Policy Brief
Bahan Ajar Diklatpim Tingkat I
Disusun Oleh:
Tri Widodo W. Utomo
Pengantar
i
Pengantar
Policy brief ini berisi analisis terhadap issu aktual dan permasalahan yang
dihadapi bangsa Indonesia, serta usulan/rekomendasi yang inovatif untuk
mengatasi masalah yang ada sekaligus untuk mencegah agar
permasalahan yang sama tidak muncul di kemudian hari.
1
menghasilkan informasi tentang proses pembuatan kebijakan melalui
pelaksanaan riset primer kedalam issu-issu kebijakan yang spesifik.
Sedangkan policy analysis lebih bermotif politik dan mencari pengaruh
langsung outcomes kebijakan melalui perumusan atau desain kebijakan
instansi pemerintah.
2
dalam pembuatan kebijakan (policy making). Ini berarti pula bahwa antara
peneliti kebijakan dengan pembuat kebijakan terdapat kesenjangan
komunikasi yang sangat lebar, sebagaimana disinyalir oleh UNCTAD
(2006) sebagai berikut:
Bahasa yang lebih gamblang tentang gap antara peneliti dengan pengambil
kebijakan dikemukakan dalam ODI Briefing Paper (2004), sebagai berikut:
3
policy brief sebagai strategi komunikasi agar utilisasi policy paper lebih
besar dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.
Hal ini sejalan dengan survei yang diadakan oleh Overseas Development
Institute/SciDev.Net (dalam Jones and Walsh, 2008) terhadap para
4
pembuat kebijakan dalam bidang ilmu, teknologi dan inovasi yang
menemukan bahwa:
5
Konsepsi Policy Paper dan Policy Brief
6
1. Eisele (2006): a short, neutral summary of what is known about
a particular issue or problem. Policy briefs are a form of report
designed to facilitate policy-making (dokumen ringkas dan
netral yg fokus pada isu tertentu yg membutuhkan perhatian
pengambil kebijakan.
Dari definisi diatas maka tidak ada urgensi untuk mempertentangkan antara
policy brief dengan policy paper atau research paper. Sebagaimana
dikemukakan oleh Tsai (2006), policy brief lebih bersifat professional
karena diperuntukkan bagi pembaca yang tidak memiliki waktu banyak
namun membutuhkannya untuk dapat mengambil keputusan secara
praktis, sedangkan policy paper lebih bersifat akademik dan sangat
dibutuhkan oleh kalangan ilmiah yang sangat mementingkan soal logika
7
dan argumentasi akademik. Dengan karakter tersebut, maka policy brief
pada umumnya lebih singkat dan disajikan dengan bahasa yang lebih
umum dibandingkan policy paper yang lebih komprehensif.
Jika gap tadi dapat dihilangkan, maka akan terwujud kebijakan publik yang
dirumuskan dengan memperhatikan bukti-bukti nyata (evidence-based
policy) dan/atau dihasilkan atas dasar hasil kajian (research-based policy).
Dan jika hal ini dapat dilakukan, maka kemungkinan terjadinya kegagalan
kebijakan (policy failure) baik pada tahap perumusan maupun implementasi
dapat dikurangi secara signifikan.
8
Gambar 1. Policy Brief sebagai Jembatan Komunikasi Antara Policy Analyst
dengan Policy Maker.
Menurut Dwiyanto (2012), gap antara riset dan pembuatan kebijakan itu
sendiri terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
9
Gambar 2. Ilustrasi Urgensi Policy Brief Bagi Policy Maker
Selain itu, dilihat dari waktu pelaksanaan dan publikasinya, hasil riset
kebijakan juga mengandung masalah yang menjadikan utilisasi riset dalam
pembuatan kebijakan sangat kecil. Masalah yang berhubungan dengan
timing ini menurut Dwiyanto (2012) mencakup:
10
Kelebihan Policy Brief
Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka policy brief yang baik harus
memenuhi karakter khas yang menjadi unggulannya. Dalam hal ini,
Dwiyanto (2012) mengemukakan beberapa keuntungan policy brief
sebagai berikut:
Sesuai dengan kelebihan yang dimiliki, sebuah policy brief yang baik
mengandung karakter sebagai berikut:
11
1. Focused, artinya seluruh aspek dalam policy brief harus fokus pada
pencapaian tujuan untuk memuaskan target audiens.
2. Professional, not academic. Artinya, audiens policy brief lebih
berkepentingan terhadap perspektif penulis tentang masalah dan solusi
yang berbasis pada bukti-bukti baru, dari pada terhadap prosedur ilmiah
yang diterapkan dalam proses pengupulan data-data.
3. Evidenced-based, artinya bahwa yang diharapkan audiens dari policy
brief, selain argumen yang rasional, juga dukungan bukti adanya
permasalahan dan konsekuensi dari pemilihan terhadap solusi tertentu
4. Limited. Karena faktor ruang yang terbatas, policy brief mesti difokuskan
hanya pada satu masalah tertentu saja.
5. Succinct, artinya policy brief tidak memerlukan banyak halaman, cukup
6-8 halaman yang memuat sekitar 3000 kata.
6. Understandable. Artinya, policy brief mesti mudah difahami, baik dari
segi kejelasan dan kesederhanaan bahasa, maupun dari penjelasan
dan alasan yang dikembangkan di dalamnya.
7. Accessible. Artinya, dokumen policy brief mesti mudah digunakan oleh
target audiens.
8. Promotional, artinya tampilan dokumen policy brief harus mengesankan
dan menarik minat target audiens untuk membacanya.
9. Practical and feasible, artinya argumen yang dikembangkan dalam
policy brief harus didasarkan pada hal-hal yang benar-benar terjadi.
Selain itu, rekomendasi yang ditawarkan juga mudah diterapkan oleh
target audiens (Young and Quinn, 2002).
Kriteria yang sama juga dipakai oleh the Center for European Policy Studies
(CEPS, tanpa tahun).
12
Struktur dan Komponen Policy Brief
A policy brief can be Para pakar memiliki pendapat beragam tentang bagaimana struktur policy
flexible in its design
brief disusun, serta elemen / komponen apa saja yang harus ada di
and content.
dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Helms (2012) bahwa a policy
(Michael Helms,
brief can be flexible in its design and content. ntuk itu, peserta Diklatpim I
2002)
juga memiliki keleluasaan untuk menentukan struktur maupun komponen
sebuah policy brief. Yang terpenting adalah bahwa sebuah policy brief
harus memenuhi logika berpikir yang analitis dan sistematis, yang
berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving oriented). Dengan
demikian, uraian pada modul ini lebih merupakan petunjuk (hint) secara
umum untuk mengarahkan penulisan policy brief sesuai logika yang
diinginkan.
Selain itu, perlu digarisbawahi bahwa mengingat sifat dan tujuannya yang
sama-sama berorientasi pada pemecahan masalah, maka struktur maupun
komponen policy brief dan policy paper tidak perlu dibedakan secara
mendasar. Perbedaan dan hubungan antara keduanya telah disinggung
pada bagian awal modul ini.
13
dikemukakan beberapa pandangan pakar tentang sistematika dan
kandungan sebuah policy brief ataupun policy paper.
Menurut Scotten (2011), policy paper memuat 4 (empat) unsur utama, yakni
ringkasan eksekutif, batang tubuh, kesimpulan dan lampiran. Batang tubuh
sebagai bagian utama policy paper sendiri berisi latar belakang, analisis,
pilihan kebijakan, serta rekomendasi. Selengkapnya struktur policy paper
menurut Scotten adalah sebagai berikut:
Sementara itu, Tsai (2003) memberi uraian yang cukup detil terhadap
struktur dan komponen sebuah policy brief. Dalam hal ini, ada 9 (sembilan)
elemen pokok yang harus dipenuhi, yakni:
14
o Should {any organization/government of your choice} provide
humanitarian assistance to people in the {any war
zone/natural disaster situation of your choice}?
o How should {any country or region of your choice} respond
to the investment interest of {any multinational corporation or
financial institution of your choice}?
o Who should take the responsibility for {fixing any
development problem of your choice}?
o When should {any country/organization of your choice}
decide to intervene in {any development problem/crisis of
your choice}?
If you are interested in a particular topic and find yourself
wanting to ask a why question, then it is probably better suited
for an academic research paper rather than a policy brief.
15
opinion, but please pose them as policy options nonetheless. At
the same time, it would not be prudent to overwhelm the
decision maker with too many choices.
