Anda di halaman 1dari 3

Teori Public Service Communication

Nama Teori : New Public Service


Tokoh : Janet V. Denhart dan Robert B. Dernhart

Asumsi teori
Teori New Public Service memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat dan harus
tunduk kepada apapun suara rakyat, sepanjang suara itu rasional dan legitimate secara
normatif dan konstitusional. Teori ini menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak
dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara
demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur, dan akuntabel. Teori New Public Service
mencoba mengartikulasikan berbagi teori dalam menganalisis persoalan-persoalan publik.

Konsep teori dan Perkembangan


New Public Service lahir sebagai antithesa dan berusaha mengkritik New Public
Management, yang dianggap gagal di banyak negara. Tujuan teori ini ialah untuk
meningkatkan suatu pelayanan publik yang demokratis, maka pilihan terhadap “the New
Public Service (NPS)” dapat menjanjikan suatu perubahan realitas dan kondisi birokrasi
pemerintahan. Teori ini muncul dengan maksud untuk melawan paradigma administrasi
yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New Public Management
yang berprinsip “run government like a business” atau “market as solution to the ills in public
sector”. Teori ini memiliki fokus bahwa birokrasi tidak hanya harus dilihat melalui sisi
ekonomi namun juga bagaimana melakukan pelayanan publik.
Pelaksanaan konsep ini membutuhkan keberanian dan kerelaan aparatur
pemerintahan, karena mereka akan mengorbankan waktu, dan tenaga untuk mempengaruhi
semua sistem yang berlaku. Alternatif yang ditawarkan konsep ini adalah pemerintah harus
mendengar suara publik dalam pengelolaan tata pemerintahan. Meskipun tidak mudah bagi
pemerintah untuk menjalankan ini, setelah sekian lama bersikap sewenang-wenang
terhadap publik. Di dalam paradigma ini semua ikut terlibat dan tidak ada lagi yang hanya
menjadi penonton. Akar dari New Public Service dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang
demokrasi yang pernah dikemukakan oleh Dimock, Dahl, dan Waldo, meliputi:
- Teori tentang demokrasi kewarganegaraan,
- Model komunitas dan masyarakat sipil,
- Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru, dan
- Administrasi negara postmodern.

Teori ini memiliki prinsip - prinsip dasar, diantaranya yakni


● Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customer).
● Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest).
● Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over
Entrepreneurship)
● Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democratically).
● Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not
Simple).
● Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer).
● Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just
Productivity).
Implementasi
Penerapan teori ini digunakan oleh Soselisa dan Paturuhu pada tahun 2021 dalam
jurnal Public Policy dengan judul "Penerapan Prinsip New Public Service pada Kantor
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap". Teori ini digunakan melalui adopsi prinsip yang
dimiliki oleh teori, yakni sebagai berikut:
● Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customer). Dalam
konteks ini New Public Service dilihat sebagai “citizen atau warga” negara yang
memiliki hak dan kewajiban sebagai publik yang sama. Warga negara tidak saja
dilihat sebagai pelanggan dimana mereka hanya membeli atau membayar barang
dan jasa. Aparatur negara tidak hanya responsif terhadap warga negara sebagai
customer tetapi juga pusat perhatiannya adalah untuk memenuhi hak-hak warga
negara sebagai publik dan pemerintah berupaya membangun hubungan
kepercayaan dan kerja sama dengan warga negara.
● Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest). New Public Service
berpendapat bahwa birokrat bukan aktor pembuat kebijakan untuk merumuskan
kepentingan public administrator, namun publik lah sebagai aktor utama dalam
sistem pemerintahan. Administrator public yang dimaksud dalam pandangan ini
adalah warga Negara, kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok
penekan, wakil rakyat, dan organisasi maupun lembaga lainnya. Aparatur negara
hanya berperan membantu warga negara untuk dapat mengartikulasikan
kepentingan publik.
● Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship over
Entrepreneurship). Kepentingan publik dikembangkan oleh birokrat akan lebih baik
bersama dengan warga negaranya yang memiliki komitmen dalam memberikan
sumbangan berarti dalam kehidupan bersama daripada oleh pengusaha dengan
tindakan bahwa seolah-olah uang dan kekayaan publik itu milik mereka.Untuk itu,
aparatur birokrasi tidak cukup hanya menguasai keahlian pengendalian atau kontrol
manajemen tapi juga ahli dalam melakukan negosiasi dan ahli dalam membuat
resolusi konflik
● Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act Democratically).
Berpikir strategis, bertindak demokratis merupakan satu gagasan utama yang
memandang kebijakan dan program adalah cara yang digunakan untuk dapat
menjawab kebutuhan publik apabila dikelola melalui usaha secara kolektif secara
kolaboratif. Dalam New Public Service pusat perhatian utama implementasi adalah
keterlibatan warga negara dan pembangunan komunitas (community building).
Dalam sistem demokrasi terlibatnya warga negara merupakan bagian yang harus
ada dalam implementasi kebijakan.Organisasi sebagai ruang publik bagi manusia
(citizen dan administrator) dengan pendapat yang berbeda serta melakukan tindakan
yang sama demi kebaikan publik. Komunikasi dan Interaksi dalam partisipasi warga
negara ini telah memberikan tujuan, arti dan makna dari pelayanan publik.
● Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is not
Simple). Dalam konteks ini seharusnya birokrat sebagai aparatur publik tidak
mementingkan kepentingan pasar semata, tetapi harus juga mengutamakan
ketaatan pada undang-undang, norma, etika politik, standard profesional, dan
kepentingan warga negara. Menurut new public service efisiensi, efektivitas dan
kepuasan customer penting, tapi administrasi publik juga harus mempertanggung
jawabkan kinerjanya dari sisi etika, prinsip demokrasi, dan kepentingan publik
Administrator publik bukan wirausaha atas bisnisnya sendiri dimana konsekuensi
ataupun kegagalan akibat keputusan yang diambilnya akan ditanggungnya sendiri.
● Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer). Kepemimpinan sektor
publik lebih didasarkan pada nilai moralitas atau transformational leadership bukan
transactional leadership. Pola kepemimpinan transformasional atau moralitas ini
adalah pola kepemimpinan yang juga merupakan bentuk aspirasi dan keteladanan
antara komponen yang berbeda yaitu pimpinan, bawahan dan public secara
keseluruhan dalam suatu bentuk kesatuan yang utuh. Output dari kepemimpinan
moral atau transformasi ini adalah tindakan dan komitmen, sikap maupun konsistensi
yang sesuai dengan aspirasi pengikut dan publik dengan melakukan tindakan
fundamental untuk merubah moral dan kondisi sosial.
● Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just
Productivity). Perubahan ini dilihat dengan cara pandang masyarakat dalam proses
pemerintahan, perubahan partisipasi dalam dalam proses pemerintahan dan
bagaimana kepentingan masyarakat dapat diselenggarakan serta perubahan seperti
apa yang dilakukan administrator publik dalam menjalankan tugasnya untuk
memenuhi kepentingan publik. Partisipasi masyarakat sebagai pilar penting dalam
pandangan new public service pada penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk
menjawab kebutuhan administrasi publik
.
Referensi
Nurlaela, E. dan Andriani, L. (2018). Makalah Paradigma New Public Service.
Jakarta : INSTITUT STIAMI.
Soselisa dan Paturuhu. (2021). Penerapan Prinsip New Publik Service pada Kantor
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap. Public Policy, 2 (2), 315-331

Anda mungkin juga menyukai