Anda di halaman 1dari 11

Nama : Susi,S.

NIP : 19900212 202203 2 007

Instansi : Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah

Balai Diklat : Balai Diklat KKB Bogor

Kelompok : II

AGENDA II

MODUL 1 : BERORIENTASI PELAYANAN

1. Konsep Pelayan Publik


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
2. Asas Layanan Publik
UU No.25/2009 – Layanan Publik Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik
meliputi:
1. kepentingan Umum 8. keterbukaan,
2. kepastian hukum, 9. akuntabilitas,
3. kesamaan hak, 10. ketepatan waktu,
4. keseimbangan hak dan kewajiban, 11. fasilitas dan perlakuan khusus bagi
5. keprofesionalan, kelompok rentan,
6. partisipatif,
7. kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan.

3. Prinsip Pelayanan Publik:

a) Partisipatif: pemerintah melibatkan masyarakat dalam merencanakan,


melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya.
b) Tranparan: menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan,
prosedur, biaya, dan sejenisnya.
c) Responsif: wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan
biaya penyelenggaraan pelayanan.
d) Tidak diskriminatif: tidak membedakan antar satu warga Negara dengan warga
Negara lain
e) Mudah dan murah: mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
negara.
f) Efektif dan Efisien: dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah
g) Aksesibel: Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan non fisik.
h) Akuntabel: pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka
kepada masyarakat
i) Berkeadilan: Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari
praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.

4. 3 (tiga) unsur utama dalam pelayanan publik dalam konteks ASN

a) Penyelengaraan pelayanan Publik yaitu ASN/Birokrasi,


b) Penerima layanan yaitu masyarakat,stakeholder atau sektor privat,
c) Kepuasaan pelanggan masyarakat

5. ASN sebagai Pelayan Publik

Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai:

a) pelaksana kebijakan publik,


b) pelayan publik,
c) perekat dan pemersatu bangsa.

6. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN

Core Values ASN yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

7. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan

Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat, Ramah, Cekatan, Solutif, Dapat


Diandalkan, dan Melakukan Perbaikan Tiada Henti.

MODUL 2 : AKUNTABEL

1. Pengertian Akuntibilitas
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,
dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a) Akuntabilitas adalah sebuah hubunga (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/ kelompok/
institusi dengan negar dan masyarakat.
b) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
d) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Tiga fungsi utama Akuntabilitas publik (Bovens, 2007), yaitu:


a) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b) untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

4. Macam Akuntabilitas publik:


a) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, dan
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.
b) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga
Negara.
5. Tingkatan Akuntibilitas
a) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas,
moral dan etika.
b) Akuntabilitas Individu
mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS
dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
c) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
d) AkuntabilitasOrganisasi
mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang
dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada
stakeholders lainnya.
e) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan
pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.

6. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia


1) Perencanaan Strategis (Strategic Plans), 2) Kontrak Kinerja, 3) Laporan Kinerja
7. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
1) Kepemimpinan, 2) Transparansi, 3) Integritas, 4) Tanggung Jawab (Responsibilitas),
5) Keadilan, 6) Kepercayaan, 7) Keseimbangan, 8) Kejelasan, 9) Konsistensi
8. 5 langka Menciptakan frame work Akuntabilitas
1) Menentukan Tujuan dan tanggung jawab, 2) melakukan perencanaan apa yang perlu
dilakukan untukmencapai tujuan, 3) Melakukan implementasi dan memantau kemajuan
yang sudah dicapai, 4) Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan
tepat waktu, 5) Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback.
9. Apa yang diharapkan dari seorang ASN
a) ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku untuk perilaku mereka;
b) ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
c) Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
d) memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan;

MODUL 3 : KOMPETEN

1. Tantangan Lingkungan Strategis


a) Dunia VUCA
“Vuca World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi
(complexity) serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018).
b) Disrupsi Teknologi
Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri.
c) Kebijakan Pembangunan Nasional
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1) Berorientasi Pelayanan, 2) Akuntabel, 3) Kompeten, 4) Harmoni, 5) Loyal,
6) Adaptasi, 7) Kolaborasi

2. Kebijakan Pembangunan Aparatur


1. Merit Sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar
dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, dimana aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
2. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia
(world class bureaucracy), dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang
semakin berkualitas, dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien (Peraturan
MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi Aparatur
2020-2024).
3. Karakter ASN
8 (delapan) karakateristik bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini yaitu
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship, yang kemudian disebut sebagai smart
ASN.
3. Pengembangan Kompetensi
a) Konsepsi Kompetensi
Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1. Kompetensi Teknis: pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis
jabatan.
2. Kompetensi Manajerial: pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
3. Kompetensi Sosial Kultural: pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk.

b) Hak Pengembangan Kompetensi

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN mengatur adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS
dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
c) . Pendekatan Pengembangan Kompetensi

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik


untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural, dalam konteks ASN, terdapat
dua jalur pengembangan karir pegawai, yaitu:

1. Jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan Pimpinan Tinggi dan jabatan Administrasi)


ASN lebih ditekankan memiliki kompetensi view organisasi yang luas,
2. Jalur fungsional atau professional
Semakin tinggi jabatannya tuntutan kompetensi teknisnya semakin dalam (in depth).

Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta


nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan
hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

4. Perilaku Kompeten

a) Perwujudan kompetensi ASN menurut Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 2 Tahun
2021, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;
2. Membantu orang lain belajar;
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

b) Model belajar “Learning by Sharing” menurut Thijssen, et.al (2016)


Ada 3 aspek yang harus sesuai yaitu kebutuhan program pelatihan itu sendiri dengna
harapan publik dan Pusdiklat. Sedangkan peserta pelatihan bersinergi dengan para
praktisi di kantor dan fasilitator terlibat secara intensif dalam proses belajar dari uji coba
(learning by experimenting), belajar dari penelahaan/penggalian (learning by
investigating), dan belajar dari praktek (learning by practicing).

c) Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi diri, antara lain:
1. Merubah mindset, aktif meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan,
merespons tantangan lingkungan yang selalu berubah, dengan paradigma: learn,
unlearn dan relearn.
2. Mengembangkan mandiri secara heutagogik atau “net-centric”, berbasis sumber
pembelajaranutama dari Internet (jembatan belajar yang lebih personal).
3. Memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit
kerja/instansi tempat bekerja atau tempat lain.
4. Melakukan jejaring formal/informal (network).
MODUL 4 : HARMONIS

1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN


a) Harmonis yaitu kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
b) Pentingnya Suasana Harmonis
Menciptakan ketenangan, meningkatkan kolaborasi dan kerjasama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
2. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis
a) Kode Etik ASN
Kode Etik ASN berdasarkan UU No 5/2014 pasal 5 tentang ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugas;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan.
b) Perilaku ASN: bisa ditunjukkan dengan Toleransi, Empati, dan Keterbukaan terhadap
perbedaan.

c) Etika ASN sebagai pelayan publik: Etika publik menekankan pada aspek nilai dan
norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan
publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus
mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam
pelayanan publik.

3. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis


a) Peran ASN
1. Sebagai aparatur Negara, harus bersikap netral dan adil.
2. Mengayomi kepentingan kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,
peraturan yang mendiskriminasi
3. Memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral dan adil dalam
memberikan pelayanan
4. Suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS
lainnya yang membutuhkan pertolongan
5. Menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya

MODUL 5 : LOYAL
1. Konsep Loyal
a) Loyal adalah setia, berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
b) Mengapa Nilai Loyal dianggap Penting:
1. Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government) yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta mampu
menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
c) Karakteristik yang dapat digunakan organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya:
1. Taat pada Peraturan
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan terhadap pekerjaan;
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan;
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain.
2. Loyal dalam Core Values ASN
a) Panduan perilaku Loyal:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
b) Kata Kunci perilaku loyal: Komitmen, Dedikasi, Kontirubusi, Nasionalisme,
Pengabdian.
3. Membangun Perilaku Loyal
a) Dalam konteks umum : perikau untuk membangun loyal pegawai terhadap
organisasi:
1. Membangun Rasa Kecintaan dan memiliki
2. Meningkatkan kesejahteraan
3. Memenuhi kebutuhan rohani
4. Memberikan kesempatan peningkatan karir
5. Melakukan evaluasi secara berkala
4. Panduan Perilaku Loyal ASN
Panduan Perilaku Loyan ASN adalah sebagai berikut:
a) Memegang Teguh Ideologi Pancasila, UUD Negara Republik indonesai tahun 1945,
setia kepadda NKRI serta pemerintahan yang sah
b) Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan intansi dna Negara
c) Menjaga rahahasias jabatan dan Negara

Kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
yaitu: komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian.

MODUL 6: ADAPTIF
1. Mengapa Adaptif
dalam rangka menghadapi dunia Vuca, seorang ASN harus bisa mengaktualisasikan
nilai-nilai adaptif demi menghadapi perubahan:
a) Perubahan Lingkungan Strategis.
b) Kompetisi di sektor Publik
c) Komitmen Mutu
d) Perkembangan Teknologi
e) Tantangan Praktek Administrasi Publik
2. Adaptif
Merupakan kemampuan untuk berubah atau menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi di lingkungan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas.
3. Organisasi adaptif
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu:
a) Lanskap (landscape)
terkait dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk
beradaptasi dengan lingkungan 28 Modul Adaptif strategis yang berubah secara
konstan.
b) Pembelajaran (learning)
terdiri atas elemenelemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi,
penciptaan budaya adaptif, dan struktur adaptasi
c) kepemimpinan (leadership)
Membentuk adaptive organization.
9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu menjadi
fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
1. Purpose, 2) Cultural values, 3) Vision Visi, 4) Corporate values, 5) Coporate,
6) Structure, 7) Problem solving, 8) Partnership working, 9) Rules
4. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Learning Organization (Peter Senge):
1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery).
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model)
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning)
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).
5. Penerapan Budaya Adaptif dalam lembaga pemerintahan
1) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2) Mendorong jiwa kewirausahaan
3) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
5) Terkait dengan kinerja instansi.
6. Ciri-ciri Individu yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif
1) Eksperimen orang yang beradaptasi
2) Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3) Memiliki sumberdaya
4) Selalu berpikir ke depan
5) Tidak mudah mengelui
6) Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan
7) Tidak mencari popularita
8) Memiliki rasa ingin tahu
9) Beradaptasi
10) Memperhatikan sistem.
11) Membuka pikiran.
12) Memahami apa yang sedang diperjuangkan.

Praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan ancaman
VUCA yaitu 1) Hadapi Volatility dengan Vision, 2) Hadapi Uncertainty dengan
Understanding, 3) Hadapi Complexity dengan Clarity, 4) Hadapi Ambiguity dengan Agility
MODUL 7: KOLABORATIF
1. Definisi Kolaborasi
Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung makna
sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama.
2. Kolaborasi Pemerintahan
Collaborative Governance merupakan proses dari struktur jejaring multi organisasi lintas
sektoral (government, private sector, civil society) yang membuat kesepakatan bersama,
keputusan bersama, dan pencapaian konsensus melalui interaksi formal maupun
informal, pembuatan dan pengembangan norma-norma dalam interaksi yang bersifat
saling menguntungkan dalam mencapai tujuan bersama.
3. Enam kriteria penting untuk kolaborasi
a) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga.
b) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate.
c) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
d) Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
e) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik),
f) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
4. Tiga tahapan assessment Tata Kelola Kolaborasi,
a) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b) Merencanakan aksi kolaborasi;
c) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
5. Panduan Perilaku Kolaboratif
Beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
a) Trust building;
b) Face to face dialogue;
c) Komitmen terhadap proses;
d) Pemahaman bersama; dan
e) Menetapkan outcome antara.
6. Whole of Government
merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan

Anda mungkin juga menyukai