7. Advantages and Disadvantages of Each Policy Option:
Write this section from the perspective of the entity that you
represent. For clarity, you may present the pros and cons of the
options in bullet points or outline format. This may seem like
stacking the deck since some options may have only one
advantage and several downsides, but it isn’t always that
obvious.
8. Your Recommendation: After prioritizing the relative pros and
cons of the above options, please recommend one option to
your employer. Yes, this may require going out on a limb on an
extremely complex issue that challenges your ethical instincts.
But if you have agreed to advise a particular country /
organization / person, then you will be asked to make a
recommendation on their behalf.
9. Sources consulted or recommended: This is essentially an
annotated bibliography in the event that the decision maker has
the interest and time to read up on a specific issue. Please
provide a one to three sentence description and evaluation of
each source listed in this section. Aside from standard books
and articles, on-line sources and personal interviews may be
cited.
Pendapat Tsai diatas diadopsi dengan sedikit modifikasi oleh Center for
European Policy Studies (CEPS, tanpa tahun), yang menentukan
adanya 7 (tujuh) elemen dalam sebuah policy brief sebagai berikut:
16
3. Context and importance of the issue:
• A clear statement of the issue in focus that establishes its
current importance and policy relevance,
• A short overview of the root causes of the problem;
background.
• Include only the essential facts that a decision-maker ‘needs
to know’ to understand the context of the problem.
4. Critique of policy option(s).
The aim of this element is to detail the shortcomings of
the current approach or options being implemented and thus
illustrate both the need for change and focus on where change
needs to occur. It is important for the sake of credibility to
recognize all opinions in the debate of the issue.
5. Policy recommendations.
The aim of the policy recommendations element is to provide a
detailed and convincing proposal of how the failings of the
current policy approach need to be addressed. It sometimes
also includes a closing paragraph re-emphasizing the
importance of action.
6. Appendices (only if necessary);
Authors sometimes decide that their argument needs further
support and include an appendix, but they should only be used
when absolutely necessary.
7. Sources consulted or recommended.
17
dari sebuah policy brief diharapkan tetap dipenuhi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
18
saja yang menyebabkan masalah muncul, dan apa dampak /
implikasi (policy consequences) dari masalah tadi?
Lebih disukai jika policy brief juga memiliki kerangka pikir yang logis
dan sistematis (logical framework of thinking).
19
5. Ajukan rekomendasi kebijakan (policy recommendation).
Rekomendasi kebijakan ini berisi pemilihan alternatif kebijakan terbaik
(best policy chosen), serta langkah-langkah konkrit (policy actions)
untuk merealisasikan kebijakan terpilih tersebut. Langkah konkrit disini
lazimnya berisi SIABIDIBA, yakni siapa, apa, bilamana, dimana, dan
bagaimana mengimplementasikan pilihan kebijakan tadi.
Judul;
Executive summary;
Latar belakang dan masalah kebijakan (policy problem, policy question);
Kritik terhadap kebijakan (critique on existing policies);
Alternatif dan rekomendasi kebijakan (policy alternative and
recommendation);
Referensi.
20
Jangan lupa pula perhatikan pewajahan (cover), termasuk pilihan huruf
(font), kombinasi warna, dan sebagainya. Beberapa contoh lay-out atau
desain policy brief dapat dilihat pada lampiran dibawah ini,
Penutup
21
Contoh-contoh Policy Brief
22
Contoh-contoh Policy Brief
Governance Brief No. 11, Juni 2005, Policy Brief, September 2008, Tim
Center for International Forestry Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Research (CIFOR). Transportasi Nasional (TPEKTN),
Kementerian Perekonomian.
23
Contoh-contoh Policy Brief
24
25
26
27
Daftar Pustaka
28
Young, Eóin and Lisa Quinn, 2002, Writing Effective Public Policy Papers: A
Guide for Policy Advisers in Central and Eastern Europe, Budapest:
Open Society Institute and Local Government Public Service Reform.
UNCTAD, 2006, Research-Based Policy Making: Bridging the Gap between
Researchers and Policy Makers. Recommendations for researchers
and policy makers arising from the joint UNCTAD-WTO-ITC workshop
on trade policy analysis, Geneva, 11 - 15 September 2006.
29