Anda di halaman 1dari 37

FENOMENOLOGI SEBAGAI TRADISI FILSAFAT

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :
KELAS ILMU KOMUNIKASI-6
ARI FIRMANSYAH 41819214
SYAUQI A 41819222

Email :
ari.41819214@mahasiswa.unikom.ac.id
syauqi.41819222@mahasiswa.unikom.ac.id

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita bisa menyelesaikan tugas makalah
ini yang berjudul Penyimpangan “Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat”
tepat pada waktunya. Jadi, untuk tujuan dari makalah ini adalah agar
memenuhi tugas dari bapak Drs. Alex Sobur, M.Si pada mata kuliah
Filsafat Ilmu Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahun tentang fenomenologi sebagai tradisi filsafat bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Alex Sobur,
M.Si selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Kami pun menyadari, makalah yang telah
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 13 Desember 2021


Penyusun,

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS 4
2.1 Pengertian Fenomenologi 4
2.2 Tokoh - Tokoh Fenomenologi 7
2.3 Jenis – Jenis Fenomenologi 13
2.4 Pengertian Filsafat 14
2.5 Tokoh – Tokoh Filsafat 15
2.6 Aliran – Aliran Filsafat 20
2.7 Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat 24
BAB III PEMBAHASAN………………………………………...…………….27
3.1 Contoh Kasus Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat ...…27
BAB IV PENUTUP 31
4.1 Kesimpulan 31
4.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Fuad Hasan dalam buku beliau Pengantar Filsafat barat di


kemukakan bahwa :  “Sejak era Renaissance hingga memasuki abad
ke 20 M. alam pikiran di eropa  barat ditandai oleh kemunculannya
berbagai aliran filsafat yang tidak mudah dipertemukan. Pertemuan
tersebut menghasilkan pertentangan, sehingga filsafat justru
mengaburkan adanya landasan yang pasti sebagai titik pijak untuk
mengembangkan pemikiran sebagai proses penalaran yang sistematis
dan konsisten”. (Priyono, 2013)
Dalam era renaissance tersebut merupakan masa jayanya
rasionalisme. Pada masa itu pula di Prancis masanya kebebasan
berkembang dengan bermunculannya golongan yang tersebut kaum
philosophes. Pada tempat yang sama (Prancis) muncul tokoh penting
yang tidak sepaham dengan rasionalisme, ia adalah Hendri
Bergson (1859-1941); bahwa rasionalisme selalu berlaku tidak cukup
untuk memahami semua gejala dalam kenyataan; tidak kalah
pentingnya ialah peran intuisi. Sebagai daya manusia untuk
memahami dan menafsirkan kenyataan. (Priyono, 2013)
Epistemologi berarti berbicara tentang “bagaimana cara kita
memperoleh ilmu pengetahuan?”. Dalam memperoleh pengetahuan
inilah akan ada sarana dipergunakan seperti akal, akal budi,
pengalaman atau kombinasi antara akal dan pengalaman institusi,
sehingga dikenal adanya model-model epistemologik rasionalisme,
empisisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme dan
phenomenologik dengan berbagai variasinya. (Priyono, 2013)
       Di dalam kehidupan praktis sehari-hari, manusia bergerak di
dalam dunia yang telah diselubungi dengan penafsiran-penafsiran dan
kategori-kategori ilmu pengetahuan dan filsafat. Penafsiran-penafsiran
itu seringkali diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi-situasi

1
kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan, sehingga ia telah melupakan
dunia apa adanya, dunia kehidupan yang murni, tempat berpijaknya
segala bentuk penafsiran. Dominasi paradigma positivisme selama
bertahun-tahun terhadap dunia keilmuwanl, tidak hanya dalam ilmu-
ilmu alam tetapi juga pada ilmu-ilmu sosial bahkan ilmu humanities,
telah mengakibatkan krisis ilmu pengetahuan. Persoalannya bukan
penerapan pola pikir positivistis terhadap ilmu-ilmu alam, karena hal itu
memang sesuai, melainkan positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, yaitu
masyarakat dan manusia sebagai makhluk historis. (Priyono, 2013)
         Problematik positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, yang
menghilangkan peranan subjek dalam membentuk ‘fakta sosial’, telah
mendorong munculnya upaya untuk mencari dasar dan dukungan
metodologis baru bagi ilmu sosial dengan ‘mengembalikan’ peran
subjek kedalam proses keilmuwan itu sendiri. Salah satu pendekatan
tersebut adalah pendekatan fenomenologi. (Priyono, 2013)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah:
A. Apakah Pengertian Fenomenologi?
B. Siapakah Tokoh – Tokoh Fenomenologi?
C. Apa Jenis – Jenis Fenomenogi?
D. Apa Yang Dimaksud Dengan Filsafat?
E. Siapakah Tokoh – Tokoh Filsafat?
F. Apa Saja Aliran – Aliran Filsafat?
G. Apa Yang Dimaksud Dengan Fenomenologi Sebagai Tradisi
Filsafat?
H. Seperti Apa Contoh Kasus Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
A. Untuk mengetahui fenomenologi.
B. Untuk mengetahui tokoh – tokoh fenomenologi.
C. Untuk mengetahui jenis – jenis fenomenologi.
D. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan filsafat.
E. Untuk mengetahui tokoh – tokoh filsafat.
F. Untuk memgetahui aliran – aliran filsafat.
G. Untuk mengetahui Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat.
H. Untuk mengetahui bagaimana kasus Fenomenologi Sebagai
Tradisi Filsafat.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Fenomenologi

Fenomenologi (dari bahasa Yunani: phainómenon, yang


tampak, dan bahasa Yunani: lógos, ilmu) adalah sebuah disiplin
ilmu dan studi inkuiri deskriptif yang meletakkan perhatiannya pada
studi atas penampakan (fenomena), akuisisi pengalaman, dan
kesadaran. Fenomenologi, singkatnya, adalah studi mengenai
pengalaman dan bagaimana pengalaman tersebut terbentuk.
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini
timbul kata Pheinomenon berarti yang muncul dalam kesadaran
manusia. Dalam fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran
pikir dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal
keadaan yang disebut intentional (berdasarkan niat atau
keinginan). (Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

4
Fenomenologi adalah cara berpikir (metode) yang
dikemukakan oleh Husserl pada awal abad ke-20. Ia
mengupayakan fenomenologi sebagai metode ketat untuk
memperoleh teori yang benar dan pasti seperti kepastian
matematik. Fenomenologinya yang ideal itu, kini sudah berubah
secara radikal dari yang ia inginkan. Para penerus fenomenologi
seperti: Martin Heidegger, jean Paul Sartre. Maurice Merleau
Ponty, Alfred Schultz , Herbert Mead, atau Cicoreul telah membuat
fenomenologi menjadi observasi tentang fenomena kehidupan
keseharian kita. Jelasnya, fenomenologi mencoba menepis semua
asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia. Ini
mengapa fenomenologi disebut sebagai cara berfilsafat yang
radikal. (Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

Fenomenologi menekankan upaya menggapai “hal itu


sendiri” lepas dari segala presuposisi. Langkah pertamanya adalah
menghindari semua konstruksi, asumsi yang dipasang sebelum
dan sekaligus mengarahkan pengalaman. Ada banyak varian
metode fenomenologi antara lain: etnografi kritis, emografi
pertujukan (pafamname ethnography), studi kasus kualitatif,

5
grounded research, penelitian tindakan. hinga metode biografis.
Metode-metode ini menjadi metode yang menarik dalam kajian
sosial-budaya kontemporer seperti: kajian penemuan, kajian
postkolonial, kajian multikultural, hingga cultural Studies. Tulisan ini
secara ringkas akan mencoba memaparkan apa itu fenomenologi
juga, di sini akan dipaparkan pula tokohtokoh fenomenologi berikut
dengan pemikirannya. (Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata


“phenomenon” yang berarti realitas yang tampak, dan “logos” yang
berarti ilmu. Sehingga secara Tujuan utama fenomenologi adalah
mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran,
pikiran dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut
bernilai atau diterima secara estetis. Fenomologi mencoba mencari
pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan
konsep-konsep penting, dalam kerangka intersubjektivitas.

(Bonar Situmorang, 2018 dari


https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-teori-
fenomenologi-dan-tokoh.html diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

6
Secara terminologi fenomenologi adalah ilmu berorientasi
untuk dapat mendapatkan penjelasan tentang realitas yang
tampak.Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang
tidak berdiri sendiri karena ia memiliki makna yang memerlukan
penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi menerobos fenomena untuk
dapat mengetahui makna (hakikat) terdalam dari fenomena-
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

(Bonar Situmorang, 2018 dari


https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-teori-
fenomenologi-dan-tokoh.html diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang


dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin, atau
disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena,
atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi
mempelajari fenomena yang tampak di depan kita, dan bagaimana
penampakannya.

(Bonar Situmorang, 2018 dari


https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-teori-
fenomenologi-dan-tokoh.html diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

2.2 Tokoh – Tokoh Fenomenologi

Memahami teori atau hasil buah pikiran seseorang sebaiknya


dimulai dari mengenal dan menelusuri pola pikir dan apa yang
melatarbelakangi pemikiran mereka lahir. penulis menilai salah satu
point utama untuk memahami teoridimulai dari mengenal secara garis
besar siapa tokoh tersebut. Tidak sajamengenai latar belakang
pendidikan dan apa yang ditelitinya , namun lebih jauh siapa saja
orang-orang yang mempengaruhi pemikiran para tokoh tersebut turut
berkontribusi dalam membentuk teori yang dilahirkannya. (W Wirman,

7
2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

A. Tokoh Fenomenologi Klasik


Fenomenologi klasik memuat sejarah dan awal mula para ilmuwan
menaruh perhaian khusus pada kesaaran dan pengalaman yang
dialami manusia. Beberapa tokoh yang berada pada fase ini
diantaranya :(W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

 Edmund Gustav Albrecht Husserl


Edmund Husserl merupakan seoarang Filsuf yang kemudian
dikenal sebagai bapak Fenomenologi. Lahir di Prosnitz Meravia-Ceko
(bagian dari kerajaan Austria) pada tanggal 8 April 1859, Husserl
dibesarkan dengan ajaran Yahudi sebelum akhirnya pada tahun 1887
memutuskan berpindah keyakinan menjadi Kristen dan bergabung
dengan gereja Lutheran. Tidak jelas apa dan bagaimana riwayat
orangtuanya, namun beberapa literasi menyatakan bahwa ayah dari
Husserl seorang pedagang pakaian di Austria bernama Adolf
Abraham Husserl dan ibunya Julie Husserl nee Selinger. Husserl yang
lahir di Austria nyatanya banyak menghabiskan waktu di Jerman sejak
1876 untuk mengikuti perkuliahan Wilhelm Wundt pendiri psikologi
eksperimental. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

8
Tahun 1878 ia berangkat ke berlin untuk belajar matematika yang
kemuian memutuskan pindah ke Winat dan menyelesaikan studi
disertasinya mengenai masalah kalkulus pada tahun 1883. Rasa ingin
tahunya yang sangat besar membuat Husserl menyenangi dan
mampu menguasai matematika, fisika, filsafat khususnya ilmu
perbintangan dan ilmu optik. Namun ketertarikannya yang sangat
besar pada kajian Filsafat membuatnya terkenal sebagai seorang
filsuf yang kemudian menghantarkannya untuk memahami dan
mempelajari Psikologi pada tahun 1886, setahun sebelum Husserl
memutuskan untk berpindah keyakinan. 27 Edmund Husserl Husserl
berkuliah di Universitas Leipzig di Berlin dan Wina namun kemudian
mengajar di beberapa universitas seperti filsafat di Halle sebagai
seorang tutor (Privatdozent) dari 1887, lalu di Göttingen sebagai
profesor dari 1901, dan di Freiburg im Breisgau dari 1916 hingga ia
pensiun pada 1928. Ia menerima pengangkatan sebagai guru besar
pada tahun 1916 di Unversitas Freiburg. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

Beberapa tokoh yang mempengaruhi pemikiran Husserl di bidang


Fenomenologi adalah Franz Brentano (1838-1917) dan Carl Stumpf
(1848-1936) yang mereka berdua merupakan guru bagi Husserl yang
sangat besar pengaruhnya pada pemikiran dan kelhiran fenomenologi
sebagai sebuah karya yang prestisius seorang Husserl. Tokoh lain
yang mempengaruhi Husserl iantaranya William James (1842-1910),
Wilhelm Dilthey (1833-1911) serta Theodor Lipps (1951-1914).
(W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

9
Husserl menikah dengan Malvine Steinschneder dan memiliki tiga
orang anak yang bernama Gerhart Husserl, Wolfgang Husserl dan
Elisabeth Franziska Carola Husserl. Edmund Husserl meninggal pada
usia 79 tahun karena penyakit 28 Pneumonia atau yang biasa disebut
sebagai paru-paru basah di Freiburg, Jerman pada tanggal 26 April
1938. Sebelum meninggal, Husserl aktif mengembangkan
pemikirannya megenai fenomenologi sehingga menjadi kuat seperti
sekarang. Beberapa karya Husserl yang cukup terkenal di antaranya :
1. Tahun 1887 : Über den Begriff der Zahl. Psychologische Analysen.
2. Tahun 1891 : Philosophie der Arithmetik. Psychologische und
logische Untersuchungen, buku ini pada tahun 1970 diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris berjudul Philosophy of Arithmetic.
3. Tahun 1900 : Logische Untersuchungen. Erste Teil: Prolegomena
zur reinen Logik, pada tahun 1970 diterjemahkan menjadi Logical
Investigations. Vol 1. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

 Alferd Schutz Alferd Schutz


Lahir di Wina-Austria pada 13 April 1899. Sebagai satusatunya
anak laki-laki di keluarga, Schutz mendapatkan pendidikan dengan
baik serta tumbuh berkembang dari keluarga dengan kondisi
menengah atas. Schutz dikenal masyarakat luas sebagai seorang
pengacara, pebisnis dan filsuf muda yang berbakat. Meskipun tercatat
mengajar di beberapa universitas, namun Schutz tidak pernah secara
resmi menjadikan tenaga pengajar sebagai sebuah profesi meskipun
demikian, Schutz tetap konsisten mengajar hingga tutup usia. Setelah
menyelesaikan sekolah menengahnya, Schutz kemudian di rekrut
untuk menjadi tentara an berperan serta dalam Perang Dunia I.
setelah menyelesaikan tugas kemiliterannya, Schutz kemudian
melanjutkan penidikannya di Universitas Mina mengambil Hukum,

10
Ilmu Sosial dan Bisnis. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)
Awalnya Schutz lebih dikenal sebagai seorang pebisnis ketimbang
sebagai seorang filsuf. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Schutz
diterima dengan baik di usaha perbankan di Austria. Beberapa tokoh
yang mempengaruhi pemikirn Schutz adalah Max Weber, Maurice
Marleau-Ponty dan tentu saja Edmund Husserl. Schutz menikah
dengan Ilse Schutz pada tahun 1926 dan memiliki dua orang anak
yang bernama Evelyn Schutz dan George Schutz. 31 Alferd Schutz
Pada tahun 1933, Pemberontakan Hitler di Jerman dan pendirian
Reich keempat memaksa Schutz dan keluarganya untuk meminta
suka ke Negaranegara sekutu. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)
Schutz memboyong keluarganya pindah ke Paris. Pada tahun
1939, Schutz yang pada saat itu masih terkenal sebagai banker dan
pebisnis yang baik pindah ke Amerika Serikat. Disanalah Schutz
mengajarkan Sosiologi dan Filsafat di New School of New York.
Schutz meninggal dnia pada sia 60 tahun di New York Amerika
Serikat pada 20 Mei 1959. Beberapa karya Schutz yang terkenal
sampai saat ini di antaranya;
1. 1932. Des Sinnhaftie Aufbau der Sozialen Welt diterjemahkan ke
dalam bahasa inggris pada tahun 1967 dengan judul The
Phenomenology of The Social World.
2. 1962, 1964, 1966 dan 1971. Nijhoff; The Hague yang kemudian
diterjermahkan menjadi Collected Papers
3. 1970. Reflections on The Problem of Relevance yang merupakan
bagian dari sebuah karya sistematis yang tidak pernah ia selesaikan.
(W Wirman, 2019

11
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

 Peter L Berger Peter Ludwig Berger


Lahir di Wina-Austria pada 17 Maret 1929 dari pasangan George
William Berger dan Jelka Loew. Ayah Berger adalah seorang
pengusaha sukses dan penganut Kristen taat sehingga nilai-nilai
keagamaan sangat kental mempengaruhi pola hidup Berger. Berger
menikah dengan Brigitte Berger dan tidak tercatat di beberapa refrensi
apakah mereka memiliki anak atau tidak. Sedari muda, Berger sudah
meninggalkan daerah asalnya untuk melanjutkan pendidikan. Tahun
1946 Berger ke Inggris untuk menamatkan sekolah lanjutan, tahun
1951 Berger pindah ke Amerika dimana ia melanjutkan pendidikan di
New School for Social Researh yang mempertemukannya dengan
para guru ( Alferd Schutz, Carl Mayer dan Albert Salomon) dan
sahabat baiknya (Thomas Luckman). (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)
Tahun 1949, Berger menamatkan pendidikan di Wagner College
dengan gelar Bachelor of Arts. Tahun 1950 Berger melanjutkan
pendidikan di New School for Social Researh untuk gelasr M.A dan
tahun 1952 ia mendapatkan gelar Ph.D. berger dikenal sebagai ahli
dibidang Sosiologi dan Teologi. Perjalanan karirnya yang panjang
membuahkan hasil berupa karya yang cukup banyak dan Berger
masih tetap produktif meskipun ia sudah tidak muda lagi. 33 Peter
Ludwig Berger Tahun 1955-1956 Berger bekerja di Evangelische
Akademie di Bad Boll, Jerman. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

12
Tahun 1956-1958 Berger menjadi Prof muda di Universitas North
California kemudian 1958-1963 karirnya, Berger menjadi Prof Madya
di Seminari Teologi Hartford. 1963 hingga 1981 Berger mengajar dan
tercatat sebagai Prof di New School for Social Research, Universitas
Rutgers dan Boston College. Barulah pada tahun 1981 Berger
menjadi Prof bidang Sosiologi dan Teologi di Universitas Boston. Di
tahun 1985 Berger dipercaya menjadi Direktur di Institut Studi
Kebudayaan Ekonomi. Pemikiran Berger dipengaruhi oleh Marx weber
dan Durkheim walaupun pemikiran para gurunya juga menjadi dasar
dari pemikiran-pemikiran Berger yang dituangkan dalam karya-
karyanya :
1. 1963. Invitation to Sociology; A Humanistic Perspective.
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia pada tahun 1985 dengan judul
Humanisme Sosiologi. 34
2. 1966. The Social Construction of Reality; A Treatise in The
Sociology of Knowledge. Buku ini ditulis bersama sahabatanya
Thomas Luckman yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia pada tahun 1990 dengan judul Tafsir Sosial atas Kenyataan
Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan.
3. 1967. The Sacred Canopy; Elements of A Sociological Theory of
Religion yang kemudian diterjemahkan kea lam bahasa Indonesia
pada tahun 1991 dengan judul Langit Suci Agama sebagai Realitas
Sosial. (W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961/
bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021)

2.3 Jenis – Jenis Fenomenologi

Media massa adalah salah satu fasilitas untuk melengkapi


kebutuhan manusia dengan informasi ataupun hiburan. Media massa
juga adalah buatan produk teknologi modern untuk menjadi saluran

13
dalam komunikasi massa. Media ini pun menjadi salah satu elemen
penting dalam metode komunikasi massa. Saluran yang dimaksud
media massa tersebut dibutuhkan dalam berlangsungnya komunikasi
massa. Menurut bentuknya, media massa golongkan atas (Vivian,
2008: “Teori Komunikasi Massa”) :

2.4 Pengertian Filsafat


Kata “filsafat” berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu dari kata
“philos” dan “shopia”. Philos yang berarti cinta yang sangat mendalam,
dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau
kebijakan. Istilah filsafat sering digunakan secara populer dalam
kehidupan sehari –hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Filsafat
dapat diartikan sebagai pendirian hidup (indvidu), dan dapat juga
disebut pandangan hidup (masyarakat). di jerman dibedakan antara
filsafat dengan pandangan hidup. Filsafat diartikan sebagai suatu
pandangan kritis yang sangat mendalam sampai keakar – akarnya.
(Uyoh Sadulloh, 2017 : “Pengantar Filsafat Pendidikan” Hal 16)

Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interpretasi atau


evalusasi terhadap apa yang penting atau apa yang berarti dalam
kehidupan. Filsafat dapat dipelajari secara akademis, diartikan sebagai
suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar
akarnya (radix) mengenasi segala sesuatu yang ada (wujud). Menurut
Harold Titus makna Filsafat yaitu :

a. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta

b. Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif, dan penelitian


penalaran

c. Filsafat adalah suatu perangkat teori dan sistem berpikir

(Uyoh Sadulloh, 2017 : “Pengantar Filsafat Pendidikan” Hal 18)

14
2.5 Tokoh – Tokoh Filsafat

A. Thales dari Miletos

Thales lahir di Miletos pada tahun 626 sebelum masehi, dia


terkenal dari pemikirannya untuk mencari “arkhe” atau prinsip.
Menurutnya, dunia ini harus ada suatu prinsip yang mendasari
berbagai fenomena seperti pergantian musim, arus laut, jagat raya dan
sebagainya, dan prinsip tersebut adalah air.

Salah satu alasan mengapa ia memilih air adalah karena ia


berpendapat bahwa panas dapat mengembalikan logam ke keadaan
cair. Lalu air juga menunjukkan perubahan yang signifikan daripada
elemen apa pun yang dikenal pada saat itu, dan bisa dengan mudah
diamati dalam tiga keadaan yaitu cair, uap dan es.

Dalam bidang matematika, Thales juga terkenal akan teorinya


yang menggunakan geometri untuk menghitung ketinggian piramida
dan jarak kapal dari pantai. Dia adalah individu pertama yang diketahui
menggunakan penalaran deduktif yang diterapkan pada geometri, dan
yang diketahui telah menemukan penemuan bidang ilmu matematika.
(Azwan, 2020 dari https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-
afis/filsuf-pertama-dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

B. Anaximandros

Anaximandros adalah seorang filsuf yang lahir pada 610 SM di kota


yang sama dengan Thales, yaitu Miletos. Anaximandros juga
merupakan murid dari Thales. Sama seperti Thales, pemikiran
Anaximandos juga mencari prinsip dunia. Meskipun Anaximandros
merupakan murid Thales, tetapi ia menjadi terkenal justru karena
mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar
segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala

15
sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan
tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya.

Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air


bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu,
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip
dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada
sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh
pancaindra. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala
sesuatu adalah to apeiron (abstrak atau tidak bisa didefinisikan).
(Azwan, 2020 dari https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-
afis/filsuf-pertama-dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

C. Anaximenes
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Sebagaimana kedua
filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa
yang menjadi prinsip dasar “arche” segala sesuatu.Berlainan dengan
Anaximandros, Anaximenes tidak melihat "to apeiron" sebagai prinsip
dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik
yakni udara.

Menurut Anaximenes, udara merupakan zat yang terdapat di dalam


semua hal, baik tanah, tubuh, pohon maupun segala sesuatu. Karena
itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar
semua benda di dunia. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh
benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain.
Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip pemadatan
dan pengenceran. Bila udara bertambah kepadatannya maka
muncullah berturut-turut tanah, air, kemudian batu. Sebaliknya, bila
udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses
pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam,

16
sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana
seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.
(Azwan, 2020 dari https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-
afis/filsuf-pertama-dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

D. Phytagoras

Pythagoras dari kota Samos lahir sekitar tahun 570 SM dan


meninggal sekitar tahun 495 SM adalah salah seorang filsuf Yunani
kuno. Pythagoras terkenal akan ajarannya di berbagai penemuan
matematika dan ilmiah, seperti teorema Pythagoras, yaitu hubungan
mendasar dalam geometri di antara tiga sisi segitiga siku-siku. Ia
menyatakan bahwa panjang sisi segitiga miring adalah jumlah dari
kedua sisi lain yang dikuadratkan. Teorema ini dapat ditulis sebagai
persamaan yang menghubungkan panjang sisi segitiga a, b, c, dan
sering disebut sebagai persamaan Pythagoras. Salah satu ajaran lain
yang paling jelas dikemukakan oleh Pythagoras
adalah metempsikosis, yaitu keyakinan bahwa setiap jiwa itu abadi,
dan setelah kematian jiwa tersebut akan masuk ke tubuh yang baru.

(Azwan, 2020 dari https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-


afis/filsuf-pertama-dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

E. Xenophanes

Xenophanes dari Colophon adalah seorang filsuf sekaligus penyair


yang berpindah-pindah di berbagai belahan dunia Yunani kuno selama
akhir abad ke-6 SM dan awal ke-5 SM. Xenophanes dipandang
sebagai salah satu filsuf pra-Sokratis yang paling penting.Pemikiran-
pemikiran filsafatnya disampaikan melalui puisi-puisi. Selain tema-
tema filsafat, ia menulis puisi dengan tema-tema tradisional seperti
cinta, perang, permainan, dan sejarah. Ia paling diingat karna kritiknya

17
dalam novel antropomorfisme dalam agama yang cenderung menuju
pemikiran monoteisme pada masa itu, dan perintis dalam beberapa
ilmu pengetahuan. (Azwan, 2020 dari
https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-afis/filsuf-pertama-
dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

F. Heraclitus

Heraclitus of Ephesus (535 - 504 SM) adalah seorang filsuf Yunani


pra-Sokrates, dan berasal dari kota Efesus, dulu bagian dari
Kekaisaran Persia dan sekarang menjadi bagian dari Turki modern.Dia
terkenal karena pendapatnya bahwa dunia jasmani terus-menerus
dalam keadaan perubaan (universal flux). Sesuai perkataannya, “panta
rhei kai uden menei” yang berarti “segalanya mengalir dan tidak ada
satupun yang tetap”. Ia menggambarkan keadaan dunia ini seperti
aliran sungai. Selain itu, ia juga menggambarkan dunia ini seperti api
yang selalu berubah dan menghabiskan bahan bakar, dan tidak ada
sesuatu pun yang benar-benar ada, semuanya menjadi. Penafsiran
dari doktrin-doktrin ini sangat kontroversial, dan banyak ditentang oleh
teori filsuf-filsuf lainnya. (Azwan, 2020 dari
https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-afis/filsuf-pertama-
dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

G. Parmenides
Parmenides dari Elea yang aktif di sekitar awal abad 5 SM. Dia
adalah pendiri sekolah filsafat Eleatic. Ia menulis pemikian filsafatnya
dalam bentuk puisi dan masih bisa kita lihat sampai jaman sekarang.
Karya tunggal yang diketahui oleh Parmenides adalah sebuah puisi
berjudul On Nature yang berisi argumen dalam sejarah filsafat Barat.
Di dalamnya, Parmenides menetapkan Ia adalah filsuf pertama
yang memperkenalkan cabang filsafat “metafisika”, karena ia
mempelajari yang ada atau being. Menurut Parmenides di dunia ada

18
dua pandangan tentang realitas. Ia menjelaskan bagaimana semua
realitas adalah satu, tidak mungkin ada yang namanya perubahan, dan
eksistensi yang tidak terikat oleh waktu. Dengan adanya mereka,
filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang paling penting karena
mempelopori lahirnya ilmu pengetahuan lainnya. (Azwan, 2020 dari
https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-afis/filsuf-pertama-
dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

H. Marcus Tullius Cicero


Ia menyebutkan filsafat sebagai ibu dari semua pengetahuan dan
menulis buku De Natura Deorum. Definisinya yang sangat singkat
tentang filsafat ialah ars vitae (the art of life) yang dapat diartikan
pengetahuan kehidupan. (Sabroni, 2021 dari
https://www.asikbelajar.com/26-tokoh-filsafat-dunia-yang-berpengaruh/
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

I. Aristoteles
Ia memberikan dua macam definisi terhadap prote philosophia itu,
yakni sebagai ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first
principles) dan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai
peradaan dan ciri-ciri yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat
alaminya sendiri. Dalam perkembangannya kemudian prote
philosophia dari Aristoteles disebut metafisika. Ini merupakan suatu
istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif. (Sabroni, 2021 dari
https://www.asikbelajar.com/26-tokoh-filsafat-dunia-yang-berpengaruh/
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

J. Plato
Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh
kebenaran. Filsafat Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat
spekulatif. (Sabroni, 2021 dari https://www.asikbelajar.com/26-tokoh-

19
filsafat-dunia-yang-berpengaruh/ diakses pada tanggal 14 Desember
2021)

K. Socrates
Dalam pemahaman Socrates filsafat adalah suatu peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan
yang adil dan bahagia (principle of the just and happy life). (Sabroni,
2021 dari https://www.asikbelajar.com/26-tokoh-filsafat-dunia-yang-
berpengaruh/ diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

2.6 Aliran - Aliran Filsafat

1. Rasionalisme
Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang berpegang teguh pada
akal. Itulah sebabnya mengapa Rasionalisme menganggap akal
adalah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan.
Menurut aliran ini, pengetahuan dapat dicari dengan akal dan
penemuan dapat diukur dengan akal pula. Maksud dari dicari dengan
akal adalah dengan menggunakan pemikiran yang logis, sementara
maksud dari diukur dengan akal adalah menentukan apakah
penemuan tersebut dapat dikatakan logis atau tidak. Jika logis maka
dapat dipastikan benar, jika tidak logis maka sebaliknya. (Sipa Ariyanti,
2020 dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-
aliran-filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

2. Empirisme
Berbeda dengan Rasionalisme yang hanya mengandalkan akal
untuk menentukan kebenaran. Empirisme memerlukan pembuktian
secara indrawi untuk menentukannya. Pembuktian secara indrawi yaitu
dilihat, didengar, dan dirasa. Menurut aliran filsafat ini, pengetahuan

20
dapat diperoleh melalui pengalaman dan perantaraan indera.
Kebenaran berdasarkan pengalaman berhasil membawa pengaruh
terhadap bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. (Sipa Ariyanti, 2020
dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

3. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang bersifat faktual. Artinya,
menjadikan fakta-fakta sebagai dasar kebenaran. Pengetahuan tidak
diperbolehkan membelakangi fakta. Menurut aliran ini, satu-satunya
pengetahuan adalah ilmu, dan yang dapat dijadikan obyek
pengetahuan hanyalah fakta. Positivisme mendapatkan persetujuan
untuk berupaya dalam membuat aturan bagi manusia dan alam.
(Sipa Ariyanti, 2020 dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-
aryanti-2/10-aliran-filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-
c1c2/10 diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

4. Kritisisme
Kritisisme adalah aliran filsafat yang melakukan penyelidikan
terhadap rasio beserta batasan-batasannya. Kritisisme melakukan
kritik terhadap Rasionalisme dan Empirisme karena kedua aliran
filsafat itu sangatlah berlawanan. Untuk menentukan kebenaran,
Rasionalisme mengandalkan akal sedangkan Empirisme
mengandalkan pengalaman. (Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

5. Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang percaya bahwa sesuatu yang
konkret hanyalah hasil pemikiran manusia. Kaum Idealisme

21
menyebutnya sebagai ide atau gagasan. Menurut Idealisme, ide atau
gagasan adalah pengetahuan dan kebenaran tertinggi. Untuk
memahami sesuatu, Idealisme menggunakan metode dialektik. Yaitu
metode yang menggunakan dialog, pemikiran, dan perenungan. (Sipa
Ariyanti, 2020 dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-
aryanti-2/10-aliran-filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-
c1c2/10 diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

6. Naturalisme
Naturalisme adalah aliran filsafat dari hasil berlakunya hukum alam
fisik. Menurut aliran Naturalisme, setiap manusia yang lahir ke bumi
membawa tujuan yang baik dan tidak ada seorang pun membawa
tujuan yang buruk. Layaknya setiap bayi yang terlahir dalam keadaan
suci dan Tuhan telah menganugerahkan berbagai potensi yang dapat
berkembang secara alami kepadanya. Kaum Naturalisme menyebut
hal itu sebagai kodrat. Untuk mempertahankan kodrat tersebut, maka
diperlukan adanya pendidikan. (Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

7. Materialisme
Materialisme adalah aliran filsafat yang menghakikatkan materi
sebagai segalanya. Oleh sebab itu, materialisme menggunakan
metafisika. Jenis metafisika yang digunakan tentu saja metafisika
materialisme. Materialisme menekankan bahwa faktor-faktor material
memiliki keunggulan terhadap spiritual dalam fisiologi, efistemologi,
penjelasan histori, dan sebagainya. Menurut Materialisme, pikiran (roh,
jiwa, dan kesadaran) merupakan materi yang bergerak. (Sipa Ariyanti,
2020 dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-
aliran-filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

22
8. Intuisionisme
Intuisionisme adalah aliran filsafat yang menganggap intuisi (naluri
atau perasaan) sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi
adalah aktivitas berpikir yang tidak didasarkan atas penalaran dan
tidak bercampur aduk dengan perasaan. Ketika seseorang telah
berpikir dengan keras namun ia tak kunjung mendapatkan solusi dari
suatu masalah, lalu setelah itu ia menghentikan dan mengistirahatkan
pikirannya sejenak, maka pada saat itulah intuisi kerap hadir. Intuisi
ada begitu saja secara tiba-tiba. (Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

9. Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah aliran filsafat yang menganggap fenomena
(gejala) sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme
bergerak di bidang yang pasti. Kaum Fenomenalisme menggunakan
metode penelitian "a way of looking at things". Oleh sebab itu, mereka
berbeda dengan ahli ilmu positif yang menggunakan metode penelitian
berupa mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta
menentukan hukum dan teori. (Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

10. Sekularisme
Sekularisme adalah aliran filsafat yang membebaskan manusia dari
hal-hal yang bersifat supernaturalisme atau keagamaan. Dalam kata
lain, sekularisme hanya bersifat keduniawian. Sekularisme
mengarahkan manusia untuk tidak percaya kepada Tuhan, kitab suci,
dan hari akhir. Pada mulanya, sekularisme bukanlah salah satu aliran

23
filsafat, melainkan hanya gerakan protes terhadap bidang sosial dan
politik. (Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses pada
tanggal 14 Desember 2021)

2.7 Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat

Aliran filsafat fenomenologi,bahkan dia disebut sebagai


bapak fenomenologi.Menuruskan tradisi Conttinental,Hussrl
mengusung fenomenologi sebagai Gerakan filsafat dan mengenai
pemikirannya tentang transendensi fenomenologis,raduksi
fenemologisdll.Hussrel menolak kenyataan bahwa fenomenologi
yang dia kembangkan dijerman , dipahami orang lain sebagai
disiplin yang berada di bawah psikologi empiric.
(Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)
Fenomenologi sebagai metode filsafat yang digunakan
Husserl bertujuan menerangkan bahwa pengetahuan manusia
betul-betul mempunyai, “Rechtsanspruch auf Gegestanliehkeit”

24
artinya kita mengerti dan dalam pengertian itu kita dapat
mengatakan bahwa pengertian itu mempunyai obyek
(Gegenstand). Tetapi benarkah begitu? Inilah sebenarnya yang
dipersoalkan, yaitu kebenaran pengertian manusia pada umumnya,
dan kemudian Husserl mempersoalkan kebenaran ilmu pada
khususnya. (Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

Untuk mencarai pemecahan persoalan tersebut harus dilihat


pengalaman manusia sehari-hari dalam mengalami pengertian.
Seringkali manusia menjumpai hal-hal yang menggelapkan, yang
mempersukar atau merintangi tercapainya kebenaran. Manusia
mempunyai pendirian yang biasa atau spontan, istilah husserl
“Naturliche Einstellung”. Manusia sadar akan dunia, karena
memang bisa dilihat, didengar, diraba, dan sebagainya. Semua itu
secara spontan diakui manusia sebagai obyektif. Itulah pengertian
biasa. (Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?

25
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)

26
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus Fenomenologi Sebagai Tradisi Filsafat


Manusia dapat melihat fenomena sebagaimana adanya
maka tidak boleh tergesa-gesa mengambil penilaian dan
kesimpulan.Manusia pada umumnya cenderung mengadakan
afirmasi atau mengakui,misalnya ini memang ada,itu begitu
adanya,dansebagainya.Penilaian dan penyimpulan itulah yang
harus ditahan.Tahanlah semua keputusan,tundalah tiap-tiap pikiran
yang muncul mengenai realitas yang kitapandang. (Sudarman,
2014 dari https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-
none.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2021)
Perkataan menahan atau menunda dipakai untuk
mengartikan isitlah Husserl “Einklammern” yang mempunyai arti
mengurung.Misalnya,Ketika kita membaca sebuah teks yang
sukar,maka untuk mengerti intisarinya,kita banyak memasang
tanda kurung.Hal-hal yang dianggap kurang perlu dikurung
dulu,sebab yang akan dicari adalah intisari teks terlebih
dahulu.Kegiatan ini oleh Husserl disebut penyaringan
fenomenologis. (Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)
Masih ada pembersihan kedua,yang oleh Husserl disebut
Ideation atau membuat ide.Kegiatan ini disebut juga reduction,akan
tetapi sekarang bukan lagi phanomenologisch melainkan
“eidetisch” yang artinya penyaringan yang sampai ke eidos-
nya,sampai ke intisarinya,atau wesen-nya.Oleh karean itu hasil
penyaringan ini disebut “wesencahu”, maksudnya kita melihat
hakikat dari sesuatu. (Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

27
Fenomenologi Husserl sesungguhnya merupakan reaksi
terhadap beberapa pemikiran dan gaya hidup yang berkembang
Ketika Husserl hidup.Skeptisisme, yang berpandangan bahwa
pengertian yang sebenarnya tidak ada,oleh sebab itu segala
sesuatu mestilah diragukan.Idealisme, yang beranggapan bahwa
manusia tidak mengerti realitas,melainkan hanya ide atau
pikiran.Relativisme, yang beranggapan bahwa kebenaran umum itu
tidak ada. (Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)
Fenomenologi ada yang cenderung kepada idealism dan
ada yang cenderung kepada realisme,kadang-kadang dipakai oleh
theism tetapi juga oleh atheism.
Konsep “being in the world” , artinya manusia hidup atau
mengungkapkan keberadaannya dengan meng-ada di dalam
dunia.Istilah ada dalam yang digunakan oleh Heidegger memiliki
arti yang dinamis, yakni mengacu kepada hadirnya subjek yang
selalu berproses.Demikian pula,dunia yang dikmukakan oleh
Heidgger itu harus dimengerti sebagai hal yang dinamis,yakni suatu
dunia yang terbuka tempat keseluruhan keberadaan manusia
terdapat,bisa hadir dan manampakkan diri,dan bukan dunia yang
tertutup atau semata-mata suatu dunia fisis-geografis yang terbatas
dan membatasi manusia. (Michael Jibrael, 2020 dari
Fenomenologi - Michael Jibrael Rorong - Google Buku diakses
pada tanggal 14 Desember 2021)
Heidegger sendiri menekankan bahwa ada dalam dunia
adalah Sinkonnen, yang berarti manusia mampu berada.Jadi,dalam
dunia itu tidak menunjuk kepada fakta beradanya manusia di dalam
dunia seperti beras ada di dalam karung atau baju ada di dalam
lemari,melainkan menunjuk kepada realitas dasar bahwa manusia
hidup atau mengungkapkan keberadaannya di dalam dunia sambal
merancang,mengolah,atau membangun dunia itu.Patut dicatat pula

