Anda di halaman 1dari 4

Membentuk Generasi Berkarakter Ulul Albab1 Pemuda, Tulang Punggung Ummat dan Negara Generasi muda adalah tulang

punggung suatu negara. Petikan kata itu memang tak meleset sedikitpun. Dimana terdapat negara dengan pemuda pemudinya yang berkualitas dan berkarya di segala bidang, maka negeri itu telah maju dan memiliki masa depan yang cerah. Perubahan dan pergerakan yang terjadi di belahan manapun selalu terinspirasi dan dilaksanakan oleh kalangan muda. Lihatlah peran Para pemuda yang mempelopori bangkitnya pergerakan nasional. Organisasi-organisasi yang dapat dikatakan pelopor pergerakan nasional semuanya didirikan oleh pemuda. Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islan (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 ketika ia baru berusia 27 tahun, Ia lahir pada tahun 1878.2 Sutomo baru berusia 20 tahun (lahir 30 Juli 1888)3 ketika mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara baru berusia 20 tahun ketika mendirikan Indische Partij pada tahun 1912 bersama-sama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Tahun 2011 menjadi saksi betapa pemuda sebagai central dan pemeran perubahan di negara-negara timur tengah. Dimulai dengan gelombang perubahan yang terjadi di Tunisia ini, secara perlahan berimbas ke negara-negara di sekitarnya. Bak virus, dalam waktu sebulan, gelombang perubahan ini akhirnya menjadi inspirasi di Afrika Utara dan Jazirah Arab. Gelombang ini menyebar dan seakan tidak terbendung memasuki benak banyak orang di sejumah negara seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi, Oman, Sudan, Mauritania dan Aljazair.4 Ringkasnya, seatu negara sangat ditentukan oleh kualitas pemudanya, bahkan ummat Islam jika ingin bangkit dan menjadi ummat terbaik di bumi, pertamakali harus mendidik generasi muda yang akan menjadi pilar-pilar kejayaan Islam. Dalam hal ini Islam telah menggariskan bagaimana sejatinya pemuda muslim yang didambakan. Pemuda muslim yang diharapkan adalah mereka yang memiliki karakter ulul albab. Generasi Ulul Albab
1 2

Ditulis untuk Majalah Lenter Akhir Tahun 2012 Mulyono dan Sutrisno Kutoyo. 1980. Haji Samanhudi. Jakarta: Depdikbud, hal. 31 3 Tamar Djaja. 1951. Orang-Orang Besar Tanah Air. Jakarta: KPPKRI, hal. 154 4 Tempo, 6 Feb 2011, hal 103

Siapakah generasi ulul albab itu? Secara spesifik al-Quran menggambarkan karakteristik manusia berkualitas (ulul Albab) salah satunya sebagaimana arti dari surat AlZumar: 17-18: Sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang memiliki aka (ulul albab)l. Manusia berkualitas seperti inilah yang dimaksud al-Quran dengan ulul albab yang telah dianugerahi hikmah oleh Allah. Dalam ayat lain ditegaskan lagi, QS. Ali Imran:190191: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulul Albab), yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Kemudian dalam QS. Al-Baqarah: 269, Allah SWT. berfirman, Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan asSunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Banyak penafsiran tentang kata ulul albaboleh berbagai pakar tafsir diantaranya Sayyid Quthb dalam Tafsir Fil Zhilalil Quran. Beliau menerangkan kata ini sebagai penggabungan antara perenungan tentang mahluk ciptaan Allah dan ibadah kepadanya dengan perenungan tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, sehingga perenungan ini bernilai ibadah dan menjadikanya sebagai bagian dari manifestasi dzikir. Penggabungan antar kedua gerakan ini mengisyaratkan dua hakikat penting : Pertama, bahwa perenungan tentang ciptaan Allah, tadabbur tentang kitab alam terbuka, pencermatan terhadap tangan Allah yang Maha Mencipta, ketika menggerakan alam

ini membuka lembaran-lembaran kitab ini adalah merupakan ibadah yang sejati kepad Allah dan dzikir yang utama kepada-Nya. Kedua, bahwa ayat-ayat Allah di alam ini tidak akan terlihat secara jelas sesuai hakikatnya yang sarat inspirasi, kecuali oleh hati yang senantiasa berdzikir dan beribadah. Kedua kegiatan tersebut akan membentuk manusia yang berilmu dan menyadari benar bahwa dirinya dan semua yang ada ini merupakan ciptaan Allah dan mempunyai ketergantungan kepada-Nya. Kesadaran semacam inilah yang membuat ia patuh dan tunduk kepada Allah sehingga ilmu yang telah didapat akan menghasilkan amal sholeh yang berguna bagi dirinya dan orang lain, di dunia maupun akhirat. Salah satu sifat menonjol dari generasi ini adalah keterbukaan atas segala hal, suka mempelajari hal-hal baru dan senang mendengarkan setiap masukan dari manapun datangnya, tentunya pandai menyaring masukan yang bermanfaat dan yang tidak. (QS. AzZumar: 17-18). Keyakinan mereka akan sifat-sifat sunnatullah yang mengatur alam dan kehidupan di dunia telah menempa watak mereka menjadi orang yang senantiasa optimistik dalam menghadapi masa depan. Beberapa Karakter Ulul Albab Penjelasan tentang sifat ulul albab tak hanya sampai disini. Beberapa ulama menjelaskan karakter/ sifat-sifat ulul albab lebih spesifik dari penyimpulan ayat-ayat yang ada dalam al-Quran. Beberapa karakter/ sifat ulul albab diantaranya sebagai berikut:5 1) Dapat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, pada penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Peristiwa tersebut bukanlah hanya sekadar kejadian alam biasa, tetapi merupakan peristiwa yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT. 2) Senantiasa berzikir kepada Allah SWT di mana saja. Generasi ulul albab akan selalu ingat kepada Allah SWT, baik waktu berdiri, duduk maupun waktu berbaring. Semua yang dilakukan, termasuk aktivitas ilmiah, adalah perwujudan dari zikirnya kepada Allah SWT.

Suara Muhammadiyah, Edisi 2 2002

3) Tiada henti-hentinya mengembangkan ilmu, meningkatkan kualitas ilmu dan metodologi ilmu pengetahuan . Ulul albab selalu memikirkan dan merenungkan penciptaan langit dan bumi, karena dari mengamati, mempelajari dan meneliti sifat-sifat alam yang ditetapkan oleh Allah SWT, dapat dirumuskan teori, hukum dan pada akhirnya melahirkan bermacam disiplin ilmu pengetahuan. 4) Selalu memohon dan memanfaatkan potensi dan kesempatan yang disediakan

oleh Allah SWT ( ). Ulul albab menyadari sepenuhnya bahwa


apapun yang diciptakan oleh Allah SWT berguna dan bermanfaat untuk umat manusia. Tidak ada satupun yang diciptakan dengan sia-sia.

5) Mengakui kekuasaan Allah SWT ( (. Pengakuan akan kekuasaan Allah


menghilangkan segala keangkuhan diri dan kesombongan ilmu pengetahuan. 6) Cenderung menjauhkan prilaku menyimpang dan kembali pada prilaku yang mendapat keridhaan Allah SWT dan dijauhkan dari api neraka ( ) 7) Beriman dengan teguh dan senantiasa memperbaiki kualitas keimanannya ( ). 8) Senantiasa menyadari kekhilafan dan meneguhkembangkan kepribadian dalam mengembangkan kemampuan diri ( ) 9) Senantiasa ikhlas, dan siap luluh berkorban mempersembahkan bakti pada Allah membela kebenaran dan keadilan ( ) 10) Berwawasan masa depan, kemuliaan dan perencanaan ( ). Ulul albab selalu berorientasi ke masa depan, yaitu masa depan yang paling jauh, bukan hanya di dunia, tetapi lebih-lebih lagi masa depan di Akhirat nanti.

Gambaran tentang generasi yang mulia ini hanya akan menjadi mimpi apabila kita tidak merealisasikanya. Marilah kita bersama-sama berusaha untuk menjadi pribadi yang ulul albab, dimulai dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil dan saat ini pula. Usaha ini memburuhkan waktu dan dilakukan secara bertahap. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk melaksanakanya dan selalu istiqomah didalamnya. Amiiin...

Anda mungkin juga menyukai