UNIVERSITAS PAMULANG
1.1 Orientalisme
Orientalisme adalah disiplin keilmuan Barat pada abad ke-18 dan 19, yang
mencakup studi tentang bahasa, sastra, agama, filsafat, sejarah, seni, dan hukum
masyarakat Asia zaman dulu. Orientalisme secara harfiah berasal dari kata Orient dan
isme,“Orient” artinya Timur dan “Isme” artinya paham. Orientalisme adalah sebuah
istilah yang berasal dari kata “orient” bahasa Perancis yang secara harfiah berarti
“Timur”. Sedangkan secara geografis berarti “dunia belahan timur”, dan secara etnologis
berarti “bangsa-bangsa di Timur”. Oriental adalah sebuah kata sifat yang berarti “hal-hal
yang bersifat Timur” yang cakupannya amat luas. Sedangkan “isme” (bahasa Belanda)
atau “ism” (bahasa Inggris) menunjukkan pengertian tentang sesuatu paham. Jadi
Orientalisme adalah suatu paham atau aliran yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur dan lingkungannya. Ada tiga istilah yang
1. Orient. Orient berarti wilayah timur, bangsa Timur atau kebudayaan Timur. Kata
ini berlawanan dengan istilah Occident yang artinya barat, bangsa Barat atau
kebudayaan Barat.
2. Orientalist. Orientalis adalah para sarjana atau ahli tentang ketimuran. Mereka ini
linguism, sainstism dan juga teolog. Awalnya adalah studi ilmiah yang bersifat
objektif dan akademis. Namun sulitnya tujuan mulia itu kemudian diboncengi
dengan kepentingan yang tidak baik misalnya kapitalisme yang muaraya menjadi
kolonialisme.
1
3. Orientalism. Kata ini berasal dari kata Orient (timur) dan isme (paham). Jadi
orientalisme adalah ideologi atau paham ketimuran. Dari pengertian itulah maka
occident maknanya adalah bangsa-bangsa yang berasal dari dunia Barat atau dari
Eropa dan Amerika Utara (sekarang). Occidental merupakan kata sifat dari
bahasa Inggris yang artinya adalah segala sesuatu yang bersifat kebaratan.
yang berhubungan dengan dunia Barat. Sasaran yang hendak dicapainya adalah
belum matang dan mudah ditipu itu dengan cara menanamkan benih keraguan,
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini
antara lain:
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
2
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Orientalisme
Menurut Edward Said, arti orientalisme terkait dengan tiga fenomena yang
menulis tentang, atau meneliti Timur, baik orang yang bersangkutan adalah seorang ahli
antropologi, sosiologi, sejarah, maupun filologi, baik dari segi umum maupun khususnya,
ontologis dan epistemologis yang dibuat antara ‘Timur” (the Orient) dan (hampir selalu)
“Barat” (the Occident). Ketiga, dan yang paling signifikan bagi Said : Orientalisme dapat
didiskusikan dan dianalisis sebagai institusi yang berbadan hukum untuk menghadapi
merupakan gaya pikir yang menciptakan relasi kuasa antara Timur dan Barat. Sehingga
kajian orientalisme ini pada akhirya menciptakan relasi-relasi kekuasaan sebagai berikut:
● Kolonialisme
Setelah banyak mengalami kekalahan dalam peperangan Salib, bangsa Eropa
tidak berputus asa untuk kembali berusaha menjajah negara-negara Arab dan seluruh
negara Islam dengan berbagai cara. Salah satunya, mereka mempelajari negara-negara
Islam baik dari segi ideology, adat-istiadat, perilaku, kekayaan alam, bahasa dan lain-lain.
3
Orientalisme dan kolonialisme mempunyai hubungan yang erat guna mewujudkan
cita-cita bangsa Eropa. Terlebih setelah kekalahan kaum salibis, tujuan gerakan
sebagai pengganti strategi kaum salibis, dari perang fisik berganti menjadi perang
pemikiran. Ini termaktub dalam wasiat Louis. Raja Perancis yang juga merupakan
menjadi tawanan di sebuah keluarga Mesir tepatnya di kota Mansurah sampai akhirnya
ditebus dengan jumlah yang besar. Setelah Louis kembali ke Perancis, ia berpikir dan
yakin bahwa peperangan bukanlah strategi yang tepat untuk bisa meraih kemenangan dan
mengalahkan umat Islam, karena umat Islam amat memegang teguh agamanya dan rela
berjihad, mengorbankan jiwa dan raganya demi membela agama Islam. Harus dengan
strategi lain! Yaitu mengalihkan pemikiran dan perhatian umat Islam terhadap agamanya
● Ekonomi
Ekonomi Di antara motif-motif yang mendorong kuat orang-orang Barat
sumber-sumber alam migas maupun non migas dengan harga semurah mungkin
● Politik
Setelah negara-negara Islam terlepas dari penjajahan yang zalim, kekuatan dan
taktik kolonialisme terus berjalan, antara lain dengan menempatkan orang-orang pilihan
asal Belanda, melakukan berbagai studi untuk menggambarkan keadaan dunia Timur,
4
khususnya mengenai kehidupan kaum Muslim. Melalui disertasinya yang berjudul Het
di tanah Arab, khususnya mengenai aktivitas haji. Pada 1884, Snouck Hurgronje diangkat
penting yang bisa diolah menjadi kebijakan yang tepat sasaran. Salah satu contoh
Belada mengurangi jumlah orang yang pergi haji, karena memberikan pengaruh "buruk"
kepada masyarakat Hindia-Belanda. Buruk di sini dalam artian bahwa orang Indonesia
yang pergi haji bisa berinteraksi dengan masyarakat luar dan memberikan berbagai
kesadaran, termasuk aktivitas politik dan nasionalisme. Snouck Hurgronje pun kemudian
Pada 1890, Snouck kembali ke Batavia dan dikirim oleh Belanda dalam misi ke Aceh. Di
Aceh, ia mempelajari bahasa dan berbagai budaya lokal yang digunakan pemerintah
Belanda untuk meredam Perang Aceh. Pada 1900, Snouck menerbitkan sebuah buku
tentang hal ini yang berjudul Studies in the Acehnese language (Atjehsche taalstudiën).
Bersama Raden Hadji Hasan Moestafa dari Garut, Snouck Hurgronje untuk
Snouck menerbitkan buku The Acehnese (De Atjehers), yang menggambarkan segala
aspek kehidupan masyarakat Aceh, situasi politik, agama, bahasa, tradisi dan adat, dan
hal terkait masyarakat lokal Aceh dan dapat menyusun strategi untuk menaklukkan
Perang Aceh.
5
● Moral
Kekuasaan Moral Dalam relasi kuasa yang bersifat moral, wacana orientalisme
berperan dalam menentukan apa yang baik dan tidak baik dilakukan oleh Timur. Hal ini
tentunya didasari oleh cara pandang manusia Barat mengenai relasinya dengan Timur
Segala nilai moral yang baik adalah berasal dari Barat. Pada intinya, orientalisme
merupakan sebuah kajian yang dilakukan oleh sarjana Barat yang menitikberatkan
sendiri merupakan hasrat yang ingin dipenuhi oleh sarjana-sarjana Barat dan sarat akan
kepentingan kekuasaan.
● Keilmuan
berperan dalam mendidik Timur melalui sains, linguistik, dan pengetahuan lainnya.
Menurut Edward Said, Timur direkonstruksi sebagai sebuah kawasan yang terisolasi dari
mengenai keterbelakangan, degenerasi, dan juga ketidaksetaraan Timur pada awal abad
seperti Le Regne Animal karya Cuvier, Essai sur L'inegalite des Races Humanines karya
Gobineau, dan The Races of Man karya Robert Knox. Hal ini memunculkan validasi bagi
Barat untuk melakukan imperialisme kepada dunia Timur. Dalam karya John Westlake
di dunia yang "tidak beradab" harus dianeksasi oleh kekuatan yang "maju", dalam artian
6
● Kultural atau Budaya
dalam relasi kuasa yang bersifat kultural, wacana orientalisme berperan dalam
mengkanonisasi selera, teks, dan juga nilai-nilai di Timur. Adanya kanonisasi (penetapan
standar) terhadap hal-hal yang bersifat artistik dan kultural bisa berdampak baik maupun
buruk, menciptakan dominasi yang timpang. Dalam berbagai lukisan yang dibuat oleh
orang-orang Barat mengenai dunia Timur misalnya, orang Timur sering digambarkan
secara eksotis, erotis, dan sensual. Selain itu, sering juga terjadi cross-cultural dressing
dalam berbagai lukisan Barat. Misalnya dalam lukisan berjudul Self Potrait in Oriental
Costume yang dilukis oleh William Holman Hunt pada 1867. Adanya penggambaran
seperti ini, menurut Christine Riding, Kepala Departemen Kuratorial di The National
artian mendapatkan perhatian dari audiens Barat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Edward Said, bahwa Timur merupakan sebuah metafora yang dalam wacana Barat
Menurut Katrin Bandel, karya sastra termasuk produk budaya yang sejak awal
menjadi perhatian studi poskolonial. Bahkan jauh sebelum munculnya istilah “sastra
(Bandel, 2013: 180). Dengan begitu, maka sastra poskolonial dapat diartikan sebagai
karya sastra yang ditulis oleh seorang penulis yang hidup di negara kolonial.
poskolonial. Sebab, disadari atau tidak, setiap pengarang yang ada di Indonesia
terpengaruh dengan adanya zaman kolonial serta paham Orientalisme. Di dalam kasus
7
tersebut, maka secara perlahan sastra dapat merekam semua kejadian sosial yang ada
pada masa itu dengan meninjau karya-karya yang terlahir pada zaman kolonial. Seperti
Suatu hari, ia diajak oleh teman sekolahnya, Robert Suurhof ke rumah Robert Mellema,
seorang Indo –anak orang Belanda bernama Herman Mellema dan gundiknya, Nyai
Mellema, seorang gadis Indo dan Nyai Ontosoroh. Dengan cepat, Minke menjadi bagian
dari kisah hidup Annelies dan Nyai Ontosoroh. Annelies jatuh hati pada Minke, pun
tuan Herman Mellem membuat Annelies dan Minke yang menikah berada di ujung
tanduk karena pernikahan pribumi dan Indo tidak dibenarkan di hukum Belanda, Annelies
pun dibawa ke Belanda. Pada masa kolonial Belanda di Hindia Belanda, tingkat sosial
dibagi menjadi tiga yaitu: orang Eropa, asing (Arab, Cina, dsb) dan yang terendah adalah
pribumi. Tingkat sosial tersebut bisa dilihat dalam novel Bumi Manusia, pada perkataan
yang dilontarkan oleh seorang Belanda, Herman Mellema kepada Minke, si pribumi.
Kutipan
“Kowe kira, kalo sudah pake pakean Eropa, bersama orang Eropa, bisa
sedikit bicara Belanda lantas jadi Eropa? Tetap monyet!” (hal.64)
Minke yang menemani temannya, Robert Suurhof ke rumah Robert Mellema dan
berkenalan dengan Annelies serta Nyai Ontosoroh, diundang untuk makan malam di
kediaman Mellema. Di tengah menikmati makan malam, Herman Mellema datang dan
8
dengan sinis mengomentari Minke yang berusaha tampil seperti Eropa sebagai monyet,
setara dengan hewan pemakan pisang. Hal ini menyiratkan kalau orang Eropa (Barat)
menganggap dirinya lebih tinggi dan beradab dibanding Pribumi (Timur). Bahkan, anak
keturunan Belanda dan Pribumi pun menganggap pribumi sebagai bawahan. Dalam Bumi
Manusia, tokoh Robert Mellema, anak campuran Belanda dan gundik sangat
Kutipan:
“.... Bagi dia (Robert Mellema) tak ada yang lebih agung daripada jadi
orang Eropa dan semua Pribumi harus tunduk padanya….” (Nyai Ontosoroh,
hal.97)
Di contoh lain yang digambarkan dalam Bumi Manusia adalah anggapan kalau
Pribumi (Timur) identik dengan kasar, tidak beradab, dan tidak sopan apabila
dibandingkan dengan Eropa (Barat) dan peradabannya yang dianggap ‘tinggi’ seperti
yang di dialog Dokter Martinet (dokter keluarga Mellema yang tengah mengobati
Kutipan:
sejarah,pemikiran, kosakata, dan citranya sendiri. Bagi Timur, proses tersebut membuat
Timur ‘ada secara eksotik’ dan bagi Barat. Sebaliknya, hal ini menciptakan ‘ada secara
9
dominan’. Dalam novel Bumi Manusia, anggapan bahwa Barat lebih dominan dan tinggi
derajatnya, diakui oleh pribumi (Timur) diperlihatkan dalam adegan ketika Herman
Mellema ditemukan tewas di rumah bordil Babah Ah Tjong dan anggota keluarga
Mellema beserta Minke terlibat dalam pengadilan untuk mengusut kematian Herman .
Nyai Ontosoroh skeptis kalau mereka (Pribumi) bisa memenangkan pengadilan dan
menyeret Babah Ah Tjong yang tingkat sosialnya lebih tinggi (Cina) ke meja hijau.
Terlebih jika berurusan dengan orang Eropa (anak dari istri resmi Herman Mellema)
Kutipan:
“... Bagi mereka Pribumi mesti salah, orang Eropa harus bersih, jadi
pribumi pun sudah salah. Dilahirkan sebagai Pribumi lebih salah lagi.” (Nyai
Ontosoroh, hal.413)
10
BAB Ⅲ
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orientalisme sebagai konstruksi yang dilakukan oleh Barat terhadap dunia Timur
dengan landasan yang bersumber pada pengalaman hidup dan budaya di Barat. adanya
pandangan Barat sebagai superior dan Timur adalah inferior, bahwa kaum yang terjajah
menganggap tinggi sang penjajah serta sebaliknya. Kolonialisme lantas membawa konsep
peradaban modern yang meninggikan Barat, memandang Timur sebagai kurang beradab.
Yang mana hal tersebut tergambar dalam Novel Bumi Manusia yang kali ini
penulis teliti dengan pendekatan orientalisme, pada Tokoh Minke dan nyai ontosoroh
yang menganggap Eropa lebih baik dibanding budaya Jawa, mereka pun melakukan
mimikri dalam cara berpakaian dan bicara, serta memarjinalisasikan Jawa, Hal tersebut
berarti kolonialisme mengubah pola pikir dan tingkah laku masyarakat terutama pribumi
yang bersinggungan dengan Belanda. Orientalisme pada novel ini tergambar juga pada
toko Herman mellema seorang Belanda yang mengomentari seorang pribumi berdandan
ala eropa serupa monyet, Hal ini menyiratkan kalau orang Eropa (Barat) menganggap
11
DAFTAR PUSTAKA
12