Anda di halaman 1dari 15

PANDANGAN ORIENTALIS

TERHADAP PENULISAN AL-QUR’AN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Tarikh Al-Qur’an

Disusun oleh:

RAHAYU ALAM

NIM: 80600222010

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Muhammad Sadiq Sabry, M.Ag

Dr. Rosmini, M.Ag

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan mengucapkan alhamdulillah karena atas limpahan rahmat

dan inayah-Nya, penulis telah menyelesaikan makalah yang berjudul

“PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP PENULISAN AL-QUR’AN”. Tak

lupa mengirimkan salawat Shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad

saw. keluarga dan para sahabat-sahabat beliau.

Dan tidak lupa penulis untuk mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada ustaz Dr. Shadiq Sabri, M.Ag dan Ibu Dr. Rosmini, M.Ag. selaku

dosen pembimbing dalam mata kuliah TARIKH AL-QUR’AN yang telah

memberikan amanah kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan

pastinya masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun

tata bahasanya. Oleh sebab itu, penulis sangat berharap adanya kritik dan saran agar

perbaikan makalah yang penulis buat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika


terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Makalah .................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
A. Orientalis dan Sejarah Studi al-Qur’an ................................................................ 6
B. Pandangan Orientalis terhadap Penulisan al-Qur’an ........................................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Implikasi ............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an yang merupakan firman Allah yang telah tertulis sering diuji

keampuhannya oleh penentang-penentang Islam. Segala cara dan upaya telah

dilakukan namun berakhir dengan kegagalan. Dalam fakta sejarah, tidak ada satupun

yang pernah berhasil melancarkan niat-niat jahatnya. Selalu saja, usaha-usaha yang

muncul dipermukaan, itu berhasil dibantahkan oleh kaum muslimin. Kesadaran umat

Islam akan tidak ada kemuliaan kecuali istikamah terhadap kitabullah dan sunnah

Nabi.1

Ketika mempelajari al-Qur’an, umat Islam berangkat dari keimanan sehingga

tidak keluar dari dari batas-batas syariat Islam. Berbeda halnya dengan kaum

orientalis muslim atau non-muslim yang menelusuri kajian al-Qur’an. serangan

orientalis-orientalis terhadap al-Qur’an menjadi perhatian yang luas dalam berbagai

dimensi, karena dapat memaparkan beberapa usaha dan tujuan Barat dalam

mencemarkan otensititas teks al-Qur’an.

Sepertinya terdapat beberapa pintu gerbang yang digunakan sebagai alat

penyerang terhadap teks al-Qur’an, salah satunya menghujat dan meragukan

penulisan dan kompilasinya.2

1
Joesoef Sou’yb. Orientalis Dan Islam, (Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia, 1995), H. 23.
2
File:///C:/Users/Acer/Downloads/Kritik_Atas_Pandangan_William_M_Watt_Terhadap_Se1
.Pdf, 22 Desember 2022.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Orientalis dan sejarah studi al-Qur’an?

2. Bagaimana Pandangan Orientalis Terhadap Penulisan Al-Qur’an?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Kemunculan Kaum Orientalis.

2. Untuk Mengetahui Pandangan Orientalis Terhadap Penulisan Al-Qur’an.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Orientalis dan Sejarah Studi al-Qur’an

Kajian terhadap al-Qur’an di mata ilmuan Barat dan orientalis selalu menarik

untuk diperbincangkan.3 Al-Qur’an telah memperkenalkan dirinya sebagai kitab

yang terhindar dari keraguan dan dijamin keotentikannya, dan bahkan tak ada satu-

pun kitab yang dapat menandinginya.

Kata Orientalis berasal dari kata orient yang berarti timur. Orientalis adalah

para sarjana Barat yang mendalami dunia ketimuran dan kesusteraannya, dan mereka

juga memberi perhatian yang besar terhadap agama-agama dunia Timur.4 Perhatian

para orientalis terhadap al-Qur’an telah dimulai sejak pertengahan abad ke 12. ada

beberapa karya yang dihasilkan yaitu sebuah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa

latin yang ditulis oleh Robert Ketton asal kebangsaan Inggris yang diselesaikan pada

tahun 1143.

Kemudian upaya selanjutnya pada abad 17, menunjukkan perkembangan dan

terlihat mengesankan ialah karya Ludovici seorang sarjana Italia yang memproduksi

al-Qur’an berdasarkan beberapa manuskrip, dan dilengkapi terjemahan latin. Hal

semacam ini belum pernah dilakukan oleh Orientalis sebelumnya, mengingat hanya

sebatas terjemahan yang mereka hasilkan. Dan disusul karya yang menerjemahkan

al-Qur’an dan menyusunnya kembali menurut kronologinya dari QS al-Alaq sampai

al-maidah pada abad ke-18. 5

3
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an (Jakarta: Puspita Press, 2011), H. 76.
4
Quraish Shihab, “Orientalisme:, Jurnal Studi Al-Qur’an, No . 2 (2006).
5
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Al-Qur’an Dan Hadis),
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981), H. 9.

6
Tepatnya pada tahun 1834, perkembangan kajian studi al-Qur’an semakin

luar biasa di tangan Flugel., ia memulai sebuah riset dengan menyusun edisi kritis

teks al-Qur’an. karyanya ini diedit dan direvisi oleh kaum orientalis belakangan

karena dianggap penting dan signifikan. Ketertarikan untuk mengkaji al-Qur’an

semakin meningkat dengan diadakannya sayembara penulisan monograf mengenai

“kritik sejarah terhadap teks al-Qur’an” Sayembara ini dimenangkan oleh Theodore

Noldeke, digagas oleh Akademi dan Sastra Paris pada tahun 1857.6
Topik lainnya yang sangat menarik perhatian orientalis adalah tafsir al-

Qur’an. Pada akhir abad ke 19, Ignaz Goldzier melakukan pengkajian secara

mendalam dan kritis terhadap tafsir-tafsir pada masa klasik. Walaupun pada masa

itu, sudah ada yang mengkaji al-Qur’an tapi hanya sebatas analisa terhadap sejarah

tafsir al-Qur’an.

Dewasa ini, penawaran secara lebih baik mengenai berkembangnya bebagai

metode dan pendekatan baru memahami al-Qur’an. Jefferey bersama orientalis

membuat proyek al-Qur’an secara kritis. Konon mereka ingin merestorasi teks al-

Qur’an sesuai karya Abu daud, kitab al-mashahif yang ditengarai merekam bacaan-
bacaan dalam beberapa mushaf tandingan Mereka mengumpulkan berbagai varian

tekstual yang didapat dari berbagai sumber..7

Dalam kacamata Sarjana Islam, Penulisan al-Qur’an masa Nabi Muhammad

dilakukan oleh sahabat yang menerima tuntunan secara langsung dari Nabi. setelah

Nabi memperoleh wahyu, kemudian al-Qur’an ditulis oleh para sahabat. Nabi

memberikan arahan terkait posisi ayat dalam surat tertentu dan setelah ayat tertentu.

6
Faried F. Saenong, Kesarjanaan Al-Qur’an Di Barat (Jurnal Studi Al-Qur’an), 1, H. 150-154
7
Adnin Armas, Pengaruh Kristen-Orientalis Terhadap Islam Liberal, (Jakarta:Gema Insani
Press, 2008), H. 3

7
Media yang tersedia pada saaat itu, digunakan dalam penulisan seperti kepingan

batu, potongan kayu, pelepah kurma, dan lain-lain. Selain itu, Metode jam’u al-

Qur’an fi>> al-S}udu>r (pengumpulan al-Qur’an melalui hafalan) adalah pengumpulan al-

Qur’an dilakukan pada masa Nabi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya riwayat

mengenai hal tersebut. Sebelum nabi wafat pengumpulan teks al-Qur’an baik berupa

hafalan maupun tulisan telah selesai bahkan dalam beberapa riwayat pernah

mengoreksi tulisan dan hafalan sahabat secara utuh yang dilakukan sendiri oleh
Nabi.8

Beragam pemaparan Sarjana Muslim mengenai penulisan al-Qur’an

mengindikasikan bahwa era Nabi tidak ada penulisan yang dilakukan secara

langsung. Para sahabat diperintahkan Nabi untuk menuliskan ayat demi ayat yang

turun kepadanya. Pernyataan ini justru mengukuhkan pendapat bahwa Nabi adalah

seorang yang ummi, yang tidak dapat membaca dan menulis. Tidak diungkapkan

ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan terkait dengan dinamika penulisan al-Qur’an.

B. Pandangan Orientalis terhadap Penulisan al-Qur’an

Serangan-serangan orientalis terhadap al-Qur’an dari berbagai dimensi,

menjadi perhatian yang luas karena beberapa upaya dan tujuannya dalam
mencermarkan Otentitas teks al-Qur’an, yang merujuk pada sumber-sumber tidak

etis bahkan penipuan.9 Rupanya tedapat beberapa pintu gerbang yang digunakan

8
Mustafa Al-Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), H. 300
9
Mustafa Al-Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), H. 337.

8
sebagai alat penyerang terhadap teks al-Qur’an, salah satunya menghujat dan

meragukan penulisan dan kompilasinya.10

Secara umum, kaum orientalis tidak percaya mengenai eksistensi al-Qur’an

dan bentuk lisan dari tradisi hafalan di kalangan orang-orang Arab pada waktu itu.

Kalangan orientalis berusaha menepis sejarah penulis dan kompilasinya di masa

Nabi Muhammad. Mereka menduga adanya kemungkinan terjadi kesalahan dalam


teks al-Qur’an di masa itu. Sebab antara wafatnya Nabi dengan distribusi naskah al-

Qur’an ke berbagai dunia islam selisih lima belas tahun. Mereka menganggap dalam

rentang waktu tersebut terjadi distorsi dan pemalsuan teks aslinya. Padahal,

ilmuwan Kitab Injil tidak mempermasalahkan sejarah Bibel, meski-pun beberapa

kitab perjanjian lama ditulis berdasarkan transformasi lisan setelah berselang

delapan abad lamanya.11

Salah seorang tokoh orientalis Artur Jeffery menyebutkan, bahwa para

ilmuwan Barat tidak sependapat bahwa susunan teks al-Qur’an baik ayat maupun

suratnya yang terdapat pada zaman Nabi Muhammad saw. itu sama dengan apa
yang ada di tangan kita sekarang. Meskipun kronologi itu sudah diabadikan oleh

hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang sudah dikenal kredibilitasnya di

bidang hadis, namun orientalis tetap menganggap hal tersebut palsu.12

10
Nasaruddin Umar, “Al-Qur’an Di Mata Mantan Intelektual Muslim: Ibn Warraq Dan Mark
A Gabriel”, Jurnal Studi Al-Qur’an 1, No. 2 (2006), H. 132.
11
Hamid Fahmy, “Tradisi Orientalisme Dan Framework Studi Al-Qur’an, Jurnal Tsaqafah, 7
No. 1 (2011), H. 16.
12
Sohirin Solihin, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian
Perbandingan Dengan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, (Jakarta: Gemainsani Press, 2005), 388.

9
Menurut W. Montgomery Watt seorang sarjana Barat, al-Qur’an adalah

ciptaan Nabi Muhammad saw. Ia mengusung sebuah pemikiran bahwa Nabi

Muhammad bukanlah seorang yang ummi. Watt beranggapan bahwa Isu ke-ummi-an

nabi inilah yang menjadikan sejarah penulisan al-Qur’an pada masa nabi itu sulit

untuk diterima. Dan bahkan untuk menguatkan pandangannya, ia menyebutkan QS.

Al-Baqarah/2: 282, dipahami sebagai bukti masyarakat arab dapat membaca al-

Qur’an.

Lebih lanjut, Watt meragukan kehadiran penulisan al-Qur’an dalam bentuk

potongan-potongan perkamen, daun kurma, tulang belikat, dan lain-lain. Dia

menyatakan dua faktor: pertama, peninggalan dari bahan-bahan tersebut jelas tidak

ada, kedua, Penulisan al-Qur’an di atas bahan-bahan tersebut memberi kesan sebagai

perbandingan kemewahan materi antara zaman Nabi dan sahabat-sahabatnya dengan

kemewahan materi era Umayyah dan Al-Abbasiyah. Watt memahami term qirtas

(QS al-An’am/6:7dan 91) sebagai lembaran, terkait hal itu, Quraish Shihab
memberikan penjelasan mengenai qirtas, dengan sesuatu yang menjadi bahan untuk

ditulisi, baik pelepah pohon, kayu, kulit, dedaunan, tulang, dan lain-lain. Makna
tersebut keluar dari makna yang dijelaskan Watt.

Dari pemaparan Watt, terlihat jelas bahwa, Usaha dalam menghubungkan

antara sifat ummi yang dimiliki nabi dengan ketersediaan media tulis pada masa itu

tidak terlalu kuat dan cenderung memaksakan. Jika argumen watt benar bahwa nabi

dapat menulis, tidak ada data maupun tulisan Nabi. Begitu juga, yang berlaku

10
dikalangan Arab yakni, tradisi menulis yang tidak dapat disenyalir dengan

menjadikan Nabi sebagai salah satu orang Arab yang dapat menulis.13

Senada dengan Watt, Washington Irving menabuh genderang dengan

mengumumkan statemen bahwa al-Qur’an adalah kitab yang tidak otentik. Hal itu

terjadi karena al-Qur’an telah mengalami banyak penyelewengan dan sisipan-sisipan.

karena sedari awal tidak ada perhatian untuk menyusunnya secara sistematis pada
masa Nabi. Sepeninggal nabi, zaid bin tsabit, ditugaskan dengan maksud tertentu.

Dia dianggap mengenal sekian banyak ayat al-Qur’an di dalam hafalan, yang

menuliskannya berdasarkan dikte dari nabi. Sekian banyak kekeliruan, sisipan-

sisipan dan kontradiksi menyelusup ke dalam naskah-naskah yang beredar tersebut,

dan membentuk naskah baru yang dikatakanya al-Qur’an yang murni, dan lantas

naskah-naskah lainnya itu dimusnahkan.

Dari pemaparan Washington Irving diatas, menyakitkan hati setiap muslim

karena di dalam ungkapannya sangat banyak hal yang tidaklah benar. Dari

perkataannya, itu terlihat seakan ia memiliki teks asli dari masa nabi dan Abu bakar,
dan membandingkannya dengan teks pada zaman khalifah Usman bin Affan. Tentu

saja Washington Irving tidak memiliki teks yang dijadikan alat banding. Justru

penalarannya bertolak pada dasar yang tidak benar dan kesimpulan dari

pandangannya itu juga tidak benar. Apalagi tidak ada ayat yang dipaparkan

mengenai ayata-ayat yang dikatakannya sisipan, samar dan kotradiksi.14

13
Muhammad Alwi, “ Kritik Atas Pandangan William M. Waat Terhadap Sejarah Penulisan
Al-Qur’an, Jurnal Al-Qur’an Dan Hadis, 21 No. 1 (2020), H. 100-104.
14
Joesoef Sou’yb. Orientalis Dan Islam,, H. 123-124.

11
Selain dua tokoh diatas, Wansbrough dalam bukunya Qur’anic Studies:

Sources and Method Of Scrptural Interpretation, mempertanyakan tentang


bagaimana metode-metode teks itu, disusun menjadi teks seperti yang ada sekarang

ini. Menurutnya, sumber-sumber Muslim mengenai asal usul al-Qur’an merupakan

produk dari aktifitas kesustraan yang harus ditelaah sebagai sastra dengan

menggunakan metode kritik sastra. Kesimpulan dari metode ini berujung pada

ketidakbenaran bahwa al-Qur’an yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad dan


naskah resminya merupakan koleksi dan perbaikan redaksi tidak lama dari

meninggalnya Nabi. Ia bernggapan kepercayaan ini adalah hanya fiktif belaka, yang

terlihat mengikuti model kitab suci Yahudi.15

Theodor Noldeke penulis Geshicte des Qurans, termasuk kelompok orientalis

yang kontra dengan keorisinalitas dan keotentikan al-Qur’an. Ia berusaha menyusun

al-Qur’an secara kronologis. Dari kalangan orientalis sendiri, ternyata banyak

mengundang pro dan kontra. Karyanya mendapat sanjungan sebab telah dijadikan

acuan dan standarisasi utama studi al-Qur’an Richard Bell berkomentar karya

Noldeke karena ada beberapa bagian surat yang ia susun tetapi tidak sistematis. 16

Lebih lanjut, huruf-huruf muqat}t}a’ah juga tak luput dari perhatian Theodor

Naldoke. Ia mengatakan bahwa huruf-huruf muqat}t}a’ah bukan bagian dari al-Qur’an.

Theodor Naldoke beranggapan bahwa huruf-huruf muqat}t}a’ah yang ada di awal

surah merupakan nama-nama yang telah menuliskan al-Qur’an. Hal tersebut juga

telah dibahas oleh Jefferey dan menamainya dengan The Mistic Letters of The

15
Mun’im Sirry, ,Tradisi Intelektual Islam, (Malang: Madani, 2015), H. 41-42.
16
Hasani Ahmad Said, “Potret Studi Al-Qur’an Di Mata Orientalis, 3 No. 1 (2018), H. 33-36

12
Koran, yakni surat-surat mistik adalah huruf-huruf muqat}t}a’ah yag terdapat dalam
al-Qur’an.

Jefrey membangun asumsi ini atas dasar salah satunya karena kebanyakan

pakar muslim ketika bertemu dengan huruf-huruf muqattah, percaya dan selalu

berkata “hanya Allah yang tahu”.

Secara singkat, semua metode penafsiran pakar Muslim bersikeras


menyatakan huruf muqat}t}a’ah ialah bagian keotentikan al-Qur’an yang telah

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang berpacu pada klaim bahwa kata-kata

itu adalah sebuah tanda. Sementara menurut Jefrey yang paling bena adalah usaha

yang dilakukan oleh Naldoke. Dalam hal ini, keduanya menyatakan bahwa huruf

muqat}t}a’ah ada dalam al-Qur’an disebabkan zayd bin Tsbait ketika diperintahkan
untuk menulis al-Qur’an mengalami kebingungan karena banyak manuskrip dan

sumber bacaan. 17

Tuduhan Noldoke dan Jefreey ditepis oleh Abu Laylah dengan memberi

respon bahwa tidak benar, jika zayd sengaja memberikan inisial untuk
mengkategorikan mushaf para sahabat. Karena Zayd melakukan pengumpulan dari

berbagai bahan seperti pelepah kurma, tulang dan batu. Ia tidak mengumpulkan

mushaf al-Qur’an yang dimiliki sahabat dengan cara sempurna. Jadi Zayd tidak

membutuhkan bentuk inisial sebagai pembeda mushaf sahabat.18

17
Naufal Cholidy, “Kritik atas pandangan theodor noldeke tentang al-huruf al-muqat}t}o’ah
dalam alQur’an”, Keilmuan dan tafsir 4 No. 1 (Juni 2014), h. 77-79.
18
A. Chairudji Abd. Chalik, Ulmul qur’an (Jakarta, Diadit Media, 2007) 47-48.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Orientalis berasal dari kata orient yang berarti timur. Orientalis adalah

para sarjana Barat yang mendalami dunia ketimuran dan kesusteraannya,

dan mereka juga memberi perhatian yang besar terhadap agama-agama


dunia Timur.

2. Penulisan al-Qur’an masa Nabi Muhammad dilakukan oleh sahabat yang

menerima tuntunan secara langsung dari Nabi. setelah Nabi memperoleh

wahyu, kemudian al-Qur’an ditulis oleh para sahabat.

3. Secara umum, kaum orientalis tidak percaya mengenai eksistensi al-

Qur’an dan bentuk lisan dari tradisi hafalan di kalangan orang-orang Arab

pada waktu itu. Kalangan orientalis berusaha menepis sejarah penulis dan

kompilasinya di masa Nabi Muhammad.

B. Implikasi

Penulis sangat berharap dengan makalah ini menambah wawasan dan

khazanah keilmuan bagi para pembaca, dan penulis sadar banyak kekurangan maka

dari itu, sangat dibutuhkan kritik atau saran untuk memperbaiki makalah ini.

14
DAFTAR ISI

A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Al-Qur’an Dan Hadis),


Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981.
Al-Azami, Mustafa Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi,
(Jakarta: Gema Insani, 2005.
Alwi, Muhammad. “ Kritik Atas Pandangan William M. Waat Terhadap Sejarah
Penulisan Al-Qur’an, Jurnal Al-Qur’an Dan Hadis, 21 No. 1 (2020.
Arif, Syamsudin. Orientalis Dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani
Press), 2008.
Armas, Adnin. Pengaruh Kristen-Orientalis Terhadap Islam Liberal, Jakarta:Gema
Insani Press, 2008.
Cholidy, Naufal. “Kritik atas pandangan theodor noldeke tentang al-huruf al-
muqat}t}o’ah dalam alQur’an”, Keilmuan dan tafsir 4 No. 1 Juni 2014.
Chalik,. Chairudji Abd.. Ulmul qur’an Jakarta, Diadit Media, 2007.
Fahmy, Hamid. “Tradisi Orientalisme Dan Framework Studi Al-Qur’an, Jurnal
Tsaqafah, 7 No. 1 2011.
File:///C:/Users/Acer/Downloads/Kritik_Atas_Pandangan_William_M_Watt_Terhad
ap_Se1.Pdf, 22 Desember 2022.
Saenong, Faried F. Kesarjanaan Al-Qur’an Di Barat (Jurnal Studi Al-Qur’an.
Said, Hasani Ahmad “Potret Studi Al-Qur’an Di Mata Orientalis, 3 No. 1 (2018).
shihab, Quraish “Orientalisme:, Jurnal Studi Al-Qur’an, No. 2 (2006).
Sirry, Mun’im,Tradisi Intelektual Islam, (Malang: Madani, 2015.
Solihin, Sohirin Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian
Perbandingan Dengan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, (Jakarta:
Gemainsani Press, 2005.
Sou’yb. oesoef Orientalis Dan Islam, (Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia, 1995.
Umar, Nasaruddin. “Al-Qur’an Di Mata Intelektual”, Jurnal Studi Al-Qur’an.

15

Anda mungkin juga menyukai