DI SUSUN OLEH :
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan rahmatnya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah PengembanganKurikulum di Sekolah Dasar. Dalam makalah ini, penulis akan
sedikit menjelaskan makalah yang berjudul “Pemahaman Dasar Konsep Kurikulum Merdeka
Dan Kurikulum 2013”. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan
disusun dalam berbagai keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritikdan sarannya
berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, danumumnya bagi siapa saja yang
membacanya. Amin..
Suci Pratiwi
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Sesuai Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 162/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak bahwa menetapkan program
Sekolah Penggerak sebagai program yang berfokus pada peningkatan kompetensi peserta didik
secara holistik untuk lebih mendorong perwujudan profil Pelajar Pancasila. Sekolah Penggerak
menurut Zamjani dkk (2020, hlm. 38) merupakan program yang berfokus untuk
mengembangkan hasil belajar peserta didik secara holistik sehingga dapat mewujudkan profil
Pelajar Pancasila yang meliputi kemampuan literasi dan numerasi serta karakter. Tercatat dalam
website Sekolah Penggerak, saat ini jumlah sekolah yang mengikuti program Sekolah Penggerak
pada tingkat sekolah dasar adalah 4.192 sekolah yang tersebar di 34 provinsi dan 250
kabupaten/kota di Indonesia. Inti dari implementasi program Sekolah Penggerak yaitu merdeka
belajar. Merdeka belajar bertujuan untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada
esensi Undang-undang melalui kemerdekaan sekolah, guru dan peserta didik sehingga dapat
bebas berinovasi, bebas belajar secara mandiri dan kreatif yang di awali oleh guru dalam menjadi
penggerak pendidikan nasional (Sherly et al., 2020, hlm. 184). Lebih lanjut, Aiman &
Kurniawaty (2020, hlm. 159) mengemukakan bahwa konsep Merdeka Belajar selaras dengan
konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yaitu prinsip kemerdekaan pada
peserta didik harus ditekankan, sehingga memberikan peluang bagi peserta didik dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bimbingan guru dan orang tua. Merdeka Belajar
menjadi sebuah arah dalam pembelajaran yang berfokus dalam meningkatkan sumber daya
manusia (Sekretariat GTK, 2020). Komponen utama yang ingin diwujudkan dari merdeka belajar
adalah terciptanya profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Guru sebagai agen pembaharu dalam pelaksanaan pendidikan memerlukan kesiapan
dalam menerapkan kebijakan kurikulum merdeka di sekolah penggerak. Widodo (2017, hlm.
293) mengungkapkan bahwa perlu adanya pembaharu dalam suatu organisasi yang memiliki
potensi dalam melakukan perubahan. Begitu pula pada sekolah yang memiliki sumber daya
manusia yaitu guru yang berpotensi dalam melakukan perubahan. Sehingga dalam implementasi
kurikulum merdeka di sekolah penggerak diperlukan agen-agen penggerak yaitu guru. Sejalan
dengan hal tersebut, Sibagariang, Sihotang & Murniarti (2021, hlm. 94) mengungkapkan bahwa
guru penggerak merupakan guru yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan guru lain pada
implementasi merdeka belajar sehingga dapat mengembangkan kemampuan peserta didik secara
holistik. Dalam menggerakkan guru lain, guru penggerak perlu memiliki kesiapan mengikuti
perkembangan zaman yang berkaitan erat dengan teknologi dan informasi yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sesuai dengan pernyataan Indrianto, N. dkk. (2021)
bahwa fokus utama pada program kerja Kemendikbud 2021 merupakan digitalisasi sekolah.
Digitalisasi sekolah merupakan manfaat dari pengembangan dan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi di bidang pendidikan sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia (Darmawan, 2017, hlm.7).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka terdapat
rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana kesiapan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum merdeka pada pembelajaran di SD Negeri 1 Bumiarum?” Secara rinci, rumusan
masalah tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
Bagaimana pemahaman guru SD Negeri 1 Bumiarum terhadap ide kurikulum merdeka ?
C. Tujuan Penelitian
A.PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang bertujuan untuk mengasah minat dan bakat
anak sejak dini dengan berfokus pada materiesensial, pengembangan karakter, dan kompetensi
peserta didik. Dalamkurikulum merdeka guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan dan bukan lagi sebagai kunci pendidikan serta pembelajaran.Akan tetapi guru akan
sebagai rekan yang bersama-sama dengan siswamencari dan menemukan pengetahuan itu.
Dalam kurikulum merdeka gurudiharuskan lebih siap, karena pengetahuan dan keterampilan
guru haruslebih luas sebagai pendidik.Dalam Kurikulum Merdeka, pemerintah memberikan
alokasiwaktu pembelajaran per tahun. Hal ini bertujuan agar satuan pendidikan bisa mengatur
waktu dan pengajaran mata pelajaran di sekolah untuk memudahkan siswa dalam mencapai
pembelajaran sesuai fase. Kurikulum Merdeka juga memuat Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).
Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi
siswa, Pada proses pembelajaran diubah menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana
2. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai lebih bebas dan leluasa
Contohnya pada siswa jenjang SMA nantinya tidak akan ada kelas peminatan IPA, IPS dan
Bahasa. Sehingga siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minatnya masing-masing
siswa. Selain itu, sekolah memiliki wewenang menerapkan dan mengelola kurikulum
pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa serta guru dapat mengajar sesuai
perkembangan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Mengingat Kurikulum Merdeka Belajar ini masih seumur jagung usai diluncurkan oleh
Mendikbud ristek beberapa bulan lalu, Kurikulum Merdeka Belajar ini masih perlu dilakukan
pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam agar efektif dan tepat dalam penerapannya.
Pada bagian prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada Kurikulum Merdeka Belajar
belum membahas tentang upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga bisa
disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar belum menuju kepada sistem pendidikan dan
pengajaran yang terencana dengan baik.
Kurikulum 2013 yang hanya didasarkan pada orientasi pragmatis bertentangan dengan
UU Nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional.
Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada KTSP 2006 sehingga pelaksanaannya sangat
membingungkan tenaga pengajar dan pemangku pendidikan.
Pengembangan kurikulum 2013 tidak melibatkan guru secara langsung. Padahal gurulah
pihak yang banyak melakukan interaksi dengan siswa didik.
Orientasi proses pembelajaran dan hasil pada kurikulum 2013 tidak seimbang.
Penambahan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dinilai belum terlalu
tepat.
Setiap siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif. Hal ini didorong dengan
adanya pengembangan karakter yang diintegrasikan kedalam semua program
pembelajaran.
Siswa dituntut untuk mengembangkan kebiasaan bejar secara mandiri dan tidak hanya
bergantung pada kegiatan pembelajaran dikelas.
Dengan penambahan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar, siswa akan semakin
banyak mendapatkan pengetahuan sebagai bekal dalam melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saat kami menavigasi jaringan rumit kurikulum di Indonesia, menjadi jelas bahwa tidak ada
solusi yang sesuai untuk semua. Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka masing-masing
membawa kekuatan dan kelemahan unik mereka ke meja diskusi. Kunci terletak pada
menemukan keseimbangan yang delikat yang sesuai dengan kebutuhan beragam siswa
Indonesia.
Di dunia yang ditandai oleh perubahan yang cepat dan tuntutan yang berkembang, sistem
pendidikan Indonesia harus tetap dinamis dan responsif. Interaksi antara tradisi dan inovasi,
struktur dan kebebasan, menawarkan jalan yang menjanjikan ke depan. Ini adalah jalan yang
mengakui pentingnya menumbuhkan bukan hanya individu yang berpengetahuan luas, tetapi
juga pemikir independen dan pembelajar sepanjang hayat.
Saat Indonesia melanjutkan perjalanan dalam ranah pendidikan, percakapan tentang kurikulum
pasti akan terus berlanjut.
B. SARAN
Rubah semua aturan yang tidak jelas, jadikan komando tetang kebijakan sistem pendidikan
dibawah satu badan. Maksudya semua keputusan mengenai sistem pendidikan dibawah satu
komando, yakni pusat atau Kementrian pendidikan, dan daerah harus mengikuti aturan itu.
Semua harus sama dan selaras sampai kelapisan terendah yakni desa.