Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Postmodernisme” adalah istilah yang sangat kontroversial. Di satu pihak istilah ini kerap
digunakan dengan cara sinis yang berolok olok, baik di bidang seni maupun filsafat, yaitu
dianggap sebagai sekedar mode intelektual yang dangkal dan kosong atau sekedar refleksi yang
bersifat reaksioner belaka atas perubahan-perubahan sosial yang kini sedang berlangsung.1

Postmodernisme telah menjadi salah satu tema diskusi filsafat masa kini. Dari perspektif
filosofis, postmodernisme boleh dilihat sebagai aliran berpikir, seperti aliran berpikir lainnya
yang pernah ada dalam rentang panjang sejarah filsafat. Meskipun menjadi tema yang telah
banyak dibicarakan, pemahaman yang memadai tentang postmedernisme tetap saja sulit tercapai.
Hal yang sama juga terjadi dengan sejumlah istilah serupa lainnya juga sama sama berasal dari
bentuk dasar “post-modern”.2

Postmodernisme merupakan pandangan yang baru dalam kajian filsafat. Walaupun


merupan kajian yang terbilang baru, istilah postmodern disatu pihak memang sedemikian
populer. Cakupan wilayah dimana istilah inii digunakan juga cukup mencengangkan. Ia
digunakan dalam berbagai hal sehingga tidaklah mengherankan bila maknanya menjadi kabur.
Hal ini juga menjadi awal munculnya berbagai kotroversi dalam pemikirannya.

Ada banyak penyebab kontoversi dan problematika sekitar pemahaman akan istilah-
istilah tersebut, misalnya keragaman dan keluasan cakupan kajian serta kenyataan bahwa dalam
suatu kajian serta kenyataan bahwa dalam bidang kajian khusus, filsafat misalnya, pengertian
dan wacana serta gerakan berhaluan postmodern tidak merujuk pada aliran atau gerakan
tunggal.3 Namun secara umum dapatlah dikatakan bahwa arah dasar pemahaman tentang istilah-
istilah sekitar postmodern mengacu pada gambaran situasi dunia kehidupan, dalam beraneka
ragam bidang , pada era yang secara kronologis mengikuti zaman modern. Dalam banyak

1
I. Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat (Yogayakarta: Penerbit Kanisius, 1996), hlm. 15.
2
Wili Gaut, Filsafat Postmodenisme Jean-Francois Lyotard: Tesis-Tesis Kunci dan Masalah Status Pengetahuan Ilmiah
(Maumere: Penerbit Ledalero, 2011), hlm. v.
3
Franz Magnis-Suseno, Pijar-pijar Filsafat (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005), hlm. 220-221.

1
problematika dan kontroversi yang muncul berkaitan dengan postmodernisme, muncul beberapa
filsuf yang mencoba menjelaskan konsep dasar postmodernisme, salah satunya Jean-Francois
Lyotard.4

Melalui tulisan ini, penulis mencoba mengupas berapa gagasan penting Lyotard dalam
usahanya membawa diskursus postmodernisme ke ranah filsafat. Perlu diakui bahwa Lyotard
sudah membawa diskursus postmodernism ke dalam diskusi filosofis melalui analis tentang
pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang yang disebut diatas, maka rummusan masalah yang

kemudian dibahas dalam tulisan ini adalah:

1. Apa itu postmodernisme?

2. Bagaimana pemikiran Jean-Francois Lyotard tentang postmodernisme?

3. Bagaimana postmodernisme dianalisa dalam kaitannya dengan pengetauan ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan tulisan ini antara lain:

1. Untuk menjelaskan istilah postmodernisme

2. Untuk menjelaskan pemikiran Jean-Francois Lyotard tentang postmodernisme

3. Untuk menganalisa postmodernisme Jean-Francois Lyotard tentang pengetahuan

4
Wili Gaut, op. cit., hlm. 2.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Istilah Postmodernisme

Istilah “postmodern” telah digunakan dalam banyak bidang dengan meriah dan hiruk
pikuk. Kemeriahan ini menyebabkan setiap referensi kepadanya mengandung resiko dicap ikut
mengabadikan mode intelektual yang dangkal dan kosong. Istilah postmodern digunakan
dimana-mana sehingga tidaklah mengherankan bila maknanya menjadi kabur. Kekaburan istilah
“postmodernisme” terutama karena awalan “post” dan akhiran “isme” –nya. Awalan “post” pada
istilah postmodernisme memmunculkan banyak perdebatan. Apakah sebuah pemikiran yang total
tentang kemodernan atau hanya sekedar koreksi? Lalu akhiran “isme” digunakan untuk
membedakan postmodernisme dan postmodernitas karena keduanya merujuk pada makna yang
berbeda.5

Penggunaan istilah “postmodernisme”, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1870 oleh
seorang pelukis bernama John Wathkins Chapmann yang mewacanakan “lukisan postmodern”.
Ia berusaha melampaui gaya dan aliran seni lukis modern yang menurutnya begitu dipengaruhi
oleh impresionisme Prancis yang begitu dominan. Istilah ini kemudian begitu popular dalam
perkembangannya. Pada tahun 1960-1970-an istilah ini begitu ramai dipergunakan dalam
berbagai konteks.6

2.1 Pemikiran Jean-Francois Lyotard Tentang Postmodernisme

Jean-Francois Lyotard (1024-1998), filsuf Prancis kontemporer, adalah salah satu


pemikir garda depan postmodernisme. Bahkan Lyotard tercatat sebagai orang pertama yang
membawa diskursus postmodernisme ke dalam ranah filsafat melalui karyanya The Postmodern
Condition, A Report on Knowledge. Maka Lyotard pantas mendapat tempat istimewah berkat
jasa besarnya membuka bidang kajian baru dengan membawa diskursus postmodernisme ke
dalam refleksi filosofis.7

5
I. Bambang Sugiharto, op. cit. hlm. 23-24.
6
Wili Gaut, op. cit., hlm. 19-27.
7
I. Bambang Sugiharto, op. cit. hlm. 26.

3
. Pengistimewahannya terjadi berkat beberapa tesis kunci filsafat postmodernisme yang
disumbangkan olehnya. Setidaknya ada enam tesis kunci postmodernisme Lyotard mencakup
penolakan terhadap metanarasi, ide tentang pluralitas agonistic, masalah sekitar differend dan
inkomensurabilitas serta persoalan keterbatasan akal budi dan sistem representasi rasional. 8

Menurut Lyotard (1984: 79), sebagaimana dicatat I. Bambang Sugihartono, “Saya akan
menggunakan istilah modern untuk menunjukan ilmu yang melegitimasikan dirinya sendiri
dengan mengaitkan diri pada suatu meta-wacana…. dengan menunjuk pada narasi besar seperti
Dialektika Roh, Hermeneutika-makna, Emansipasi subjek rasional…” 9. Mengenai perspektif ini,
I. Bambang Sugihartono menulis demikian, “ ”postmodernisme” diartikan sebagai
“ketidakpercayaan terhadap segala bentuk narasi besar: penolakan filsafat metafisis, filsafat
sejarah dan segala bentuk pemikiran yang mentotalisasi” ”10

2.3 Analisa Postmodernisme Jean-Francois Lyotard Tentang Pengetahuan

Menurut Soetriono & Hanafie, sebagaimana dicatat Johan Setiawan, “Penganut


postmodernisme mengakui adanya suatu pendekatan dalam ilmu pengetahuan yaitu secara
pendekatan metodologis antara lain interpretasi anti obyektifitas dan dekonstruksi.
Postmodernisme dipahami sebagai interpretasi tak terbatas. Dengan demikian dalam pandangan
postmodernisme bahwa ilmu pengetahuan bersifat subjektif. Implikasinya adalah bahwa tidak
ada apa yang dinamakan ilmu bebas nilai.”11

Johan Setiawan mencoba menyimpulkan pemikiran diatas, “Sehingga penganut


postmodernisme tidak mengakui akan adanya rasionalitas universal, yang ada hanyalah
relativitas dari eksistensi plural. Maka, dengan demikian, perlu dirubah dari berfikir totalizing
menjadi pluralistic and open democracy dalam semua sendi kehidupan. Pandangan
postmodernisme lebih menekankan pluralitas, perbedaan, heterogenitas, budaya lokal/etnis, dan
pengalaman hidup sehari-hari.”12

8
Wili Gaut, op. cit., hlm. 52-68.
9
I. Bambang Sugiharto, op. cit. hlm. 28.
10
Ibid.
11
Johan Setiawan, “Pemikiran Postmodernisme Dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan,” Jurnal Filsafat, 28: 1
(Yogyakarta, Februari 2018), hlm. 38.
12
Ibid.

4
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah “postmodern” kian popular. Banyak bidang yang mengaitkan istilah ini dalam
pokok pokok bahasannya. Secara historis, istilah ini pertama kali digunakan oleh dunia seni
khususnya seni lukis. Seiring berjalannya waktu, banyak bidang menggunakan istilah
postmodern, seperti sosiologi, analisis kebudayaan, teori politik, filsafat, dan lain sebagainya.
Istilah ini memang digunakan oleh banyak bidang, namun semuanya memiliki kesamaan hakikat
bahwa postmodern merupakan reaksi terhadap modernitas.13

Jean-Francois Lyotard kemudian menyadari bahwa postmodern terlalu luas cakupan


wilayahnya. Ia kemudia membawa postmodern ke ranah filsafat. Ia menjadi orang pertama yang
membawa pemikiran pemikiran postmodern ke dalam dunia filsafat. Baginya, postmodernisme
hadir sebagai kritik terhadap filsafat modern (modernitas). Lyotard berusaha mendekonstuksi
pengertian pengertian kunci pengertian-pengertian kunci, corak dan motivasi yang mendorong
perkembangan filsafat modern. Upaya ini mencoba merumuskan filsafat modern secara padat. 14

Pemikiran Lyotard umumnya berbicara mengenai posisi pengetahuan di abad ilmiah kita,
khususnya cara ilmu pengetahuan dilegitimasikan melalui apa yang disebut “narasi besar”. Bagi
Lyotard postmodernisme tak henti-hentinya mecari kebaruan. Melalui pandangan inilah, Lyotard
menaruh dasar pada perkembangan filsafat postmodernisme.15

13
Wili Gaut, op. cit., hlm. 150.
14
Ibid., hlm. 150-153.
15
I. Bambang Sugiharto, op. cit. hlm. 27-28.

5
DAFTAR PUSTAKA

Sugiharto , I. Bambang. Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat. Yogayakarta: Penerbit


Kanisius, 1996.
Gaut, Wili. Filsafat Postmodenisme Jean-Francois Lyotard: Tesis-Tesis Kunci dan Masalah
Status Pengetahuan Ilmiah. Maumere: Penerbit Ledalero, 2011.
Suseno, Franz Magnis. Pijar-pijar Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005.
Setiawan, Johan. “Pemikiran Postmodernisme Dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan”.
Jurnal Filsafat, 28: 1, Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai