Anda di halaman 1dari 12

‫اﻟﺮ ِﺣﯿﻢ‬

‫اﻟﺮﺣْ َﻤ ِﻦ ﱠ‬
‫�ِ ﱠ‬‫ﺴ ِﻢ ﱠ‬
ْ ‫ِﺑ‬

Nama : Rosan Fariyanda


NIM : B1031221023
Kelas :A
Prodi : Akuntansi

1. Saudara jelaskan model yang tepat mengkaji Al-Islam (Pendidikan Agama Islam)!
Jawab:
Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher
center, model ini berpusat pada guru. Model ini didesain bagi siswa dalam mempelajari
pengetahuan yang terstruktur dan dapat dipelajari melalui tahap demi tahap. Pembelajaran
langsung menurut Kardi, dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan
kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Model pembelajaran langsung tersebut memiliki beberapa ciri yakni jika diaplikasikan
di dalam kelas disajikan dalam lima tahap, meliputi:
1) Guru pertama-tama menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, guru menjelaskan
informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2) Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap secara langsung.
3) Membimbing pelatihan, guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, guru mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, guru mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada
situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

2. Jelaskan proses kejadian manusia secara revolusi dan evolusi di dukung oleh Al Qur'an
teks Arabnya, terjemahan dan tafsirnya!
Jawab:
Teori evolusi dalam Al-Qur‟an merupakan rangkaian kehidupan manusia yang Allah
jelaskan dalam beberapa ayat dengan penjelasan penciptaan manusia mulai dari tanah, air dan
sperma, rangkaian evolusi dalam Al-Qur‟an menghadirkan Allah SWT sebagai pencipta
manusia dan makhluk hidup. Proses penciptaan manusia yang dapat dijadikan pendekatan teori
evolusi Allah SWT isyaratkan dalam satu ayat secara lengkap yaitu Al-Qur’an Surat al-Hajj/
22: 5:
‫ﻏﯿ ِْﺮ ُﻣﺨَﻠﱠﻘَ ٍﺔ‬
َ ‫ﻀﻐَ ٍﺔ ُﻣﺨَﻠﱠﻘَ ٍﺔ َو‬ ْ ‫ﻋﻠَﻘَ ٍﺔ ﺛ ُ ﱠﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻣ‬ ْ ُ‫ب ﺛ ُ ﱠﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧ‬
َ ‫ﻄﻔَ ٍﺔ ﺛ ُ ﱠﻢ ِﻣ ْﻦ‬ ٍ ‫ﺚ ﻓَﺈِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺗ ُ َﺮا‬ ِ ‫ﺐ ِﻣﻦَ ْاﻟﺒَ ْﻌ‬ ٍ ‫ﺎس ِإ ْن ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ﻓِﻲ َر ْﯾ‬ ُ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻨﱠ‬
َ ُ ْ ‫ﱠ‬ ُ ْ ُ
‫ﺷﺪﱠﻛ ْﻢ ۖ َو ِﻣﻨﻜ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﯾُﺘ ََﻮﻓ ٰﻰ َو ِﻣﻨﻜ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﯾ َُﺮدﱡ إِﻟ ٰﻰ‬ َ ُ ُ ً ْ ُ ْ ُ
ُ ‫ﺴ �ﻤﻰ ﺛ ﱠﻢ ﻧُﺨ ِﺮ ُﺟﻜ ْﻢ ِطﻔﻼ ﺛ ﱠﻢ ِﻟﺘ َ ْﺒﻠﻐُﻮا أ‬ َ َ ْ
َ ‫ِﻟﻨُﺒَ ِﯿّﻦَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ۚ َوﻧُ ِﻘ ﱡﺮ ﻓِﻲ اﻷ ْر َﺣ ِﺎم َﻣﺎ ﻧَﺸَﺎ ُء إِﻟ ٰﻰ أ َﺟ ٍﻞ ُﻣ‬
َ
ٍ ‫َﺖ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ زَ ْو‬
‫ج‬ ْ ‫ﺖ َوأ َ ْﻧﺒَﺘ‬ ْ ‫ﻋﻠَ ْﯿ َﮭﺎ ْاﻟ َﻤﺎ َء ا ْھﺘ ﱠَﺰ‬
ْ َ‫ت َو َرﺑ‬ َ ‫َﺎﻣﺪَة ً ﻓَﺈِذَا أ َ ْﻧﺰَ ْﻟﻨَﺎ‬
ِ ‫ضھ‬ َ ‫ﺷ ْﯿﺌًﺎ ۚ َوﺗ ََﺮى ْاﻷ َ ْر‬ َ ‫أ َ ْرذَ ِل ْاﻟﻌُ ُﻤ ِﺮ ِﻟ َﻜﯿ َْﻼ ﯾَ ْﻌﻠَ َﻢ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ‬
ٍ‫ﺑَ ِﮭﯿﺞ‬
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan
di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah.
Proses penciptaan manusia dalam ayat tersebut Allah jelaskan melalui dua bagian,
pertama, proses penciptaan dari tanah yaitu Nabi Adam dan kedua, proses penciptaan manusia
setelah adam yaitu melalui proses dalam Rahim (kandungan). Ayat ini juga mengisyaratkan
tentang penciptaan manusia dari mulai diciptakan (ditiupkan dalam rahim), proses dewasa,
masa tua dan sebagian Allah wafatkan sebelum masa dewasa dan tua sampai Allah jelaskan
bagaimana manusia setelah tua akan kembali lagi ke masa kanak-kanak dan mengalami pikun
hingga akhirnya kembali ke tanah sebagaimana penciptaan pertama manusia.
Kata thurab secara bahasa bermakna tanah gemuk, maksud tanah gemuk menurut al-
Ishfahani adalah tanah yang berada dalam lapisan pertama yang berwarna hitam. Kata thurab
dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 22 kali.38 Ar-Razi menjelaskan bahwa jenis-jenis tanah
yang terkandung dalam unsur tersebut satu sama lin tidak bertentangan. Hal ini disesuaikan
dengan jenis pencitaan pertama yaitu diawali dengan thurab (debu) kemudian menjadi thin
(tanah), selanjutnya menjadi lumpur, kemudian seperti tembikar.
Tanah merupakan unsur terpenting yang melengkapi susunan tubuh manusia. Dari
unsur tanah ini, proses penciptaan berlanjut tahap demi tahap dalam bentuk komposisi kimiawi
yang sangat diperlukan untuk menyususn tubuh manusia. Susunan tubuh manusia berdasarkan
biokimia tersusun dari karbohidrat, lemak dan protein. Dengan melalui proses kimia akan
membentuk gugusan atom (molekul) penyususn tubuh. Unsur-unsur tersebut yaitu Karbonat
(CO3, pen.), Oksigen (O2), Hidrogen (H2), Pospor (P), Kibrit, Azur, Kalsium (Ca), Votasium,
Sodium, Magnesium (Mg), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Yodium (Y), Florit, Kobait (Co), Seng
(Zn), Silikon (Si), dan Alumunium (Al).7 Unsur-unsur tersebut melalui proses rantai makanan
terserap ke dalam tubuh melalui tumbuh-tumbuhan, hewan, dan air. Melalui proses kimiawi,
unsur-unsur dalam tubuh manusia tersebut berubah menjadi darah, daging, dan air mani.
Beragam kandungan unsur yang bermanfaat terdapat dalam tanah yang menjadi unsur
penting dalam penciptaan manusia. kandungan unsur tersebut mengisyaratkan bahwa manusia
diciptakan sebagai makhluk istimewa dan berguna.
Kandungan selanjutnya adalah nuthfah(sperma). Sperma merupakan bagian dari dari
air mani yang tersusun juga dari campuran zat-zat lain, seperti zat gula yang diperlukan untuk
menyediakan energy bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk Rahim dan melicinkan
sekitarnya agar memudahkan perputaran sperma. Dari hasil penelitian terbaru dijelaskan
bahwa pria akan mengeluarkan sperma sekitar 200-500 juta dan dari sekian banyak jumlah
tersebut yang akan diterima indung telur hanya satu, karena ketika air mani keluar jumlah
sperma hanya 10%, selebihnya adalah zat enzim, vitamin c, kalsium, protein, sodium, zat besi,
zat asam seta fruktosa gula.
Nasaruddin Umar berdasarkan berbagai sumber rujukan menjelaskan bahwa substansi
manusia terdapat 12 istilah yaitu, air, tanah, tanah gemuk, tanah lempung, tanah lempung yang
pekat, tanah lempung seperti tembikar, tanah lempung dari lumpur, dari diri yang satu, sari pati
lempung, air mani yang ditumpahkan, cairan mani yang bercampur, dan cairan yang hina.
Penafsiran ayat di atas menjelaskan tentang proses penciptaan manusia sebagai
kelanjutan dari Adam yang diciptakan melalui fungsi reproduksi dengan melibatkan suami dan
istri yang Allah beri kekuatan untuk mengandung bagi perempuan dan laki-laki memberikan
cairan dalam bentuk sperma sebagai cikal bakal anak.
Selanjutnya proses penciptaan manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat an-Nisa/4: 1:
‫�َ اﻟﱠﺬِي‬ ‫ﺴﺎ ًء ۚ َواﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬
َ ِ‫ﯿﺮا َوﻧ‬ً ِ‫ﺚ ِﻣ ْﻨ ُﮭ َﻤﺎ ِر َﺟ ًﺎﻻ َﻛﺜ‬ ِ ‫ﺎس اﺗﱠﻘُﻮا َرﺑﱠ ُﻜ ُﻢ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَﻘَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧَ ْﻔ ٍﺲ َو‬
‫اﺣﺪَةٍ َو َﺧﻠَﻖَ ِﻣ ْﻨ َﮭﺎ زَ ْو َﺟ َﮭﺎ َوﺑَ ﱠ‬ ُ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﻨﱠ‬
ُ َ
‫ﻋﻠ ْﯿﻜ ْﻢ َرﻗِﯿﺒًﺎ‬َ َ‫�َ َﻛﺎن‬‫ﺎم ۚ إِ ﱠن ﱠ‬ َ ْ ُ
َ ‫ﺴﺎ َءﻟﻮنَ ﺑِ ِﮫ َواﻷ ْر َﺣ‬ َ َ‫ﺗ‬
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.
Menurut Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Surat An-Nisa ayat 1 ini dimulai
dengan menjelaskan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia berasal dari
ketentuan Allah yang berhubungan dalam satu Rahim, bertemu dalam satu koneksi dan
bersumber dari satu asal-usul dan bernasab kepada satu nasab, hal ini merupakan upaya
pembelajaran untuk selalu memegang cinta kasih (kekeluargaan), memelihara hak
masingmasing individu, dan memegang teguh hubungan rububiyyah. Ayat ini menjelaskan
bahwa dasar kehidupan adalah keluarga, dimana Allah SWT menciptkan laki-laki sebagai
suami dan diciptakan perempuan sebagai isteri untuk saling melengkapi sehingga dengan
keduanya Allah mengembang biakan menjadi banyak. Dari tatanan kelaurga terbentuklah
sistem masyarakat, untuk itu landasan kelaurga ini harus dikuatkan yaitu menjalankan
kehidupan sesuai fitrah, dan memposisikan manusia baik itu laki-laki maupun perempuan
sesuai kodrat, serta saling melengkapi dan mengisi dalam membangun keutuhan keluarga.
Sedangkan Abu Muslim Al- Isfahani menafsirkan kata ‫ِ اَه ۡ ﻣﻦ‬dalam ayat tersebut dengan
arti dari jenis bahan yang sama yakni tanah, dengan beberapa alasan, pertama sebelum kata ‫ۡ اَه‬
◌ِ‫ َﺣﺪة‬kata adaِ ‫ ۡ َٰ ﻣﻦ ٖس َو‬yangِّ ‫ ﻣﻦ ﻧﱠﻒ‬maknanya dari diri yang satu ini menunjukan kesetaraan dan
kesejajaran, kedua, penafsiran hadits dari tulang rusuk Adam berdasarkan hadis yang dalam
teks aslinya tidak ada kata Adam, ketiga tulang rusuk (dil’un) tidak terdapat dalam surat an-
nisa 1 bagaimana menjadi marji ( tempat kembali dhamir haa pada minhâ) keempat, penafsiran
jumhur tidak sesuai dengan alQuran yang tujuan pokoknya untuk menjunjung derajat
perempuan.
Dari penafsiran ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa penciptaan manusia dalam
surat an-Nisa/4: 1 tidak hanya penciptaan Adam akan tetapi penciptaan Hawa sebagai isteri
yang bertujuan untuk membentuk keluarga dalam satu ikatan dan saling melengkapi sehingga
dari keduanya menghasilkan anak-anak keturunan yang tersebar di bumi yang bertujuan untuk
beribadah kepada Allah SWT dan menggunakan alam ini dengan baik, serta melalui proses
evolusi dalam Al-Qur‟an dapat diambil hikmah bahwa proses penciptaan manusia dalam Al-
Qur’an begitu terinci, sistematis dan mengandung sains yang dapat dijadikan landasan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.
Kesimpulan:
Evolusi dan revolusi yang terjadi di bumi ini terjadi secara keseluruhan, baik itu
tumbuhan, binatang dan manusia. Al-Qur’an menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan sains
berbagai kandungan Al-Qur’an mengisyaratkan mengenai evolusi diantaranya proses
penciptaan manusia, proses penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dan teori big bang.
Perbedaan teori evolusi dengan teori evolusi yang berkembang di Barat terutama teori evolusi
Charles Darwin terletak pada keyakinan bahwa seluruh makhluk yang ada dan hidup di bumi
ini adalah diciptakan, dan Allah SWT sebagai penciptanya. Selain itu terdapat perbedaan
pandangan antara teori evolusi Barat dan Al-Qur’an, teori evolusi Barat khususnya teori
Darwin menjelaskan bahwa manusia tercipta dan berasal dari induk yang sama dengan
makhluk lain, hal ini adalah titik perbedaannya, dimana Al-Qur’an menjelaskan bahwa
manusia Allah ciptakan dan berasal dari ketrunan Nabi Adam, yang Alah SWT telah siapkan
untuk menjadi khalifah fi al-Ardh.

3. Saudara uraikan upaya memahami hakekat Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan
Teknologi Dalam Islam!
Jawab:
Suatu realitas yang tak terelakkan bahwa masyarakat itu berkembang secara dinamis
sesuai dengan kebutuhannya, untuk menutupi kebutuhan tersebut melahirkan karya yang
berupa teknologi sebagai alat untuk efisiensi kerja dan peningkatan volume produksi ekonomi
sehingga manusia secara teknologi hidup dalam kenyamanan dan terlindung. Akan tetapi
dibalik itu, teknologi bisa menimbulkan kutukan dan malapetaka bagi kehidupan manusia yang
berimplikasi pada kehidupan sosial kemasyarakatan seperti kemiskinan, pembunuhan,
pemerkosaan, perkelahian antar agama dan suku, serta kesenjangan sosial lainnya yang
disebabkan oleh terhimpitnya kehidupan mereka dari kungkungan penguasa dan ketidak-
adilan.
Problem-problem sosial tersebut diperlukan usaha-usaha strategis dari agama, karena
agama mampu mencerminkan prilaku baik di dalam kehidupan masyarakat secara harmonis,
sebab agama berperan sebagai interpretatif yang memberikan makna terhadap realitas dan
kerangka acuan normatif. Agama pada satu sisi secara konservatif cenderung mempertahankan
kemampuan, dan di sisi lain dapat memberikan pengesahan terhadap realitas tertentu, tetapi
agama juga berfungsi sebagai kritik terhadap tatanan yang menyimpang.
Filsafat sebagai ilmu berfikir kritis dapat mengajukan alternatif terhadap sosial
keagamaan baik pada metode-metode versi tokoh, seperti dialektika (Karl Max), analisa bahasa
(WZittgenstein), Falsifikasi (Popper), maupun metode umum faktual dengan penekanan
filosofis dan pertanyaan-pertanyaan pilihan filosofis pula, sehingga persoalan sosial
keagamaan dapat dilihat secara benar dan substansial.
Solusi alternativ yang dapat ditawarkan adalah masing-masing tokoh agama perlu
membangun sikap kebersamaan untuk membangun kehidupan masyarakat yang damai,
membangun system dialogis yang kontinyu, menghilangkan egoisme masing-masing agama
serta membangun visi yang menguntungkan semua pihak dengan tidak merendahkan pihak lain
secara seimbang dan proporsional dengan harapan yang damai dan berbudaya dengan visi
keagamaan.
4. Bagaimana proses mengintegrasikan iman, ihsan dan Islam dalam membentuk insan
kamil? Tentu didukung oleh ayat-ayat Al-Qur'an, sebutkan surat, ayat disertai teks
Arabnya, terjemahan dan tafsirnya!
Jawab:
Insan kamil (manusia sempurna) merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh
Tuhan. Hal ini disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia itu –meminjam
istilah Ibn Araby– hanyalah monster bertubuh manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah
menanggalkan kemanusiaannya yang rendah, lalu berjalan menapaki tangga demi tangga
menuju Tuhan sehingga mencapai tangga nafsu tertinggi. Tangga-tangga yang dimaksud
adalah tujuh tangga (sekaligus tujuh macam nafsu manusia), yakni: ammārah, lawwāmah,
mulhimah, muthma`innah, rādhiyah, mardhiyyah, dan kāmilah..
Siapa dan bagaimana insan kamil itu? Terlebih dahulu, kita perlu mengingat kembali
tentang struktur manusia. Dalam perspektif Islam manusia memiliki empat unsur, yakni: jasad,
hati, roh, dan sirr (rasa). Pada manusia yang telah mencapai martabat insan kamil, keempat
unsur manusia (jasad / raga, hati nurani, roh, dan rasa) berfungsi menjalankan kehendak Ilahi.
Hati nurani menjadi rajanya (bercahaya, karena selalu mengingat-ingat Tuhan), sedangkan akal
menjadi perdana menterinya yang selalu berusaha membantu kinerja jasad, roh, dan rasa selalu
beribadah dan mendekati Allah sedekat-dekatnya.
Untuk mencapai derajat insan kamil, kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat
hingga mencapai tangga nafsu muthma`innah, sebagaimana firman-Nya:
ۙ ْ ْ ْ‫ﱠ‬
ْ ۙ ‫ﺿﯿﱠﺔً ۚ ﻓَﺎ ْد ُﺧ ِﻠ ْﻲ ﻓِ ْﻲ ِﻋ ٰﺒﺪ‬
‫ِي َوا ْد ُﺧ ِﻠ ْﻲ َﺟﻨﱠﺘِ ْﻲ‬ ِ ‫ار ِﺟ ِﻌ ْٓﻲ ا ِٰﻟﻰ َر ِﺑّ ِﻚ َر‬
ِ ‫اﺿﯿَﺔً ﱠﻣ ْﺮ‬ ْ ُ‫ﻄ َﻤ �ﯩﻨﱠﺔ‬ ُ ‫ࣖ اَﯾﱠﺘ ُ َﮭﺎ اﻟﻨﻔ‬
‫ﺲ اﻟ ُﻤ‬
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan
diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30)
Jiwa-jiwa yang ketika lahir suci, bersih tak bernoda, kini mulai tampak kotor penuh
noda dan dosa. Kondisi ini terus berlanjut sepanjang hayat, hingga ajal menjemput kita. Hanya
ada dua kemungkinan, apakah sepanjang hayat, sejak usia baligh hingga ajal menjemput, kita
isi dan penuhi hari-hari kehidupan kita dengan aktivitas positif (amal saleh), ataukah justru
sebaliknya, kita mengisi dan memenuhi hari-hari kehidupan kita dengan aktivitas negatif,
perilaku buruk dan perbuatan jahat?
Pilihan ada pada kita. Tentu, setiap pilihan ada konsekuensi yang melingkupinya. “In
khairan fa khairun, wa in syarran fa syarrun”. Jika kita berbuat baik, maka kita akan mendapat
balasan kebaikan. Jika kita berbuat jahat, kita pun akan memperoleh buah dari kejahatan yang
kita lakukan. Dalam bahasa Al-Quran dikatakan, “in ahsantum ahsantum li anfusikum wa
in asa’tum fa laha…” (Q.S. Al-Isra’ : 7). Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.
Bagaimanakah cara menundukkan nafsu dan syahwat? Teori umumnya adalah dengan
memperkokoh keimanan (imannya mencapai tingkat “yakin”, tidak sekedar percaya),
bersungguh-sungguh dalam beribadah (ibadah yang benar dan ikhlas), dan memperbagus
akhlak dan perilaku (dengan akhlaqul karīmah yang sempurna). Untuk mengokohkan
keimanan, maka keimanan kita harus mencapai tingkat “yakin” (tidak sekedar “percaya”),
seperti tabel berikut.
No. Rukun Iman Keimanan yang Mencapai Tingkat “Yakin”
Ma’rifatun wa tashdīqun. Ma’rifat
1 Iman kepada Allah maksudnya mengenal Allah secara yakin
(ma’rifat billāh); sedangkan tashdīq
maksudnya membenarkan bahwa orang yang
mengenalkan Tuhan secara benar adalah
Rasulullah. Oleh karena itu, penjelasan tentang
Tuhan harus bersumber dari penjelasan
Rasulullah.
Meneladani para malaikat yang atas perintah
Allah rela sujud kepada wakil- Nya Tuhan di
bumi, dalam arti “selalu” taat kepada
Iman kepada malaikat- Rasulullah (taat kepada rasul = taat kepada
malaikat- Nya Allah). Jangan sampai seperti Iblis yang
2 membangkang perintah Allah untuk sujud
kepada wakil-Nya Tuhan di bumi.
Menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup
untuk menjalani kehidupan sebagaimana
kehidupan yang dijalankan oleh orang-orang
yang telah diberi nikmat oleh Allah (memilih
jalan shirāthal mustaqīm; dan menjadikan Al-
Quran sebagai pedoman mati, agar dapat mati
Iman kepada kitab- (yang hanya sekali terjadi) dengan mati yang
kitabNya selamat (ḫusnul khātimah), karena memilih
3 shirāthal
mustaqīm.
Menjadikan rasul sebagai ahli zikir (ahli
mengingat Tuhan karena telah mengenali
Iman kepada rasul- Tuhan, telah ma’rifat billāh),
rasulNya
4 sebagai guru dan teladan dalam menjalani
shirāthal mustaqīm.
Meyakini hari akhir, bahwa dirinya akan
memasuki hari akhir –yang pintu masuknya–
dengan kematian yang ḫusnul khātimah. Hari
Iman kepada hari akhir akhir dapat diyakini jika dirinya telah
5 mempersiapkan kehidupan akhirat sejak
sekarang.
Suka dengan takdir Tuhan. Dibuat hidupnya
serba mudah (dikayakan, dipintarkan,
dihebatkan, dan lain-lain) bersyukur karena
dapat bertambahnya ibadah dan amal sosial.
Namun, sekaligus takut jika dirinya malah
Iman kepada menyalahgunakan kemudahan hidupnya untuk
6 Qadhā` dan Qadar mengumbar nafsu dan syahwat. Dibuat
hidupnya serba susah (dimiskinkan, disakitkan,
dan segala derita lainnya) disyukuri juga,
karena jika dijalani dengan sabar akan
mendatangkan pelbagai kebaikan dari Allah,
sekaligus berikhtiar dan berdoa untuk
melepaskan kesulitan hidupnya.

Untuk dapat beribadah secara sungguh-sungguh dengan benar dan ikhlas, maka segala
ibadah yang kita lakukan (terutama rukun Islam) harus benar-benar bermakna, sebagai
berikut:
No. Rukun Islam Makna Rukun Islam
Menyaksikan Tuhan yang bernama Allah,
yakni keimanan kepada Allah sehingga
1 mencapai ma’rifat billāh. Kemudian
Mengucapkan dua menyaksikan Nabi saw. sebagai Rasulullah,
kalimah syahadat dengan jalan
berguru kepadanya dan meneladaninya.
Mendirikan salat dengan khusyuk, mengingat-
ingat Allah, dan menjaga kondisi salat walau di
luar salat dengan selalu mengingat-ingat Allah
(shalāt dā`im) sehingga salatnya mempunyai
dampak yaitu dapat mencegah
2 Mendirikan salat
perbuatan keji dan mungkar.