28
bahwa manusia dan dunia,sebagai telah dissinggung di
muka,adalah suatu totalitas yang menjalin relasi dialektis
(penggunaan tanda hubung dalam istilah ada dalam dunia itu pun
sudah mengisyaratkan pandangan total dan dialektis dari
Heidegger mengenai manusia-dunia). Totalitas dan dialektika
manusia dunia itu mengandung impliklasi bahwa keberadaan dan
perkembangan manusia tidak terlepas dari keberadaan dan
pekembangan dunia. (Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)
Tentang Being and Time , bahwa ada memiliki kaitan erat
dengan waktu,karena ada adalah waktu itu sendiri.Kalau kita
menyadari frasa berikut : “Ada menuju dirinya sendiri” secara
serentak melibatkan waktu di dalam Ada itu sendiri.Heidegger
memperlihatkan bahwa dimensi Ada yang membuatnya berada
dalam waktu juga tempat kita menemukan diri kita disana,yaitu
dalam keseharian.Fenomenoligi Martin Heidgger ini dapat
digunakan untuk mengungkap sebuah fenomena yang bis akita
temui dalam masyarakat kita sehari-hari. (Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)
Martin Heidegger secara khusus menggunakan
fenomenologi sebagai lapis pertama bagi fondasi pemikiran
filosofisnya menyangkut seit und zeit. Fenomenologi merupakan
logos untuk menampakkan diri. Pengertian fenomenologi yang
mengakar pada kata phainesthai menurut Heidegger dipahami
sebagai “menampakkan diri”. Pemahaman yang dimaksudkan
Heidegger terkait dengan penampakkan diri sesungguhnya merujuk
pada kesediaan menerima apa adanya (tanpa paksaan) realitas
sehingga realitas tampil secara otentik di hadapan subjek.
(Sudarman, 2014 dari

29
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021)

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengertian Fenomenologi adalah aliran filsafat yang
dikembangkan oleh seorang filodof berkebangsaan Jerman,
Edmund Husserl. Kata fenomenologi terdiri dari dua kata bentukan
yaitu fenomenon dan logos. Kata feomenon mempunyai arti yang
hampir sama dengan fantasi, fantom, fosfor, foto yang artinya sinar
atau cahaya. Akar kata itu jika dibentuk menjadi kata kerja berarti:
nampak, terlihat karena cahaya, bersinar. Fenomenon, dengan
demikian, dapat diartikan sesuatu yang nampak, yang terlihat
karena bercahaya. Dalam bahasa Indonesia ada juga kata yang
digunakan untuk mengartikan fenomena yaitu: gejala3 .
Fenomenologi berarti uraian atau pembahasan tentang fenomena
atau sesuatu yang sedang menampakkan diri, atau sesuatu yang
sedang menggejala. Fenomenologi hakekatnya ingin mencapai
pengertian yang benar, yaitu pengertian yang menangkap realitas
seperti dikehendaki oleh realitas.
Fenomenologi sebagai metode filsafat yang digunakan
Husserl bertujuan menerangkan bahwa pengetahuan manusia
betul-betul mempunyai, “rechtsanspruch auf Gegestanliehkeit”
artinya kita mengerti dan dalam pengertian itu kita dapat
mengatakan bahwa pengertian itu mempunyai obyek tu sendiri.

4.2 Saran
Menurut kelompok kami, pembelajan mengenai Filsafat
masilahlah dianggaptabuh oleh sekelompok masyarakat bahkan
dibeberapa negara filsafat dilarang masuk kedalamnya, hal ini
menyebabkan masih banyaknya pemahaman dan pengetahuan
tentang ilmu filsafat yang kurang di masyarakat. studi fenomenologi
yang erat kaitannya dengan masyarakat haruslah terus

31
dikembangkan hingga masyarakat bisa mempelajari fenomena –
fenomena yang terjadi dimasyarakat

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Uyoh Sadulloh, 2017 : “Pengantar Filsafat Pendidikan” Hal 16-18.


2. Azwan, 2020 dari
https://www.idntimes.com/science/discovery/azwan-afis/filsuf-
pertama-dunia-c1c2/2, diakses pada tanggal 14 Desember 2021
3. Sabroni, 2021 dari https://www.asikbelajar.com/26-tokoh-filsafat-
dunia-yang-berpengaruh/ diakses pada tanggal 14 Desember 2021.
4. Sipa Ariyanti, 2020 dari
https://www.idntimes.com/life/inspiration/sipa-aryanti-2/10-aliran-
filsafat-yang-mempengaruhi-pola-pikir-manusia-c1c2/10 diakses
pada tanggal 14 Desember 2021.
5. Bonar Situmorang, 2018 dari
https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-teori-
fenomenologi-dan-tokoh.html diakses pada tanggal 14 Desember
2021.
6. Abd Waris, 2015 dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59644183/FENOMENOLOGI_
SEBAGAI_ANALISIS_EKSISTENSIAL-UAS-FILSAFAT-
ABD.WARIS20190610-23357-14ggtkp-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1639679363&Signature=Q9SEDcF9ixS3CqFGMl9fMQi0O
-Eu1NdgBnTVfShVN2-
DkDmgNUp9UI32Pb6wC2pxDLM~16IBK7HDR6iPYGm7OSPyIbSA
g8e7M-WqX3lN2m7V1v-FPhSjjU05WbGe2AaORNDBiGu-dEkA7-
CEnbLUB~vzalFS~cSsKml7WnX8UVEZa3SVmcmjeoKQR3Pl5jSE
mPNp1Lb2y3j4DUFPX6wKc3hxImvg2nhUwWgY0fN5fo7LGTXW-
iTNOfQuH3J9B6fiaK3AA7gsrmbvVJssLSVwuzBKbPVznVp4sU3G~
4SDBXnvpLiHdQX0GnvokBJYzxuTF1czto1cpK0-
YUcI~VcdbQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA diakses
pada tanggal 14 Desember 2021.
7. W Wirman, 2019
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9961

33
/bab3.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Desember 2021.
8. Sudarman, 2014 dari
https://media.neliti.com/media/publications/177848-ID-none.pdf
diakses pada tanggal 14 Desember 2021.
9. Michael Jibrael, 2020 dari Fenomenologi - Michael Jibrael Rorong -
Google Buku diakses pada tanggal 14 Desember 2021.

34

Anda mungkin juga menyukai