Anda di halaman 1dari 2

Aswaja Sebagai Manhaj al-fikr

Ilma zahrotun naili

Ahlusunnah wal jamaah atau yang biasa disingkat Aswaja, secara sederhana
dapat diartikan sebagai kelompok yang mengikuti sunnah Nabi dan ajaran para
sahabat Nabi. Aswaja lahir dari pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah.
Dalam doktrin, ada perdebatatan mengenai kalam yang membahas mengenai
status Al-Quran apakah merupakan makhluk atau bukan, kemudian debat antara
sifat-sifat Allah antara ulama salafiyyun dengan golongan mu’tazilah, dsb.
Kemudian dalam sejarah, proses terbentuknya Aswaja dimulai pada zaman
khulafa’ur rasyidin, tepatnya sejak terjadinya perang shiffin yang melibatkan
Khalifah Ali Bin Abi Thalib RA dengan muawiyah. Indonesia sendiri merupakan
salah satu negara dengan jumlah penduduk penganut faham Aswaja terbesar di
dunia, dengan mayoritas penduduk pemeluk agama Islamnya adalah penganut
madzhab Syafi’i dan sebagian besar tergabung dalam Jam’iyyah Nahdlatul
‘Ulama yang sejak awal pendiriannya menegaskan sebagai pengamal Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada awalnya, Aswaja dianggap sebagai suatu
madzhab diantara madzhab-madzhab yang ada dalam Islam. Namun, seiring
berjalannya waktu, ketika Islam semakin meluas dan ilmu pengetahuan serta
peradaban semakin berkembang, Aswaja sebagai madzhab bergeser menjadi
Aswaja sebagai manhaj (metode), baik sebagai manhaj al-fikr, manhajul al-
hayah, ataupun manjal al-haraqah. Namun yang dibahas dalam artikel kali ini
lebih kepada Aswaja sebagai manhaj al-fikr.
Aswaja sebagai manhaj al-fikr adalah upaya dari cara berpikir yang bertujuan
menjaga peradaban dan stabilitas keamanan manusia di bumi. Aswaja menolak
cara-cara berpikir dan bertindak licik, kasar, merusak, intoleran, dan hak-hal yang
mengarah pada kerusakan dan kemudharatan. Para ulama sepakat bahwa
ahlusunnah wal-jama’ah adalah orang-orang yang mempunyai metode berfikir
keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan dasar moderasi,
menjaga keseimbangan, dan toleran. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
bahwa pada hakikatnya, Aswaja bukanlah sebuah madzhab, melainkan metode
dan prinsip berpikr dalam menghadapi masalah-masalah agama sekaligus sosial-
kemasyarakatan, yang kemudian hal ini dimaknai Aswaja sebagai manhaj al-fikr.
Sebagai manhaj al-fikr, Aswaja berpegang pada prinsip-prinsip tawasuth
(moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran).
Moderat tercermin dalam pengambilan hukum yang juga memperhatikan akal
disamping memperhatikan nash. Awaja memberi pertimbangan yang seimbang
antara rujukan nash (quran dan hadis) dengan penggunaan akal. Prinsip ni
merujuk pada debat yang terjadi di awal masehi antara golongan yang sangat
menekankan akal (mu’tazilah) dan golongan al-hadis. Kemudian sikap netral
(tawazun) berkaitan dengan sikap politik. Aswaja memandang bahwa kehidupan
sosial-politik atau kepemerintahan dari kriteria yang dapat dipenuhi oleh sebuah
rezim. Oleh sebab itu, sikap tawazun dalam Aswaja tidak bersikap mengkotak-
kotakkan dalam kubu untuk mendukung atau menolak sebuah rezim. Oleh karena
itu, Aswaja tidak membenarkan adanya kelompok ekstrim yang hendak mengusik
kewibawaan sebuah pemerintahan yang telah disepakati bersama, tetapi juga tidak
berarti mendukung sebuah pemerintahan sepenuhnya. Namun, yang terkandung
dalam sikap tawazun disini adalah memperhatikan bagaimana sebuah kehidupan
sosial-politik berjalan, apakah sesuai dengan kaidah-kaidah Islam atau tidak.
Selanjutnya, keseimbangan (ta’adul) dan toleran (tasamuh) tercermin dalam
kehidupan sosial, cara bergaul dalam kehidupan sehari-hari seseorang.
Keseimbangan dan toleransi mengacu pada cara bergaul seorang muslim dengan
muslim lain atau dengan non muslim. Kondisi masyarakat indonesia yang plural,
dalam budaya, etnis, pandangan politik, serta agama dipandang tidak hanya
sebagai sebuah realitas sosial, tetapi juga realitas teologis. Hal ini berarti bahwa
allah swt memang sengaja menciptakan manusia berbeda-beda. Oleh karena itu,
tidak ada pilihan sikap yang lebih tepat dan lebih baik kecuali ta’adul dan
tasamuh.

Anda mungkin juga menyukai