Makalah
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Oleh:
RAHAYU ALAM
NIM: 80600222010
Dosen Pengampu:
PASCASARJANA
2023
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran merupakan suatu kitab suci yang universal dan salah satu ajarannya
adalah bahwa seluruh umat Islam diwajibkan mematuhi perintah dan aturan hukum
Allah Swt. Namun sekian banyaknya umat Islam yang bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah Swt dan mengimani bahwa Muhammad adalah utusan Allah Swt, tapi
tidak sedikit pula di antara mereka yang melakukan keingkaran, membangkang dan
Kata fasiq dalam Alquran dengan berbagai bentuk kata jadiannya disebut 54
kali di dalam 54 ayat dan 23 surah. (Fuad Abd Al-Baqi, 1981: 158). Dengan bentuk
isim masdar (verbal noun), fisq disebut 3 kali, masingmasing dalam QS. Al-Maidah
[5]:3, QS. Al-An‟am [6]:121, dan 145. Alquran juga menyebut bentuk lain berupa
fusuq empat kali, yaitu dalam QS. AlBaqarah [2]:197, 282 serta QS. Al-Hujurat
[49]:7 dan 11. Sementara itu, kata fisq dalam bentuk fi‟il madhi dalam Alquran
disebut empat kali, masingmasing dalam QS. Al-Isra‟ [17]:16, QS. Al-Kahfi [18]:50,
QS. As-Sajadah [32]:20, dan QS. Yunus [10]:33. Di samping itu, juga dalam bentuk
fi‟il mudhari‟ dalam Alquran disebut enam kali, yaitu dalam QS. Al-Baqarah [2]:59,
QS. Al-An‟am [6]:49, QS. Al-A‟raf [7]:163 dan 165, QS. Al-Ankabut [29]:34, serta
QS. Al-Ahqaf [46]:20. Kemudian dalam bentuk isim fa‟il, kata fasiq dalam Alquran
disebut 37 kali. (Sahabuddin, 2007: 219) Berbagai sikap dan perilaku jelek yang
dan perjanjian aqli, berupa bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah Swt di atas
bumi ini.
Pada makalah ini akan dibahas tentang orang fasik yang terdapat dalam QS
al-Baqarah/2: 26-27 dan QS al-Ra’d/13: 25, dimana pada ayat tersebut menyebutkan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tinjauan Umum tentang orang Fasik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Tinjauan Umum tentang orang Fasik.
QS al-Ra’d/13: 25.
BAB II
PEMBAHASAN
fusuq>an yang mempunyai arti keluar dari jalan yang hak, kesalehan, serta
syariat.1Senada dengan hal tersebut, Ibn Fa>ris menyebutkan bahwa kata yang terdiri
dari huruf fa, sin, qaf bermakna keluar dari ketaatan. Kata ini apabila ditinjau dari
segi perubahan bentuk atau harakatnya, maka akan menunjukkan beberapa arti,
tetapi pada intinya sama yang menunjukkan pada yang berarti mendustakan; tafsi>q
yang berarti tidak lurus atau tidak sesuai; dan fisq atau fusuq> yang berarti maksiat.2
Jadi, kata fasik diidentikan dengan sesuatu yang buruk dan mencakup segala sesuatu
orang yang menyaksikan, tetapi tidak meyakini dan melaksanakan. Sedangkan Al-
perintah Allah Swt, dan menyimpang dari jalan yang benar. Fasik juga berarti
ketentuanketentuan syariat, keluar dari ketaatan kepada Allah, keluar dari jalan yang
1
Ahmad Warson Munawwir, Al - Munawwi r: Kamus Arab - Indonesia (Cet. XIV; Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), h. 1055
2
Jumhu>riyyah Mis}r al-‘Arabiyyah Mujma al-Lugah al-‘Arabiyyah, al - M u ’ j a m a l - Wasi>t}
(Cet.V; Kairo: Maktabah al-Syuru>q al-Dauliyyah, 2011), h. 712
3
Hanafi, M.M, Ensiklopedia Pengetahuan Alquran dan Hadits, (Kamil Pustaka: Jakarta,
2013), h. 254.
benar, keluar atau meninggalkan perintah Allah, dan keluar dari hidayah Allah.
Pengertian ini menunjukkan bahwa fasik secara literal adalah pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu, orang fasik
adalah sebutan bagi orang yang telah mengakui sekaligus menaati hukum-hukum
kaitan ini juga orang-orang kafir terkadang disebut juga fasik. Sebab pada
di dalam syariat fasik termasuk dalam kategori dosa, baik dosa besar maupun kecil.4
ِ َّض ِرب مث اًل ما ب عوضةا فَما فَوقَها فَأ ََّما ال َّ إِ َّن
ين َآمنُوا فَيَ ْعلَ ُمو َنَ ذ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َاَّللَ ََل يَ ْستَ ْحيِي أَ ْن ي
ض ُّل بِِه َكثِ اريا
ِ اَّلل ِّب َذا مثَ اًل ي ِ َّاْل ُّق ِمن رّّبِِم وأ ََّما ال
ُ َ َ َُّ ين َك َفُروا فَيَ ُقولُو َن َماذَا أ ََر َاد َ ذ َ ْ َ ْ َْ ُأَنَّه
اَّللِ ِم ْن بَ ْع ِد
َّ ضو َن َع ْه َد ُ ين يَْن ُق
َ
ِ َّ) ال22( اس ِقني
ذ َ
ِ ض ُّل بِِه إََِّل الْ َف ِ وي ه ِدي بِِه َكثِريا وما ي
ُ ََ ا ََْ
ِ
اْلَاسُرون ْ ك ُه ُم ِ ِ
ِ وصل َويُ ْفس ُدو َن ِِف ْاْل َْر ِ ِاَّلل ب ِ ِ ِ
َ ض أُولَئ َ َ ُي ن
ْ َ
أ ه ُ َّ ر
َ َم
َ أ ا م
َ ن
َ وع
ُ ط
َ ق
ْ ي
َوَ ه اقَيث م
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau
yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman mengetahui
bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata,
‚apa maksud Allah dengan perumpamaan ini? Dengan (perumpamaan) itu
banyak orang yang disesatkan-NYa. Dengan itu pula banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik.(26), yaitu orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan
apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat
4
Muh}}ammad al-Tauniji>>, al - Mu‘jam al - Mufas}s}al fi> Tafsi>r Gari>b al - Qur’a>n al - Kari>m (Cet.
II; Beiru>t: Dar> al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2011), h. 328.
kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS al-Baqarah/2:
26-27)5
yang terdiri dari huruf h}a, ya, ya memiliki dua arti dasar yaitu ‘hidup dan malu’.8
Kata ini terulang sebanyak 190 kali dalam al-Qur’an dengan berbagai perubahannya.
Kedua arti tersebut sebebarnya tidak ada perbedaan karena malu dan hidup tidak
Pengertian malu adalah perasaan yang meliputi jiwa yang disebabkan oleh
kekhawatiran dinilai negatif, dicela, dikecam oleh pihak lain dan akibatnya
5
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
al-Qur’an, 2019), h. 25-26.
6
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 349.
7
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Cet. XIV;
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 315.
8
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an (Libanon: Dakr al-Fikr, tt) h. 41
9
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya> alquzawaini> al-Razi, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz 2,
(Bairut: Dar al-Fikr, 1399/1979 M), h. 122
Seakan-akan malu merupakan kelamahan yang ada pada jiwa seseorang.
Perasaan ini mempunyai pengaruh khusus yang sangat kuat pada diri seseorang. 10
Jadi, Allah tidak ‘malu’ ialah tidak meninggalkan memberi perumpamaan walau
perumpamaan-perumpamaan itu sesuatu yang boleh jadi dianggap remeh atau tidak
b. يضرب
Kata ini berasal dari kata يضرب-ضرب berarti menjatuhkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Misalnya menjatuhkan dengan tongkat, pedang dengan
yang lainnya. Kata ini dalam bentuk kata kerja dan kata benda disebut sebanyak 58
kali, terdapat di dalam 28 surah dan 51 ayat.11 Menurut Muhammad Ismail Ibrahim,
kata ضربmemiliki arti menyakiti, baik dengan alat maupun tidak. Pengertian kata
pengertian di atas kata ini lebih banyak digunakan dengan pengertian memberi
c. وضةا
َ بَ ُع
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol. 13
(Cet. V; Jakarta: Lentera Hati, 1434 H/2012 M), h. 5.
11
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an (Libanon: Dakr al-Fikr, tt) h. 418-
419.
12
M. Quraish Shihab, dkk., Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Jilid I (Cet. I; Jakarta:
Lentera Hati, 1428 H/ 2007 M), h. 386.
Kata ini berasal dari kata bu’ida yang artinya ‘digigit nyamuk’.13 Kata ini
seasal dengan kata ba’d{u yang terdiri dari huruf ba, a’, d}a artinya sebagian atau
sepotong dari sesuatu. Terulang sebanyak 131 kali dalam al-Qur’an. terdapat pula
14
mengartikan kata ini dengan kutu. Jadi pada intinya kata ini menunjukkan hal
tinggi dan kembali. Terulang sebanyak 42 kali di dalam al-Qur’an.15 Menurut ragib
al-Asfahani, kata fauq digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lebih, baik
e. ضو َن
ُ يَْن ُق
Kata ضو َن
ُ يَْن ُقberasal dari kata naqada-yanqudu-naqdan kata yan terdiri dari
huruf nun, qaf, dad menunjukkan makna melanggar, merusak membatalkan
merobohkan atau menguraikan sesuatu. Kata ini terulang sebanyak 10 kali dalam al-
Qur’an dengan berbagai derivasinya.
13
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, h. 95.
14
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya> alquzawaini> al-Razi, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz 2, h.
269
15
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya> alquzawaini> al-Razi, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz 2, h.
461.
16
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an h. 431.
f. َع ْه َد
Kata ini berasal dari kata kerja ahida-ya’hadu-ahdan yang berarti
dari huruf ain, ha, dal bermakna pokok memelihara sesuatu atau mebuat perjanjian.
Dari makna ini terbentuk makan pengetahuan, perjanjian, sumpah dan waktu.
dan memperhatikannya dari waktu ke waktu yang lain. Perjanjian disebut ahdan
karena wajib dipelihara. Adapun perjanjian Allah swt. Dapat berupa perjanjian
berdasakan akal, perintah al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Dan dapat berupa
Tetapi juga ada kata ahdan yang merujuk pada perjanjian sesame manusia.19
g. ِميثَاقِ ِه
Kata berasal dari kata kerja wasa-yusiqu- wasqan yang artinya percaya atau
kokoh. Kata ini menunjukkan makna perjanjian dan menguatkan. Oleh karena itu,
17
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, h. 95.
18
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an h. 392.
19
M. Quraish Shihab, dkk., Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Jilid I (Cet. I; Jakarta:
Lentera Hati, 1428 H/ 2007 M), h. 11-13.
kata ini meruapakan janji yang dikuatkan, sehingga lebih kuat dari sekedar janji
biasa.20
memotong. Kata yang terdiri dari huruf qaf, ta, ain menunjukkan makna
memutuskan sesuatu sehingga menjadi terpisah.21 Kata ini terulang sebanyak 36
keseimbangan atau jalan yang lurus, baik sedikit maupun banyak.23 Lawan dari kata
salah yang berarti istiqamah, jadi fasad selalu berkonotasi pada hal-hal yang
3. Asba>b al-Nuzu>l
Ada lima riwayat terkait asba>b al-Nuzu>l QS. al-Baqarah/2: 26-27 dari
20
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, h. 1532.
21
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya> alquzawaini> al-Razi, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz 2, h.
101.
22
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, h. 1055.
23
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an h. 425.
berbagai jalur isnad, tetapi riwayat yang paling sahih jalur isnadnya yaitu:
Diriwayatkan oleh Ibn Jari>r dengan berbagai sanad, ketika Allah swt. membuat
dua perumpamaan kepada orang munafik sebagaimana yang tertera dalam ayat 17
dan 19, mereka berkata: ‚Mungkinkah Allah yang maha tinggi dan luhur membuat
orang munafik itu, Allah swt. menurunkan ayat 26- 27 untuk memberi ketegasan
Adapun orang munafik dan fasik akan mendapatkan kesesatan dan dijauhkan dari
sepanjang masa.24
4. Munasabah
Shihab, bahwa secara lahiriah QS. al-Baqarah/2: 26 tidak memiliki hubungan yang
serta sanksi atas pembangkangan dan ganjaran untuk yang taat. Kemudian pada ayat
ini muncul pernyataan bahwa Allah swt. tidak malu membuat perumpamaan. Bila
yang lalu mengandung tantangan kepada sastrawan untuk menyusun sesuatu yang
semisal dengan al-Qur’an, walaupun hanya satu surah. Tetapi ketika mereka tidak
mampu memenuhi tantangan tersebut, mereka menempuh cara lain berupa kritik
terhadap kandungan al-Qur’an dengan menyatakan bahwa ada kandungan yang tidak
24
Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rahma>n Ibn Abi> Bakr al-Suyuti>, Lubab al - Nuqu>l fi> Asba>b al - Nuzu>l
(Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), h. 8-9.
sesuai dengan kebesaran dan kesucian Allah swt. Hal ini mereka tempuh untuk
menanamkan benih keraguan ke hati orang beriman atau ke hati orang yang
memiliki kecenderungan untuk beriman. Upaya ini semakin gencar dilakukan setelah
turun ayat 17-20 yang berbicara tentang perumpaan orang munafik dengan dua
perumpamaan yang buruk. Sebagian besar orang munafik yang dimaksud adalah
orang Yahudi yang tidak mahir dalam sastra Arab. Mereka ingin mengkritik al-
menghiasi ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang orang munafik yang boleh
jadi orang Yahudi atau orang musyrik. Mereka menemukan celah untuk
pembuatan perumpaan-perumpamaan ini tidak mungkin berasal dari Allah dan tidak
mungkin makhluk kecil seperti lalat dan nyamuk masuk dalam firman-Nya. Oleh
karena itu, datanglah ayat ini untuk menolak upaya menghembuskan keraguan yang
25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al - Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al - Qur’an, vol. 1, h.
159
26
Sayyid Qut}ub, Fi> Z{ila>l al - Qur’a>n, juz 1 (Cet. XVII; Kairo: Da>r al-Syuru>q li al-T{aba’ah wa
al-Nasyr, 1992), h. 50.
1. Pola hubungan kontinuitas dan bantahan. Allah tidak enggan (malu) memberikan
perumpamaan-perumpaan yang boleh jadi bagi manusia hal tersebut adalah sesuatu
yang remeh-temeh, atau dapat lebih rendah dari hal tersebut. Hal ini sebagai
membuat kerusakan di muka bumi. Hal tersebut dapat menjadi kerugian bagi
suatu bukti bahwa al-Qur’an sungguh berasal dari Allah swt. Hal ini merupakan
kebiasaan ahli bala>gah yang mengungkapkan sesuatu dengan gaya bahasa yang
maka dalam membuat perumpamaan pun harus diikuti dengan ungkapan yang agung
juga.28\
dan khawatir dalam menyampaikan kebenaran, baik sedikit maupun banyak. Allah
nyamuk atau lebih kecil lagi, bukan merupakan kekurangan. Sebab Allah-lah yang
Kata وضةا
َ بَ ُع menurut Qatadah ialah ciptaan Allah yang paling lemah.30
Lebih lanjut S{a>dik Ibn Muh}}ammad menjelaskan bahwa perumpamaan nyamuk yang
Arab dahulu sering menggunakan semut atau nyamuk sebagai suatu ungkapan dalam
Kemudian ulama dalam menafsirkan frasa فَ ْوقَ َهاterbagi dalam dua pendapat.
Pertama, menunjukkan lebih rendah atau kecil, Kedua, menunjukkan sesuatu yang
lebih besar, Dari kedua pendapat di atas, mayoritas ulama berpegang pada arti yang
menunjukkan sesuatu yang lebih kecil. Hal ini diperkuat juga dengan penggunaan
kata َما yang berkedudukan sebagai nakirah yang disifati kata ba‘ud}ah untuk
menunjukkan sesuatu yang rendah atau hina.32
29
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al - Mara>gi>, juz 1, h. 44
30
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al - Mara>gi>, juz 1, h. 43
31
135Abu> ja’far Muh}ammad Ibn al-H{asan al-Tu>si>, al - Tibya>n fi> Tafsi>r al - Qur’a>n, juz 1
(Beiru>t: Da>r Ih}ya>’ al-Turas \ al-‘Arabi>, t.th), h. 111
32
Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al - Q ur’a>n al -‘Az}i>m, juz 1,
h. 67.
Mujahid menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan orang-orang beriman
yang berasal dari sisi Allah swt. 33 Mereka meyakini dengan sepenuh hati bahwa
hikmah dan maslahat di dalamnya. Dalam hal ini Allah bermaksud mengungkapkan
perumpamaan tersebut agar sesuatu yang maknawi dapat diindra karena tabiat jiwa
seseorang cenderung kepada hal tersebut.34 Iman telah memberikan cahaya di dalam
hati seseorang, sensivitas di dalam ruh, keterbukaan pada pengetahuan, dan
kesinambungan pada semua hikmah ilahiah dalam semua urusan dan semua
kafir terhadap perumpamaan dalam ayat ini, bukan pertanyaan karena mereka tidak
tahu atau dalam rangka ingin mencari jawaban. Tetapi mereka bertanya karena
lalat, laba-laba, dan lain sebagainya, ada yang menganggap hal tersebut merupakan
33
Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rahma>n Ibn Abi> Bakr al-Suyuti>, al - Du>r al - Mans\u>r fi al - Tafsi>r al
Ma’s\u>r, juz 1, h. 88.
34
141Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al - Mara>gi>, juz 1, h. 44
35
Sayyid Qut}ub, Fi> Z{ila> l al - Qur’a>n, juz 1, h. 50
36
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Ans}a>ri> al-Qurt}ubi>, al - Ja>mi’ li Ah}ka>m al -
Qur’a>n, juz 1, h. 285.
sesuatu remeh dan tidak mungkin berasal dari Allah swt Dengan Demikian, terhadap
petunjuk.
Ibn Kas|i>r dari al-Sa‘di meriwayatkan dari beberapa sahabat Rasulullah saw.
Perumpamaan itu benar, maka yang demikian merupakan penyesatan bagi mereka,
serta akan terus bertambah. Sedangkan yang dimaksud banyak diberi petunjuk ialah
orang-orang beriman.37
ِِ ِ ِ
َ َوَما يُض ُّل بِه إََِّل الْ َفاسق
ني
Ayat ini mengandung suatu isyarat yang menunjukkan bahwa sebab
ada pada diri seseorang. Kefasikan telah membuat enggan seseorang menggunakan
ayat ini dapat mencakup semuanya, baik kafir maupun munafik, atau musyrik, dan
Yahudi. Hal ini karena mereka semua sama dalam menentang al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi saw. Begitu pula pada dasarnya baik Yahudi maupun
37
Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al - Qur’a>n al -‘Az}i>m, juz 1,
h. 68
38
Fakhr al-Di>n Muh}ammad Ibn ‘Umar Ibn H{usain Ibn H{asan Ibn ‘Ali> al-Tami>mi> al-Bakri>
alRa>zi> al-Sya>fi‘i, al - Tafsi>r al - Kabi>r, juz 2, h. 122
39
M. Quraish Shihab, Tafsir Al - Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al - Qur’an, vol. 1, h.
161.
اَّللِ ِم ْن بَ ْع ِد ِميثَاقِ ِه
َّ ضو َن َع ْه َد
ُ ين يَْن ُق
َ
ِ َّال
ذ
Ulama berbeda pendapat mengenai penafsiran al - ‘ahdu (perjanjian) yang
dirusak atau dilanggar oleh orang-orang fasik. Sebagian mereka menyebutkan bahwa
perjanjian yang dilanggar yaitu wasiat dan perintah Allah yang disampaikan kepada
perjanjian yang dilanggar dalam ayat ini yaitu perjanjian yang diambil Allah atas
orang-orang kafir dan munafik dari kalangan Ahlul Kitab di dalam kitab Taurat.
Muhammad saw. sebagai utusan Allah dan menyembunyikan pengetahuan akan diri
Nabi saw.41
ِ وصل َويُ ْف ِس ُدو َن ِِف ْاْل َْر
ض َ ي
ُ ن
ْ َ
أ ِِاَّلل ب
ه َُّ َويَ ْقطَ ُعو َن َما أ ََمَر
َ
Sebagian Mufassir membatasi bahwa yang diputuskan oleh orang fasik yang
Mufassir membatasi bahwa yang diputuskan oleh orang fasik yang diperintahkan
oleh Allah swt. untuk dihubungkan adalah silaturahim. Namun, sebagian lagi
memperluas makna dan cakupan ayat ini, Seperti al-Alu>si> dengan menyatakan
a. Ayat ini ditujukan kepada orang-orang berakal yang memutuskan diri dengan
beliau.
40
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Ans}a>ri> al-Qurt}ubi>, al - Ja>mi’ li Ah}ka>m al -
Qur’a>n, juz 1, h. 287.
41
Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al - Qur’a>n al - ‘Az}i>m, juz
1,h. 69.
b. Ayat ini ditujukan kepada orang munafik yang tidak menghubungkan dan
c. Allah swt. memerintahkan agar membenarkan ajaran para nabi yang diutus
silaturahim dan kekerabatan. Hal ini banyak tertuju kepada kaum kafir Quraisy dan
orang-orang yang sama seperti mereka yang memutuskan hubungan dengan
Terkait perbedaan ini, pemaknaan secara luas lebih baik digunakan karena
dimiliki. Orang-orang fasik memiliki naluri yang bersih, fitrah yang suci, keyakinan
42
Abu> al-Fadl Syiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si>, Ru>h al - Ma‘a>ni> fi> tafsi>r al - Qur’a>n
al - ‘Az}}i>m wa al - Sab‘i al - Mas\a>ni>, juz 1 (Beiru>t: Dar> al-Fikr, 1994), h. 337-338.
tentang keesaan Allah yang dapat mengantar meraih surga, tetapi semua itu hilang
b. Penafsiran QS al-Ra’d/13: 25
manusia wajib mengakui kemahaesaan Allah serta kodrat dan iradat-Nya, beriman
kepada para nabi-Nya dan wahyu yang diturunkan-Nya, dan sebagainya. Allah swt
telah memberikan bukti-bukti dan dalil-dalil yang nyata atas semua itu. Akan tetapi,
pada kenyataannya ada di antara manusia yang telah merusak perjanjian tersebut,
dalam arti Mereka tidak memperhatikan janji-janji tersebut, sehingga mereka tidak
dapat melaksanakan kewajiban yang merupakan akibat yang timbul dari perjanjian
itu. Misalnya, bila mereka benar-benar berpegang teguh kepada tauhid, mereka
tentunya tidak akan beribadah kepada selain Allah. Allah memberikan bukti-bukti
Pada mulanya mereka memperhatikan janji-janji yang telah mereka ikrarkan dan
dalil-dalil yang telah diberikan. Mereka telah mengakui dan meyakini kebenarannya,
tetapi kemudian mereka menyangkal kebenaran itu, dan tidak lagi bersedia
mengamalkannya.
Menurut Sayyid Qut}ub, bahwa ayat ini berbicara tentang orang yangmerusak
janji Allah atas fitrah dalam bentuk undang-undang yang azali (yaitu janji iman
kepada Allah), dan sesudah itu merusak semua macam perjanjian. Apabila perjanjian
43
M. Quraish Shihab, Tafsir Al - Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al - Qur’an, vol. 1, h.
163-164
pertama sudah dirusak, maka rusak semua perjanjian yang didasarkan atasnya. Orang
yang tidak memelihara janjinya dengan Allah, maka tidak akan konsisten terhadap
umum dan mutlak Mereka juga membuat kerusakan di bumi, sebagai kebalikan dari
mereka yang sabar, menegakkan shalat, menginfakkan hartanya secara sembunyi dan
'Mereka'|. Yang diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah itu mendapatkan
laknat Pengusiran ini merupakan kebalikan dari penghormatan. 'Dan bagi mereka
tempat kediaman yang buruk. Dan, mengenai tempat kembali yang buruk ini tidak
perlu diterangkan lagi, karena Anda sudah mengetahui kebalikannya Mereka itu
bergembira dengan kehidupan dunia yang cuma sementara, dan setelatr ifu mereka
tidak akan merasakan kenikmatan akhirat yang abadi. Padahal, Allahlah yang
bumi (dunia), karena Dialah yang memberikan semua itu kepada mereka.44
44
Sayyid Qut}ub, Fi> Z{ila>l al - Qur’a>n, juz 1 (Cet. XVII; Kairo: Da>r al-Syuru>q li al-T{aba’ah wa
al-Nasyr, 1992.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makna fasik mencakup pengertian keluar dari ketentuan-ketentuan syariat,
keluar dari ketaatan kepada Allah, keluar dari jalan yang benar, keluar atau
meninggalkan perintah Allah, dan keluar dari hidayah Allah. Pengertian ini
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu, orang
fasik adalah sebutan bagi orang yang telah mengakui sekaligus menaati
maupun sebagian. Dalam kaitan ini juga orang-orang kafir terkadang disebut
ketentuan syariat yang secara akal dan fitrah manusia, mereka telah
mengakuinya..
didapati karakteristik atau sifat dari orang fasik yakni; merusak perjanjian
B. Implikasi\
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kerkurangan,.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan kritik atau saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat
Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al - Qur’a>n al -
‘Az}i>m,juz 1.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al - Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al - Qur’an,
vol. 1.
Abu> ja’far Muh}ammad Ibn al-H{asan al-Tu>si>, al - Tibya>n fi> Tafsi>r al - Qur’a>n, juz 1
(Beiru>t: Da>r Ih}ya>’ al-Turas \ al-‘Arabi>, t.th), h. 111
141Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al - Mara>gi>, juz 1, h. 44Abu> ‘Abdilla>h
Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Ans}a>ri> al-Qurt}ubi>, al - Ja>mi’ li Ah}ka>m al - Qur’a>n,
juz 1,.
Abu> al-Fadl Syiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si>, Ru>h al - Ma‘a>ni> fi> tafsi>r al -
Qur’a>n al - ‘Az}}i>m wa al - Sab‘i al - Mas\a>ni>, juz 1 (Beiru>t: Dar> al-Fikr, 1994
Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn Kas\i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al - Qur’a>n al -‘Az}i>m,
juz 1, h. 68
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al - Mara>gi>, juz 1 (Beiru>t: Dar> al-Fikr, 2006), h. 44
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya> alquzawaini> al-Razi, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz
2, (Bairut: Dar al-Fikr, 1399/1979 M.
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap
(Cet. XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 315.
Fakhr al-Di>n Muh}ammad Ibn ‘Umar Ibn H{usain Ibn H{asan Ibn ‘Ali> al-Tami>mi> al-
Bakri> alRa>zi> al-Sya>fi‘i, al - Tafsi>r al - Kabi>r, juz 2.
Hanafi, M.M, Ensiklopedia Pengetahuan Alquran dan Hadits, (Kamil Pustaka:
Jakarta, 2013.
Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rahma>n Ibn Abi> Bakr al-Suyuti>, al - Du>r al - Mans\u>r fi al -
Tafsi>r al Ma’s\u>r, juz 1.
Jumhu>riyyah Mis}r al-‘Arabiyyah Mujma al-Lugah al-‘Arabiyyah, al - M u ’ j a m a l
- Wasi>t} (Cet.V; Kairo: Maktabah al-Syuru>q al-Dauliyyah, 2011.
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur’an, 2019.
M. Quraish Shihab, dkk., Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Jilid I (Cet. I;
Jakarta: Lentera Hati, 1428 H/ 2007 M), h. 386..
Muh}}ammad al-Tauniji>>, al - Mu‘jam al - Mufas}s}al fi> Tafsi>r Gari>b al - Qur’a>n al -
Kari>m (Cet. II; Beiru>t: Dar> al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2011), h. 328.
Ragib al-As}fah}a>ni, Mu’jam Mufradat li alfa>z al-Qur’an (Libanon: Dakr al-Fikr, tt)
Sayyid Qut}ub, Fi> Z{ila>l al - Qur’a>n, juz 1 (Cet. XVII; Kairo: Da>r al-Syuru>q li al-
T{aba’ah wa al-Nasyr, 1992.