https://www.academia.edu/9593722/PENGERTIAN_SEJARAH_DAN_TUJUAN_ORIENTALIS
https://almanhaj.or.id/3850-membongkar-akar-orientalisme.html
PENGERTIAN, SEJARAH DAN TUJUAN ORIENTALIS
A.
1.
Orientalisme
orient
yang berarti timur, dengan demikian orientalis berarti hal-hal yang berhubungan dengan masalah
ketimuran/dunia timur1[1]. Kata Orientalisme adalah kata yang dilabelkan kepada sebuah
studi/penelitian yang dilakukan selain orang timur terhadap berbagai disiplin ilmu ketimuran, baik dalam
bidang bahasa, agama, sejarah, dan permasalahan-permasalahan sosio-kultural bangsa timur2[2].
orient
dalam bahasa Prancis yang secara etnologis berarti bangsa-bangsa timur. Dan kata ini memasuki
berbagai bahasa di eropa temasuk bahasa inggris,
oriental
adalah sebuah kata sifat yang berarti hal-hal yang bersifat timur yang sangat sangat luas ruang
lingkupnya. Suku kata
isme
(belanda) atau
ism
(inggris) menunjukkan pengertian tentang suatu paham. Jadi orientalisme adalah suatu paham atau
penelitian studi yang mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa timur
beserta lingkungan dan peradabannya3[3]. Prof. Tk. H. Ismail jakub, S.H. M.A : orientalisme terdiri dari
kata
oriental
dan
isme
. Oriental artinya bersifat timur, dan isme adalah kata sambung yang menunjukkan suatu paham, ajaran,
cita-cita, cara, sistem, atau sikap. Maka orientalisme dapat diartikan ajaran atau paham yang bersifat
Timur4[4]
2.
Orientalis
Orientalis adalah sekelompok atau golongan yang berasal dari bangsa-bangsa barat (eropa) yang
berkonsentrasi atau memfokuskan diri dalam mempelajari kajian ketimuran, khususnya dalam hal
keilmuan, peradaban dan agama, terutama pada Negara Arab,Cina dan India. Secara
sederhana kata orientalis bisa diartikan “seorang yang melakukan kajian tentang masalah
-masalah ketimuran, mulai dari sastra, bahasa sejarah antropologi, sosiologi, psikologi sampai agama
dengan menggunakan paradigma konklusi yang distortif tentang objek kajian yang dimaksud.
B.
Sejarah
Orientalis
Tidak diketahui secara pasti kapan mulai munculnya orientalis, tetapi bisa diperkirakan bahwa
orientalis muncul pada saat umat muslim mencapai puncak kegemilangan prestasi peradabannya
khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Banyak orang-orang barat yang belajar pada ulama dan
cendekiawan muslim pada saat itu terutama di wilayah Kepulauan Laut Putih (Andalusia) dan Sicilia
daerah Eropa yang menjadi wilayah kekuasaan umat muslim. Dan banyak diantara mereka adalah
pendeta-pendeta agama Nashrani dan Yahudi. Mereka adalah : 1.
Pendeta Gerbert, dia terpilih sebagai pemimpin gereja roma pada tahun 999 M. selepas belajar di
berbagai perguruan tinggi di Andalusia (Spanyol) 2.
Pendeta Gerrardi Krimon (1114-1187 M.) Setelah kembali kenegaranya, meraka mengajarkan kepada
masyarakat Eropa dan menyebarkan kebudayaan Arab serta menterjemahkan buku-buku karya ulama-
ulama muslim. Mereka merasa bahwa Islam adalah pembelot dari agama mereka dan juga suatu
ancaman bagi agama masehi sendiri. Maka dari itu mereka berusaha untuk mempelajari islam guna
untuk menghancurkan dan melemahkannya. Mereka berusaha dengan gigih untuk mengetahui tentang
seluk-beluk islam lebih mendalam dengan tujuan untuk menghancurkan islam dari dalam. Dengan
demikian kita bisa menyimpulkan bahwa sejarah orientalisme pada fase awal adalah sejarah tentang
pergulatan dan pertarungan agama dan ideologi antara bangsa barat yang diwakili oleh agama Nashrani
dan Yahudi dengan bangsa timur yang diwakili oleh para penganut agama
Islam.
Menurut R.W. Southern “Islam merupakan problema masa depan dunia Barat Nasrani secara
keseluruhan di Eropa”.
The Crusades
) antara umat Islam dan umat Nashrani secara khusus menjadi sebab pemicu bagi orang-orang Eropa
untuk melakukan kajian terhadap dunia Islam. Perang salib adalah suatu tragedi dhsyat yang tak pernah
dilupakan oleh siapapun. Perang antara dua kekuatan besar yakni islam dan kristen dengan delapan
gelombang penyerbuan terhadap umat islam selama hampir dua abad (1096-1270 M), dan berahir
dengan kekalahan dan kehancuran kekuatan Dunia Barat (Kristen) sehinnga menyebabkan kemarahan
besar dan dendam yang membara bagi bangsa-bangsa barat untuk menghancurkan Islam. Gerakan
orientalis tumbuh secara pesat pasca Perang Salib. Orientalis adalah satu bentuk invasi intelektual yang
bermuara dari sebab-sebab keagamaan. Dunia barat yang terdiri dari ahlul kitab (Nasrani dan Yahudi),
setelah reformasi keagamaan membutuhkan pandangan ulang terhadap ajaran dan kitab-kitab
keagamaan mereka. Untuk itu mereka mulai mengadakan studi tentang bahasa Arab dan Islam. Mereka
memanfaatkan apa saja dari karya-karya muslim. Dari kajian tentang islam, Orientalisme kemudian
berkembang menjadi kajian-kajian tentang kondisi ekonomi, politik dan lain-lain, dengan tetap pada
prinsip utama dan sebagai prolog kristenisasi dengan tujuan-tujuannya. Kegiatan penyelidikan tantang
dunia timur oleh para orientalis telah berlangsung selama berabad-abad secara sporadis. Tetapi baru
menunjukkan intensitasnya yang luar biasa sejak abad XIX M. Penyelidikan bermula secara terpisah
mengenai masing-masing agama itu. Max Muller (1823-1900 M.) pada akhirnya menjelang abad XIX M.
Menyalin seluruh kitab yang dipandang suci oleh masing-masing agama timur kedalam bahasa Inggris,
terdiri dari 51 jilid tebal, berjudul
e East (Kitab-Kitab Suci Dari Dunia Timur) yang biasanya disingkat dengan SBE. Berkat cara Max Muller
membahas masing-masing agama itu mengikuti bunyi dan isi masing-masing kitab suci hingga mendekati
objektivitas, dan hal itu sangat berbeda dengan cara para orientalis pada masa sebelumnya maupun
pada masanya sendiri. Karena itu ia dipandang sebagai
pembangun
sebuah disiplin ilmu yang baru, yang dikenal dengan comparative religions (perbandingan agama-
agama)6
[6]
. Pada tahun 1873 digelar muktamar orientalis pertama di Paris. Muktamar serupa terus
diselenggarakan sebagai wadah pertemuan para oreintalis dan wadah pengkajiania tiur atau isu-isu
terhangat mengenai dunia timurbaik dari sisi perkembangan keagamaan maupun peradaban dunia
timur7[7].
C.
Tujuan Orientalis
Sebagaimana yang telah kami jelaskan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa tujuan para
orientalis mempelajari semua hal tentang semua hal yang berkaitan dengan dunia timur islam hususnya
yakni untuk melemahkan dan menghancurkan islam dari dalam melalui para pemeluknya sendiri.
Diantara tujuan pokok gerakan orientalisme selain yang telah kami paparkan diatas ialah sebagai berikut
: 1.
Memurtadkan kaum muslim dari agamanya sendiri, dengan cara memutus dan memecah belah
persatuan umat kepada kelompok-kelompok atau golongan yang saling membenci satu sama lain 2.
Melemahkan rohani umat islam dan menciptakan perasaan selalu kekurangan dalam jiwanya, dan
kemudian membawa mereka kepada sikap pasrahdan tunduk kepada kehendak serta arahan orang-
orang Barat. 3.
Mendistorsi ajaran islam dengan cara menutup-nutupi kebaikan dan kebenaran ajarannya, supaya
masyarakat awam menganggap bahwa islam sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Oleh
karenanya sudah tidak layak untuk dijadikan pedoman hidup kaum muslim. Hal ini adalah sesuatu yang
paling berbahaya yang selalu dipropaganda dan dikumandangkan oleh para orientalis dan missionaris.
Padahal sejarah membuktikan bahwa bagaimana perlakuan
baik yang ditunjukkan kaum muslim dan sikap toleransinya terhadap non muslim pada ahir perang Salib
sekembalinya para tentara Salib ke Eropa. 4.
Mendukung segala bentuk penjajahan terhadap negara-negara islam dan melaksanakan segala bentuk
perlawanan terhadap islam itu sendiri. 5.
Memisahkan kaum muslim dari akar-akar kebudayaan islam mereka yang kuat dengan cara
memutarbalikkan pokok-pokok ajarannya dan mencabutnya dari sumber-sumbernya yang asli serta
menghancurkan nilai-nilai dasarnya untuk menghancurkan keberlangsungan individu, masyarakat, jiwa
dan akal pikiran kaum muslim
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpiulan
Orientalis adalah gerakan yang timbul akibat gesekan antara dunia Barat dan Timur lebihmengerucut
lagi yakni perang ideologi dan peradaban antara umat Islam dan Kristen. Gerakan inimuncul sudah sejak
lama tetapi baru menampkkan dirinya (secara terorganisir) pasca kekalahan bangsa barat oleh islam
pada Perang Salib.Awal mulanya para pelajar barat belajar berbagai disiplin kilmu kepada ulama
dancendikiawan muslim. Kemudian setelah mereka kembali kenegaranya mereka mengajarkan apayang
telah mereka dapat dari dunia islam, dan meraka berusaha untuk membangkitkan peradabanmereka
kembali yang pada saat itu dalam keadaan suram karena terkungkung oleh otoritasgereja. Selebihnya
setelah mereka berhasil membangun peradabannya mereka berusaha untukmeruntuhkan islam.
Gerakan ini bertujuan menghancurkan islam dari dalam, yakni
menggerogoti pemahaman para pemeluk islam terhadap nilai-
nilai dasar islam itu sendiri melalui berbagaimacam cara. Mereka meniupkan virus-virus keraguan
terhadap semua doktrin fundamental islamterhadap pemeluknya. Tidak hanya itu saja tetapi mereka
juga mengatakan bahwa islam sudahtidak relevan lagi dengan perkembangan zaman sehingga sudah
tidak bisa diterapkan lagi.Dengan upaya itu mereka bermaksud untuk mengahncurkan islam melalui
media pemeluknyasendiri yang telah meninggalkan nilai-nilai islam sehingga ahirnya mereka yang
mengaku islamtidak tahu dan tidak mengerti akan islam hakikat keislamannya sendiri.Bagi mereka islam
adalah suatu ancaman bagi masa depan dunia barat dan mereka juga beranggapan bahwa islam adalah
kelompok/aliran theology yang membelot dairi agama mereka(Nasrani).
Ketika berdiri lembaga-lembaga misionaris dengan tujuan untuk memurtadkan kaummuslimin dari
agamanya kepada agama Kristen dan atheis, cara yang paling utama digunakanmereka adalah
orientalime, yakni melalui dua tahap:1. Menjauhkan rang-orang Islam dari agamanya sendiri.2. Berusaha
mengajak masuk ke agama Kristen.Demi mewujudkan hal tersebut, mereka melakukan beberapa
cara/doktrin, diantaranya :1. Memalingkan orang-orang Islam dari agamanya dan mengigiring mereka
untuk benci kepadakeyakinannya. Selain itu, memutarbalikan kebenaran dan mengesankan adanya
keraguan dalam pokok-pokok ajaran Islam dengan memberikan cela terhadap ajaran-ajaran Islam.2.
Menghiasi ajaran dan hukum-hukum agama Kristen, sehingga terkesan menarik dan indah.3.
Mengundang orang-orang Islam untuk melihat peradaban modern yang matrealistik dengansegala
sesuatunya yang menggiurkan hawa nafsu manusia.Dengan demikian, bagaimana orientalisme menjadi
garda depan penolong kaum sabilisdalam memutarbalikan kebenaran agama Islam maupun agama yang
diturunkan kepada Isa as. 2.Faktor Kolonialisme Setelah bertubi-tubi menglami kekalahan dalam
peperangan Salib, bangsaEropa tidak berputus asa untuk kembali berusaha menjajah negara-negara
Arab dan seluruh Negara Islam dengan berbagai cara. Salah satunya,mereka mempelajari Negara-negara
Islam darisegi Ideologi, adat istiadat, perilaku kekayaan alam, bahasa dll. Satu hal yang pasti,
bahwaorientalisme dan kolonialisme mempunyai hubungan yang erat guna mewujudkan cita-
cita bangsa Eropa. Terlebih setelah kekalahan kaum salibis, tujuan perang salib seolah-
olah gerakanorientalisme melebur tujuan perang salib, seolah-olah gerakan orientalisme sebagai
penggantistrategi kaum salibis, dari perang fisik erganti menjadi perang pemikiran. Ini termaktub
dalamwasiat Louis, raja Perancis yang merupakan pemimpin pasukan salib ke-8, yang
mengalamikegagalan dan kekalahan sehingga menjadi tawanan di sebuah keluarga di Mesir tepatnya di
kotaMansurah sampai akhirnya ditebus dengan jumlah yang besar.Setelah Louis kembali ke Perancis, ia
berpikir dan yakin bahwa peperangan bukanlahstrategi yang tepat untuk bisa meraih kemenangan dan
mengalahkan umat Islam, karena umatIslam sangat memegang teguh agamanya dan rela ijtihad berjihad
mengorbankan jiwa danraganya demi membela agamanya. Harus dengan strategi lain, yaitu
mengalihkan pemikiran
dan perhatian umat Islam terhadap agamanya melalui jalan ghazwul fikr (perang pemikiran). Olehkarena
itu, cendekiawan-cendekiawan Eropa berbondong-bondong mempelajari Islam untukdijadikan senjata
dalam memerangi Islam. Disini kita bisa melihat, bagaimana perubahan strategidan propaganda yang
mereka gunakan, beralih dari perang fisik kepada perang pemikiran dan inidi mata mereka senjata
ampuh, efektif, dan efisien sebagai kekuatan baru dalam upayamelemahkan umat Islam dari aspek
rohani dan jasmani dalam kaum muslimin. Ji=uga
menebarkan virus wahn (cinta dunia) dan takut mati, meracuni pikiran umat Islam agar jauh dari
agamanya sendiri dan cita-cita untuk meraih surga. 3. Faktor Ekonomi Diantara motif-motif yang
mendorong kuat orang-orang barat melakukan gerakan orientalisme adalah keinginannya menguasai
perekonomian Negara-negara Islam dengan menguasai pasar-pasar perdagangan, lembaga-lembaga
keuangan, kekayaan alam dan mengekspor sumber-sumber alam migas maupun nonmigas dengan
harga semurah mungkin. 4. Faktor Politik Setelah Negara-negara Islam terlepas dari penjajahan yang
zalim, kekuatan dan taktik kolonialisme terus berjalan, antara lain menempatkan orang-orang pilihan
yang berpengalaman dan luas pengetahuannya mengenai dunia Islam di kedutaan-kedutaan dan
konsulat-konsulat mereka untuk memenuhi kepentingan politik kolonialisne di Negara-negara Islam.
Selain itu, para duta besar tersebut dituntut untuk mempelajari bahasa, adat-istiadat dan agama Negara
setempat serta memberikan informasi seputar politiknya guna memudahkan menguasai dan menjajah
secara politik Negara tersebut. Fenomena di atas menegaskan, bahwa diantara kolonialisme dengan
orientalisme mempunyai kaitan erat, terbukti dengan didirikannya satu perkumpulan di Perancis tahun
1787 di bawah naungan Kementrian Kolobial dengan menjadikan para politisi sebagai penyokong utama.
5. Faktor Keilmuan Secara jujur, untuk tidak mengatakan tidak sama sekali bahwa motif keilmuan dan
kecintaan untuk menelaah literature Islam sebagai sebuah kebidayaan dan peradaban yang dilakukan
para orientalisme ini minim sekali. Sehingga tidak menutup kemungkinan, factor inilah ysng telah
membuka lebar-lebar ruang kekeliruan, seta kesalahan dalam memahami Islam, terkecuali orang-orang
yang diberikan petunjuk dibukakan pintu hatinya oleh Allah untuk tunduk menerima kebenaran Islam. 6.
Faktor Lainnya Terdapat faktor-faktor lain lahirnya gerakan orientalisme ini, yaitu bagi orang-orang yang
mencari keuntungungan materi demi keputusan hasrat pibadi. Ada yang menjadikan gerakan
orientalisme ini sebagai pemenuhan hobi berepergian dan mempelajari budaya dunia luar. Atau
sekelompok orang memanfaatkannya untuk mencari rezeki, ketika kebutuhan hidup dirasakan
menghimpit mereka. Atau dijadaikan sebagai tempat pelarian dari tugas ilmu yang harus diembannya.
Selain itu, ada juga sebagian dari mereka memasuki dunia studi orietalisme ini sebagai tempat pelarian
dari tanggung jawab keagamaan mereka berdakwah di tengah masyarakat kristiani disebabkan
kurangnya kemampuan yang mereka miliki. Meski demikian, motif-motif pribadi ini hanyalah segelintir
yang melakukannya terutama bagi orientalis Yahudi, tetap saja motif yang dominan bagi mereka
melakukan gerakan prientalisme adalah agama. Mereka berupaya bagaimana caranya melemahkan
Islam dan menciptakan karaguan di kalangan umat Islam atas ajaran agamanya sendiri. Secara politik, ini
ditujukan untuk membantu kelangsungan zionisme baik secara pemikiran maupun kenegaraan.
Melalui riset yang cukup mendalam terhadap sejumlah kurikulum kajian filsafat Islam di Perguruan
Tinggi Islam di Indonesia
–
baik yang negeri maupun swasta
Hamid Fahmy membuktikan bahwa kajian filsafat Islam di Indonesia tampak jelas terpengaruh oleh
kajian para orientalis. Pengaruh itu tidak hanya pada cara atau metodologi pengkajian, tetapi lebih
mendasar lagi, sampai pada framework (kerangka) dan cara pandangnya terhadap filsafat Islam.
Intinya agama Islam itu satu, dan tidak ada berbagai macam jenis Islam yang lainnya. Sedangkan
perbedaan pendapat dan golongan itu adalah bentuk dari pengembangan pemikiran Islam. Namun perlu
digarisbawahi bahwa perbedaan-
. Jika kemudian perbedaan yang berkembang justru menjurus kepada perbedaan akidah dan tauhid,
maka tentu saja dalam hal ini kebenaran atau yang haq itu harus kita kedepankan. Karena batasan dan
rambu-rambu yang digambarkan Islam dalam wilayah tauhid dan akidah itu sudah sangat jelas.
Sekulerisme
Sekularisme juga memiliki arti fashluddin anil haya, yaitu memisahkan peranagama dari kehidupan yang
berarti agama hanya mengurusi hubungan antara individu dan penciptanya saja. Maka sekularisme
secara bahasa bisa diartikan sebagai faham yang hanya melihat kepada kehidupan saat ini saja dan di
dunia ini. Tanpa ada perhatian samasekali kepada hal-hal yang bersifat spiritual seperti adanya
kehidupan setelah kematianyang notabene adalah inti dari ajaran agama. sekularisme secara
terminology sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yangmemisahkan antara negara (politik) dan
agama (state and religion). Yaitu, bahwa negaramerupakan lembaga yang mengurusi tatanan hidup yang
bersifat duniawi dan tidak adahubungannya dengan yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah
lembaga yang hanyamengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat
spiritual,seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka, menurut para sekular, negara dan agamayang
dianggap masing-masing mempunyai kutub yang berbeda tidak bisa disatukan. Masing-masing haruslah
berada pada jalurnya sendiri-sendiri.
Islam jika ingin maju harus mengikuti barat/menganut paham sekulerisme. Setuju atau tidak?
Tidak setuju.
Islam adalah Ad-Dlin, yaitu ketetapan Ilahi yang telah diturunkan melalui para Rasul-nya yang sesuai bagi
semua manusia berakal guna mewujudkan tercapainya kesejahteraan hidup manusia di dunia serta
kebahagiaan di akhirat. Oleh sebab itu tata aturan (agama) yang diterima oleh Allah sebagai tata nilai
kehidupan manusia hanyalah tata nilai Islam (QS. 3 Al-Imran 19). Barang siapa mencari tata aturan selain
Islam maka tidak akan diterima daripadanya Allah dan di akhirat ia termasuk orang yang merugi (QS. Ali
Imran 85)
Islam sebagai tata nilai untuk mengatur kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannyaadalah
bersumber dari Wahyu Allah sebagai pencipta manusia itu sendiri serta seluruh alam, dandi dalam
pelaksanaannya dijelaskan dengan Sunnah Rasulullah saw., yang pada dasarnyamembawa rahmat bagi
semua manusia apabila mau mentaatinya. Tetapi sesungguhnya manusiaitu aniaya dan amat bodoh (QS.
33 Al-Ahzaab 72).Konsep Islam dalam piñata kehidupan manusia itu hanya terkandung dalam dua
prinsip, yaituAqi
kehidupan manusia, sedangkan Syari’ah merupakan tata aturan yang menyangkut perilaku
an Syari’ah itulah Rasulullah saw., membentuk manusia berakhlaq mulia.Sebagaimana sabda Beliau yang
artinya: “Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakankemuliaan akhlaq,” (H.R. Muslim__). Dengan kata
lain bahwa kemuliaan akhlaq manusia
selama hidupnya tidak akan tercapai tanpa melaksanakan dan meyakini tata nilai Ilahi yaitu al-Islam.
Karena apabila kehidupan manusia itu didasari aturan perundang-undangan yang bukandari Allah hanya
akan membawa kedzaliman (QS. 9 Al-Maidah 45).Prinsip-prinsip dalam Aqidah Islam mengajarkan
tentang keyakinan secara utuh terhadap Ke-Esaan Allah baik dalam Zat-Nya, sifat-sifatNya, maupun
perbuatanNya yang terwujud di dalamKesatupaduan Struktural dan Dinamikal alam semesta, termasuk
manusia didalamnya. Sehinggatidak ada satupun mendalam maupun makhluk hidup di dunia ini yang
terlepas dari strukturciptaan Allah, dan tidak ada persoalan hidup yang tidak mempunyai hubungan
sama sekalidengan Allah (atau yang sekuler).Karena hakikatnya ciptaan Allah tertuang didalam suatu
system yang utuh di dalamnya
terdapat berbagai system saling terkait (Interdepedensi Sistemik). Sehingga kehidupan manusia secarain
dividual tidak terlepas dari system sosial, system yang dihasilkan oleh perilaku manusia(teknosistem),
dan teknosistem ini dan juga system hidup manusia tidak terlepas dari systemlingkungannya (ekosistem)
yang juga terkait dengan system jagad/bumi dimana manusiamemperoleh kehidupan.
Maka kalau sekiranya ada manusia berpandangan bahwa hidup ini terlepas dengan tatanan
Ilahihakikatnya mereka adalah sekuler. Karena apapun yang dilakukan oleh setiap individu
manusiadalam hubungannya dengan dirinya, masyarakat, teknologi dan lingkungan alam serta bumi
di jagad raya ini semuanya kembali kepada Allah, untuk beribadah hanya kepadaNya. (QS. 51 Adz-
Dzariyaat 56)
Membongkar Akar Orientalisme
MEMBONGKAR AKAR ORIENTALISME
Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi Lc,
Demikianlah umat Islam selalu menghadapi perang fisik dan pemikiran dengan
para musuhnya. Para musuh Islam ini ingin menundukkan negara dan
merampas tanah kaum muslimin serta aqidah mereka bukan karena dosa dan
kesalahan yang diperbuat oleh kaum Muslimin. Gerakan mereka ini semata-mata
karena kaum Muslimin menarik manusia kepada aqidah yang menuntun mereka
agar beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla tidak kepada yang lain.
Sebuah Aqidah yang menghormati fithrah dan akal manusia serta membimbing
mereka menjadi insan berakhlak mulia dan jauh dari akhlak yang buruk dan
rendah.
Meski tujuan Islam itu begitu mulia, namun tetap saja para musuh Islam tidak
suka dengan ajaran Islam dan aqidahnya. Kebohongan demi kebohongan terus
mereka buat terhadap Islam dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Mereka mengerahkan segala kemampuan dan perangkat yang mereka miliki
baik cetak maupun elektronik, audio maupun visual. Semuanya dikerahkan untuk
menyerang kaum Muslimin dan ajaran Islam agar syubhat pemikiran dan
kedustaan mereka masuk ke dalam aqidah dan akal pikiran kaum Muslimin.[2]
Salah satu tentara musuh Islam yang menjadi perintis penghancur kesucian dan
kemuliaan ajaran Islam dan paling berbahaya bagi para pemuda Islam dan
cendikiwan adalah orientalisme dan para tokohnya. Karena mereka bersembunyi
dibalik propaganda penelitian ilmiyah yang obyektif dan penuh amanah ilmiyah.
Dari sini para tokoh orientalis menulis buku-buku yang berhubungan dengan
Islam dan aqidahnya. Sejak lebih dari seratus lima puluh tahun yang lalu hingga
kini tokoh-tokoh orientalis telah menerbitkan lebih dari enam puluh ribu buku
tentang Islam, kaum Muslimin dan negara mereka, sebagaimana disampaikan
DR. Akram Dhiya’ al-Umari dalam buku Mauqif al-Mustasyriqin Minas Sirah was
Sunnah, hlm 6-7.
Sejak itu, mereka tidak berhenti mempelajari Islam dan bahasa arab dan
menterjemahkan makna kandungan al-Qur’an dan sebagian kitab-kitab
berbahasa Arab dan sastranya hingga masuk abad ke-18 Masehi. Ternyata
sejumlah pakar barat muncul sebagai 0rientalis dan menerbitkan majalah-
majalah di seluruh kerajaan dan negara Eropa. Mereka mencari manuskrip-
manuskrip berbahasa Arab di negara Arab dan Islam lalu membelinya dari
pemilik manuskrip yang kurang mengerti atau mencurinya dari perpustakaan
umum. Mereka memindahkannya ke negara dan perpustakaan mereka. Akhirnya
sejumlah besar manuskrip berbahasa Arab yang langka pindah ke perpustakaan
Eropa hingga pada awal abad ke-19 M didapati dua ratus lima puluh ribu jilid dan
ini terus bertambah hingga sekarang ini.
3. Memiliki ikatan dan hubungan erat sekali dengan pembuatan ketetapan politik
melawan Islam dan kaum Muslimin.
Perencanaan orientalisme untuk kristenisasi dunia Islam atau penghancurannya
membuatnya memiliki ikatan kuat dan erat antara penelitian orientalisme dan
pembuatan keputusan politik melawan kaum Muslimin. Banyak sekali orientalis
yang dahulu atau sampai sekarang masih menjadi penasehat pemerintah
mereka dalam perencanaan politik kolonialisme dan kristenisasi.
Sebagai contoh:
a. Christiaan Snouck Hurgronje (8/2/1857-26/6/1936)[8] Orientalis Belanda ini
bekerja sebagai penasehat politik pemerintah Belanda dalam melawan
masyarakat Islam Indonesia banyak dikenal masyarakat Indonesia. Disertasinya
tentang Het Mekkanche Feest’(Perjalanan Haji ke Mekah). Ia tinggal di
Indonesia, sebagai jajahan Belanda hingga 17 tahun dimulai dari tahun 1889 M
dengan kedudukan sebagai penasehat pemerintah Belanda di Indonesia.
Pertama bekerja selama dua tahun sebagai penasehat pemerintah Belanda di
Indonesia dalam masalah Islam dan tinggal di Jawa. Kemudian pada bulan
maret 1891 pindah menjadi penasehat dalam bahasa negara timur dan syariat
Islam pada kantor pemerintah penjajah Belanda dan tinggal di Aceh pada 1891-
1892. Setelah itu ia belajar bahasa melayu dan melakukan perjalanan ke
Sumatra hingga menguasai bahasa melayu dengan baik dan menulis buku De
Atjehers’ (Penduduk Aceh) dalam dua jilid (1893-1894). Baru pada tahun 1906 ia
pulang ke Leiden, Belanda dan diangkat sebagai penasehat pemerintah belanda
bidang urusan arab dan dalam negeri pada bulan januari 1907 M.
a. Sebab Agama.
Perang Salib menyisakan pengaruh yang sangat dalam di jiwa orang-orang
Eropa, karena mereka melihat kemenangan ketentaraan dan peradaban yang
dimiliki kaum Muslimin. Disamping itu penyebaran Islam yang begitu cepat
ditengah pengikut Nashrani, sehingga mereka masuk Islam dengan puas.
Sebagaimana juga orang-orang Nashrani banyak yang merasa kagum terhadap
Islam dan kaum Muslimin. Semua ini mendorong para pendeta untuk melakukan
gerakan pempelajaran bahasa Arab dan menterjemahkan peninggalan Islam
dengan tujuan merusak citra baik Islam dalam pandangan masyarakat Nashrani.
Kemudian berkembang menjadi upaya membuat keraguan terhadap kemulian
dan kesucian Islam pada kaum Muslimin dan upaya kristenisasi pada kaum
Muslimin.
Dari sini mereka meniupkan racun melawan Islam dan masuk dalam medan ini
dalam keadaan sembunyi dibawah slogan ilmu.
b. Sebab Kolonialisme.
Walaupun sebab utamanya adalah agama namun ini menjadi perintis untuk
penjajahan negara-negara Islam.
c. Sebab Ilmiyah.
Memang masih ada beberapa individu yang masuk dalam orientalisme dengan
sebab pendorong senang mengetahui peradaban manusia dan pengetahuan
serta aqidahnya.
d. Sebab Ekonomi Dan Perniagaan,
Disamping sebab-sebab di atas ada juga sebab ekonomi dan perniagaan.
Orang-orang Eropa berusaha untuk menguasai negeri timur yang kaya dengan
sumber daya alamnya untuk mendukung ekonomi mereka. Untuk itu diperlukan
satu riset dan penelitian tentang kondisi alam dan lingkungan di negara timur
tersebut. Riset penelitian inilah yang akan mendukung ekonomi Eropa dan
kebangkitan industri mereka setelah revolusi industri yang terjadi setelah masa
kebangkitan mereka.
2. Kemudian berubah arah penelitian orientalisme setelah itu kepada obyek umat
Islam. Mulailah mereka membuat kebohongan dan kedustaan atas aqidah dan
syariat serta sumber rujukannya, agar melemahkan ruh Islam pada kaum
Muslimin dan menyebarkan perpecahan internal kaum Muslimin serta berusaha
sekuat tenaga untuk mengkristenisasikannya.
3. Kemudian terikat setelah itu dengan penjajahan di negara Islam dengan tujuan
menguatkan kolonialisme tersebut. Dengan ini maka mereka mampu memaksa
negeri-negeri tersebut tunduk menerima pemikiran mereka dan mengagungkan
prinsip dasar kapitalis barat dan menghapus Islam dan orang yang komitmen
dengannya.
Penulis buku al-Fikrul Islâmi al-Hadîts menyatakan bahwa tujuan dan target
orientalis dengan segala jenisnya terfokus pada realisasi sikap jiwa yang rendah
dan menimbulkan perasaaan kurang pada jiwa kaum Muslimin dan orang-orang
timur serta membawa mereka dari jalan ini untuk ridha dan tunduk dengan
bimbingan dan arahan barat. (hlm. 431)
Hal ini membuat para orientalis membuktikan kemajuan dan kehebatan Eropa
dari satu sisi dan menampakkan semua gerakan yang mengajak kepada
komitmen dengan Islam sebagai sesuatu yang kuno dan terbelakang.
Target dan tujuan yang dibawa para misionaris dan orientalis ini masih ada pada
para murid mereka di negeri kita ini. Mereka menganggap kemajuan dan
ketinggian peradaban hanya akan bisa dicapai dengan mengekor dan membeo
kepada barat dan menjauhi Islam yang mereka gambarkan dengan bahasa
fundamentalis dan lainnya.
2. Mereka bekerja sama menulis ensiklopedia tentang Islam yang diberi nama
“Dâ`irah al-Ma’ârif al-Islâmiyah” dan menerbitkannya dalam berbagai bahasa.
Demikian juga menerbitkan ringkasannya dan dicetak dalam berbagai bahasa
seperti enseklopedia tersebut. Para peneliti Islam menganggap ensiklopedia ini
sebagai karya terbaik para orientalis dalam mewujudkan tujuan mereka terhadap
Islam. Titik bahayanya adalah para orientalis mencurahkan segala kemampuan
dan pena mereka untuk menerbitkan inseklopedia ini. Sehingga sekarang sudah
menjadi sumber rujukan (referensi) bagi banyak peneliti Muslim dalam
penelitiannya. Padahal berisi banyak sekali kerancuan dan kekeliruan serta
fanatis besar dalam melawan Islam dan kaum Muslimin.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita dan menyadarkan kita akan
besar usaha musuh Islam menyesatkan kita semua.
Maraji’
1. Min Iftirâ’ât al-Mustasyriqin ‘Ala al-Ushûl al-Aqîdah fi al-Islam, DR
Abdulmun’im Fu’aad, Maktabah al-Ubaikaan, cetakan pertama tahun 1422/2001
2. Zawâbi’ Fi Wajhis Sunnah Qadîman wa Hadîtsan karya Syaikh Shalâhuddin
Maqbûl Ahmad, Majma’ al-Buhuts al-ilmiyah al-Islamiyah, India, cetakan pertama
tahun 1411-1991.
3. Mausû’ah al-Mustasyriqin , DR Abdurrahman Badawi, Darul Ilmi Lil Malayyin,
Bairut, cet ketiga tahun 1993.
4. Dll.
ABSTRACT
Minat orang Barat untuk mengkaji Timur termasuk Islam sudah berlangsung cukup lama dan
telah menmpuh fase-fase historis tertentu. Setiap fase perkembangan orientalis itu memiliki ciri
dan tendensi yang berbeda. Fase sebelum melutusnya perang salib, tujuan para oritentalis adalah
memindahkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Eropa. Fase masa perang salib, Peter
sebagai kepala Biara Cluny memerintahan para sarjana dan penerjemah untuk menerjemahkan
teks-teks Arab ke bahasa latin. Dalam proses penerjemahan ini, terjadilah cerita-cerita negatif
yang ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad saw. Cerita-cerita pada dasarnya akibat dari
kekalahan Kristen dalam Perang Salib. Fase masa pencerahan di Eropa ditandai keinginan para
orientalis untuk mencari kebenaran. Pada masa ini kekuatan rasio mulai meningkat sehingga
lahirlah karya-karya yang dianggap objektif, bahkan berisi penghargaan kepada Nabi
Muhammad dan Alquran. Hal ini didorong oleh motif ekonomi dan politik. Orang Barat pada
saat ini, berkeinginan menguasai Timur, oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan Timur secara
objektif dan menyeluruh, agar dapat menyusun strategi untuk mencapai tujuan itu. Mulai abad
ke 19 sampai sekarang para orientalis secara teratur mengadakan kegiatan seperti kongres-
kongres, mendirikan lembaga-lembaga kajian ketimuran, mendirikan organisasi-organisasi
ketimuran dan menerbitkan majalah-majalah.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/3182
ENGENAL LEBIH DEKAT TENTANG ORIENTALISME
(Guru Sang Dewo (SMPN2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)
Orientalis dan orientalisme diambil dari kata oriental. Oriental berasal dari bahasa
Inggris yang bermaksud ketimuran. Apabila disebut oriental civilization, maka
mengandung pengertian tamaddun timur. Kata orient (Latin: orin) berarti terbit, ada
juga yang mengartikan mempelajari dan mencari sesuatu, kemudian digunakan dalam
bahasa Prancis menjadi orienter yang bermakna menunjukan atau mengarahkan dan
dalam bahasa jerman menjadi Sich Orientiernyang bermaksud mengumpulkan
maklumat dan pengetahuan, dalam bahasa Inggris kata ini diartikan direction of rising
sun (arah terbitnya matahari dari belahan timur). Secara geografis, maka kata ini
mengarah pada negeri-negeri belahan timur, sebagai arah terbitnya matahari dan
secara etnologis berarti bangsa-bangsa timur. Secara luas kata orient juga berarti
negeri-negeri itu terentang dari kawasan timur dekat, yang meliputi Turki dan
sekitarnya hingga timur jauh yang meliputi Jepang, Korea dan Indonesia, dan dari
selatan hingga republik-republik muslim bekas Uni Soviet serta kawasan Timur
Tengah hingga Afrika Utara. Lawan dari kata orientadalah occident yang
berarti direction of setting sun (arah terbenamnya matahari atau bumi belahan barat).
Orientalisme berasal dari kata orient dan isme. Kata isme berasal dari Bahasa Belanda
(Latin: isma, Inggris: ism) yang berarti a doctrine, theory or system (pendirian,
keyakinan dan sistem). Oleh karena itu, secara etimologis orientalisme dapat diartikan
sebagai ilmu tentang ketimuran atau studi tentang dunia timur. Orientalis berasal dari
bahasa Inggris orientalist yang mengandung pengertian orang yang mempelajari seni,
bahasa dan lain-lain yang berkenaan dengan negara-negara Timur. Jadi dapat
disimpulkan dalam tataran etimologis, bahwa orientalisme adalah paham tentang
ketimuran, sedangkan orientalis adalah orang yang melakukan studi ketimuran atau
yang membawa paham tersebut.
Secara terminologis, orientalis adalah sifat umum nama pelaku atau ahli-ahli
ketimuran, artinya dalam beberapa hal siapapun orangnya apakah ia muslim atau non-
muslim, apabila ia telah luas pengetahuannya tentang ketimuran, maka ia sering
dikategorikan secara langsung sebagai orientalis. Hal ini sesuai yang dikemukakan
oleh Oxford, sebagaimana yang dikutip Amien Rais, bahwa orientalis adalah semua
orang yang telah luas pengetahuannya tentang bahasa-bahasa Timur beserta
kesusastraannya.
Definisi ini dibantah oleh pakar yang hanya membatasi pengertian orientalis pada
orang Barat, seperti yang diungkapkan Hanafi, bahwa orientalis ialah segolongan
sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa-bahasa dunia Timur dan
kesusastraannya, dan mereka menaruh perhatian besar terhadap agama-agama dunia
Timur; sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmu-ilmunya. Penulis lebih memilih pada
pendapat yang mengatakan bahwa orientalis hanya dibatasi pada orang-orang Barat,
karena mereka mendalami agama-agama Timur tersebut untuk suatu tujuan dan
kepentingan. Berbeda dengan sarjana Islam yang mendalami agamanya sendiri.
Dalam penentuan batasan orientalis ini, penulis selain menekankan geografis tapi juga
menekankan pada tujuan. Maka siapa saja yang mengkaji Islam untuk menghancurkan
Islam, itulah yang disebut orientalis. Di samping itu, orang yang mengkaji Islam
secara obyektif yang berasal dari Barat, maka juga disebut orientalis.
Kalau dalam definisi yang dilakukan oleh Edward W. Said Oriental masih dalam
makna dunia Timur secara global, baik itu Timur jauh (the Far Orient) yang meliputi
wilayah China, India, Jepang, Korea dan wilayah Asia Tengggara maupun wilayah
Timur dekat (the near Orient) yang meliputi wilayah Irak, Iran, Syiria, Lebanon, Arab
Saudi, atau yang mencakup seluruh wilayah Arab, belum di pertegas dengan dunia
Timur (Islam).
Maka Musthafa al-Damiry, sebagaimana yang dikutip Hikmah, memperjelas bahwa
kajian orientalisme yang dimaksud adalah oriental Islam (dunia Timur Islam). Dalam
bukunya al-Tabsyir Wa al-Istisyroq beliau menulis, “Pemahaman dan
definisi orientalisme itu adalah, kegiatan yang berlabelkan akademis yang
dilakukan oleh orang-orang Barat kafir tentang Islam dan Umatnya dari
seluruh aspek, baik yang berhubungan dengan akidah, syariah, budaya,
peradaban, sejarah, undang-undang, dengan tujuan ingin mengaburkan
(tasywih) makna-makna Islam yang benar, membuat keraguan serta
menyesatkan Umat Islam.
Dari definisi-definisi di atas dapat kita pahami bahwa orientalisme dari maknanya
yang sangat global kepada makna yang khusus, lalu mengerucut menuju pemahaman
Barat terhadap dunia Islam. Sehingga tidak heran pada perkembangan gerakan
orientalisme selanjutnya terfokus pada acuan mendiskreditkan, menghina, menuduh
Islam sebagai fundamentalis, teroris dan sebagainya, dengan memakai kedok
akademis dan ilmiah. Jadi yang dimaksud orientalisme adalah kegiatan yang
berlabelkan akademis yang dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap Islam dengan
tujuan untuk mendiskreditkan Islam. Para orientalis berusaha mengkaji dan
mempelajari agama Islam dalam berbagai segi, baik secara ontologis, epistemologis
dan aksiologis. Setelah itu, mereka mengeluarkan tuduhan terhadap Islam yang
sifatnya menghancurkan atau mendiskreditkan Islam.
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/23/mengenal-lebih-dekat-tentang-orientalisme/