Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Pelayanan Publik

ARTIKEL • Minggu, 29/11/2020 • Muslimin B Putra


    63449

Dokumentasi ORI Sulsel

SHARE





<="" p="" style="box-sizing: border-box; margin: 0px 0px 10px;">

<="" p="" style="box-sizing: border-box; margin: 0px 0px 10px;">

Hubungan pemerintah dengan masyarakat dalam suatu negara sangatlah penting karena syarat
berdirinya suatu negara adalah adanya rakyat atau masyarakat, selain syarat adanya wilayah
dan pengakuan dari negara lain. Rakyat atau masyarakat vis a vis pemerintah memiliki hak dan
kewajiban demikian halnya pemerintah vis a vis rakyat memiliki hal yang sama.   

Dalam tata hubungan pemerintah dengan masyarakat dikenal berbagai konsep seperti hukum
administrasi negara, hukum tata pemerintahan atau hukum tata negara maupun hukum
pelayanan publik.  Hukum administrasi negara (administrative law) cabang ilmu hukum yang
mempelajari mengenai tindakan-tindakan dalam menyelenggarakan sebuah Negara sehingga
sering juga disebut hukum tata usaha negara. Hukum administrasi negara diuji dan dilaksanakan
dalam lingkungan peradilan tata usaha negara.

Sedangkan Hukum Tata Pemerintahan menurut Faried Ali (1997:17), terbagi dalam 2 (dua)
pengertian yaitu Hukum Tata Pemerintahan Heteronom yaitu semua aturan hukum yang
mengatur tentang organisasi pemerintahan negara. Hukum Tata Pemerintahan yang merupakan
bagian dari hukum Tata Negara.  Yang kedua Hukum Tata Pemerintahan Otonom adalah
aturan-aturan hukum yang dibuat oleh aparat pemerintah yang sifatnya istimewa, baik aturan
yang sifatnya sepihak maupun aturan yang bersifat dua pihak atau hukum yang dibuat oleh
aparatur pemerintah atau oleh para administrasi negara.

Menurut Cornelis van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur semua
masyarakat hukum atasan dan bawahan menurut tingkatannya dan menentukan
organ-organ/lembaga-lembaga dalam masyarakat hukum bersangkutan, dan menentukan
susunan dan wewenang organ-organ/lembaga-lembaga yang dimaksud. 
Sementara hukum pelayanan publik mengatur hak dan kewajiban penyelenggara pelayanan
publik dan terdapat sanksi bagi pelanggarnya.  Karena itu Hukum Pelayanan Publik memiliki
sifat memaksa, mengikat dan mengatur hubungan masyarakat sebagai penerima manfaat
pelayanan publik dengan pelaksana dan penyelenggara pelayanan publik.   Tujuan
dibentuknya Hukum Pelayanan Publik sama dengan pembentukan hukum pada umumnya yaitu
untuk menciptakan kebaikan, menjamin keadilan dan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat. Kebaikan yang diinginkan dalam hukum pelayanan publik adalah Good
Governance dan Clean Government. Hukum pelayanan publik sebagaimana hukum pada
umumnya juga dapat dijadikan sebagai sebuah alat menciptakan tatanan masyarakat dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Putra,  2020).   

Pelayanan Publik : Beberapa Definisi

Banyak pakar organisasi dan manajemen memberikan batasan yang berbeda-beda tentang
definisi Pelayanan Publik. Kata dasar "Pelayanan" menurut Pasalong (2010:128),  didefinisikan
sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan definisi "Pelayanan Publik" menurut
Mahmudi (2010:223),  adalah  segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Definisi lain Pelayanan publik menurut Harbani Pasolong (2007:128) adalah  setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sementara Sinambela dalam buku
"Reformasi Pelayanan Publik" (2014:5) menyatakan bahwa "Pelayanan publik adalah
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan
oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara
individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat,
misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan lain-lain."

Sementara pakar luar negeri seperti Roth (1926: 1) mendefenisikan sebagai layanan yang
tersedia untuk masyarakat baik secara umum (seperti museum) atau secara khusus (seperti di
restoran makanan). Sedangkan Lewis & Gilman (2005:22) mendefinisikan pelayanan publik
adalah kepercayaan publik. Warga negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan
kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggungjawabkan menghasilkan
kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik
sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.

Sementara definisi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Kata "barang, jasa dan pelayanan administratif" dalam bagian penjelasan dianggap sudah jelas,
tetapi sebenarnya maksud "barang" bukanlah barang yang bisa diperdagangkan oleh manusia
sehari-hari tetapi yang dimaksud adalah barang publik (public goods) yang penyediannya
dilakukan oleh pemerintah.

Pelaksanaan pelayanan publik di Indonesia diawasi oleh sebuah lembaga independen yang
terbebas dari wilayah eksekutif bernama Ombudsman Republik Indonesia. Kewenangan
Ombudsman dalam mengawasi pelaksanaan pelayanan publik sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 bahwa Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan
oleh BUMN, BUMD dan BHMN serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari APBN dan/atau APBD.

Pelayanan Publik Perspektif Islam

Pelayanan publik dalam pandangan Islam bisa merujuk pada Al-Baqarah [2]: ayat 267: "Hai
orang-orang yang beriman nafkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Q.S. al-Baqarah [2]: 267.)

Menurut Rachmadi dan Muslim dalam Jurnal JURIS (Vol. 14 No. 2), dalam kandungan ayat
tersebut, Islam telah mengajarkan kepada seluruh umat manusia (bukan saja untuk umat Islam)
untuk senantiasa memberikan pelayanan yang berkualitas. Apabila kita tarik ke ranah
pelayanan, maka ayat tersebut dapat bermakna bahwa para petugas pelayan, hendaknya
seseorang dengan baik sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri (Rachmadi & Muslim,
2015).      

Rujukan lain secara normatif Rasulullah bersabda: hayrunnash anfauhum linnash yang
artinya"sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR Ahmad, ath-
Thabrani, ad-Daruqutni) yang dihasankan oleh al-Albani didalam Shahihul Jami' no: 3289. 
Pengertian "baik" dalam hadist diatas tentunya bukan saja baik dalam pandangan manusia
meskipun memiliki nilai relatif di mata manusia, tetapi "baik" dalam menurut Allah dan Rasul-Nya
yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya yang bernilai absolut. Dengan demikian
hadist ini memiliki pengertian bahwa ketika seseorang membantu sesama manusia sehingga
dirinya bermanfaat bagi manusia lainnya maka termasuk kepada golongan "sebaik-baik
manusia" dimata Allah Swt dan Rasul-Nya. 

Jika seorang Muslim mengemban tugas sebagai pelayan publik, maka kandungan Al Quran dan
hadist yang sebutkan di atas dapat menjadi inspirasi dalam melakukan aktivitasnya agar dapat
bermanfaat bagi orang, bukan hanya mencari manfaat dari orang lain, apalagi memanfaatkan
orang lain untuk kepentingan dirinya. Cara untuk menjadi seseorang yang bermanfaat bagi
orang lain, salah satunya dengan memberikan bantuan sesuai kebutuhan orang tersebut
sepanjang sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya. Menolong dan bermanfaat bagi
orang lain adalah perbuatan baik dan terpuji, baik di mata manusia maupun di mata Allah Swt
dan Rasul-Nya.

*) Disampaikan pada Kuliah Tamu mahasiswa magang FISIPOL Universitas Muhammadiyah


Makassar  pada 12 November 2020

Muslimin B Putra
Asisten Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan
#pelayananpublik   #orisulsel   #mengenalombudsman

Artikel Terkait

INSAN DAN SOBAT OMBUDSMAN BABEL TEBAR KEBAIKAN RAMADHAN


DENGAN BERBAGI TAKJIL

INSAN DAN SOBAT OMBUDSMAN BABEL PERERAT SILATURAHMI


LEWAT RAMADHAN BERBAGI

Ombudsman Babel Edukasi Maladministrasi Di Desa Pasirputih

Ombudsman Mendongeng Maladminstrasi Untuk Siswa Sd Negeri 3


Pasiputih

Pemotongan Pita Tandai Pembukaan Pelayanan Publik Tanpa Malad

Anda mungkin juga menyukai