Menyadari bahwa rezeki yang Allah
anugerahkan kepada kita adalah harta milik
Allah (bukan karena hebatnya kita bekerja
mencari nafkah). Oleh karena itu, zakat dan
segala ibadah harta lainnya (sedekah, infak, dan
lain-lain) dibayarkannya dengan mudah dan
3 Membayar zakat mempunyai kepedulian sosial yang tinggi
(tidak kikir).
Puasa yang dapat meningkatkan ketakwaan.
Ciri utama orang bertakwa adalah mengimani
(dalam arti meyakini) Zat Tuhan Yang Al-
Ghaib, mendirikan salat, meng-infāq-kan harta
yang Allah anugerahkan kepada dirinya
sehingga meyakini hari akhir. Jangan sampai
4 Berpuasa pada bulan puasanya itu sekedar menahan lapar dan haus,
Ramadan sebagaimana yang diingatkan
oleh Rasulullah.
5 Menunaikan ibadah Haji yang mencapai ma’rifat billāh,
haji ke Baitullah sebagaimana sabda nabi, “Al-ḫajju ’arafatun.
Praktiknya harus wukuf di Padang Arafah.
Makna wukuf adalah berhenti. Yang harus
dihentikan adalah semua hal yang menjadikan
ter-ḫijāb-nya (terbentenginya) mata hati
sehingga tidak akan dapat menyaksikan Zat
Yang Al-Ghaib (tidak dapat ma’rifat billāh).
Dalam ibadah haji dan umrah banyak sekali
simbol-simbol. Misal, tawaf mengelilingi
empat pojok Kakbah sebagai simbol perjalanan
menuju Tuhan (melalui empat unsur manusia:
jasad menjalankan syariat, hati menjalankan
tarekat, roh menjalankan hakikat, dan sirr
/ rasa mencapai ma’rifat billāh). Mengambil
tujuh buah kerikil pada malam hari untuk alat
melempar jumrah merupakan simbol hamba
yang bangun habis tengah malam, beristigfar,
mohon ampunan kepada-Nya. Bila dikabulkan
oleh-Nya, diberitahu oleh Tuhan bahwa
penyebab orang tergelincir dari jalan lurus yang
licin ini karena tersandung kerikil, yang
biasanya dianggap sepele. Kerikil-kerikil ini
adalah lambang watak nafsu yang ‟mengaku‟
terhadap semua amal kebaikan karena dirinya
sehingga lupa atas belas kasih Tuhan yang
membuat dirinya mempunyai hati yang
diizinkan beramal baik. Karena itu, nafsu ini
harus dibuang, yakni dilempar ke dalam sumur
tempat melempar jumrah. Ini simbol melempar
setan supaya setan (yaitu ajakan dari luar
dirinya yang menyebabkan hidup dan
kehidupan tidak sejalan dengan kehendak
Tuhan) tidak mampu menggoda lagi.

Dalam perspektif tasawuf, jalan untuk membentuk insan kamil haruslah mengikuti
jalan yang ditempuh oleh kaum sufi (yang lurus, bukan kaum sufi yang menyimpang). Syarat
pertama haruslah beriman (secara benar) dan berniat memproses diri menuju martabat insan
kamil. Misal, mengerjakan ibadah salat secara syariat dan hakikat. Kewajiban syariatnya
adalah melakukan gerakan disertai bacaan salat secara serasi mulai takbiratul iḫrām hingga
salām. Adapun kewajiban hakikatnya, ketika menjalankan syariat itu keadaan hati hanya
mengingat Allah. Cara konkretnya: (1) memulai salat jika Tuhan yang akan disembah itu
sudah dapat dihadirkan dalam hati, sehingga ia menyembah Tuhan yang benar- benar Tuhan;
(2) berniat salat karena Allah. Artinya, ibadah salat yang didirikannya itu dilakukan dengan
ikhlas karena Allah tanpa ada pamrih dunia (ingin disebut orang beragama, ingin mendapat
pujian, atau ada niat-niat mencari dunia) dan tidak pula ada pamrih akhirat; (3) selalu
menjalankan salat dan keadaan hati hanya mengingat Allah; dan (4) salat yang telah
didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Kata Syekh Abdul Qadir Jailani, ”Jalan sufi adalah shirāthal mustaqīm, yakni
menjalankan syariat secara lahiriah, dan menjalankan hakikat secara batiniah. Syariat adalah
segala peribadatan yang dijalankan oleh raga, seperti mengucapkan dua kalimah syahadat,
mengerjakan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, menunaikan ibadah haji
ke Baitullah, ber-akhlaqul karīmah (berakhlak mulia), dan bagusnya budi pekerti. Adapun
hakikat adalah, ketika menjalankan syariat tersebut dibarengi dengan keadaan hati yang
selalu mengingat- ingat Allah (disertai dzikir khafy , zikir di hati, tidak diucapkan).
