Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR STUDI ISLAM

ISLAM DAN ORIENTALISME

Dosen Pengampu:
Dr. Yayan Suryana, M. Ag.

Disusun Oleh:
M. Raihan Khoirul Ramdan 23107010092
Azaria Salma Sholiha 23107010093
Ahdina Zadin Najwa Dania Ukhra 23107010112

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah orientalisme bukan suatu hal yang asing dikalangan akademisi Islam.
Membahas tentang orientalisme berarti membaca kembali sejarah yang pernah
terukir antara Timur dengan Barat. Dalam perkembangannya, studi islam menjadi
salah satu hal yang didalami oleh beberapa orang, baik di barat maupun di timur.
Banyak hal yang telah dialami dalam perjalanan agama islam dalam hal studi ilmu-
ilmu keislaman, selain itu juga dalam perkembangannya metodologi studi islam
telah menjadi bagian dalam khasanah keilmuan di dalam dunia pendidikan atau
akademis. Baik di barat maupun di timur.
Di masa sekarang keilmuan keislaman bukan hanya dikaji oleh umat islam
saja, namun bangsa barat pun berminat dalam mengkaji ilmu-ilmu keislaman. Itu
dibuktikan dengan banyak ilmuan-ilmuan barat yang tekun mendalaminya yang
biasa disebut orientalis, hal itu memungkinkan untuk terjadi pertukaran budaya
serta keilmuan baik barat maupun timur terlebih akibat perang salib yang
berlangsung lama antara islam dengan kristen. Para peneliti barat ini memiliki motif
dan tujuan yang bermacam-macam dari kegiatan mereka meneliti islam dengan
sudut pandang yang beragam serta hasil yang berbeda-beda dari hasil telaah mereka
terhadap dunia Timur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu orientalisme dan bagaimana sejarah munculnya orientalisme?
2. Bagaimana pemikiran para tokoh ahli terkait orientalisme?
3. Bagaimana pengaruh orientalisme dalam studi islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientalisme dan Sejarah kemunculannya
1. Definisi Orientalisme

Orientalisme berasal dari kata “orient”, yang bersifat leksikal berarti timur,
dan oriental yang berkaitan atau terletak di timur. Orientalis dan Orientalisme dalam
Kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan tentang ketimuran atau tentang
budaya ketimuran. Orientalisme memiliki makna yang sangat luas cakupannya, Dr.
Hasan Abdur Rauf, menyebutkan bahwa kata “Orientalisme” secara umum diberikan
kepada orang-orang non-Arab khususnya ilmuwan Barat yang mempelajari ilmu tentang
ketimuran, baik itu dari segi bahasa, agama, sejarah, kebiasaan, peradaban dan adat
istiadatnya. Sedangkan para peneliti Islam yang lain mendefinisikan orientalisme
dengan penelitian atau kajian akademi yang dilakukan non muslimin dari non Arab baik
dari negara timur (asia) ataupun barat terhadap aqidah, syariat, bahasa dan peradaban
islam dengan tujuan membuat keraguan pada agama yang lurus ini dan menjauhkan
manusia darinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Orientalis (al-
Mustasyriquun) adalah istilah umum mencakup kelompok-kelompok non Arab yang
bekerja di medan penelitian ilmu ketimuran secara umum dan Islam secara khusus.

2. Sejarah munculnya Orientalisme

Belum bisa ditentukan secara pasti awal mula munculnya orientalisme, Dan
tidak diketahui secara pasti siapa orang Eropa pertama yang mempelajari tentang
ketimuran dan juga tidak ada yang mencatat kapan terjadinya. Ada beberapa pendapat
yang mencoba menjelaskan kapan munculnya orientalisme, diantaranya:
a. Pendapat pertama mengatakan munculnya orientalisme itu ketika Al-
Qur’an diterjemahkan kedalam bahasa latin pada abad ke 12.
b. pendapat kedua mengatakan orientalisme muncul pada abad ke 13 ketika
berkecamuknya perang salib sejak 1097- 1295 M.
c. Ketika Islam mulai membuka jendela ke Barat melalui Andalusia/ Spanyol,
dimana para pendeta dan pelajar-pelajar Barat banyak yang berdatangan dan
belajar dari umat Islam.
Kuat dugaan, awal pekembangan orientalis itu sendiri berawal dari interaksi
yang terjadi antara barat dengan Umat Islam di Andalusia, keberadaan umat Islam
disana adalah awal dari persentuhan barat dengan ilmu pengetahuan yang bersifat
rasional yang sudah berkembang di dunia Islam, dimana perkembangan pemikiran
di barat sebelumnya lebih dominan diwarnai oleh pengaruh kekultusan ajaran
agama. Adanya persentuhan Islam dengan barat ini, merupakan titik awal perhatian
Barat terhadap Islam, yang pada akhirnya melahirkan perhatian bagi masyarakat
barat untuk meneliti tentang Islam lebih jauh.
Melihat dari perkembangannya, kajian orientalsi menjadi sebuah bidang
ilmu yang memang telah sempurna itu terjadi pada akhir abad ke 18 M, dimana
disana mereka telah mengkaji tentang peradaban Timur secara keseluruhan, naik
secara materilnya, ruhiyahnya, ekonomi, sejarah, letak geografinya, politik,
kebudayaan, filsafatya dan lain-lain. Melihat dari fenomena ini terjadi
perkembangan dalam diri orientlis sendiri, sehingga munculnya orientalis yang
berpandangan objektif terhadap timur dan mencari kebenarannya
Dalam rentang waktu antara abad pertengahan sampai abad ini, secara garis
besar orientalisme dapat dibagi tiga periode. Yaitu masa sebelum meletusnya
perang salib di saat umat Islam berada dalam zaman keemasannya(650-
1250), masa perang salib sampai masa pencerahan di Eropa,dan Munculnya Masa
Pencerahan di Eropa sampai sekarang. Berikut uraian periodisesai tersebut:
a. Pertama, masa sebelum perang salib dan masa keemasan bagi umat Islam
(masih bersikap netral terhadap misi). Terdapat argumentasi bahwa pada abad
pertengahan pandangan orang Eropa terhadap umat Islam dipengaruhi oleh
kitab suci dan teologis.
b. Kedua, masa perang salib hingga masa pencerahan Eropa (telah bergeser ke
arah pendistorisan Islam). Perang salib antara umat Islam Timur dan umat
Kristen Barat mengalami ketegangan dari tahun 1096-1291, meski umat
Kristen kalah namun umat Islam mengalami masa penekanan yang berat.
Sebab putra-putra terbaik Muslim meninggal di medan perang, aset-aset
pemerintahan mengalami kehancuran serta kemiskinan dan kebodohan
terhadap umat Islam di Timur karena kefokusan umat Islam tercurahkan pada
perang salib.
c. Ketiga, masa pencerahan Eropa hingga sekarang (mengapresiasi Islam dengan
pengembangan intelektual yang rasional). Ketegangan umat Islam Timur dan
umat Kristen Eropa telah hilang ketika memasuki masa pencerahan di Eropa.
Masa pencerahan itu munculnya karya-karya yang bersifat positif.

3. Tujuan Orientalisme
Perkembangan zaman menampakkan tujuan munculnya orientalisme. Tidak
terlepas dari tujuan awal orientalisme yaitu muncul untuk memperkuat barisan
militer. Kemudian tujuan kedua yaitu pengetahuan, selanjutnya ditemukan dari
beberapa rujukan menyatakan tujuan orientalisme sebagai motivasi awal muncul
yaitu hadir untuk mencari kelemahan Islam yang digunakan untuk
mendiskriminasikan Islam. Sebab, dalam pandangan kelompok tersebut bahwa jika
telah mempelajari dunia ketimuran, maka sangat mudah untuk mengkristenkan umat
Islam. Tujuan mereka bukan lagi untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan, akan
tetapi menjadi membuat keraguan pada kaum muslimin terhadap agamanya.

4. Motif Orientalisme
Latar belakang pengkajian orientalisme sangatlah kompleks. Motif-motif yang
ada di belakang orientalisme antara lain:
a) Keagamaan. Barat yang di satu sisi mewakili Kristen memandang Islam sebagai
agama yang sejak awal menentang doktrin-doktrinnya.
b) Keilmuan. Sejarah telah mencatat keberhasilan umat Islam dalam
pengembangan sains dan teknologi dari berbagai bangsa, ketika orang Barat
belum mempunyai apa-apa. Karena itu perlu menterjemahkan karya-karya
Muslim.
c) Persoalan ekonomi. Dengan perkembangan industrialisasi, Barat membutuhkan
daerah jajahan dan sekaligus pasar.
d) Politik. Islam bagi Barat adalah peradaban yang di masa lalu telah tersebar dan
menguasai peradaban dunia dengan begitu cepat. Barat sebagai peradaban yang
baru bangkit dari kegelapan melihat Islam sebagai ancaman langsung yang besar
bagi kekuatan politik dan agama mereka.
B. Tokoh dan Pemikiran Orientalisme
Dalam memandang orientalisme, banyak tokoh memiliki pendapat dan pemikirannya
yang berbeda. Ada yang berpendapat obyektif dalam mengartikan orientalisme, namun
ada juga yang memandangnya secara subjektif (anti-orientalisme). Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa orientalis yang objektif dalam memandang Islam diantaranya,

a). Hardrian Roland (W. 1718 M) adalah guru besar bidang bahasa-bahasa Timur
pada Universitas Utrecht, Belanda. Roland pernah menulis buku yang berjudul
Muhammadanism yang terdiri dua jilid dengan menggunakan bahasa latin
(1705M). Anehnya beberapa gereja di Eropa menganggap buku tersebut sebagai
buku terlarang.
b). Silvestre de Sacy (W. 1838 M) adalah seorang orientalis yang mendalami dalam
bidang sastra dan nahwu. Sacy berusaha menghindari terlibat langsung dalam
kajian keilmuan dan sangat berjasa menjadikan Paris sebagai pusat kajian Islam.
Diantara ulama yang pernah berhubungan dengan Sacy adalah Stech Rifa’ah
Thanthawi.
c) . Johann J. Reiske (1716-1774 M) orientalis asal Jerman pertama yang pertama
yang patut diingat, dimana ia dituduh zindik (atheis) karena sikapnya yang positif
terhadap Islam. Reiske sangat berjasa mengembangkan Arabic Studies di Jerman.
2. Edward W Said adalah seorang Palestina dari Columbia University. Beliau adalah
tokoh anti-orientalisme. Beliau memandang orien Dalam karyanya Orientalism
menjelaskan bahwa telah terjadi kehebohan dan kontroversi di lingkungan dunia
akademis Barat yang pada umumnya dinamakan dengan kaum orientalis. Orientalisme
bukan sekedar wacana akademis, tetapi juga memiliki motif politis, ekonomi dan
keagamaan. Secara politis, penelitian, kajian dan pandangan Barat mengenai dunia
timur adalah memiliki tujuan untuk kepentingan politik kolonialisme Eropa. Hal ini
tujuannya untuk menguasai dunia Muslim. Karena itu, kolonialisme Eropa tidak lepas
dari kepentingan ekonomi dan kepentingan keagamaan, yaitu kristenisasi dalam dunia
Timur. Edward W. Said menyatakan: “Orientalisme merupakan upaya Barat
untuk mendominasi, menstruktur kembali, dan menguasai Timur”. Seringkali
disebutkan juga bahwa orientalisme merupakan sikap tidak simpati pihak Barat terhadap
orang-orang Timur (Muslim dan Arab). Sedangkan orientalis menurut Edward W. Said:
“Siapa saja yang mengajar, menulis, atau meneliti tentang ketimuran bisa disebut
orientalis, dan semua ini mencakup apakah orang itu seorang antropolog, sosiolog,
sejarawan, atau ahli bahasa; atau apakah yang dikaji merupakan aspek-aspek spesifik
atau umum. Semua itu digolongkan sebagai orientalis, dan apa yang ia lakukan disebut
dengan orientalisme.”

C. Pengaruh Orientalisme dalam Studi Islam


Orientalisme telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman
Barat tentang Islam. Namun, pendekatan ini juga telah dikritik karena seringkali
dipandang sebagai pandangan yang bias dan kolonial. Orientalisme cenderung melihat
Islam sebagai “lain” atau “eksotis”, yang dapat menyebabkan stereotip negatif dan
pemahaman yang dangkal tentang agama tersebut.
Dalam studi Islam, orientalisme juga mempengaruhi interpretasi terhadap teks-
teks suci seperti Al-Qur’an dan Hadis. Para orientalis seringkali menggunakan metode
kritis historis untuk menganalisis teks-teks tersebut, yang dapat berbeda dengan
pendekatan tradisional dalam pemahaman keagamaan di dunia Muslim. Hal ini telah
menimbulkan perdebatan antara para cendekiawan Muslim dan orientalis tentang
metodologi dan hasil penelitian mereka.
Selain itu, orientalisme juga berperan dalam pembentukan citra tentang Islam
dan Muslim di mata Barat. Melalui karya sastra, seni visual, dan media massa,
orientalisme telah membentuk representasi stereotip tentang dunia Islam yang seringkali
tidak akurat. Citra ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat Barat terhadap Islam dan
Muslim secara umum.
Pengaruh orientalisme dalam studi Islam juga tercermin dalam penelitian
akademis tentang Islam di Barat. Banyak kajian tentang sejarah, teologi, filsafat, dan
budaya Islam dilakukan oleh para cendekiawan Barat yang terpengaruh oleh paradigma
orientalis. Meskipun demikian, belakangan ini telah muncul upaya untuk mengkritisasi
pendekatan orientalis dalam studi Islam dan memperjuangkan perspektif yang lebih
inklusif dan adil.
Dalam konteks globalisasi saat ini, pengaruh orientalisme dalam studi Islam
masih menjadi topik penting dalam diskusi akademis maupun sosial. Perdebatan
mengenai bagaimana cara Barat memahami dan mendekati Islam tetap relevan,
sementara upaya untuk memahami agama dan budaya lain dengan lebih objektif dan
empatik terus dilakukan.
BAB III
KESIMPULAN

Orientalisme adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal terkait


ketimuran khususnya daerah Arab, mencakup budaya, bahasa, agama, sejarah,
kebiasaan, peradaban, dan sebagainya. Yang dalam hal ini dikhususkan untuk para
akademisi barat atau non-Arab. Sementara orang yang mempelajari tentang
ketimuran disebut dengan para “orientalis”. Sejarah perkembangan orientalisme
dibagi menjadi tiga periode, yaitu masa sebelum meletusnya perang Salib (650-
1250), masa perang Salib sampai masa pencerahan di Eropa, dan munculnya masa
pencerahan Eropa sampai sekarang.

Tujuan orientalisme pada awalnya adalah untuk penjajahan terhadap negara


dan agama Timur namun seiring perkembangan zaman, orientalisme akhirnya
bergerak murni pada kajian ketimuran secara obyektif-independen. Motif yang
melatarbelakangi orientalisme antara lain, keagamaan, keilmuan, persoalan
ekonomi, dan politik. Dalam memandang orientalisme, beberapa tokoh memiliki
pandangan yang berbeda dan berseberangan. Ada yang memandang orientalisme
secara subjektif dan adapula yang memandang orientalisme secara obyektif. Dalam
studi Islam, orientalisme mempengaruhi interpretasi terhadap teks-teks suci seperti
Al-Qur’an dan Hadis. Pengaruh orientalisme dalam studi Islam juga tercermin
dalam penelitian akademis tentang Islam di Barat. Banyak kajian tentang sejarah,
teologi, filsafat, dan budaya Islam dilakukan oleh para cendekiawan Barat yang
terpengaruh oleh paradigma orientalis.
DAFTAR PUSTAKA

Minhaji, H. Akh. (2020). Kontroversi Orientalisme dalam Studi Islam (Makna,


Latar Belakang, Teori dan Metodologi). Maguwoharjo: Bening Pustaka.
Moh Huda. (2021). Historitas Orientalisme Klasik, Islamologi dan Penerjemahan
Kitab Suci. Kontemplasi: Jurnal Ilmuu-Ilmu Ushuluddin. Vol 9, No 1, hal
83-100.
Nasir Maghfirah. (2021). Sejarah Perkembangan Orientalisme. Al-Mutsla: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 3, No. 2, hal 96-105.
Nawawi. (2020). Paradigma Orientalis terhadap Islam: antara Subyektif dan
Obyektif. Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol 4, No 1, hal 45-
54.
Setiawan Barza. (2016). Studi Kritis Tentang Orientalisme. Al-Hikmah: Jurnal
studi Agama-Agama , Vol 2, No 2.
Susmihara. (2017). Sejarah Perkembangan Orientalis. Jurnal Rihlah, vol 5, No 1,
hal 41-52.
Teng, M Bahar Akkase. ( 2016). Orientalis dan Orientalisme dalam Perspektif
Sejarah. Jurnal Ilmu Budaya, Vol 4, No 1, hal 48-63.
Umar Muin. (1978). ORIENTALISME DAN STUDI TENTANG ISLAM. Jakarta:
Bulan Bintang
Yurnalis, Syukri Alfauzi H. (2019). Studi Orientalis Terhadap Islam Dorongan Dan
Tujuan. Jurnal Al-Aqidah, Vol 11, No1, hal 63-74.

Anda mungkin juga menyukai