1. Identitas
Bab yang direview adalah bab pertama dengan judul Hermeneutics And Social
Theory dari seri buku Profiles and Critiques in Social Theory (Contemporary
Social Theory) yang ditulis olarieh Anthony Giddens, seorang dosen sosiologi
di Universitas Cambridge dan sebagai anggota King’s College. Buku yang
berjudul “Profiles and Critiques in Social Theory (Contemporary Social
Theory)” ini diterbitkan pada tahun 1982 berisi 15 bab, rentang halaman 1 –
231. Untuk bab pertama dengan judul Hermeneutics And Social Theory yang
akan direview pada tulisan kali ini berisi 1 – 17 halaman.
2. Pendahuluan
Istilah hermeneutika berasal dari bahasa Yunani dan sudah ada sejak akhir abad 18, namun
belum terlalu dikenal luas karena banyak teks-teks utama yang belum diterjemahkan ke
bahasa Inggris. Hermeneutika mulai dikenal luas sejak Max Weber mengadopsi dan
memperkenalkan gagasan pemersatu dari Hermeneutika yang dilakukan dengan cara
mengambil ide-ide metodologis dari karya Rickert dan “Marburg School.”
Faktor utama yang menjelaskan kurangnya pengaruh tradisi Hermeneutika di dunia
Anglo-Saxon adalah dominasi pandangan ilmu sosial yang mengambil inspirasi dari filsafat
ilmu pengetahuan alam yang positivistik atau naturalistik. Hal ini merupakan salah satu
pondasi utama dari konsensus ortodoks, sebuah ortodoksi yang mendominasi sosiologi,
politik, dan sektor-sektor besar dari ilmu-ilmu sosial secara umum pada periode pasca perang.
Ada tiga karakteristik dari konsensus ortodoks yang penting untuk ditekankan, yaitu: (1)
pengaruh filsafat positivistik sebagai kerangka kerja logis; (2) metode yang dipengaruhi oleh
fungsionalisme; dan (3) pada tingkat isi/substansi, adanya pengaruh konsepsi ‘masyarakat
industri’ dan ‘teori modernisasi’ secara umum. Sepanjang masa kejayaannya, konsensus
ortodoks ini dikritik oleh golongan kiri yang tulisannya dipengaruhi oleh Marx, meskipun
dari mereka tidak menganggap dirinya sebagai “Marxis.” Ketiga hal ini saling berkaitan satu
sama lain.
Saat ini, konsensus ortodoks sudah tidak ada dan konsensus telah berubah menjadi
ketidakpastian dan kekacauan. Pembubaran konsensus ortodoks secara substansial
disebabkan oleh serangan kritis yang dilakukan terhadap positivisme dalam filsafat dan ilmu-
ilmu sosial serta terhadap fungsionalisme. Perubahan yang terjadi pada ilmu-ilmu sosial
mencerminkan adanya transmutasi dalam dunia sosial itu sendiri yang disebabkan oleh
periode pertumbuhan ekonomi barat terganggu oleh adanya kerugian, krisis, dan konflik.
4. Kesimpulan
Ada empat kesimpulan yang dijelaskan Giddens dalam bab ini, yaitu:
1. Masih ada masalah-masalah yang cukup mendasar yang harus diselesaikan
dalam filsafat ilmu pengetahuan postpositivistik. Misalnya adanya keberatan atau
kritik dari pandangan-pandangan para tokoh penting yang telah membantu
meruntuhkan model ortodoks atau upaya Popper yang menarik garis demarkasi yang
berbeda antara sains dan non sains atau ‘pseudo-science’ berdasarkan
falsifikasionismenya tidak dapat dipertahankan. Implikasi untuk ilmu-ilmu sosial juga
belum sepenuhnya dieksplorasi, tetapi sepertinya cocok dengan sudut pandang dari
Gadamer.
2. Kita harus merumuskan kembali konsepsi yang sudah ada mengenai
pentingnya hukum sebab akibat dalam ilmu-ilmu sosial. Pendapat hermeneutik bahwa
hukum kausal sama sekali tidak memiliki tempat dalam ilmu pengetahuan tidak dapat
diterima. Hal ini karena ada perbedaan logis yang mendasar antara hukum-hukum
dalam ilmu sosial dan ilmu alam. Hukum dalam ilmu sosial secara intrinsik bersifat
historis yang hanya berlaku pada kondisi tertentu dari keterbatasan sistem interaksi
sosial. Adanya kolaborasi antara kemampuan pengetahuan dan kemampuan untuk
menerapkan kemampuan tersebut berimplikasi pada kelangsungan atau perubahan
sistem sosial.
3. Apabila perbedaan kehidupan tradisional antara verstehen dan erklaren harus
ditinggalkan, kita harus mengenali ciri khas kehidupan sosial yang dipilih oleh filsafat
hermeneutik. Giddens menyetujui bahwa untuk menjelaskan kondisi aktivitas sosial
dari suatu generasi pada prinsipnya dapat dilakukan dengan berpartisipasi di
dalamnya. Namun, ada berbagai pertanyaan yang dipermasalahkan disini, yakni
tentang bagaimana kita harus memutuskan apa yang dianggap sebagai deksripsi valid
dari sebuah tindakan, atau bagaimana kepercayaan dalam budaya asing dapat menjadi
sasaran kritik. Menurut Giddens, berhubungan dengan konseptualisasi tindakan,
bagaimanapun juga, ada satu hal yang penting, yakni pandangan deterministik tentang
generasi manusia yang menjelaskan bahwa tindakan manusia sebagai hasil dari sebab-
sebab sosial harus ditolak. Hal ini karena menyiratkan bahwa hukum sebab-akibat
memiliki tempat dalam sosial.
4. Teori sosial merupakan teori kritis. Giddens dia tidak bermaksud untuk
membela kelompok yang menolak Marxisme secara umum atau catatan teori kritis
yang berkaitan dengan pemikiran sosial Frankfrut secara khusus. Namun, dia
menegaskan bahwa mereka yang bekerja di bidang-bidang ilmu sosial tidak dapat
tetap menyendiri atau acuh tak acuh terhadap implikasi teori dan penelitian mereka
terhadap sesama anggota masyarakat. Manusia bukan hanya objek tidak bergerak dari
pengetahuan, tetapi adalah agen yang mampu dan cenderung menggabungkan teori
sosial dan penelitian dalam tindakan mereka sendiri.