).
Pasal 27 (1): “Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih,
meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan layanan teknis dalam bidang
pendidikan.”
Pasal 27 (2): “Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, serta
teknisi sumber belajar”.
Pasal 27 (3): “Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas
utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada
jenjang pendidikan tinggi disebut dosen”.
Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN) tempo
sekarang. Dengan disahkannya UU NO 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
memberikan makna tersendiri bagi pengembangan profesi bimbingan dan konseling, dan
melahirkan berbagai Peraturan Pemerintah sebagai peletakan dasar pelaksanaan Undang-undang
tersebut. PP no 27, 28, 29, dan 30 tahun 1990 mengatur tata laksana pendidikan pra-sekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta mengakui sepenuhnya
tenaga guru dan tenaga lain yang berperan dalam dunia pendidikan, selain guru.
Peluang lain yang memberikan angin baru badi pengembangan bimbingan dan konseling
adalah SK. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 026/1989, yang menyatakan, “adanya
pekerjaan bimbingan dan konseling yang berkedudukan seimbang dan sejajar dengan kegiatan
belajar”. PP tersebut memberikan legalisasi yang cukup mantap bagi keberadaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Aspek legal keberadaan konselor juga dipeyung UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 yang menyatakan, “Pendidik adalah tenaga kepandidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,

5
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan ke khususannya, serta bepartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan” (PB ABKIN, 2005: 3-4

E. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut
dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran pelayanan (klien /konseli), dan secara
langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh
sasaran pelayanan itu. Kegiatan yang merupakan pelayanan itu mengemban fungsi tertentu
dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif pelayanan yang dimaksudkan
diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (klien/konseli) yang mendapatkan
pelayanan tersebut. Berbagai jenis pelayanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran pelayanan, yaitu
peserta didik (klien/konseli). Ada sejumlah pelayanan dalam bimbingan dan konse1ing di
sekolah, diantaranya sebagai berikut.

1. Pelayanan Orientasi di Sekolah


Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki konseli,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan yang
baru.Tujuan pelayanan orientasi ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain
(terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama
penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang diharapkan
dan layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan
sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian
juga orang tua siswa, dengan memahami kondisi, situasi, dan tuntutan sekolah, anaknya akan
memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya. Fungsi utama
bimbingan yang didukung oleh pelayanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

Materi yang dapat diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai cara, yaitu meliputi
hal berikut:

a. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya


b. Kurikulum yang sedang berlaku
c. Penyelenggaraan pengajaran

6
d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
e. Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas
f. Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, ruang praktek)
g. Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan
bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha)
h. Staf pengajar dan tata usaha Hak dan kewajiban siswa
i. Organisasi siswa
j. Orang tua siswa
k. Organisasi sekolah secara menyeluruh.
2. Pelayanan Informasi
Layanan informasi dalam bimbingan dan konseling bertujuan untuk membekali
individu dari berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang bimbingan dan konseling yang
berguna untuk mengenali diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai
peserta didik, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan
informasi digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan, prestasi belajar,
mengembangkan
cita-cita, menyelenggarakan kehidupan seharihari termasuk perilaku sosial dan
mengambil keputusan. Menurut Prayitno (1995:15) ada empat bidang layanan informasi
dalam bimbingan dan konseling yaitu:
1.Bidang Layanan Bimbingan Pribadi
Bidang ini dapat diperinci menjadi beberapa pokok antara laian:
1.1 Pemantapan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
1.2 Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangan melalui kegiatan-kegiatan yang
kreatif, baik dalam kehidupan seharihari di masyarakat maupun peranannya di masa
depan.
1.3 Pemahaman bakat dan minat pribadi serta menyalurkan dan pengembangannya
melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
1.4 Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.
1.5 Pemahaman dan pengalaman hidup sehat.

7
2.Bidang Layanan Bimbingan Sosial
2.1 Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis
2.2 Pengembangan kemampuan perilaku sosial baik di rumah, di sekolah maupun di
masyarakat.
2.3 Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya baik di dalam
maupun di luar sekolah serta masyarakat pada umumnya.
2.4 Pemahaman pengalaman disiplin dan peraturan sekolah.
3.Bidang Layanan Bimbingan Belajar
3.1 Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam mencapai informasi dari
berbagai sumber dalam bersikap terhadap guru dan staf yang terkait, mengerjakan tugas
dan mengembangkan ketrampilan serta dalam menjalani program penilaian perbaikan
dan pengayaan.
3.2 Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih baik secara mendiri maupun kelompok.
3.3 Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, budaya dan
lingkungan sekolah serta masyarakat sekitar untuk pengembangan pengetahuan,
ketrampilan dan pengembangan pribadi.
4.Bidang Layanan Bimbingan Karir
4.1 Pengembangan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan pilihan
jawaban serta arah pengembangan karir.
4.2 Pengenalan bimbingan kerja atau karir khususnya berkenaan dengan pilihan
pekerjaan.
4.3 Orientasi dan informasi jabatan dan atau usaha memperoleh penghasilan.
4.4 Pengenalan lapangan pekerjaan yang dimaksud lulusan SD, SMP/MTS,
SMA/SMK/MA dan PT.
4.5 Orientasi dan informasi pendidikan menengah umum maupun kejuruan sesuai
dengan cita-cita melanjutkan ke pendidikan dan pengembangan karir.
Langkah-Iangkah Penyajian Informasi:
a. Langkah Persiapan
1. Menetapkan tujuan dan isi informasi termasuk alasan-alasannya.
a. Untuk siapa informasi disiapkan?
b. Apakah akan tetap dibutuhkan siswa?

8
c. Apakah berharga bagi siswa?
d. Apakab cukup akurat dan baru (tidak usang atau mubazir)?
e. Apakah ada hubungannya dengan hal-hal yang sudah diketahui siswa?
2. Mengidentifikasikan sasaran (siswa) yang akan menerima informasi.
a. Berapa jumlahnya?
b. Bagaimana karakteristiknya?
3. Mengetahui sumber-sumber informasi.
a. Dan satu atau banyak sumber
b. Apakah sumber-sumber itu mudah dicapai dan digunakan
4. Menetapkan teknik penyampaian informasi.
a. Cocokkah dengan tujuan, isi dan sumber?
b. Dapatkah menarik perhatian siswa?
c. Bagaimana konsekuensi waktu, biaya, dan pengorganisasiannya?
5. Menetapkan jadwal dan waktu kegiatan
a. Kapan, berapa kali, di mana?
b. Berapa lama pemberian informasi dilaksanakan?
6. Menetapkan ukuran keberhasilan
a. Apa kriterianya bahwa pemberian informasi berhasil dengan baik?
b. Bagaimana mengukur keberhasilan itu?
Langkah persiapan di atas dapat diringkaskan dengan pertanyaan-pertanyaan:
siapa, apa, dan mana, bagaimana, bilamana, dan di mana.

b. Langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan penyajian informasi tentu saja tergantung pada langkah
persiapan, terutama pada teknik yang digunakan. Meskipun isi dan tujuan penyajian
informasi sama, bila diberikan dengan teknik yang berbeda maka pelaksanaannya pun
akan berbeda pula. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyajian
informasi, ialah:

1. Usahakan tetap menarik minat dan perhatian para siswa.


2. Berikan informasi secara sistematis dan sederhana sehingga jelas isi dan
manfaatnya.

9
3. Berikan contoh yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
4. Bila menggunakan teknik siswa mendapatkan sendiri informasi (karya wisata dan
pemberian tugas) persiapan sebaik mungkin sehingga setiap siswa mengetahui
apa yang harus di perhatikan, apa yang harus dicatat dan apa yang harus
dilakukan.
5. Bila menggunakan teknik langsung atau tidak langsung usahakan tidak terjadi
kekeliruan. Informasi yang keliru dan diterima siswa, sukar untuk mengubahnya.
6. Usahakan selalu kerja sama dengan guru bidang studi dan wali kelas, agar isi
informasi yang diberikan guru, wali kelas, dan guru pembimbing (konselor), tidak
saling bertentangan atau ada keselarasan antara sumber informasi.
c. Langkah Evaluasi
Guru pembimbing (konselor) hendaknya mengevaluasi tiap kegiatan penyajian
informasi. Langkah evaluasi ini acapkali dilupakan sehingga tidak diketahui sampai
seberapa jauh siswa mampu menangkap informasi. Manfaat dan langkah informasi ini, di
antaranya adalah:

1. Guru pembimbing (konselor) mengetahui hasil pemberian informasi.


a. Sampai seberapa jauh siswa telah memahami isi informasi.
b. Adakah kekeliruan penangkapan informasi oleh para siswa.
2. Guru pembimbing (konselor) mengetahui efektivitas suatu teknik.
3. Guru pembimbing (konselor) mengetahui apakah persiapannya sudah cukup
matang atau masih banyak kekurangannya.
4. Guru pembimbing (konselor) mengetahui kebutuhan siswa akan informasi lain
atau yang sejenis.
5. Bila dilakukan evaluasi, siswa merasa perlu memperhatikan lebih serius, bukan
sambil lalu. Dengan demikian, timbul sikap positif dan menghargai isi informasi
yang diterimanya.
2) Kriteria Penilaian Keberhasilan Pelayanan Penyajian Informasi
Pelayanan penyajian informasi dikatakan berhasil dengan kriteria, yaitu:

a. Jika para siswa telah dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya
yang baru.

10
b. Jika para siswa telah memperoleh sebanyak mungkin sumber informasi tentang: cara
belajar, informasi sekolah sambungan, informasi pemilihan jurusan /program.
3. Pelayanan Penempatan dan Penyaluran
Pelayanan penempatan dan penyaluran, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) memproleh penempatan dan penyaluran
yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan korikuler atau ekstra kurikuler
sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. Berbagai hal, seperti
kemampuan, bakat, dan minat, tidak tersalurkan secara tepat. Kondisi seperti itu
mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara ,optimal. Pelayanan
penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat,
yaitu berkenaan dengan penurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karier, kegiatan
ekstrakurikuler, program latihan, dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi
fisik dan psikisnya.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan penempatan/penyaluran ialah


fungsi pencegahan dan pemeliharaan. Materi yang dapat diangkat melalui pelayanan
penempatan dan penyaluran ada berbagai macam, yaitu meliputi:

a. Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah


o Pelayanan penempatan dalam kelas
o Pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar
o Pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam kegiatan kurikuler / ekstrakurikuler
o Pelayanan penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi
b. Pelayanan penempatan dan penyaluran lulusan
o Pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan sambungan /lanjutan
o Pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan
4. Pelayanan Pembelajaran
Pelayanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien/konseli) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Pelayanan pembelajaran dimaksudkan

11
untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan
dirinya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh pelayanan pembelajaran ialah fungsi
pemeliharaan dan pengembangan. Materi yang dapat diangkat melalui layanan pembelajaran,
yaitu meliputi hal berikut:

a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang kemampuan, motivasi, sikap,
dan kebiasaan belajar.
b. Pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
c. Pengembangan keterampilan belajar: membaca, mencatat, bertanya dan menjawab, dan
menulis.
d. Pengajaran perbaikan.
e. Program pengayaan.
5. Pelayanan Konseling Perorangan (Individual)
Pelayanan konseling perorangan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka
(secara perorangan) dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Pelayanan konseling perorangan
memungkinkan siswa (konseli) mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan
guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh pelayanan konseling perorangan ialah fungsi
pengentasan.

F. Kasus-Kasus Pelanggaran Etika Profesi BK dan Sanksinya

Kasus-kasus yang sering terjadi dilingkungan profesi Bimbingan Konseling :

1.) Memaparkan bahwa sekolah dan guru tidak lagi percaya dan dipercaya sebagai pendidik dan
pengajar. Tugas mereka telah digantikan dengan bimbingan belajar atau bimbel. Menurutnya,
fenomena bimbel di sekolah menunjukkan kenyataan, kepentingan siswa telah diperalat demi
kepentingan lain terutama demi kepentingan bisnis. Etika profesi pun digadaikan demi uang.
Tugasmendidik dan mengajar merupakan hak dan kewajiban yang menjadi monopoli seorang
guru. Ketika tugas tersebut diserahkan oleh pihak lain yang tidak mempunyai kewenangan

12
profesi, maka etika profesi mulai tidak berada pada jalurnya. Dalam hal ini tugas mendidik dan
mengajar guru dilakukan secara tidak profesional.

2.) Wacana yang belakangan mengemuka, persoalan pelanggaran etika keilmuan/profesi sering

hanya ditujukan kepada praktik-praktik plagiarisme, yaitu penjiplakan, penggandaan,

pengutipan, atau penyaduran, manipulasi data, menjiplak, mengutip dari karya keilmuan/profesi

orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Pelanggaran etika keilmuan/profesi hanya dipersepsi

sebagai persoalan “plagarisme” semata. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, etika

keilmuan/profesi mencakup enam wilayah, dan dari berbagai sumber yang sempat diakses,

pelanggaran etika keilmuan/profesi banyak jenisnya.

3.) Seorang konselor yang dengan sengaja mempublikasikan data pribadi klien kepada semua

orang.

4.) Ketika melakukan proses konseli, konselor yang mengambil keuntungan dari masalah yang

dihadapi klien

BENTUK PELANGGARAN YANG SERING TERJADI

1. Terhadap Konseli

a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait dengan

kepentingan

b.  Konseli

c.  Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual, penistaan agama, rasialis).

d.  Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.

e. Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan tindak

lanjut).

2.Terhadap Organisasi Profesi

a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.

13
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk kepentingan

pribadi dan atau kelompok).


3.  Terhadap Rekan Sejawat dan Profesi Lain Yang Terkait
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak untuk bekerja
sama, sikap arogan)
b. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai dengan masalah
konseli.
4. Sanksi Pelanggaran
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila terjadi
pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya
diberikan sangsi sebagai berikut.
a.      Memberikan teguran secara lisan dan tertulis
b.      Memberikan peringatan keras secara tertulis
c.      Pencabutan keanggotan ABKIN
d.      Pencabutan lisensi
Apabila terkait dengan permasalahan hukum/kriminal maka akan diserahkan pada pihak
yang berwenang.
5.Mekanisme Penerapan Sangsi
Apabila terjadi pelanggaran seperti tercantum diatas maka mekanisme penerapan sangsi
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.   Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau masyarakat
b.  Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di tingkat daerah
c.  Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif  ringan makapenyelesaiannya dilakukan
oleh dewan kode etik di tingkat daerah.
d. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang disampaikan oleh
konseli dan atau masyarakat.
e.  Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik
daerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya.

14
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN)
tempo sekarang. Dengan disahkannya UU NO 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
memberikan makna tersendiri bagi pengembangan profesi bimbingan dan konseling, dan
melahirkan berbagai Peraturan Pemerintah sebagai peletakan dasar pelaksanaan Undang-undang
tersebut. PP no 27, 28, 29, dan 30 tahun 1990 mengatur tata laksana pendidikan pra-sekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta mengakui sepenuhnya
tenaga guru dan tenaga lain yang berperan dalam dunia pendidikan, selain guru. Suatu kegiatan
bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak
langsung dengan sasaran pelayanan (klien /konseli), dan secara langsung berkenaan dengan
permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran pelayanan itu. Konselor
wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila terjadi pelanggaran
terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya diberikan sangsi

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Benazir Tsabita. 2023. (Kode Etik Profesi Bimbingan Konseling)

Sujadi Eko. 02 Desember 2018. Kode Etik Profesi Konseling Serta Permasalahan
Dalam Penerapannya. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci

Dr.Hunainah,MM. Maret 2016. Etika Profesi Bimbingan Konseling

Justika. 2021. (Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Beserta Aturan Hukumnya)

Issha Harruma. (2022, October 4). Sanksi bagi Hakim yang Melanggar Kode Etik.

Wahyuni Tri S.Pd. (Tahun 2018). PERANAN LAYANAN INFORMASI


BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL
PADA SISWA KELAS XII KR1DI SMKN2 BOYOLANGU TULUNGAGUNG.
Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan Vol. V No. 3

16

Anda mungkin juga menyukai