Anda di halaman 1dari 15

TEORI SOSIAL POST MODERN EKSTREM JEAN BAUDRILLARD

Disusun Oleh :

Munadiani : 180305020

Rizqa Fitri Wulandari : 180305017

Wilda Marjana : 180305024

Dosen Pembimbing :

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja dan
puji syukur senantiasa tercurah atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah sosiologi keluarga. Makalah
ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki
makalah ini.

Banda Aceh, .... Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori postmodern atau postmodernism merupakan sebuah gerakan intelektual yang lahir
sebagai respon terhadap beberapa tema yang dikemukakan oleh kaum modern atau modernis
yang diartikulasikan pertama kali selama masa pencerahan. Era postmodernisme sendiri hanya
dibatasi pada akhir abad 20. Beberapa ahli terkadang menyebutkan bahwa era postmodernisme
dimulai setelah Perang Dunia II berakhir karena adanya kekecewaan eksistensial akibat
terjadinya Holocaust. Para ahli teori sepakat bahwa terdapat dua pengertian postmodernisme
yaitu pertama, postmodernisme sebagai reaksi terhadap estetika modernisme pada paruh pertama
abad 20 dalam arsitektur, seni, dan sastra. Dan kedua, postmodernisme sebagai reaksi terhadap
tradisi modernitas yang telah berlangsung lama selama Abad Pertengahan. Makna kedua
seringkali disebut juga dengan postmodernity atau postmodernitas karena mengacu pada
banyaknya aspek historis dan sosial postmodernisme.

Prinsip postmodernisme adalah meleburnya batas wilayah dan pembedaan antar budaya
tinggi dengan budaya rendah, antara penampilan dan kenyataan, antara simbol dan realitas,
antara universal dan peripheral dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijunjung tinggi
oleh teori sosial dan filsafat konvensional. Jadi, postmodern secara umum adalah proses
dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang.

Posmodernisme awalnya merupakan reaksi terhadap modernism. Posmodernisme


merujuk pada bentuk-bentuk kebudayaan, intelektual, dan seni yang telah kehilangan hirarki atau
prinsip kesatuan serta disarati kompleksitas eksrim, kontradiksi, ambiguitas, perbedaan, dan
kesalingtautan sehingga sulit dibedakan dengan parodi. Maka dari itulah lahir istilah
postmodernitas yaitu istilah turunan postmodernisme yang merujuk pada aspek-aspek non seni
sejarah yang di pengaruhi oleh berbagai gerakan baru, terutama perkembangan dalam dunia
social, ekonomi dan kebudayaan sejak tahun 1960-an. Munculnya teori sosial postmodern
selanjutnya telah mendorong perkembangan ilmu-ilmu sosial komtemporer saat ini. Kemunculan
teori sosial post modern ini telah mendorong lahirnya kesadaran kritis dan reflektif terhadap
paradigma modernisme yang di anggap banyak melahirkan patologi modernitas.1

Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori sosial post modern ekstrem Jean Baudrillard ?


2. Bagaimana Penggambaran kehidupan post-modern ?

Tujuan Masalah

1. Ingin mengetahui teori sosial post modern ekstrem Jean Baudrillard

1
. Medhy Aginta Hidayat, Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern : Sejarah, Pemikiran, Kritik, dan Masa
Depan Postmodernisme, Jurnal Of Urban Sosiology, Volume 2 No. 1 April 2019.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Jean Baudrillard

Baudrillard lahir di Reims pada tahun 1929. Kakeknya dan neneknya adalah seorang
petani, akan tetapi keluarganya berada transisi kehidupan kota dan bekerja sebagai pegawai
negeri. Lingkungannya bukanlah lingkungan intelektual. Sedangkan Baudrillard bekerja keras di
lycee untuk mengatasinya, sebagai orang pertama dalam keluarganya untuk melakuan karya
intelektual secara serius. Secara pribadi, Baudrillard mengatakan bahwa hidupnya ”berada dalam
keadaan semu terpecah”2 .

Baudrillard juga adalah salah seorang teoritisi terkemuka postmodern, yang sejajar
dengan Foucault, Lacan, Derrida. Perhatiannya terutama adalah hakikat dan pengaruh
komunikasi massa dalam masyrakat pasca modern. Seperti para counterpartnya itu, pikiran-
pikiran Baudrillard penuh dengan teror, dalam arti ia menggoncangkan tatanan berpikir yang
mapan dan stabil selama ini. Akan tetapi, sekaligus dengan itu, seperti telah menjadi hakikat dari
percikan pikiran yang penuh teror. Karyanya inspiratif, tulisan-tulisan Baudrillard mendorong
inspirasi dan membangkitkan inovasi.

Selain itu Jean Baudrillard juga adalah seorang pakar dalam teori kebudayaan, beliau
juga seorang filosof, komentator politik, sosiolog, dan fotografer asal Perancis. Karyakarya
Baudrillard sering kali dikaitkan dengan post modernisme dan post strukturalisme. Baudrillard
lahir dalam keluarga miskin di Reims, 20 Juni 1929. Ia seorang anak pegawai sipil dan cucu
lelaki dari seorang petani. Ia mempelajari Bahasa Jerman di Universitas Sorbonne di Paris dan
mengajar bahasa Jerman di sebuah licee (1966). Ia juga pernah menjadi penerjemah dan terus
melanjutkan pendidikannya dalam bidang filsafat dan sosiologi. Pada tahun 1966 ia
menyelesaikan tesis Ph. D-nyaLe Systeme des objets “sistem objek-objek” di bawah arahan
Henri Lefebvre. Dari tahun 1966 hingga 1972 ia bekerja sebagai Asisten Profesor. Pada tahun
1972 ia menyelesaikan habilitasinya L`Autre par luimeme dan mulai mengajar sosiologi di
Universite de Paris- X Nanterre sebagai professor.

2
. John lechte, 50 filsuf Kontemporer dari Strukturalisme sampai Postmodernitas (Yogyakarta, Kanisuis, 2001).
Dari tahun 1986 hingga 1990 Baudrillard menjabat sebagai Direktur Ilmiah di IRIS
(Institut de Recherche et d`Information Socioeconomique) di Universite de Paris IX Dauphine.
Ia tetap memberikan dukungannya bagi Institut de Recherche sur I`Innovation Sociale di Center
National de la Recherche Scientifique dan merupakan seorang satrap di College de Pataphysique
hingga meninggal dunia. Beliau wafat di Paris pada tahun 2007.

Dalam hal pemikirannya, ia dipengaruhi oleh Marshall McLuhan yang memperlihatkan


pentingnya media massa dalam pandangan kaum sosiologis. Karena dipengaruhi oleh semangat
pemberontakan mahasiswa di Universitas Nanterre (1968), ia bekerja sama dengan suatu jurnal
yaitu Utopie, yang dipengaruhi oleh Anarcho Situationist, teori media dan Marxisme struktural,
dimana ia menerbitkan sejumlah artikel teoritis pada suasana kemakmuran kapitalis, dan kritik
teknologi.

Pemikiran Baudrillard juga dipengaruhi oleh pemikiran filsuf lain yang memiliki
pemikiran tentang objectivity and linguistic-sociological interface (Mauss), Surrealism and
Eroticism (Bataille), Psychoanalysis dan Freud terutama Marxisme. Lalu ia menjadi seorang
yang dikagumi sebagai seorang yang mengerti akan keadaan yang datang pada kondisi post
modernisme. Filosofi Baudrillard terpusat pada dua konsep “hiperrealitas” dan “simulasi“.
Terminologi ini mengacu pada alam yang tidak nyata dan khayal dalam kebudayaan
kontemporer pada zaman komunikasi & informasi massa (Aprillins, 2009)3 .

B. Teori Sosial Post Modern Ekstrem Jean Baudrillard

Jean Baudrillard adalah tokoh yang paling radikal dan menimbulkan banyak masalah.
Berikut ini adalah cara Baudrillard menggambarkan kehidupan post-modern.

1. Ditandai oleh simulasi


Proses simulasi mengarah kepada penciptaan “simulacra atau reproduksi objek dan atau
peristiwa”.
2. Hiperrealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan
menjadi realitas atau bahkan lebih riil dari realitas. Hipperealitas adalah efek, keadaan
atau pengalaman kebendaan atau ruang yang dihasilkan dari proses. Baudrillard

3
. Azwar, M. (2014), Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan Mengidentifiksasi Informasi
Realitas, Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Volume 2, Nomor 1, hlm 38-48.
mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja
realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau
science fiction.
3. Memusatkan perhatian pada kultur yang dilihatnya mengalami revolusi besar - besaran
dan merupakan bencana besar. Revolusi kultural itu menyebabkan massa menjadi
semakin pasif ketimbang semakin memberontak seperti yang diperkirakan oleh pemikir
Marxis.
4. Pertukaran simbolik sebagai alternatif yang lebih disukai, masyarakat masa kini mulai
kelihatan terlalu primitif bagi Baudrillard dan ia mengganggap godaan sebagai alternatif
yang lebih disukai, mungkin karena lebih sesuai dengan perasaannya yang timbul
mengenai post-modernisme.4

Jean Baudrillard pemikirannya memusatkan perhatian kepada kultur, yang dilihatnya


mengalami revolusi besar-besaran dan merupakan bencana besar. Revolusi kultural itu
menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang semakin berontak seperti yang
diperkirakan pemikir marxis. Dengan demikian, massa dilihat sebagai lubang hitam yang
menyerap semua makna, informasi, komunikasi, pesan dan sebagainya, menjadi tidak
bermakna. Massa menempuh jalan mereka sendiri, tak mengindahkan upaya yang
bertujuan memanipulasi mereka. Kekacauan, apatis, dan kelebaman ini merupakan istilah
yang tepat untuk melukiskan kejenuhan massa terhadap tanda media, simulasi, dan
hiperealitas. Bagi Jean Baudrillard, karya-karyanya mempunyai sumbangan terhadap
pemikiran teori sosial untuk postmodernisme yang baginya bahwa objek konsumsi merupakan
tatanan produksi. Sehingga baginya masyarakat hidup dalam simulasi yang dicirikan
dengan ketidakbermaknaan. Karena manusia kehilangan identitasnya dan jati dirinya yang
banyak terjadi pada masa kontenporer. Tokoh inilah yang terkenal dengan menyebut dunia
postmodernisme sebagai kehidupan yang Hiperealitas.5

C. Teori Sosial posmodernisme ekstrem

4
. Elget Oktaviani, Teori Post Moderen, di Akses Pada Rabu, 09 April 2014.
5
. Johan Setiawan, Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan, Jurna Filsafat,
Vol. 28, No. 1, Februari 2018.
Teori sosial Post-Modern radikal atau ektrem dengan tokoh palingradikal di dalam aliran
Post-Modern adalah Jean Baudrillard yangmerupakan seorang sosiolog namun sudah lama
meninggalkan batas disiplinsosiologi, banyak karyanya tidak lagi digolongkan ke dalam
keilmuan tertentu karena Jean Baudrillard sendiri menolak seluruh gagasan yang membatasi
disiplin ilmu. Jean Baudrillard menggambarkan kehidupan post-modern sebagai tanda oleh
simulasi, dengan proses simulasi yang mengarah pada penciptaan simulacra yaitu reproduksi atas
sebuah peristiwa, yang ditunjukkan dengan kaburnya perbedaan antara tanda dan realitas, maka
semakin sulit membedakan dan mengenali mana yang asli dan mana yang tiruan. Contoh yang
ditunjukkan oleh Jean Baudrillard yaitu fenomena media Televisi dengan larutnya televisi ke
dalam kehidupan masyarakat dan larutnya kehidupan masyarakat ke dalam televisi. Akhirnya,
simulasi yangmenggambarkan sesuatu yang realitas atau nyata yang menjadi utama dan
berkuasa. Masyarakat menjadi budak simulasi yang membentuk lingkaran yang tidak berujung
pangkal.

Penggambaran kehidupan post-modern yang dituangkan oleh Jean Baudrillard sebagai


hiper-realitas, contoh: media berhenti menjadi cerminan realitas melainkan menjadi realitas itu
sendiri bahkan menjadi lebih nyata atau realistis dari pada realitas itu sendiri. Medium
komunikasi televisi menjadi contoh yang baik termasuk informasi komersial (iklan dan
advertorial) karena adanya kebohongan dan distorsi pesan disampaikan kepada pemirsa yang
melebihi realitas seperti contoh iklan produk kecantikan yang menampilkan dan menggambarkan
perempuan cantik dengan kulit yang putih bersih dan berambut hitam panjang, realitas
berlebihan ditunjukkan di situ sehingga masyarakat terkontruksi dan menganggap realitas bahwa
bentuk kecantikan seorang wanita adalah berkulit cantik dan berambut panjang. Kebohongan dan
distorsi informasi tersebut merupakan hiper-realitas yang mengakibatkan apa yang menjadi
kenyataan atau realitas disubordinasikan dan dilarutkan hingga masyarakat kesulitan
membedakan hal yang nyata dengan suatu pesan yang sekedar tontonan.6

Teori Sosial Postmodern Ekstrem, teori ini menyatakan bahwa masyarakat moden
telah digantikan oleh masyarakat postmodern. Menurutnya objek konsumsi merupakan sesuatu
yang diorganisir oleh tatanan produksi atau perluasan kekuatan produktif yang diorganisir. Teori
ini dudukung oleh Jean Baudrillard. Jean Baudrillard adalah sosiolog teori Postmodern paling

6
. Jokhanan Kristiyo, Postmodern : Eksplanasi dan Analisis Masyarakat Mutakhir ( Contemporary Society)
radikal dan menimbulkan banyak amarah dalam genre ini yang berfikiran mengenai keadaan
sosial masyakarat saat ini yang dipengaruhi oleh berbagai produksi yang memperlihatkan
keadaan sesungguhnya pada masyarakat.

Bagi Jean Baudrillard, masyarakat saat ini tidak lagi didominasi oleh produksi, tetapi
didominasi kepada media dan siberanertika serta industri dan sebagainya. Di saat masyarakat
telah didominasi oleh kode produksi dan dikontrol olehnya maka hal ini bertujuan dari
eksploitasi dan laba menuju kearah tanda dan sistem. Menurut Baudrillard,
menggambarkan dunia postmodern ditandai oleh simulasi, sulit untuk melihat hal-hal yang riil
Baudrillard juga menggambarkan dunia ini sebagai Hipperealitas. Contohnya media mulai
tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi lebih riil dari realitas. Hipperealitas
itu adalah efek, atau keadaan dan pengalaman kebendaan atau ruang yang dihasilkan dari
proses tersebut.7

D. Teori Pertukaran Simbolis

Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling memberi
atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antara individu berdasarkan tatanan sosial
tertentu objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal yang tidak nyata.
Teori pertukaran sosial memandang pertukaran sebagai sebuah prilaku yang dapat menghasilkan
keluaran sosial dan ekonomis. Teori pertukaran sosial secara umum menganalisa hubungan
antara manusia dengan cara membandingkan interaksi manusia dengan kegiatan pemasaran.
Dalam buku perpustakaan dan informasi dalam konteks budaya tersebut dijelaskan bahwa
adanya hubungan yang sangat erat antara simbol, data, informasi, pengetahuan, dan
kebijaksanaan. Hubungan tersebut bersifat hirarki.8

Informasi merupakan kumpulan data yang terpilih, terorganisasi, dan teranalisis,


merupakan hasil pengolahan data serta memberikan makna di dalamnya. Informasi yang di
komunikasikan dengan kemampuan dan pengalaman pemakai serta digunakan untuk
memecahkan sebuah masalah atau menciptakan pengetahuan baru, hasil informasi yang diserap
7
. Johan Setiawan, Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan, Jurna Filsafat,
Vol. 28, No. 1, Februari 2018.
8
. Muhammad Azwar, Teori Simulasi Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan Mengidentifikasi Informasi Realitas,
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 2014.
serta menyebabkan perubahan di sebut pengetahuan. Kemudian kebijaksanaan seseorang akan
memandang kedepan dan berpikir berlandaskan nilai dan komitmen seseorang. Jika kita melihat
bahwa hubungan dan hirarki yang informasi ini saling terkait satu sama lain yang pada akhirnya
membentuk suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan tentu saja didasarkan pada nilai-nilai kebenaran.
Jika informasi yang dihasilkan merupakan informasi semu, maka akan menghasilkan
pengetahuan yang semu pula. Jika pengetahuan yang diproduksi merupakan pengetahuan yang
semu, maka akan mengakibatkan kebijaksanaan yang semu. Ini tentu sangat berbahaya. Tidak
ada lagi kebenaran yang sebanarnya (hakiki).

Perubahan sosial ekonomi dan globalisasi telah berdampak pada pola budaya konsumsi.
Hal ini sejatinya terjadi melalui mekanisme permainan komoditas sebagai tanda dimana menurut
Baudrillard tidak lain adalah bentuk penindasan secara halus bahkan lebih berbahaya dari pada
penindasan kelas yang selama ini menjadi kekhawatiran Marx.9 Akibatnya, konsumen
tenggelam dalam ranah tanda-tanda yang tergabung dalam komoditas yang sepenuhnya tidak
berhubungan dengan kebutuhan aktual. Apa yang dinilai penting pada akhirnya adalah nilai
simbolik dari komoditas, dimana kombinasi pencitraan lebih utama dari pada kenyataan itu
sendiri.

Fenomena pada masyarakat dan disertai dengan kemajuan teknologi sehingga melahirkan
perkembangan budaya konsumsi yang di tandai dengan perkembangan gaya hidup dan
menciptakan masyarakat yang konsumeris. Masyarakat konsumeris ini dianalisis dengan cermat
oleh Jean Baudrilland, ia menilai bahwa kegiatan konsumsi masyarakat telah mengalami
pergeseran. Gejala tersebut dapat dilihat dengan jelas pada masyarakat konsumeris saat ini.
Menurutnya, konsep konsumsi dalam masyarakat konsumeris lebih mengutamakan nilai
simbolik dan nilai tanda dari barang dan jasa yang si konsumsinya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kegiatan konsumsi tidak lagi berdasarkan pada pemanfaatan nilai guna,
melainkan kepada nilai tanda. Oleh karena itu nilai tanda menjadi sebuah elemen penting dalam
masyarakat konsumeris. Bisa di katakan simbolis merupakan elemen penting dalam kajian ini.

9
. Indra Setia Bakti dkk, Konsumerisme dalam Perspektif Jean Baudrilland, Sosiologi departemen UNIMAL, 2019.
E. Simuklara

Simuklara merupakan simulasi yang bukan mempunyai referensi terhadap seseuatu


apapun. Dalam simuklara menjadi salah satu sifat menjerumuskannya insan ke dalam kelas
simulasi yang dipelajari sebagai realitas . Dalam kelas simuklara ini terdapat 4 pertumbuhan
yaitu pertama, awal mula dari pertumbuhan tradisional yang memperoleh masih sangat terbatas.
Kedua, yaitu pertumbuhan modern, zaman ini memperoleh pertumbuhan modern mampu
memperoleh perkembangan dari sebuah teknologi. Ketiga, pertumbuhan postmodernisme
mampu membangkitkan semangat yang tiada batas, melewati kenyataan dari sebuah modernitas
lalu timbullah sebuah kenyataan baru yang ada tanpa batas. Dan terakhir adanya kata fraktal atau
istilah viral saat ini dimana masyarakat tak bisa lagi membedakan antara benar dan yang salah .

F. Simulakrum

Adapun konsep simulakrum merupakan sesuatu kepercayaan yang dianggap pudar atau
tidak dapat dibagi lagi (imajiner). Disini ada 3 film atau drama yang dianggap besifat futuristik
menurut Baudrilard. Pertama yaitu film HarryPotter yang merupakan salah satu film
menceritakan seorang anak yang bersekolah disekolahan penyihir. Bagi para penonton
berbondong-bodong ingin pergi menonton ke bioskop agar bisa memuaskan keinginannya.
Kedua yaitu drama Korea The Worl Of The Merried salah satu drama yang mencapai rating
tertinggi dan mengalahkan drama Korea dari Park Seon Joon Itaewon Class ditahun 2020. Drama
The World Of The Merried menceritakan seorang suami yang sudah menikah lalu berselingkuh
dengan rekan kerjanya. Lalu munculnya sebuah persaingan cinta, persahabatan dan perseteruan.
Dalam sebuah drama ini orang-orang yang menonton drama tersebut cenderung terbawa
perasaan yang tidak bisa membedakan mana akting dan mana dunia nyata.

Salah satunya pembullyan terhadap aktris Han Soo Hee yang berperan sebagai Da Kyung
beselingkuh dengan Lee Tae Oh. Han Soo Hee banyak mendapatkan komentar pedas baik
penonton Korea maunpun luar Korea karena memerankan peran tersebut. Termasuk Indonesia
membully dengan kata-kata tidak pantas sehingga aktris Han Soo Hee memberi peringatan keras
kepada netizen Indonesia. Siapa yang tidak kenal dengan drama Korea My Love From The Star
yang menjadi salah satu rating pertelevisian yang paling tinggi di Indosenesia. Drama yang di
peran kan oleh Kim Soo Hyun dan Jun Ji Hyun yang mampu mebuat para wanita terbawa
perasaan karena ada kesan yang romance. Dalam kisah tersebut menceritikan tentang seorang
pemuda yang alien yang bernama Do Min Joon (alien) yang mendarat di bumi 400 tahun yang
lalu selama periode Dinansti Joseon. Dan dia bertemu seorang gadis kaya raya yang sombong
bernama Cheon Song Yi. Dalam cerita tersebut digambarkan sangat romance sekali. Di alur
cerita tersebut mereka mendeskripsikan niali tradisi, kelokalan, sopan santun, tata krama, dan
sosial sesama manusia juga pakainya adat mereka yaitu hanbok yang mencuri perhatian orang
khusunya para wanita. Sehingga masyarakat Indonesia membuat drama korea my love from the
star dengan judul bahasa Indonesia kau yang berasal dari bintang. Yang di perankan oleh
Morgan Oey dan Nikita Willy juga sama seperti drama Korea My Love From The Star. Dalam
drama Indonesia mereka memakai pakaian adat Indonesia yaitu kebaya. 10 Banyak disebagian
orang berakhyal dan terbawa arus dengan drama My Love From The Star. Para pecinta Korea
bahkan percaya adanya realitas dikehidupannya.

Dari pemaparan film dan drama Korea tersebut Baudrillard berasumsi bahwa corak dari
sebuah pemujaan berhala mutakhir. Karena pemujaan tersebut cenderung menampakkan
sensitivitas orang-oarang yang rela mengorbankan uang yang banyak agar bisa liburan ketempat
lokasi syuting sebuah film dan drama dan juga rela mengunduh film yang menghabiskan banyak
kuota agar dapat memuaskan nafsunya. Sekolompok orang yang bahagia dikelompok mereka.
Lalu muncul terpecah seseorang yang bosan dengan kesahariannya hanya itu saja. Dan ini
dimanakan dengan simulakrum.

Konsep teori simuklara dan simulakrum membentuk sebuah terminologi yang disebut
sebagai hiperealitas merupakan rekayasa dari sebuah informasi yang tersebar dimedia.
Terciptanya sebuah komunikasi hiperealitas sesuatu yang seharusnya tidak baik malah dianggap
baik dan muncul isu-isu tidak sedap yang disebarkan oleh penjahat media (hacker). Manusia
tidak bisa membedakan berita yang valid dan mana tidak valid, karena sudah terbius dengan
berita-berita yang sering tersebar palsu (hoax).11 Merambaknya teknologi komunikasi di era 4.0
10
. (DAW Sintowoko-Capture: Jurnal Sni Media Rekam, 2015-Jurnal.isi-ska.ac.id)
11
. Jurnal Imu Perpustakaan dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Vol. 2 No. 1, hlm 38-48.
yang semakin canggih ini menimbulkan banyak perseteruan atau pro dan kontra atar satu sama
lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baudrillard lahir di Reims pada tahun 1929. Baudrillard juga adalah salah seorang teoritisi
terkemuka postmodern, yang sejajar dengan Foucault, Lacan, Derrida. Perhatiannya terutama
adalah hakikat dan pengaruh komunikasi massa dalam masyrakat pasca modern. Seperti para
counterpartnya itu, pikiran-pikiran Baudrillard penuh dengan teror, dalam arti ia
menggoncangkan tatanan berpikir yang mapan dan stabil selama ini. Akan tetapi, sekaligus
dengan itu, seperti telah menjadi hakikat dari percikan pikiran yang penuh teror.

Berikut ini adalah cara Baudrillard menggambarkan kehidupan post-modern antara lain :
Ditandai oleh simulasi, Hiperrealitas, Memusatkan perhatian pada kultur yang dilihatnya
mengalami revolusi besar - besaran dan merupakan bencana besar, dan Pertukaran simbolik.

Penggambaran kehidupan post-modern yang dituangkan oleh Jean Baudrillard sebagai


hiper-realitas, contoh: media berhenti menjadi cerminan realitas melainkan menjadi realitas itu
sendiri bahkan menjadi lebih nyata atau realistis dari pada realitas itu sendiri. Bagi Jean
Baudrillard, masyarakat saat ini tidak lagi didominasi oleh produksi, tetapi didominasi kepada
media dan siberanertika serta industri dan sebagainya.

Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling memberi
atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antara individu berdasarkan tatanan sosial
tertentu objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal yang tidak nyata.
Simuklara merupakan simulasi yang bukan mempunyai referensi terhadap seseuatu
apapun. Dalam simuklara menjadi salah satu sifat menjerumuskannya insan ke dalam kelas
simulasi yang dipelajari sebagai realitas .

Adapun konsep simulakrum merupakan sesuatu kepercayaan yang dianggap pudar atau
tidak dapat dibagi lagi (imajiner). Konsep teori simuklara dan simulakrum membentuk sebuah
terminologi yang disebut sebagai hiperealitas merupakan rekayasa dari sebuah informasi yang
tersebar dimedia. Terciptanya sebuah komunikasi hiperealitas sesuatu yang seharusnya tidak
baik malah dianggap baik dan muncul isu-isu tidak sedap yang disebarkan oleh penjahat media
(hacker). Manusia tidak bisa membedakan berita yang valid dan mana tidak valid, karena sudah
terbius dengan berita-berita yang sering tersebar palsu (hoax). Merambaknya teknologi
komunikasi di era 4.0 yang semakin canggih ini menimbulkan banyak perseteruan atau pro dan
kontra atar satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Medhy Aginta Hidayat, Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern : Sejarah, Pemikiran, Kritik, dan Masa
Depan Postmodernisme, Jurnal Of Urban Sosiology, Volume 2 No. 1 April 2019.
John lechte, 50 filsuf Kontemporer dari Strukturalisme sampai Postmodernitas (Yogyakarta, Kanisuis,
2001).
Azwar, M. (2014), Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan Mengidentifiksasi Informasi
Realitas, Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah volume 2 Nomor 1
Elget Oktaviani, Teori Post Moderen, di Akses Pada Rabu, 09 April 2014.
Johan Setiawan, Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan, Jurna
Filsafat, Vol. 28, No. 1, Februari 2018.
Jokhanan Kristiyo, Postmodern : Eksplanasi dan Analisis Masyarakat Mutakhir ( Contemporary Society)
Johan Setiawan, Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan, Jurnal
Filsafat, Vol. 28, No. 1, Februari 2018.
Muhammad Azwar, Teori Simulasi Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan Mengidentifikasi Informasi
Realitas, Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, 2014.
Indra Setia Bakti dkk, Konsumerisme dalam Perspektif Jean Baudrilland, Sosiologi departemen UNIMAL,
2019.
(DAW Sintowoko-Capture: Jurnal Sni Media Rekam, 2015-Jurnal.isi-ska.ac.id)
Jurnal Imu Perpustakaan dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Vol. 2 No. 1

Anda mungkin juga menyukai