Anda di halaman 1dari 4

MERAIH BERKAH MELALUI

MAKANAN HALAL

Dewan hakim yang kami muliakan

Hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan

Pada tahun 2009, tim peneliti P2E melakukan penelitian tentang perilaku
konsumen dalam mengkonsumsi makanan yang halal. Bahwa 80% responden
muslim Jakarta dan melbourn Australia mengatakan sangat setuju bahkan
sangatlah penting untuk mengkonsumsi makanan yang halal. Namun hadirin,
masalah halal dalam pemilihan makanan akan berdampak pada pertumbuhan
jasmani, akal dan rohani, sesuai dengan hadits rasulullah SAW:

“sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram pun jelas, dan diantara
keduanya ada hal-hal yang samar atau tidak jelas”

Yang halal jelas diperbolehkan untuk dikonsumsi, yang haram jelas dilarang keras
untuk dikonsumsi kecuali pada kondisi-kondisi darurat, sedangkan syubhat
merupakan kondisi yang tidak berada pada keduanya.

Oleh karena itu, dari uraian yang telah kami sampaikan tadi, maka tergugah hati
kami untuk menyampaikan sebuah syarahan dengan judul :

“Meraih Berkah Melalui Makanan Halal”

dengan rujukan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 168, sebagai
berikut ;
‫ٰۤي َا ُّيَها الَّنا ُس ُك ُلْو ا ِمَّم ا ِفى اَاْل ْر ِض َح ٰل اًل َطِّيًبا ۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِن ۗ ِاَّنٗه َلـُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬

Artinya:”Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh,
setan itu musuh yang nyata bagimu”

Hadirin, pada ayat tersebut, terdapat kalimat “qul” yang berarti makanlah! Menurut
tafsir ibnu katsir bahwa kalimat “qul” merupakan fi’il amr yang bermakna
perintah, sedangkan dalam qaidah ushul fiqih biasa dikenal “al ashlu fil amri lil
wujub” asal suatu perintah adalah kewajiban, dengan demikian wajib hukumnya
bagi saya, saudara dan kita semua untuk memakan makanan yang halal dan baik,
karena sudah menjadi sunnatullah bahwa untuk hidup kita harus mensuplai jasad
dengan makanan, agama islam membolehkan kita untuk memakan apa saja, tetapi
ingat terkecuali makanan yang haram.

Makanan yang kita konsumsi juga haruslah memenuhi standar syariat Islam,
makanan yang seperti apa hadirin? yaitu makanan yang halalan toyyiban, sebagai
bentuk implementasi dari tarbiyatul liljasad atau pendidikan untuk jasad sekaligus
secara konkrit memberikan dampak positif bagi jiwa seseorang yang
mengkonsumsinya, sebaliknya akibat banyaknya masyarakat sosial yang
mengonsumsi makanan yang haram dan bertentangan, maka implikasinya
pembangunan terhambat, pendidikan tersumbat, ekonomi tersendat, kemiskinan
terus meningkat, rakyat semakin melarat, hukum hampir sekarat, karena tak
mampu menjerat, para koruptor sang penjahat, yang dikutuk dan dilaknat. Hadirin,
dampak apabila kita mengkonsumsi makanan yang halal, maka otak kita yang
berakal akan menjadi jernih dan lurus sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
surah Ali ‘Imron ayat 191;

‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَيا ًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو ا َاْل ْر ِض ۚ َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت‬
‫ٰهَذ ا َبا ِط اًل ۚ ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ ا َب الَّنا ِر‬
Artinya:”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

Dewan hakim yang kami mulia..

Hadirin Rahimmakumullah..

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menjelaskan, adalah sebagai
“natijah” upaya memahami, berdzikir dan berfikir. Karena akal kita pun haruslah
mendapatkan suplai dengan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu yang bersifat empiris
maupun ilmu yang bersifat absolut, sebab dalam konsepsi Islam ilmu-ilmu tersebut
merupakan suatu kesatuan yang saling mendukung. Bukankah Albert Einstein
menyatakan ; “science without religion is blind but religion without science is
lame” ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, tapi agama tanpa ilmu
pengetahuan adalah lumpuh.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi hadirin apabila kita merenungi ungkapan


murtadha muthahhari bahwa ilmu pengetahuan yang ada pada orang yang tidak
beriman laksana sebilah pisau di tangan orang gila dia bisa menebaskan ke
manapun yang dia mau sehingga dia bisa menipu, merampok, korupsi, bahkan bisa
membunuh, sebaliknya iptek yang digenggam pada orang yang beriman pekerjaan
apapun yang dilakukan, jabatan apapun yang dipikul pastinya akan membawa
kemaslahatan, bukan kemudharatan, akan membawa kesejahteraan bukan
kesengsaraan membawa kemajuan bukan kemunduran membawa ketentraman
bukan kekacauan. Hadirin, implementasi dari semua ini telah melahirkan orang-
orang pintar sekaligus takut kepada Allah SWT, anak-anak kita boleh saja jadi
tentara, asalkan tentara yang beriman, boleh jadi pejabat, pejabat yang beriman,
boleh jadi pedagang, pedagang yang beriman. Untuk itu apapun jabatannya iman
tetap yang pertama. Lalu, apakah makanan halal mempunyai dampak rohani dalam
keimanan kita? Sebagai jawabannya, marilah kita renungkan bersama firman allah,
dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 2 sebagai berikut :

‫ِاَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُن ْو َن اَّل ِذ ْيَن ِاَذ ا ُذ ِك َر ُهّٰللا َو ِج َلْت ُقُل ْو ُبُهْم َو ِا َذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِهْم ٰا ٰيُت ٗه َز ا َد ْتُهْم ِاْيَم ا ًن ا َّوَع ٰل ى َر ِّبِهْم‬
‫َيَتَو َّك ُلْو َن‬

Artinya:” Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila


disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal”

Dewan hakim yang kami muliakan..

Hadirin Rahimmakumullah..

Rohani atau hati juga sangatlah memerlukan pendidikan, diberikan makanan


seperti jasad dan akal, tapi dengan apa? Yaitu dengan dzikrullah, hati yang tak
pernah disentuh dengan dzikrullah hidupnya terasa susah, hatinya murung gelisah
terlebih lagi belakangan ini mencari rezeki bukan main payah jalan hidup semakin
tak terarah yang pada akhirnya jadi jenazah innalillah. akibat hati yang tak pernah
disentuh dengan dzikrullah maka akan tertutup lah dari hidayah Allah sehingga ia
terjerumus kedalam lubang dholalah, na’udzubillah tsumma
na’uzubillahimindzalik.

Dengan demikian, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, mari kita
mengkonsumsi makanan halal dan menjauhi makanan yang haram, oleh karena itu
kami menghimbau carilah makanan dengan kategori halal zatnya, halal
memperolehnya, halal memprosesnya, halal menyajikan, mengantar serta
menyimpannya. Mudah-mudahan dengan cara tersebut kita dapat mewujudkan
generasi indonesia yang beriman dan bertaqwa, aamiin ya robbal alamin.

Anda mungkin juga menyukai