Makalah
Tarikh Al-Qur’an
Disusun oleh:
RAHAYU ALAM
NIM: 80600222010
Dosen Pembimbing:
PROGRAM PASCASARJANA
2023
KATA PENGANTAR
lupa mengirimkan salawat Shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad
Dan tidak lupa penulis untuk mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada ustaz Dr. Shadiq Sabri, M.Ag dan Ibu Dr. Rosmini, M.Ag. selaku
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan
pastinya masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh sebab itu, penulis sangat berharap adanya kritik dan saran agar
perbaikan makalah yang penulis buat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an yang merupakan firman Allah yang telah tertulis sering diuji
dilakukan namun berakhir dengan kegagalan. Dalam fakta sejarah, tidak ada satupun
yang pernah berhasil melancarkan niat-niat jahatnya. Selalu saja, usaha-usaha yang
muncul dipermukaan, itu berhasil dibantahkan oleh kaum muslimin. Kesadaran umat
Islam akan tidak ada kemuliaan kecuali istikamah terhadap kitabullah dan sunnah
Nabi.1
tidak keluar dari dari batas-batas syariat Islam. Berbeda halnya dengan kaum
dimensi, karena dapat memaparkan beberapa usaha dan tujuan Barat dalam
1
Joesoef Sou’yb. Orientalis Dan Islam, (Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia, 1995), H. 23.
2
File:///C:/Users/Acer/Downloads/Kritik_Atas_Pandangan_William_M_Watt_Terhadap_Se1
.Pdf, 22 Desember 2022.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kajian terhadap al-Qur’an di mata ilmuan Barat dan orientalis selalu menarik
yang terhindar dari keraguan dan dijamin keotentikannya, dan bahkan tak ada satu-
Kata Orientalis berasal dari kata orient yang berarti timur. Orientalis adalah
para sarjana Barat yang mendalami dunia ketimuran dan kesusteraannya, dan mereka
juga memberi perhatian yang besar terhadap agama-agama dunia Timur.4 Perhatian
para orientalis terhadap al-Qur’an telah dimulai sejak pertengahan abad ke 12. ada
beberapa karya yang dihasilkan yaitu sebuah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa
latin yang ditulis oleh Robert Ketton asal kebangsaan Inggris yang diselesaikan pada
tahun 1143.
terlihat mengesankan ialah karya Ludovici seorang sarjana Italia yang memproduksi
semacam ini belum pernah dilakukan oleh Orientalis sebelumnya, mengingat hanya
sebatas terjemahan yang mereka hasilkan. Dan disusul karya yang menerjemahkan
3
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an (Jakarta: Puspita Press, 2011), H. 76.
4
Quraish Shihab, “Orientalisme:, Jurnal Studi Al-Qur’an, No . 2 (2006).
5
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Al-Qur’an Dan Hadis),
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981), H. 9.
6
Tepatnya pada tahun 1834, perkembangan kajian studi al-Qur’an semakin
luar biasa di tangan Flugel., ia memulai sebuah riset dengan menyusun edisi kritis
teks al-Qur’an. karyanya ini diedit dan direvisi oleh kaum orientalis belakangan
“kritik sejarah terhadap teks al-Qur’an” Sayembara ini dimenangkan oleh Theodore
Noldeke, digagas oleh Akademi dan Sastra Paris pada tahun 1857.6
Topik lainnya yang sangat menarik perhatian orientalis adalah tafsir al-
Qur’an. Pada akhir abad ke 19, Ignaz Goldzier melakukan pengkajian secara
mendalam dan kritis terhadap tafsir-tafsir pada masa klasik. Walaupun pada masa
itu, sudah ada yang mengkaji al-Qur’an tapi hanya sebatas analisa terhadap sejarah
tafsir al-Qur’an.
membuat proyek al-Qur’an secara kritis. Konon mereka ingin merestorasi teks al-
Qur’an sesuai karya Abu daud, kitab al-mashahif yang ditengarai merekam bacaan-
bacaan dalam beberapa mushaf tandingan Mereka mengumpulkan berbagai varian
dilakukan oleh sahabat yang menerima tuntunan secara langsung dari Nabi. setelah
Nabi memperoleh wahyu, kemudian al-Qur’an ditulis oleh para sahabat. Nabi
memberikan arahan terkait posisi ayat dalam surat tertentu dan setelah ayat tertentu.
6
Faried F. Saenong, Kesarjanaan Al-Qur’an Di Barat (Jurnal Studi Al-Qur’an), 1, H. 150-154
7
Adnin Armas, Pengaruh Kristen-Orientalis Terhadap Islam Liberal, (Jakarta:Gema Insani
Press, 2008), H. 3
7
Media yang tersedia pada saaat itu, digunakan dalam penulisan seperti kepingan
batu, potongan kayu, pelepah kurma, dan lain-lain. Selain itu, Metode jam’u al-
Qur’an fi>> al-S}udu>r (pengumpulan al-Qur’an melalui hafalan) adalah pengumpulan al-
Qur’an dilakukan pada masa Nabi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya riwayat
mengenai hal tersebut. Sebelum nabi wafat pengumpulan teks al-Qur’an baik berupa
hafalan maupun tulisan telah selesai bahkan dalam beberapa riwayat pernah
mengoreksi tulisan dan hafalan sahabat secara utuh yang dilakukan sendiri oleh
Nabi.8
mengindikasikan bahwa era Nabi tidak ada penulisan yang dilakukan secara
langsung. Para sahabat diperintahkan Nabi untuk menuliskan ayat demi ayat yang
turun kepadanya. Pernyataan ini justru mengukuhkan pendapat bahwa Nabi adalah
seorang yang ummi, yang tidak dapat membaca dan menulis. Tidak diungkapkan
menjadi perhatian yang luas karena beberapa upaya dan tujuannya dalam
mencermarkan Otentitas teks al-Qur’an, yang merujuk pada sumber-sumber tidak
etis bahkan penipuan.9 Rupanya tedapat beberapa pintu gerbang yang digunakan
8
Mustafa Al-Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), H. 300
9
Mustafa Al-Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), H. 337.
8
sebagai alat penyerang terhadap teks al-Qur’an, salah satunya menghujat dan
dan bentuk lisan dari tradisi hafalan di kalangan orang-orang Arab pada waktu itu.
Qur’an ke berbagai dunia islam selisih lima belas tahun. Mereka menganggap dalam
rentang waktu tersebut terjadi distorsi dan pemalsuan teks aslinya. Padahal,
ilmuwan Barat tidak sependapat bahwa susunan teks al-Qur’an baik ayat maupun
suratnya yang terdapat pada zaman Nabi Muhammad saw. itu sama dengan apa
yang ada di tangan kita sekarang. Meskipun kronologi itu sudah diabadikan oleh
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang sudah dikenal kredibilitasnya di
10
Nasaruddin Umar, “Al-Qur’an Di Mata Mantan Intelektual Muslim: Ibn Warraq Dan Mark
A Gabriel”, Jurnal Studi Al-Qur’an 1, No. 2 (2006), H. 132.
11
Hamid Fahmy, “Tradisi Orientalisme Dan Framework Studi Al-Qur’an, Jurnal Tsaqafah, 7
No. 1 (2011), H. 16.
12
Sohirin Solihin, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian
Perbandingan Dengan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, (Jakarta: Gemainsani Press, 2005), 388.
9
Menurut W. Montgomery Watt seorang sarjana Barat, al-Qur’an adalah
Muhammad bukanlah seorang yang ummi. Watt beranggapan bahwa Isu ke-ummi-an
nabi inilah yang menjadikan sejarah penulisan al-Qur’an pada masa nabi itu sulit
Al-Baqarah/2: 282, dipahami sebagai bukti masyarakat arab dapat membaca al-
Qur’an.
menyatakan dua faktor: pertama, peninggalan dari bahan-bahan tersebut jelas tidak
ada, kedua, Penulisan al-Qur’an di atas bahan-bahan tersebut memberi kesan sebagai
kemewahan materi era Umayyah dan Al-Abbasiyah. Watt memahami term qirtas
(QS al-An’am/6:7dan 91) sebagai lembaran, terkait hal itu, Quraish Shihab
memberikan penjelasan mengenai qirtas, dengan sesuatu yang menjadi bahan untuk
ditulisi, baik pelepah pohon, kayu, kulit, dedaunan, tulang, dan lain-lain. Makna
tersebut keluar dari makna yang dijelaskan Watt.
antara sifat ummi yang dimiliki nabi dengan ketersediaan media tulis pada masa itu
tidak terlalu kuat dan cenderung memaksakan. Jika argumen watt benar bahwa nabi
dapat menulis, tidak ada data maupun tulisan Nabi. Begitu juga, yang berlaku
10
dikalangan Arab yakni, tradisi menulis yang tidak dapat disenyalir dengan
menjadikan Nabi sebagai salah satu orang Arab yang dapat menulis.13
mengumumkan statemen bahwa al-Qur’an adalah kitab yang tidak otentik. Hal itu
karena sedari awal tidak ada perhatian untuk menyusunnya secara sistematis pada
masa Nabi. Sepeninggal nabi, zaid bin tsabit, ditugaskan dengan maksud tertentu.
Dia dianggap mengenal sekian banyak ayat al-Qur’an di dalam hafalan, yang
dan membentuk naskah baru yang dikatakanya al-Qur’an yang murni, dan lantas
karena di dalam ungkapannya sangat banyak hal yang tidaklah benar. Dari
perkataannya, itu terlihat seakan ia memiliki teks asli dari masa nabi dan Abu bakar,
dan membandingkannya dengan teks pada zaman khalifah Usman bin Affan. Tentu
saja Washington Irving tidak memiliki teks yang dijadikan alat banding. Justru
penalarannya bertolak pada dasar yang tidak benar dan kesimpulan dari
pandangannya itu juga tidak benar. Apalagi tidak ada ayat yang dipaparkan
13
Muhammad Alwi, “ Kritik Atas Pandangan William M. Waat Terhadap Sejarah Penulisan
Al-Qur’an, Jurnal Al-Qur’an Dan Hadis, 21 No. 1 (2020), H. 100-104.
14
Joesoef Sou’yb. Orientalis Dan Islam,, H. 123-124.
11
Selain dua tokoh diatas, Wansbrough dalam bukunya Qur’anic Studies:
produk dari aktifitas kesustraan yang harus ditelaah sebagai sastra dengan
menggunakan metode kritik sastra. Kesimpulan dari metode ini berujung pada
meninggalnya Nabi. Ia bernggapan kepercayaan ini adalah hanya fiktif belaka, yang
mengundang pro dan kontra. Karyanya mendapat sanjungan sebab telah dijadikan
acuan dan standarisasi utama studi al-Qur’an Richard Bell berkomentar karya
Noldeke karena ada beberapa bagian surat yang ia susun tetapi tidak sistematis. 16
Lebih lanjut, huruf-huruf muqat}t}a’ah juga tak luput dari perhatian Theodor
surah merupakan nama-nama yang telah menuliskan al-Qur’an. Hal tersebut juga
telah dibahas oleh Jefferey dan menamainya dengan The Mistic Letters of The
15
Mun’im Sirry, ,Tradisi Intelektual Islam, (Malang: Madani, 2015), H. 41-42.
16
Hasani Ahmad Said, “Potret Studi Al-Qur’an Di Mata Orientalis, 3 No. 1 (2018), H. 33-36
12
Koran, yakni surat-surat mistik adalah huruf-huruf muqat}t}a’ah yag terdapat dalam
al-Qur’an.
Jefrey membangun asumsi ini atas dasar salah satunya karena kebanyakan
pakar muslim ketika bertemu dengan huruf-huruf muqattah, percaya dan selalu
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang berpacu pada klaim bahwa kata-kata
itu adalah sebuah tanda. Sementara menurut Jefrey yang paling bena adalah usaha
yang dilakukan oleh Naldoke. Dalam hal ini, keduanya menyatakan bahwa huruf
muqat}t}a’ah ada dalam al-Qur’an disebabkan zayd bin Tsbait ketika diperintahkan
untuk menulis al-Qur’an mengalami kebingungan karena banyak manuskrip dan
sumber bacaan. 17
Tuduhan Noldoke dan Jefreey ditepis oleh Abu Laylah dengan memberi
respon bahwa tidak benar, jika zayd sengaja memberikan inisial untuk
mengkategorikan mushaf para sahabat. Karena Zayd melakukan pengumpulan dari
berbagai bahan seperti pelepah kurma, tulang dan batu. Ia tidak mengumpulkan
mushaf al-Qur’an yang dimiliki sahabat dengan cara sempurna. Jadi Zayd tidak
17
Naufal Cholidy, “Kritik atas pandangan theodor noldeke tentang al-huruf al-muqat}t}o’ah
dalam alQur’an”, Keilmuan dan tafsir 4 No. 1 (Juni 2014), h. 77-79.
18
A. Chairudji Abd. Chalik, Ulmul qur’an (Jakarta, Diadit Media, 2007) 47-48.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Orientalis berasal dari kata orient yang berarti timur. Orientalis adalah
Qur’an dan bentuk lisan dari tradisi hafalan di kalangan orang-orang Arab
pada waktu itu. Kalangan orientalis berusaha menepis sejarah penulis dan
B. Implikasi
khazanah keilmuan bagi para pembaca, dan penulis sadar banyak kekurangan maka
dari itu, sangat dibutuhkan kritik atau saran untuk memperbaiki makalah ini.
14
DAFTAR ISI
15