Anda di halaman 1dari 3

1.

Pada prinsip pendekatan whole language dijelaskan bahwa program pembinaan baca-tulis
di sekolah harus dikembangkan berdasarkan kenyataan proses belajar yang
sesungguhnya dan memanfaatkan motivasi yang bersifat intrinsik pada diri siswa
tersebut. Mengapa dalam prinsip tersebut harus memanfaatkan motivasi yang bersifat
intrinsic? Apakah motivasi ekstriktik tidak diperlukan?
Jawaban:
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
ada perangsang dari luar. Karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik belajar biasanya adalah dari rasa persaingan
dalam diri, biasanya seseorang belajar memiliki tujuan misalnya ingin menjadi pintar,
atau ingin menjadi juara. banyak orang gagal untuk memiliki motivasi yang
berkelanjutan adalah karena mereka banyak mengandalkan motivasi eksternal. Hal ini
dikarenakan motivasi ekstrinsik hanya bergantung pada penghargaan atau hukuman
eksternal. Namun, setelah hadiah atau penalti itu hilang, motivasi ini akan sirna. Disisi
lain, dengan bergantung pada motivasi intrinsik, seorang individu bahkan tidak
memerlukan hadiah, penghargaan atau takut dengan hukuman apapun. Semangat yang
mereka berikan benar-benar murni dari dorongan dirinya sendiri. Sehingga apapun
yang terjadi, mereka akan tetap termotivasi.  Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi motivasi instrinsik adalah tatangan, rasa ingin tahu, memiliki control,
persaingan, dan kerjasama.

2. Literasi merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam pendekatan whole
language. Lalu bagaimana caranya agar siswa menyukai kegiatan literasi?
Jawaban:
Sesuai dengan ciri kelas Whole language, guru dapat membuat perpustakaan kecil di
dalam kelas atau pojok baca. Di dalam kelas misalnya, coba isi dengan banyak buku-
buku menarik. Jika dikelilingi buku, perlahan siswa akan tertarik untuk menyentuh
bukunya, kemudian membuka, melihat gambar, dan mulai membaca halaman demi

halaman. Selain di kelas, dalam hal ini sekolah harus punya fasilitas perpustakaan
yang membuat siswa nyaman dan betah berlama-lama. Pemilihan lokasi

perpustakaan pun sebaiknya jauh dari hiruk pikuk. Penyediaan buku-buku harus
berkenaan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa akan menarik minat. Hal ini

pun akan membuat siswa jadi ketagihan untuk membaca. Selain itu guru juga bisa
membuat slogan yang berisi pesan edukatif dan penuh motivasi dengan gaya bahasa
anak muda. Slogan ini terdapat di setiap lokasi yang sering dikunjungi siswa. Jika

siswa sering melihat pesan-pesan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan minat


baca mereka. Jadilah role model bagi para siswa. Setelah selesai membaca sebuah

buku, cobalah sharing kepada mereka. Ceritakan pada mereka bahwa bapak/ibu


merasakan pengaruh positif setelah membaca buku tersebut. Buatlah

siswa penasaran, sehingga muncul keinginan untuk mengetahui buku tersebut lebih


lanjut. Selain itu, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam membaca.

3. Mengapa pengajaran dengan pendekatan whole language diajarkan secara terpadu?


Jawaban:
Karena jika bahasa diajarkan secara terpisah-pisah sangat sulit untuk memotivasi siswa
belajar bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubungannya
dengan hidup mereka. Whole language adalah satu pendekatan pelajaran bahasa yang
menyajikan pengajaran bahasa secara utuh dan tidak terpisah–pisah. Para ahli whole
language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tiadak
dapat dipisah–pisahkan. Oleh karena itu, pengajaran ketrampilan berbahasa dan
komponen bahasa, seperti tata bahasa dan kosa kata, disajikan secara utuh bermakna
dan dalam situasi nyata atau otentik. Pendekatan whole language didasari oleh paham
constructivisme yang menyatakan bahwa anak/siswa membentuk sendiri
pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu
(integrated).

4. Seberapa pentingkah komponen pendekatan whole language dalam praktik


pembelajaran dengan pedekatan whole language?
Jawaban:
Komponen dalam pendekatan whole language memiliki peranan yang penting dalam
pembelajaran. Kedelapan komponen tersebut diterapkan secara simultan dalam
pembelajaran whole language. Setelah tahap persiapan pembelajaran diselesaikan,
maka secara rinci gambaran pembelajaran dengan pendekatan whole language
mengikuti kedelapan komponen tersebut, yaitu:
a. Reading Aloud (membaca bersuara)
b. Jurnal Writing
c. Sustained Silent Reading (SSR)
d. Shared Reading
e. Guided Reading
f. Guided Writing
g. Independent Reading (membaca bebas)
h. Independent Writing (menulis bebas)

5. Kita ketahui bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda
dalam berbahasa. Jadi bagaimana cara guru untuk mengatasi perbedaan kemampuan
siswanya dalam berbahasa sesuai dengan pendekatan whole language?
Jawaban:
Dalam kelas whole language, kemampuan berbahasa anak yang berbeda-beda guru
dapat menyiapakan pojok baca di kelas yang mana berisi buku-buku sesuai dengan
tingkatan-tingkatan kemampuan siswa yang ada di kelas. Jadi anak dapat membaca
buku sesuai dengan tingkatannya sehingga jika rajin dilakukan maka dapat
mengembangkan kemampuannya. Guru juga dapat membentuk kelompok kecil ketika
belajar. Dalam kelompok kecil memungkinkan anak untuk memiliki kesempatan
berkomunikasi satu sama lain sehingga secara perlahan-lahan anak akan mengikuti
perkembangan kemampuan bahasa temannya yang lebih mampu dalam
berkomunikasi. Setiap guru juga haru memerhatikan karakteristik siswanya. Siswa
yang memiliki kemampuan yang kurang, maka guru harus memberikan perhatian
yang khusus kepada siswa tersebut. Jadi siswa yang kemampuannya kurang tidak
akan tertiggal dan dapat mengikuti kemampuan teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai