Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Bahasa Indonesia pada
Semester Ganjil 2020/2021
Disusun Oleh :
BAB ll
PEMBAHASAN
membahas tentang teori-teori sosial kontemporer; teori sosial “baru” yang lahir
dalam beberapa dekade terakhir (1), yaitu poststrukturalisme, teori sosial postmodern,
multidisiplin, dan bukan merupakan bagian mutlak dari tradisi keilmuan manapun (2).
1. Mengenal Poststrukturalisme
seperti yang tercantum dalam namanya — adalah struktur. Namun alih-alih membahas
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam lahirnya strukturalisme adalah Ferdinand de
pada sistem formal yang mengatur sebuah bahasa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan tata
bahasa (grammar); sedangkan parole mengacu pada bagaimana seorang individu
Bagi Saussure, para ilmuwan yang mempelajari bahasa tidak boleh terjebak dalam
bahasa adalah menemukan underlying laws of language, atau hukum-hukum dasar bahasa (8).
Hukum-hukum tersebut hanya dapat ditemukan jika para ilmuwan memusatkan kajiannya
pada langue, atau struktur bahasa. Lewat hukum-hukum inilah seorang ilmuwan bahasa dapat
melihat bahwa masyarakat, dan dunia sosial sebenarnya merupakan produk dari struktur
bahasa(9)
Menurut Derrida, bahasa tidak memiliki kekuatan untuk mengatur jalannya kehidupan
manusia. Derrida menyatakan bahwa makna dari sebuah kata tidak dapat dilepaskan dari
Kritik Derrida menunjukkan bahwa bahasa tidak memiliki hukum-hukum dasar yang bersifat
universal(10), dan upaya yang dilakukan oleh para strukturalis untuk menemukan hukum-
interpretasi baru(11)
Sebagai contoh, dalam cerita rakyat Timun Mas, Buto Ijo selalu digambarkan sebagai sosok
antagonis yang kejam dan bengis. Namun, jika cerita rakyat tersebut didekonstruksi, sosok
antagonis yang sebenarnya dari cerita rakyat Timun Mas adalah adalah Mbok Rondo, ibu
angkat Timun Mas. Mbok Rondo melanggar kesepakatan antara dirinya dengan Buto Ijo,
yang berujung pada tewasnya Buto Ijo secara brutal di tangan Timun Mas dan sihir kejinya.
Definisi teori sosial postmodern seringkali tertukar dengan beberapa terminologi lain
merupakan sebutan bagi era yang hadir setelah era modern; atau dengan kata lain, era
produk budaya (seperti film, lukisan, gaya bangunan, dan sebagainya) yang berbeda
lain — mengacu pada cara-cara berpikir yang sama sekali berbeda dari teori sosial
modern Teori sosial postmodern — di sisi lain — mengacu pada cara-cara berpikir
yang sama sekali berbeda dari teori sosial modern(13). Ketiga terminologi di atas
diikat oleh pandangan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, muncul hal-hal baru (era,
produk budaya, dan teori sosial), yang tidak lagi dapat dijelaskan dengan
Teori sosial postmodern hadir sebagai kritik terhadap teori sosial modern. Jika teori sosial
modern berusaha untuk mencari penjelasan yang bersifat universal dan rasional untuk
mengkaji sebuah fenomena sosial, teori sosial postmodern justru menolak penjelasan yang
kelompok lain(15)
Salah satu pemikir teori sosial postmodern, sekaligus sosiolog yang karyanya kerap dijadikan
acuan bagi pemikir-pemikir lain adalah Jean Baudrillard. Menurut Baudrillard, berbeda
dengan masyarakat modern yang dikendalikan oleh moda produksi (mesin, pabrik, buruh, dan
sebagainya), masyarakat postmodern justru dikendalikan oleh media dan arus informasi.
mana yang nyata, dan mana yang tidak. Baudrillard menyebut kondisi ini dengan nama
hiperrealitas(16)
Sebagai contoh, di era postmodern, media tidak lagi dianggap sebagai “cermin” realitas,
melainkan realitas itu sendiri. Masyarakat postmodern cenderung mempercayai berita yang
muncul di media, terlepas dari kepalsuan dan distorsi yang hadir sebagai bumbu untuk
3. Mengenal Postkolonialisme
pasca penjajahan bangsa Eropa (atau yang lebih dikenal dengan sebutan “barat”)(18).
Bagi para pemikir postkolonial, upaya untuk memahami kondisi masyarakat pasca
tema-tema utama yang umumnya diangkat oleh pendekatan ini adalah hal-hal yang
tentu saja berhubungan dengan penjajahan, seperti opresi, rasisme, dan kekerasan. (20)
Layaknya teori sosial kontemporer lain, postkolonialisme menolak penjelasan yang
bersifat universal, karena bagi para pemikir postkolonial, setiap wilayah jajahan
mengalami proses kolonialisasi yang berbeda antara satu dengan lainnya (21)
Salah satu pemikir postkolonial yang karyanya kerap dijadikan rujukan oleh pemikir post-
kolonial lain, Edward Said, menyatakan bahwa kehidupan masyarakat timur (orient) masih
didominasi oleh masyarakat barat, bahkan setelah masa penjajahan berakhir. Masyarakat barat
mengklaim bangsa mereka sebagai bangsa yang superior; baik dari segi agama, sistem
ekonomi, ilmu pengetahuan, hingga cara hidup. Masyarakat barat menampilkan ideologi
mereka sebagai sesuatu yang benar, baik, dan objektif; sementara ideologi timur kerap
Sebagai contoh, Islam, sebagai keyakinan yang lahir dari timur, kerap didefinisikan sebagai
ideologi barbar; dan Timur Tengah, sebagai tempat kelahiran Islam, seringkali digambarkan
sebagai tempat yang penuh dengan penjahat, teroris, dan sarat akan intoleransi (23). Bagi
Said, contoh ini sama sekali tidak masuk akal. Timur tengah, sebagai sebuah masyarakat, dan
Islam, sebagai sebuah keyakinan, memiliki kompleksitasnya masing-masing dan tidak dapat
Said menjelaskan bahwa gambaran-gambaran tersebut sengaja dibuat oleh pihak barat
(khususnya Amerika Serikat) untuk menjustifikasi invasi, serta operasi militer mereka di
1. Periode sensorimotor (umur 0-2 tahun) Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks. Reaksi intelektual hampir seluruhnya karena rangsangan langsung dari alat-alat
indra. Punya kebiasaan memukul-mukul dan bermain-maindengan permainannya.
Mulai dapat menyebutkan nama-nama objek tertentu.
2. Periode praoperasional (umur 2-6 tahun) Perkembangan bahasa anak ini sangat pesat.
Anak mulai menggunakan symbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan)
secara kognitif. Simbol-simbol itu berupa kata-kata, bilangan yang dapat menggantikan
objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak). Peranan intuisi dalam
memutuskan sesuatu masih besar, menyimpulkan hanya berdasarkan sebagian kecil
yang diketahui. Analisis rasional belum berjalan.
3. Periode operasional konkret (umur 6-11 tahun) Mereka sudah bisa berpikir logis,
sistematis, dan memecahkan masalah yang bersifat konkret. Mereka sudah mampu
mengerjakan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
4. Periode operasional formal (umur 11-dewasa) Periode ini merupakan operasi mental
tingkat tinggi. Mereka sudah mampu berpikir logis terhadap masalah baik yang konkret
maupun yang abstrak dan dapat membentuk ide-ide dan masa depan secara realistis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. teori-teori sosial kontemporer; teori sosial “baru” yang lahir dalam beberapa dekade
multidisiplin, dan bukan merupakan bagian mutlak dari tradisi keilmuan manapun .
2. kontek social dalam perkembangan adalah ‘perubahan menuju ke tahap-tahap yang lebih
tinggi dan lebih baik’. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah
atau fisik, menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambahan
dalam ukuran besar atau tinggi. Sedangkan 'perkembangan' berkaitan dengan aspek-aspek
psikhis atau rohaniah, berkenaan dengan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan
fungsi. 8 Dalam konsep pendidikan modern, para pakar pendidikan menaruh perhatian
kepada perkembangan seluruh pribadi anak, baik mengenai segi jasmani, emosi, sosial,
maupun intelektualnya. Anak dinilai bukan hanya berdasarkan prestasi intelektualnya, akan
3. perkembangan peserta didik adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA