Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering digunakan oleh banyak
pihak, baik dari kalangan praktisi maupun ilmuwan, dengan makna yang berbeda-
beda. Dalam sejarah perjalanan administrasi publik, pelayanan publik semula
dipahami secara sederhana sebagai pelayanan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Semua barang dan jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
kemudian disebut sebagai pelayanan publik. Literatur terdahulu umumnya
menjelaskan bahwa "whatever government does is public service". Pendapat seperti
itu dahulu dapat dimaklumi karena pemerintah pada masa itu hanya peduli untuk
menyelenggarakan pelayanan yang menjadi barang publik atau pelayanan yang
menurut kesepakatan politik dan pertimbangan moral dinilai penting bagi
kehidupan warganya. Namun ketika telah terjadi perubahan peran pemerintah dan
non-pemerintah dalam penyelenggaraan layanan yang menjadi hajat hidup orang
banyak dalam era sekarang ini maka definisi pelayanan publik seperti yang telah
disebutkan di atas perlu dipikirkan kembali
Terdapat sejumlah definisi pelayanan publik Lonsdale dan Eyendi (dalam World
Bank, 2000) misalnya, mengartikan service sebagai assisting or benefiting
individual through making useful things avalible to them. Sedangkan public service
diberi makna sebagai some thing made avalible to the whole of pupolation, and it
involves thing wich people can not formally provide for them selves i.e. people
must act collectively. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelayanan publik
merupakan suatu upaya membantu atau memberi manfaat kepada publik melalui
penyediaan barang dan jasa yang diperlukan oleh mereka. Humphreys (1998)
menyatakan bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai pelayanan yang
utama atau lengkap yang dibiayai dari pajak Pelayanan publik juga termasuk semua
hal yang menyangkut manajemen publik baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah seperti jaminan kesehatan, pendidikan, pertanahan dan
penegakan hukum. Pelayanan tersebut sudah barang tentu untuk memberi
kemudahan bagi masyarakat memenuhi kebutuhannya. Moenir (2006) menyatakan
pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dan atau
kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Pemberian pelayanan,
fasilitasi dan berbagai hal yang memudahkan masyarakat mencapai tujuannya
sudah menjadi kewajiban pemerintah. Fungsi utama pemerintah adalah memberi
pelayanan kepada masyarakat, berupa penyediaan barang/jasa umum, sehingga
memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Salusu, 1996). Kembali kepada hal bernegara.
pelayanan publik merupakan salah satu tujuan utama dibentuknya negara:
"...memajukan kesejahteraan umum dan mehcerdaskan kehidupan bangsa..."
(Pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945) Pelayanan publik
adalah perwujudan pelaksanaan tugas negara, yakni memberikan pelayanan kepada
warga negaranya (Sirajuddin, 2006). Oleh karena itu konotasi pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah kewajiban, sehingga pemerintah
selain memberi layanan sekaligus memberikan akses kepada masyarakat yang
dilayani untuk mengajukan sejumlah masukan, demi perbaikan pelayanan.
Masukan tersebut dapat berupakeluhanatau keberatan kepada instansi
penyelenggara pelayanan. Penyelenggara dalam hal ini adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik. Termasuk badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Hal ini diaturoleh Undang
Undang No. 25 tahun 2009. (pasal 1 ayat (2). Undang undang ini juga mengatur
mengenai pelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif..." (Pasal 1 ayat (1). Dengan demikian pemerintah sebagai institusi
penyelenggara negara adalah penyelenggara layanan publik kepada warga negara
atau penduduk. Warga nagara atau penduduk, keduanya masuk kategori publik
yang dilayani. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor publik sangat terkait dengan
keberadaan pemerintah, maka pelayanan publik juga dapat disamakan dengan
terminologi pelayanan pemerintah (government service) yang diartikan sebagai
pemberian pelayanan oleh agen pemerintah melalui pegawainya (Savas dalam
LAN, 2006).
Menurut Ahmad dkk. (2010), pelayanan publik (public service) adalah "pelayanan
atau pemberian terhadap masyarakat berupa penggunaan fasilitas umum, baik jasa
maupun nonjasa, yang dilakukan olah organisasi publik, yaitu pemerintah".
Penerima pelayanan publik adalah individu atau kelompok orang dan/atau badan
hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.
Sinambela (2008: 5) memberikan pengertian pelayanan publik sebagai berikut:
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara
fisik. Penggunaan istilah pelayanan publik (public service) di Indonesia dianggap
memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat.
Oleh sebab itu, ketiga istilah tersebut dipergunakan bersamaan.
3. Pelayanan harus dievaluasi, tidak saja keberhasilannya, tetapi juga kegagalan dari
pelaksanaan sistem pelayanan yang diterapkan. Keberhasilan yang diraih harus
secara optimal diinformasikan kepada masyarakat sehingga mendapat dukungan
yang lebih luas dari masyarakat itu sendiri.
Dari beberapa pengertian pelayanan dan pelayanan publik yang telah diuraikan di
atas, dalam konteks pemerintah daerah, pelayanan publik dapat disimpulkan
sebagai pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat
dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk
memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan. Sedangkan penyelenggara
pelayanan publik menurut Bab I Pasal 1 ayat 2 UU No. 25/2009 adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dari pengertian
dan penjelasan tersebut, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu:
unsur pertama, adalah organisasi pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu
Pemerintah/Pemerintah Daerah, unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan)
yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga,
adalah kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
[ Sumber : www.sugengrusmiwari.blogspot.com/2012/10/hakekat-pelayanan-
publik.html ]
1. Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa dan barang tak nyata.
Contohnya, sertifikat, perizinan, peraturan, transportasi, ketertiban,
kebersihan, dan sebagainya.
2. Selalu terkait dengan jenis pelayanan lain dan membentuk jalinan sistem
pelayanan yang berskala nasional. Contohnya, dalam hal pelayanan
transportasi.
3. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi
pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam pelayanan berlaku prinsip
utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal. Akan tetapi,
dalam praktiknya hubungan antar-lembaga pemerintahan sering
memojokkan petugas pelayanan agar mendahulukan pelanggan internal.
4. Efisiensi dan efektivitas pelayanan meningkat seiring dengan peningkatan
mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, semakin
tinggi pula kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan demikian,
semakin tinggi pula peran serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
5. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak
langsung, yang sangat berpengaruh pada upaya pengembangan pelayanan.
Desakan untuk memperbaiki pelayanan oleh polisi tidak hanya dilakukan
oleh pelanggan langsung (mereka yang pernah mengalami gangguan
keamanan saja), tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
Bahwa pelayanan publik dilakukan tiada lain untuk memberikan kepuasan bagi
pengguna jasa, karena itu penyelenggaraannya secara niscaya membutuhkan asas-
asas pelayayanan. Dengan kata lain, dalam memberikan pelayanan publik, instansi
penyedia pelayanan publik haras memperhatikan asas pelayanan publik. Asas-asas
pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63/2003 sebagai berikut:
a. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
e. Kesamaan Hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan
publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak.
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
www.sugengrusmiwari.blogspot.com/2012/10/hakekat-pelayanan-publik.html
(diakses pada tanggal 15 Februari pada pukul 18:00 )