Kelompok 2 ( Dua )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT 2017KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang
disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi . oleh
telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan
kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang,
Tim Penyusun
Kelompok 2 ( Dua )
iDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................... 1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB III.................................................................................................................. 13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 14
iBAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan evaluasi kebijakan
disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-
peserta perumusan kebijakan pendidikan baik yang formal maupu yang tidak
group, baik group yang menjadi penguasa formal maupun yang menjadi mitra dan
bargaining.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan evaluasi kebijakan
disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-
formulasi.
secara umum apa yang apa yang harus dilakukan atau dengan kata lain perumusan
dipilih, suatu keputusan yang menyetujui adalah hasil dari proses seluruhnya.
kebijakan dibuat, dalam hal ini suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan oleh
seseorang pejabat atau lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah atau menolak
Sebagai suatu proses, maka tahap formulasi kebijakan terdiri atas beberapa
1 Ali Imron, Kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, Dan Masa Depannya,
bagi sistem kebijakan. Jika pada tahap awal tumbuhnya sistem kebijakan dan
tujuan dari sistem itu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan tindakan
apa yang akan dilakukan guna mencapai tujuan tersebut, maka pada giliran
berikutnya, ketika sistem telah berjalan, norma yang terbentuk oleh pola
2. Aktor.
Orang atau pelaku yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan akan
yang dihasilkan oleh sistem kebijakan. Aktor yang paling dominan dalam tahap
kepentingan, partai politik, pimpinan elit profesi dan lain-lain. Untuk dapat
Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),hlm, 44.
3. Orientasi nilai.
Proses formulasi kebijakan pada prinsipnya berhubungan dengan proses
setiap kebijakan yang dihasilkan akan mempunyai implikasi nilai, baik secara
implisit maupun eksplisit. Oleh karena itu, aktor-aktor yang berperan dalam
balancing interests), tetapi juga harus berfungsi sebagai penilai (valuer), yakni
tertentu dapat menimbulkan satu atau beberapa problem, tetapi agar hal itu
menjadi masalah publik tidak hanya tergantung dari dimensi obyektifnya saja,
tetapi juga secara subyektif, baik oleh masyarakat maupun para pembuat
dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu, suatu problem, untuk bisa berubah
menjadi problem umum tidak hanya cukup dihayati oleh banyak orang sebagai
sesuatu masalah yang perlu segera diatasi, tetapi masyarakat perlu memiliki
political will untuk memperjuangkannya dan yang lebih penting lagi, problem
kebijakan publik, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap
problem tersebut.4
kebijakan dengan terlebih dahulu mengerti dan memahami sifat dari masalah
perumusan kebijakan.
4 Ibid, hlm, 86
secara serius dan aktif, sehingga biasanya agenda pemerintah ini mempunyai
yakni :5
ketidakseimbangan tersebut.
b. Kepemimpinan politik dapat pula menjadi suatu faktor yang penting dalam
c. Timbulnya krisis atau peristiwa yang luar biasa dan mendapatkan perhatian
5 Ibid, hlm, 87
agenda pemerintah.
Hal ini dapat menyebabkan masalah atau isyu tersebut semakin menonjol
sehingga lebih banyak lagi perhatian masyarakat dan para pembuat kebijakan
kebijakan yang telah pernah dipilih, akan tetapi terhadap problem yang sifatnya
baru maka para pembuat kebijakan dituntut untuk secara kreatif menemukan
alternatif.
ipengertiannya, sebab semakin jelas alternatif itu diberi pengertian, maka akan
sehingga jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot kebaikan dan
alternatif dengan baik, maka dibutuhkan kriteria tertentu serta informasi yang
relevan.
4. Pengesahan Kebijakan
variabel sosial seperti sistem nilai masyarakat, ideologi negara, sistem politik
idan sebagainya.7
diterima bersama meskipun itu tidak terlalu ideal bagi mereka”. Yang termasuk
dan menerima (take and give) dan kompromi (compromise). Baik persuasion
pengesahan kebijakan.
tingkatan (nasional, umum, khusus, dan teknis), maka para aktor perumusan
utama perumusan kebijakan pendidikan dan aktor non utama. Aktor utama lazim
disebut aktor resmi dan aktor struktural. Sebaliknya selain aktor utama disebut
8 Ibid, hlm, 43
iYang termasuk aktor utama dalam perumusan kebijakan pendidikan antara lain:
1. Legislatif
dan perumus kebijakan dalam suatu sistem politik. Para perumus kebijakan
2. Eksekutif
agar kebijakan yang dibuat atau dirumuskan oleh legislatif dapat dilaksanakan
kebijakan jabaran.
3. Administrator
departemennya, oleh karena mereka lebih tahu banyak tentang apa-apa ynag
harus mereka kelola. Administrator departemen tersebut (dalam hal ini adalah
4. Partai politik
kekuasaan dengan dua cara, ialah secara sah dan secara tidak sah. Adapun
menyatukan pemerintahan.10
5. Interest group
9 Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
10 Ibid, hlm, 43
6. Organisasi masa
cita dan keinginan yang sama. Sifat organisasi in adalah non politis. Organisasi
ini dapat berdiri atau independen dan dapat juga berafilisasi denbgan organisasi
politik tertentu.
7. Perguruan tinggi
8. Tokoh perorangan
Tokoh perorangan dapat berasal dari berbagai bidang: agama, politik,
brilian bagi penyusunan kebijakan. Oleh karena tokoh perorangan ini umumnya
iBAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
perumusan kebijakan pendidikan baik yang formal maupu yang tidak formal.
kebijakan. Dengan demikian rumusan kebijakan adalah karya group, baik group
yang menjadi penguasa formal maupun yang menjadi mitra dan rivalnya.
Sebagai suatu proses, maka tahap formulasi kebijakan terdiri atas beberapa
iDAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali .2008.Kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, Dan Masa Depannya .Jakarta: Bumi
Aksara,
Syafaruddin, 2008.Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju
Organisasi Sekolah Efektif.Jakarta: Rineka Cipta,
Rohman, Arif .2012.Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi.Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.