Anda di halaman 1dari 11

Manusia sangat dimuliakan dalam Islam sehingga diharamkan

memanfaatkan organ tubuh manusia. Dan karena air seni manusia termasuk benda

najis sehingga haram pula digunakan. Dalam Islam pengobatan juga dianjurkan

karena untuk memelihara jiwa dan termasuk tujuan syari’ah.

Penggunaan Analisis BatasanDarurat

Perkembangan atau pertumbuhan yang dinamis secara terus menerus

melahirkan berbagai peristiwa baru yang tidak ditunjukkan ketentuan hukumnya

secara spesifik dan pasti dalam al-Qur an. Kondisi demikian melahirkan kesenjangan

antara nash al-Qur an dengan peristiwa-peristiwa yang terlahir sebagai produk dari

dinamika peradaban manusia tersebut, yakni berkesudahannya nash dan tidak

berkesudahannya peristiwa-peristiwa baru.

Tidak setiap orang atau kelompok masyarakat mampu untuk mengembangkan

daya pikirnya untuk melakukan ijtihad.158Terhadap kelompok masyarakat ini, ulama

dan masyarakat yang memiliki pemahaman yang lebih terhadap agama harus mampu

membimbing dan mengarahkan umatnya kejalan kebenaran.

Dalam konteks inilah kita memahami bahwa sesungguhnya fatwa memiliki

peran yang cukup signifikan sebagai media atau instrumen untuk menjadi arahan

bagaiman sikap dan perilaku yang harus ditunjukkan oleh umat Islam. Dalam hal ini

majelis ulama Indonesia adalah sebuah lembaga yang berperan untuk memberikan

fatwa terhadap setiap permasalahan yang terjadi baik diminta ataupun tidak.159

Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan keputusan fatwa MUI tentang

penggunaan organ tubuh manusia bagi kepentingan obat-obatan dan kosmetika


kecuali dalam keadaan darurat syar’iyah boleh dilakukan. Dalam uraian tersebut

terdapat permasalahan yang perlu mendapat pembahasan dan analisis serta

pemecahannya. Berkisar pada keharaman penggunaan organ tubuh, ari-ari, air seni

manusia bagi kepentingan obat-obatan dan kosmetika kecuali dalam keadaan dharurat

serta sejauh mana batasan darurat tersebut bagi kepentingan obat-obatan dan

kosmetika.

Namun demikian dengan menggunakan data-data yang telah terkumpul, dan

tidak lepas dari kajian hujjah para ulama sebagai studi komparatif yang penulis

gunakan untuk mencapai suatu kesimpulan yang dapat menggambarkan fatwa secara

obyektif. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan apa yang dimaksud dengan

darurat, menurut Wahbah Al-Zuhaili darurat yaitu datangnya kondisi bahaya atau

kesulitan yang amat berat kepada tubuh, kehormatan, akal, harta dan yang berkaitan

dengannya. Ketika itu boleh atau tidak dapat tidak harus mengerjakan yang dilarang

(diharamkan), atau meninggalkan yang diwajibkan-Nya atau menunda waktu

pelaksanaannya guna menghindari kemadharatan yang diperkirakan dapat menimpa

dirinya selama tidak keluar dari syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’.160Dalam

keputusan fatwa MUI penulis sependapat dengan adanya fatwa yang telah

dikeluarkan oleh MUI tentang pengharaman penggunaan organ tubuh manusia bagi

kepntingan obat-obatan dan kosmetika. Hal ini mengingat hadist Nabi SWA:
o‫)روا‬.‫َم‬s¹َçَ ‫ا‬¹ً ‫َداٍءَواِﺡ‬
َ ‫َدَواًء‬çَ¹َAُ ‫ََو‬6َ ِ‫َداًءا‬şَSَ¹َçْşَ,َçْ ‫َو‬a>َýّ ‫ن”ا‬ªَ¹ِ ‫اَوَوا‬¹َ ;َ
şْçَ “
(161‫داود‬Qş‫أ‬

Artinya : ”Berobatlah karena Allah tidak menbuat penyakit kecuali membuat


pula obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun” (HR. Abu Daud)

,‫ش‬ٍ Nْaَ¹>ِşْSُyşُ>َ¹”şِ‫ا‬¹‫ﻥ‬şَç‫ﺥ‬
ْ َ‫ا‬,‫ن‬
َ ‫ُرْو‬¹‫َه‬şَýِşْ¹ُşْyُ :¹‫ﺙ‬NِAِ,Sy‫ا‬Q¹َ ‫َدَةا‬¹aُ⁄َ¹”aُْşُy>ُşَ¹:َ‫َﺙ‬¹”‫ﺡ‬
َ
‫ْرَداِء‬¹¹”‫ا‬şِyَ‫أ‬yْ >
َ
,‫ْرَداِء‬¹¹”‫اُِماا‬yْ >
َ
”,‫ِرى‬aَ¹‫ْﻥ‬eَ ‫اَنا‬şِy>ِaْçَ َ‫أ‬Lْ¹َşَªaُNْ¹ِçِ>َy‫َﺙ‬y>
َ
şَLَSَ¹ِSS¹ِ ‫َواءَو‬¹¹”‫اِءَوا‬¹¹”‫لَا‬ýَ ‫أَْﻥ‬a ‫اِن”ا‬ç¹N:‫>و‬aAş¹‫ا‬ay¹a‫لُا‬NُQ‫لََر‬ªَ¹:‫َل‬ªَ¹
(162‫داود‬Qş‫ا‬o‫ِم)روا‬şَِ⁄َçَ ‫اَوْوا‬¹َ ;َ;َ6َ ‫اَوْواَو‬ªَ;َ¹َ ‫َداِءَدَواَء‬

Artinya : ”Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat
bagi setiap penyakit; oleh karena itu, berobatlah dan janganlah berobat dengan
benda yang haram” (HR. Abu Daud)

]
Dari hadist tersebut dapat kita pahami bahwa Islam sangat memperhatikan

masalah kesehatan. Kita dianjurkan berobat ketika sakit karena berobat termasuk

salah satu tujuan Islam yang dijaga yakni memelihara jiwa. Kesehatan merupakan

salah satu kenikmatan terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-

hamba-Nya, karena dengan badan dan akal yang sehat sesorang akan dapat

melakukan kewajiban agama dan dunia dengan sebaik-baiknya. Sedangkan orang

yang sakit, maka akan lemah untuk melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu

sangat penting kesehatan dan berobat ketikasakit.

Dalam prinsip dasar Islam bahwa asal benda adalah mubah (boleh) selama

tidak terdapat dalil yang mengharamkan.163Organ (bagian) tubuh seperti ari-ari

misalnya, pada dasarnya ia bukan benda haram, karena tidak ada ketetapan ataupun

dalil nash yang mengharamkan. Tetapi dalam Islam sangat menghormati dan

memuliakan manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Isra’ ayat 70 :

162
Ibid., hlm. 252

163
Yusuf Qaradlawi, Halal Haram Fil Islam., hlm. 14
◆®º%‰◆U
³k@◆‰
œ□'Q▪0⌧
…®◆B◆◆❒
”ŒºQœ‰
0 ³
AⒸ@□'¤®◆i⌧❑◆❒
oØXⒸ@□'Qغ➢◆◉◆❒c0◆◆(Qœ‰◆❒
]@◆”¤®·„◆¤◆❒ Š◆(”%^Sœ‰
œ□'QB■®º9
§#O☺ X
Œ06•S
>0■5◆
&aØœ#⌧%Ø„Qs◆5

Artinya : Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan
makhluk yang Telah kami ciptakan

Sehingga penggunaan organ tubuh untuk pengobatan haram hukumnya. Urin

atau air seni manusia dalam Islam adalah cairan najis karena air seni membatalkan

wudhu.164Dalilnya firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 90 :

³ŒØ^Qœ‰
0§☺◆©Q{œ‰

œº☺9B
œ□ o®❒®◆©
‰❒❑'◆‰◆U
S}œ®~9!%œ‰◆❒ ŒØOQ%º☺Qœ‰◆❒
œhº☺◆
§# X
k▪§@◉
Ⓒ ◆Q➢!%œ‰◆❒
■❑(†◆d§@œœ◆¤ &#◆SQ©◉#œ‰
&„Øœ◆@❑◆®Qs€5AⒸUö◆®º€◆

Artinta : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.

Oleh karena itu MUI memberi keputusan atau fatwa tentang keharaman

penggunaan organ tubuh bagi kepentingan obat-obatan dan kosmetika hal itu mengingat

organ tubuh manusia adalah haram digunakan. Allah telah menurunkan penyakit dan

obatnya, dan menjadikan sebagian penyakit ada obatnya, karena itu kita disuruh berusaha

dengan berobat tetapi jangan dengan barang haram.165

Dengan begitu organ tubuh manusia seperti ari-ari dan air seni tidak boleh

digunakan sekalipun untuk pengobatan. Walaupun ada yang mengatakan bahwa bisa

untuk mengobati tetapi belum ada bukti secara ilmiah pengaruhnya terhadap vitalis

kesehatan.166Bagaimana dengan dalil terpaksa atau darurat? Bolehkah menggunakan

barang haram atau najis untuk pengobatan.

Ulama madzab Syafi’i berkesimpulan dalam berobat dengan barang najis baru

diperbolehkan jika memang sama sekali tidak ada obat yang suci yang dapat

menyembuhkan penyakit tersebut. Itu pun dengan rekomendasi ahli pengobatan yang

mengetahui benar tidak ada alternatif lain.169

Menurut Yusuf Qardhawi berobat dengan benda haram atau najis boleh dalam

keadaan dharurat. Dengan syarat tidak ada obat lain selain benda itu, dalam keadaan

terdesak jika tidak berobat dengan itu dikhawatirkan akan menimbulkan


kebinasaan/kematian, digunakan seperlunya atau tidak berlebihan, dan dari saran dokter

ahli yang dapat dipercaya dan berakhlak mulia.170

Karena bisa mengancam jiwa, maka dalam keadaan darurat seseorang

diperbolehkan melakukan sesuatu yang dilarang dalam rangka menyelamatkan jiwa dari

kematian. Dapat disimpulkan bahwa bangkai, darah, air kencing, dan daging babi

(sesuatu yang diharamkan oleh syara’) adalah halal bagi seseorang yang khawatir dirinya

binasa akibat kelaparan, kehausan ataupun sakit. Melebihi dari itu hukumnya haram.

Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa kebolehan untuk melakukuan sesuatu

yang diharamkan itu, semata-mata demi untuk menghilangkan dharar (bahaya) dan

menjaga jiwa pelakunya. Kebolehan ini didasarkan hadits Nabi SAW, yang

menyatakan bahwa tidak berbahaya dan tidak membahayakan. Yang kemudian

dirumurkan oleh para ahli hukum Islam menjadi kaidah: bahaya itu harus dihilangkan.

Dari kaidah ini kemudian dimunculkan dan disepakati oleh para ulama kaidah: darurat

dapat memperbolehkan hal-hal yangdilarang.

Dalam wacana ushul fiqh, kondisi demikian merupakan bagian dari kemaslahatan

yang bersifat daruriyah, yaitu suatu kemaslahatan primer dalam kehidupan manusia baik

di dunia maupun di akhirat, jika tidak terwujud maka rusak kehidupan dunia, dan

kehidupan manusia akan terancam.171Mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat

adalah tujuan syari’at yang sangat prinsipil. Dalam ushul fiqh, kemaslahatan dharuriyat

meliputi pemeliharaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Keselamatan jiwa

adalah ukurannya. Inilah yang menjadi sebab adanya keringanan atau penghapusan beban

hukum selama keadaan darurat itu belum hilang.


Batasan dharurat menurut al-Zuhaili adalah: keadaan darurat itu sudah ada bukun

ditunggu, terpaksa mengkonsumsi sesuatu yang dilarang karena tidak ada alternatif yang

lain, membatasi diri hanya untuk menghilangkan kemadharatan dan dari rekomendasi

dokter yang ahli.172

Dalam dunia fashion, ari-ari (plasenta) diyakini dapat berfungsi meregenerasi sel-

sel tubuh sehingga dapat mempertahankan kulit agar tetap sehat, segar, muda, dan cantik.

Juga mampu mengembalikan kemulusan kulit akibat luka atau penyakit kulit.

Sebab, plasenta mengandung sel-sel muda yang sedang tumbuh dan berkembang.

Bersama air ketuban, ekstrak plasenta manusia menjadi favorit bahan kosmetik, karena

paling pas buat konsumen yang sesama manusia.173

Menurut peraturan menteri kesehatan RI tahun 1976, kosmetika adalah bahan atau

bahan campuran untuk digosokkan, diletakkan, dituangkan, dipercikkan, atau

disemprotkan, dipergunakan pada badan manusia dengan maksud membersihkan,

memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk golongan

obat.174

Sesuai ajaran Islam, yang perlu diperhatikan dalam kosmetika adalah halal dan

suci. Yayasan halalan thayyiban memberi petunjuk sejumlah titik habis haram kosmetika.

Pertama, sumber bahannya, bisa jadi hewan dan cara penyembelihan atau bagian tubuh

manusia. Kedua, penggunaan bahan penstabil simulasi. Beberapa kosmetika merupakan

salah satu campuran emulsi sehingga membutuhkan bahan penstabil emulsi. Bahan

penstabil emulsi tersebut halal sumbernya dan pembuatannya.175


Plasenta ada hampir pada semua makhluk yang hamildan menyusui (mamalia),

termasuk manusia. Plasenta yang sering digunakan untuk kosmetika atau untuk produk

kesehatan berasal dari hewan (kambing, sapi dan lain-lain) atau dari manusia.

Dewan hisbah persatuan Islam, dalam sidangnya pada 2 September 2000 di

sumedang jawa barat, mengharamkan penggunaan plasenta untuk kosmetika. Dewan

menyatakan membuat kosmetika dari organ tubuh manusia yang sudah mati

haram.176Pertimbangannya firman Allah SWT, surat al Isra’ ayat 70 yang artinya : Allah

telah memuliakan anak Adam.

Istînbâth Menetapkan Hukum

Telah menjadi kesepakatan jumhur ulama bahwa apabila terdapat suatu kejadian

yang memerlukan ketetapan hukum, pertama-tama hendaknya mencari dulu dalam al-Qur

an, kalau ketetapannya sesuai dengan yang ditunjuk oleh al-Qur an maka ditetapkanlah

menurut al-Qur an itu. Tetapi apabila ketetapan hukum itu tidak diketemukan dalam al-

Qur an, barulah meneliti sunnah. Jika sesuai, ditetapkanlah menurut as-sunnah itu jika

tidak nash as-sunnah yang menetapkan hukumnya maka barulah beralih kepada tahap

pemeriksaan utusan dari para mujtahid yang menjadi ijma’ (kesepakatan bersama) dari

masa ke masa tentang masalah yang sedang dicari ketetapan hukumnya itu kalau ada

ditetapkan maka berusaha sungguh-sungguh dengan mengeluarkan semua kemampuan

dan daya pikir untuk melakukan ijtihad guna menetapkan dasar hukum peristiwa

tersebut.177

Dasar keputusan fatwa tentang penggunaan organ tubuh ari-ari dan air seni

manusia bagi kepentingan obat-obatan dan kosmetika adalah berdasarkan al-Qur an,

hadist, kaidah fiqh dan pendapat ulama.


Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Fatwa MUI mengenai penggunaan organ tubuh manusia bagi kepentingan obat-

obatan dan kosmetika hukumnya haram kecuali dalam keadaan dharurat

syar’iyah. Keadaan dharurat disini adalah keadaan darurat itu benar-benar telah

terjadi dalam arti bahwa seseorang benar-benar dapat diduga akan kehilangan

nyawa. Sehingga mau tidak mau harus terpaksa atau dharurat sebagai satu-

satunya jalan karena tidak adanya alternatif lain untuk pengobatan.

2. Dalam menetapkan fatwa, MUI menggunakan metode istinbath hukum qiyas yaitu

menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang

ada nashnya. Dengan berdasarkan pada al-Qur’an as-sunnah, kaidah fiqh. MUI

mempertimbangkan dimana kemaslahatan menjadi tujuan akhir disyariatkannya

hukum Islam. Dengan demikian kemaslahatan jiwa lebih didahulukan karena

termasuk salah satu dari lima tujuan tercapainya syar’iah oleh karena itu MUI

mengeluarkan fatwatersebut.

3. Dharurat disini dibatasi sebatas menghilangkan kemadharatan (kebinasaan) dan

tidak boleh lebih dariitu.

Anda mungkin juga menyukai