Contoh lainnya, ketika Anda kuliah. Kewajiban syariatnya Anda kuliah karena
memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya bahwa kaum muslimin wajib mencari ilmu akhirat
dan ilmu duniawi, dengan niat karena Allah (tidak untuk mengejar pekerjaan bergengsi atau
mengejar pangkat dan jabatan). Kemudian rasul pun memerintahkan umatnya untuk bekerja
secara profesional. Artinya, kuliah pun harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Adapun
kewajiban hakikatnya, ketika mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah keadaan
hati selalu mengingat-ingat Allah.
Adapun jalan utama yang perlu dilakukan untuk mencapai derajat insan kamil adalah
jihād akbar (jihad menundukkan nafsu dan syahwat). Imam Ghazali (1333 H: 4) dan kaum
sufi lainnya menguraikan tujuh macam nafsu (sekaligus tujuh tangga), yaitu: ammārah,
lawwāmah, mulhimah, muthma`innah, rādhiyah, mardhiyyah, dan kāmilah. Jadi, upaya
menundukkan nafsu itu adalah dengan menaiki (proses taraqqi) ketujuh tangga nafsu tersebut
hingga mencapai nafsu kāmilah.
Kaum sufi memberikan “tips”. Untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka
seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyādhah
(berlatih terus-menerus) menapaki maqām demi maqām yang biasa ditempuh oleh kaum
sufidalam perjalanannya menuju Tuhan. Maqām-maqām yang dimaksud lebih merupakan
karakter-karakter „inti‟; dimulai dengan menanamkan karakter „inti‟ taubat, kemudian
maqām kedua, maqām ketiga, dan seterusnya, hingga maqām tertinggi. Adapun cara
menanamkan karakter-karakter „inti‟ untuk mencapai martabat insan kamil dapat
digambarkan sebagai berikut:

Tabel:
Tahap-tahap Penanaman Karakter inti untuk
Menaiki Tangga Nafsu Muthma’innah
I II III IV V VI
Taubat Wara’ Zuhud Faqīr Sabar Tawakkal
Taubat Wara’ Zuhud Faqīr Sabar
Taubat Wara’ Zuhud Faqīr
Taubat Wara’ Zuhud
Taubat Wara’
Taubat

Secara operasional, keenam karakter inti itu harus ditanamkan secara bertahap dan
berurutan mulai maqām pertama sehingga maqām keenam, sebagai berikut.
1. Menanamkan karakter taubat sehingga benar-benar merasakan bahwa Anda
adalah orang paling banyak melakukan berbuat dosa dan kesalahan, lalu bangkit
untuk selalu beristigfar. Dosa dan kesalahan yang selalu dan sering dilakukan
(oleh orang yang paling taat beragama sekalipun) adalah: pertama, dosa masih
merasakan wujud (padahal yang wujud hanyalah Tuhan). Seharusnya Anda
merasakan “Ada” atau Wujud-Nya Tuhan (merasakan kehadiran Tuhan). Akibat
merasakan wujud ini (wujud selain Tuhan) akan mendatangkan dosa kedua, yakni;
dosa merasa mempunyai daya dan kekuatan (merasa hebat, merasa kaya, merasa
pintar, dan lain-lain), padahal sebenarnya manusia dibuat hebat, dibuat kaya,
dibuat pintar, dan lain-lain. Maksud Tuhan untuk menguji; ketiga, dosa lupa
kepada Tuhan (lupa berzikir), padahal seharusnya Anda selalu ingat Tuhan,
sekurang-kurangnya ketika sedang salat (jangan sampai salatnya divonis sâhûn
[=lalai, lupa berzikir] yang diancam dengan neraka); keempat, melakukan dosa-
dosa besar dan dosa-dosa kecil yang dilakukan secara terus- menerus; dan kelima,
dosa berupa masih kurang dalam melakukan ibadah dan amal sosial. Pada orang-
orang yang beriman secarabenar, karakter taubat itu akan menyatu dengan
dirinya. Ingat, para nabi dan para rasul saja (padahal mereka manusia-manusia
suci) selalu bertobat. Nabi Muhammad saw. mengungkapkan, bahwa dirinya
bertobat paling sedikit 70 atau 100 kali dalam sehari- semalam, dan beliau saw.
sadar benar atas kesalahannya.

2. Dengan tetap dalam kondisi taubat, lalu Anda berusaha menanamkan karakter
wara’. Jika Anda sudah terbiasa bertobat, maka maqām wara’ akan mulai mudah
ditanamkan. Namun, kalau Anda belum terbiasa bertobat, maka maqām wara’
akan susah ditanamkan. Pada maqām ini, Anda berlatih untuk selalu sadar dengan
kehalalan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kemudian Anda hanya makan
makanan yang halal, minum minuman yang halal, berpakaian dengan pakaian
yang halal, bertempat tinggal yang halal, dan barang yang dipilih dari yang halal-
halal, menghindari yang syubhat (tidak jelas halal-haramnya) terlebih-lebih lagi
yang haram. Orientasi hidup seseorang pada maqām wara’ ini adalah akhirat.
Ibadah untuk kepentingan akhirat; beramal sosial untuk kepentingan akhirat;
bekerja, termasuk kuliah seperti yang Anda jalani adalah untuk kepentingan
akhirat. Orang pada maqām wara’ ini sudah menjalankan perintah nabi, “I’mal li
dunyāka ka`annaka ta’īsyu abadan, wa’mal li ākhiratika ka`annaka tamūtu
ghadan.” Artinya, “Beramallah untuk urusan duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan beramallah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan
mati besok.” Karena tujuan hidup itu untuk kembali kepada Tuhan, maka orientasi
hidupnya –baik urusan dunia ataupun urusan akhirat – hanya diniati dan bertujuan
untuk Allah semata (untuk kepentingan akhirat).
3. Dan setererusnya.

5. Saudara uraikan dan jelaskan konsep dan karakteristik paradigm Al-Qur'an


menghadapi kehidupan modern!
Jawab:
Dalam konsep Islam, kemajuan dan kemodernan yang integral adalah segala sesuatu
yang harus diraih dan merupakan perjuangan yang tak boleh berhenti. Al-Qur’an harus
dijadikan Paradigma dalam melihat dan mengembangkan segala persoalan. Paradigma Qurani
dalam pengembangan iptek, Paradigma Qurani dalam pengembangan budaya, pengembangan
ekonomi yang berlandaskan paradigma Qurani.
Paradigma Qurani dalam menyoroti segala persoalan harus tetap menjadi komitmen
umat islam agar umat tidak kehilangan jati dirinya dalam menghadapi tantangan modernitas.
Kehidupan modern yang pada hakikatnya merupakan implementasi kemajuan Iptek akan
memeri manfaat dan terus berkembang untuk membawa kemajuan yang harus dipandu agar
tidak terjebak dalam kehidupan sekularis.
Sejarah membuktikan kemunduran umat islam pada abad kedelapan belas, yang biasa
disebut abad stagnasi keilmuan adalah karena beberapa faktor. Pertama, justru karena umat
islam meninggalkan peran Al-Qur’an sebagai paradigma dalam menghadapi segala persoalan.
Kedua, hilangnya semangat ijtihad di kalangan umat islam. Ketiga, menurut Muhammad Iqal,
karena umat islam menerima paham Yunani mengenai realitas yang dinamis sedangkan jiwa
Islam bersifat dinamis dan berkembang. Keempat, para ilmuan keliru memahami pemikiran
Al-Ghazali. Faktor Kelima, karena sikap para khalifah yang berkuasa pada zaman itu tidak
mendukung pengembangan keilmuan karena takut kehilangan pengaruh yang berakibat
terhadap hilangnya kekuasaan mereka.
Al-Ghazali sendiri dengan keras mengecam situasi yang dilihatnya tersebut.
“Sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para pemimpinnya, dan
kerusakan para pemimpin disebabkan oleh kerusakan para ulama. Kerusakan ulama
disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Siapa yang dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak
akan mampu mengurus rakyat kecil,”
Karena sikap demikian, kehidupan politik umat islam pun, pada abad itu menjadi
lemah, pecah dan berantakan di tengah hegemoni kekhilafahan Islam yang mulai memudar
dalam menghadapi peradaban barat yang mulai menggeliat dan perlahan maju dengan
percaya diri. Perkembangan selanjutnya, dunia islam masuk dalam perangkap kolonialisme
Barat dan bangsa barat menjadi penjajah yang menguasai segala aspek di dunia barat.
Paling tidak ada tiga persepsi yang muncul mengenai kondisi umat islam (secara
global) pada saat ini. Pertama, sebagian umat Islam melihat bahwa mereka dalam degradasi
yang terus menerus kebawah, semenjak kedatangan Islam di Madinah. Kedua, sebagian umat
Islam berkeyakinan bahwa sejarah umat Islam berjalan dalam bentuk gelombang, yang terdiri
atas gerakan naik turun, tampak seperti spiral. Ketiga, sebagian lagi umat Islam berkeyakinan
bahwa Islam berada dalam kemajuan yang terus menerus sepanjang zaman. Langkah –
langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal oleh peradaban Barat, kunci sukses dunia
Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Qur’an.
1. Memadukan system pendidikan Islam.
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahapan;
tahapan pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban islam; tahap kedua yaitu
islamisasi ilmu pengetahuan.
3. Penegasan prinsip – prinsip pengetahuan Islam :
a. The unity of Allah
b. The unity of creation
c. The unity of truth and knowledge
d. The unity if life
e. The unity of humanity
Kemajuan itu kembali akan diraih dan akan menjadi milik umat islam, jika umat islam
sekarang bersikap yang sama dengan Al-Qur’an sebagaimana umat pada zaman keemasan,
menjadikan Al-Qur’an sebagai paradigma pemecah problem kehidupan.
Paradigma Qurani berkontribusi dalam mewujudkan kemajuan dan kemodernan pada
zaman keemasan islam yang ditandai dengan kemajuan pesat perkembangan iptek didunia
islam, yang berimplikasi terhadap kemajuan di bidang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai