Kelompok : II
AGENDA II
Core Values ASN yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
MODUL 2 : AKUNTABEL
1. Pengertian Akuntibilitas
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,
dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a) Akuntabilitas adalah sebuah hubunga (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/ kelompok/
institusi dengan negar dan masyarakat.
b) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
d) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
MODUL 3 : KOMPETEN
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN mengatur adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS
dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
c) . Pendekatan Pengembangan Kompetensi
4. Perilaku Kompeten
a) Perwujudan kompetensi ASN menurut Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 2 Tahun
2021, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;
2. Membantu orang lain belajar;
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
c) Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi diri, antara lain:
1. Merubah mindset, aktif meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan,
merespons tantangan lingkungan yang selalu berubah, dengan paradigma: learn,
unlearn dan relearn.
2. Mengembangkan mandiri secara heutagogik atau “net-centric”, berbasis sumber
pembelajaranutama dari Internet (jembatan belajar yang lebih personal).
3. Memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit
kerja/instansi tempat bekerja atau tempat lain.
4. Melakukan jejaring formal/informal (network).
MODUL 4 : HARMONIS
c) Etika ASN sebagai pelayan publik: Etika publik menekankan pada aspek nilai dan
norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan
publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus
mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam
pelayanan publik.
MODUL 5 : LOYAL
1. Konsep Loyal
a) Loyal adalah setia, berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
b) Mengapa Nilai Loyal dianggap Penting:
1. Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government) yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta mampu
menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
c) Karakteristik yang dapat digunakan organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya:
1. Taat pada Peraturan
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan terhadap pekerjaan;
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan;
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain.
2. Loyal dalam Core Values ASN
a) Panduan perilaku Loyal:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
b) Kata Kunci perilaku loyal: Komitmen, Dedikasi, Kontirubusi, Nasionalisme,
Pengabdian.
3. Membangun Perilaku Loyal
a) Dalam konteks umum : perikau untuk membangun loyal pegawai terhadap
organisasi:
1. Membangun Rasa Kecintaan dan memiliki
2. Meningkatkan kesejahteraan
3. Memenuhi kebutuhan rohani
4. Memberikan kesempatan peningkatan karir
5. Melakukan evaluasi secara berkala
4. Panduan Perilaku Loyal ASN
Panduan Perilaku Loyan ASN adalah sebagai berikut:
a) Memegang Teguh Ideologi Pancasila, UUD Negara Republik indonesai tahun 1945,
setia kepadda NKRI serta pemerintahan yang sah
b) Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan intansi dna Negara
c) Menjaga rahahasias jabatan dan Negara
Kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
yaitu: komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian.
MODUL 6: ADAPTIF
1. Mengapa Adaptif
dalam rangka menghadapi dunia Vuca, seorang ASN harus bisa mengaktualisasikan
nilai-nilai adaptif demi menghadapi perubahan:
a) Perubahan Lingkungan Strategis.
b) Kompetisi di sektor Publik
c) Komitmen Mutu
d) Perkembangan Teknologi
e) Tantangan Praktek Administrasi Publik
2. Adaptif
Merupakan kemampuan untuk berubah atau menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi di lingkungan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas.
3. Organisasi adaptif
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu:
a) Lanskap (landscape)
terkait dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk
beradaptasi dengan lingkungan 28 Modul Adaptif strategis yang berubah secara
konstan.
b) Pembelajaran (learning)
terdiri atas elemenelemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi,
penciptaan budaya adaptif, dan struktur adaptasi
c) kepemimpinan (leadership)
Membentuk adaptive organization.
9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu menjadi
fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
1. Purpose, 2) Cultural values, 3) Vision Visi, 4) Corporate values, 5) Coporate,
6) Structure, 7) Problem solving, 8) Partnership working, 9) Rules
4. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Learning Organization (Peter Senge):
1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery).
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model)
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning)
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).
5. Penerapan Budaya Adaptif dalam lembaga pemerintahan
1) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2) Mendorong jiwa kewirausahaan
3) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
5) Terkait dengan kinerja instansi.
6. Ciri-ciri Individu yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif
1) Eksperimen orang yang beradaptasi
2) Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3) Memiliki sumberdaya
4) Selalu berpikir ke depan
5) Tidak mudah mengelui
6) Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan
7) Tidak mencari popularita
8) Memiliki rasa ingin tahu
9) Beradaptasi
10) Memperhatikan sistem.
11) Membuka pikiran.
12) Memahami apa yang sedang diperjuangkan.
Praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan ancaman
VUCA yaitu 1) Hadapi Volatility dengan Vision, 2) Hadapi Uncertainty dengan
Understanding, 3) Hadapi Complexity dengan Clarity, 4) Hadapi Ambiguity dengan Agility
MODUL 7: KOLABORATIF
1. Definisi Kolaborasi
Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung makna
sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama.
2. Kolaborasi Pemerintahan
Collaborative Governance merupakan proses dari struktur jejaring multi organisasi lintas
sektoral (government, private sector, civil society) yang membuat kesepakatan bersama,
keputusan bersama, dan pencapaian konsensus melalui interaksi formal maupun
informal, pembuatan dan pengembangan norma-norma dalam interaksi yang bersifat
saling menguntungkan dalam mencapai tujuan bersama.
3. Enam kriteria penting untuk kolaborasi
a) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga.
b) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate.
c) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
d) Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
e) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik),
f) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
4. Tiga tahapan assessment Tata Kelola Kolaborasi,
a) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b) Merencanakan aksi kolaborasi;
c) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
5. Panduan Perilaku Kolaboratif
Beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
a) Trust building;
b) Face to face dialogue;
c) Komitmen terhadap proses;
d) Pemahaman bersama; dan
e) Menetapkan outcome antara.
6. Whole of Government
merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan