Anda di halaman 1dari 11

PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Orientalis dan Studi Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Karim, S.S., M.A.

Disusun Oleh : Kelompok 5 (C5-IQR)

1. Aufi Isni Naila (2030110079)


2. Vita Nahdliyyah (2030110106)
3. Muhammad Nizar Abdullah (2030110108)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2022
Abstrak
Jurnal ini berangkat dari permasalahan pandangan orientalis terhadap Nabi Muhammad.
Terdapat beraneka ragam pendapat dikemukakan baik tanggapan pro ataupun kontra yang masih
menjadi polemik sampai saat ini. Awalnya Para orientalis murni datang untuk tujuan belajar
berbagai disiplin ilmu pada masa keemasan islam di Andalusia. Akan tetapi mulai berubah pada
periode perang salib dimana Konstantinopel mengalami kekalahan dan jatuh ke tangan islam.
Oleh karena itu, memicu orang- orang Eropa menjatuhkan islam dengan cara mengkritik,
mengecam, dan mengkampanyekan pandangan yang salah terhadap islam. Terdapat kalangan
beranggapan bahwa Nabi Muhammad menerima wahyu benar-benar datang dari ajaran Tuhan
bukan dari hasil karangan nabi Muhammad. Namun, terdapat juga yang memberikan komentar
sinis kepada Nabi Muhammad dan menganggap bahwa wahyu yang diberikan kepada
Muhammad adalah hasil karangan Muhammad sendiri. Diantara Para orientalis tersebut yaitu :
Arthur Jhon Arberry, R.W Souther, dan Phillip K.Hitti.

Keyword : Orientalis, Nabi Muhammad SAW, Phillip K.Hitti

PENDAHULUAN

Kemunculan agama Islam tidak terlepas dengan diutusnya Nabi Muhammad sebagai
pembawa risalah bagi umat manusia. Bagi sebagian umat manusia, khususnya kalangan umat
Islam, Nabi Muhammad mempunyai peranan yang sangat vital dan krusial dalam berbagai
macam aspek kehidupan, terutama dalam penyebaran agama Islam. Oleh karena itu Nabi
Muhammad dibekali oleh Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman pokok kehidupan umat
manusia. Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya merupakan sebuah jalinan utuh dimana
semuanya berasal dari risalah yang universal dan berasal dari sumber yang tunggal. 1 Umat
manusia harus mempercayai semuanya baik itu Islam, Nasrani ataupun Yahudi. Dengan adanya
hubungan tersebut Nabi Muhammad SAW mengakui Nabi Ibrahim AS, Nabi Nuh AS, Nabi Isa
AS, Nabi Musa AS, dan kitab-kitabnya.

Nama Ahmad atau Muhammad telah diungkapkan dalam Al-Quran sebagai Nabi Akhir
zaman atau penutup semua risalah samawi. Bahkan nama tersebut memang telah diungkapkan
dalam Taurat atau Perjanjian Lama dan Injil atau Perjanjian Baru. Kedua kitab itu dinamai oleh
umat Kristen “Bible atau Alkitab” karena menurut Hasbullah Bakry bahwa nubuat-nubuat Nabi
Muhammad terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 2 Bahkan M. Sutan Ma’arif

1
Budi Sujati, ‘Kewahyuan Nabi Muhammad Dalam Pandangan Orientalis’. Hal. 108
2
Hasbullah Bakry, Isa Dalam Al-Quran Dan Muhammad Dalam Bible (Jakarta: Firdaus). Hlm. 111-133
Harahap menegaskan bahwa nubuat yang terdapat dalam Bibel sebenarnya telah digenapkan
dengan kedatangan Muhammad sebagai Nabi penutup yang dijanjikan oleh Nabi Musa dari
antara saudara mereka.3 Berarti nama Muhammad atau Ahmad sudah tertera dalam kitab suci
agama-agama besar dunia. Hal ini, terbukti para tokoh agama sudah banyak yang membicangkan
tentang persoalan Nabi akhir zaman.

Nabi Muhammad Saw. sejak lahir hingga diutusnya menjadi Rasul sudah menjadi buah
bibir bagi kaum Quraisy dengan berbagai sanjungan dan penghinaan. Adapun sanjungan kepada
Nabi Muhammad Saw sebagai seorang “Al-Amin” yang dapat dipercaya, sedangkan penghinaan
kepada Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai tukang sihir, gila, pendusta dan sebagainya.
Tuduhan itu, berasal dari pernyataan tokoh kafir Quraisy Berbagai tuduhan kepada Nabi
Muhammad SAW terus berlanjut dari kalangan tokoh agama Yahudi dan Kristen serta
cendikiawan Barat maupun Eropa. Walaupun beliau telah meninggal dunia pada lima belas abad
yang lalu, namun terus-menerus mengfitnahnya dengan berbagai fitnah dan tuduhan yang kurang
baik Bahkan Michael H. Hart sendiri mendapatkan tuduhan dari cendikiawan Barat dan Eropa
karena ia mencantumkan Nabi Muhammad Saw. sebagai tokoh nomer satu di dunia yang sangat
berpengaruh dan juga dirasakan atas perubahan dunia yang dibawa panji Nabi Muhammad Saw.
hingga kini pengaruhnya sangat besar bagi peradaban manusia.4

Namun tidak semua Cendikiwan atau Orientalis Barat dan Eropa sejutu dengan
pandangan Michael H. Hart tersebut. Bahkan Ahmad Abdul Hamid Ghurab menegaskan bahwa
mayoritas orientalis Barat, baik penulis atau sejarawanya, sejak abad pertengahan dan era
kebangkitan telah sepakat dalam memberikan sifat kepada Nabi Muhammad SAW dengan
tuduhan dusta belaka. Tuduhan itu berkisar bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pendusta,
mengada-ngada wahyu, pendiiri Islam, pengarang Al-Qur’an, ahli sihir, manusia syahwati,
penyeru kepada free sex, kekerasan, penyiarannya dengan pedang dan sempalan-sempalan yang
telah keluar dari ajaran Masehi.5

3
M. Sutan Ma’arif Harahap, Mengenai Nubuat Muhammad Saw. Pada Taurat Dan Injil, 1st edn (Semarang: Pustaka
Nizamiyyah, 2003).
4
Michael H. Hart, Michael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, 7th edn (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1985). Hlm.27
5
Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, 2nd edn (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1991).hlm
51-52
Dalam kaitan ini, menarik untuk dikaji lebih mendalam yang berkaitan dengan
pandangan orientalis terhadap Nabi Muhammad SAW. Dalam pandangan tersebut terdapat
positif maupun negatif. Bahkan semua itu ada motif dibalik tuduhan orientalis itu, bisa terjadi
karena kebencian dan dendam atas kekalangan perang salib, bisa juga karena kepentingan
kolonialisme dan missionarisme, bisa juga untuk meruntuhkan kejayaan umat Islam dan menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW yang penakut dan lemah sehingga gaung Islam yang rasional
dan universal menjadi agama jumud dan memadamkan cahaya agama yang rahmatallil’alamin.

PEMBAHASAN

Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Orientalis

Seperti yang telah diketahui, orientalis merupakan ilmuwan barat yang mempelajari
segala sesuatu tentang dunia timur (orient,prancis) namun tulisan ini akan dibahas lebih spesifik
dalam lingkup arab dan islam khususnya bagaimana para orientalis berpendapat tentang Nabi
Muhammad SAW. Faham orientalisme secara global dapat disimpulkan menjadi subyektif dan
obyektif. Pandangan subyektif terpecah menjadi dua golongan yakni destruktif (menentang) dan
obyektif menurut sejarah dan data ilmiah lainnya. tidak diketahui dengan pasti siapa pencetus
pertama dari paham orientalisme. Namun para orientalis pertama disini lahir dari para pendeta
nasrani yang datang untuk belajar berbagai disiplin ilmu pada masa keemasan islam di Andalusia
yang akhirnnya memotivasi mereka untuk mengalih bahasakan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan
berbahasa arab dalam bahasa mereka. Bahasa arab kemudian dipandang penting untuk dikuasai
dalam berbagai institusi keilmuwan di Eropa dalam bidang ilmiah dan filsafat yang kemudian
meningkatkan minat orang eropa terhadap ilmu-ilmu berbahasa arab lainnya. Hingga akhirnya
lahirlah para penerjemah generasi awal sekitar abad 11M-12M yang tujuan awalnya hanyalah
mentranskrip ilmu pengetahuan dan filsafat berbahasa arab dengan sebagaimana adanya. Murni
bertujuan keilmuan.

Tujuan keilmuan ini mulai berubah pada periode perang salib dimana Konstantinopel
mengalami kekalahan dan jatuh ke tangan islam. Peristiwa ini memicu orang- orang Eropa
mencari jalan lain untuk menjatuhkan islam dengan cara mengkritik, mengecam, dan
mengkampanyekan pandangan yang salah terhadap islam. Nabi Muhammad dipandang para
orientalis masa itu sebagai orang dengan gangguan jiwa6, kerasukan setan dan ingin
menghancurkan kristen7, pembohong8, penipu9, menyesatkan10, pedofil11 (karena kesalahpahaman
atas pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah), pengumbar syahwat 12 (kesalahpahaman
dalam memaknai pernikahan-pernikahan Nabi SAW), dan menderita gangguan epilepsy/ayan
(kesalahpahaman atas peristiwa turunnya wahyu) atau dalam banyak kasus yang masih sering
dikampanyekan hingga kini yakni islam adalam agama berbahaya dimana untuk masuk surga
muslim disebutkan harus membunuh orang Kristen sebanyak mungkin.13

Nabi Muhammad SAW juga dituduh mengarang sendiri Al-Qur’an oleh hampir setiap
orientalis. Orientalis mengatakan bahwa wahyu tuhan sesungguhnya adalah bible dan Al-Qur’an
tak lain hanyalah hasil pemikiran Muhammad yang digubah menurut tempat, situasi, dan kondisi
dakwahnya14. Nabi Muhammad dipandang orientalis sebagai orang seorang pengumbar nafsu,
dan Al-Quran merupakan sebuah karya Muhammad yang acak-acakan, asal-asalan, semrawut,
singkatnya sebuah ketololan yang tidak layak dibela 15
. Nabi Muhammad SAW didakwa
merancang Al-Qur’an bersama orang lain dan disepakati bersama dengan dalih tiadanya sahabat
yang memprotes Nabi Muhammad SAW16. Nabi Muhammad SAW dinyatakan penyadur kitab
Taurat dan Injil17 dan melakukan semuanya demi memenuhi kepentingan pribadi dan politik 18
dan lebih banyak lagi yang menuding Nabi Muhammad sebagai anti Yahudi dan anti Kristus.
Tuduhan-tuduhan semacam ini dilontarkan atas dasar kebencian tidak berdasar non muslim

6
Aloys Sprenger dalam Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat. (dituliskan juga bahwa
Sprengers menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai pengidap penyakit jiwa hysteria) h.92
7
Nicetas of Byzantium, Peter The Venerable, dan Thomas Tuscany dalam Alwi Shihab, Membedah islam di Barat.
h.57, 61, 62.
8
John Calvin dalam Alwi Shihab, Membedah Islam Di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004). Hlm 76
9
Phillip K.Hitti dalam Maryam Jamilah, Islam Dan Orientalisme Sebuah Kajian Analitik , (Jakarta: Rajawali Press,
1994). hlm 4
10
Ignaz Goldziher dalam Syafi’in Mansyur, Orientalisme. h.40
11
ditentang oleh Irena Handono dalam Nabi SAW, Bukan Pedofil. h.7
12
Disanggah oleh Mahmoud Hamdi Zaqzouq , Islam Dihujat Islam Menjawab Tanggapan Atas Tuduhan dan
Kesalahpahaman. h.30
13
Phillip K.Hitti dalam Maryam Jamilah, Islam Dan Orientalisme Sebuah Kajian Analitik , (Jakarta: Rajawali Press,
1994).
14
Ignac Goldziher dan orientalis lainnya dalam Ahmad Muhammad Jamal , Membuka Tabir Orientalis dalam
Memalsukan Islam
15
Carlyle dalam Edward W. Said , Orientalisme. h.201
16
George Sale dalam Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme. h.60
17
Richard Bell, Ibid. hlm 98-99
18
Nicolas of cusa dalam Alwi Shihab.hlm. 67-68
khususnya kristiani kepada Nabi Muhammad SAW pada masa itu. Hal ini juga dipicu akan
ketakutan akan semakin kuat dan berkembangnya Islam di dunia.

Lambat laun saat Eropa memasuki masa renaissance atau alightment/pencerahan


(dimulai sejak abad 14 dan semakin berkembang di abad 17-18) dimana hasrat masyarakat akan
pencarian akan kebenaran ilmu pengetahuan semakin menyeruak pada akhirnya mulai mengubah
presepsi Barat terhadap Islam dan mengurangi ketegangan diantara kedua pihak tersebut.
Dominasi gereja berkurang dan logika meningkat menggugah masyarakat Barat untuk
menemukan fakta terlegitimasi dari setiap informasi.

Pada abad ini pula kaum borjuis menjadi lebih berkuasa sehingga melakukan perjalanan
bisnis ke berbagai benua dengan tujuan penaklukan dan perdagangan termasuk dunia timur.
Dalam perjalan bisnis ini diajak pula berbagai ahli berbagai cabang ilmu yang akhirnya
melahirkan karya-karya tulis ilmiah mengenai dunia Timur. Karya-karya tulis berikut mulai
diwarnai dengan obyektifitas dan terus berlanjut hingga abad ke 20.

Orientalis Inggris, Arthur Jhon Arberry {1905-1969} mengungkapkan : sebelum


memberikan penilaian terhadap dunia Timur dan masyarakatnya, bagi ilmuwan Barat hendaknya
menyingkirkan ketakutan, kesalahpahaman, dan kebohongan-kebohongan yang telah membatu.
Sikap tersebut merupakan suatu sikap positif yang harus dimiliki ilmuwan Barat berhati nurani
dan hidup. Meskipun perasaan tersebut terasa berat dan amat susah. Orientalis lain, R.W Souther
menegaskan bahwa Muhammad yang ditulis oleh cendekiawan Barat pada abad pertengahan
jarang sekali yang menyajikan fakta secara jujur dan objektif. Semua kajiannya berkisar tentang
Muhammad menikahi janda kaya, mengidap penyakit ayan, belajar dari Kristen, tukang sihir dan
free sex.19

Bahkan banyak orientalis masa kini yang lebih menguasai ilmu-ilmu islam seperti bahasa
arab, tafsir, sejarah dan lainnya daripada umat islam sendiri. Namun yang perlu ditekankan
adalah selama mereka masih non muslim maka akan tetap ada kesenjangan dan kecemburuan
agama. Maka kita sebagai ummat muslim pun tetap harus hati-hati serta cermat meneliti kembali
karya-karya orientalisme. Seperti peringatan firman Allah dalam Al-Qur’an :

19
Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, 2nd edn (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1991).hlm
52
َ ‫ص ٰرى َح ٰتّى تَتَّبِ َع ِملَّتَهُ ْم ۗ قُلْ ِا َّن هُدَى هّٰللا ِ ه َُو ْاله ُٰدى ۗ َولَ ِٕى ِن اتَّبَعْتَ اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم بَ ْع َد الَّ ِذيْ َج ۤا َء‬
‫ك‬ ٰ َّ‫ضى َع ْنكَ ْاليَهُوْ ُد َواَل الن‬ ٰ ْ‫﴿ َولَ ْن تَر‬
‫هّٰللا‬ َ َ‫ِمنَ ْال ِع ْل ِم ۙ َما ل‬
﴾ ١٢٠ ‫صي ٍْر‬ ِ َ‫ك ِمنَ ِ ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل ن‬

Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi
Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa
nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung
dan penolong dari (azab) Allah.

Pandangan Phillip K. Hitti Terhadap Nabi Muhammad Saw

Mengutip dari pandangan Phillip K. Hitti bangsa Arab adalah bangsa yang sangat
menyukai sastra. Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang nenunjukan apresiasi sedemikian
besar terhadap ungkapan bernuansa puitis dan sangat tersentuh oleh kata-kata, baik lisan maupun
tulisan, selain bangsa Arab ungkapnya lebih jauh. Kita sulit menemukan bahasa yang mampu
memengaruhi pikiran para penggunanya sedemikian dalam selain bahasa Arab. Sehingga Al-
Quran lah yang disebut sebagai bukti otentik dari kecintaan bangsa arab terhadap sastra arab.
Dari sini ia beranggapan bahwa al-Quran adalah hasil budaya Arab padahal sejarah mencatat
tidak satupun bangsa Arab yang dapat mengungguli bahasa al-Qur’an.

Dalam islam semua golongan meyakini bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Namun ia berpendapat bahwa
Muhammad hanya mengkopi apa yang ada pada peradaban sebelumnya. Sebab, hampir semua
hal tentang sejarah dalam Alquran ada padanannya dalam Alkitab, kecuali beberapa kisah
orangorang Arab, seperti tantangan kaum Ad dan Tsamud, Lukman, pasukan gajah, kisah
tentang Iskandar agung (Iskandar Dzu al-Qarnayn), dan orang-orang gua (Ashhab al-Kahfi).

Dr. Hitti tidak banyak membahas tentang tarikh Nabi Muhammad. Karena ia beranggapan
bahwa sejarah hidup Muhammad SAW yang detil dan rinci sudah banyak ditulis dalam berbagai
Sirah Nabawiyah sehingga tidak diperlukan lagi data yang rinci. Namun ia melancarkan tuduhan
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang penipu yang lihai. Uraian yang dikemukakannya
tentang kehidupan beliau memberikan kesan kepada pembacanya bahwa dia benar-benar telah
merencanakan tulisan itu secara cermat. Dalam komentarnya mengenai berbagai kejadian
sesudah Hijrah Nabi, dia menulis sebagai berikut:

Di Madinah orang-orang yang menunggu beliau secara berangsur-angsur surut ke


belakang, karena munculnya tokoh politisi dan praktisi yang mengelola urusan mereka.
Suatu perubahan dalam sifat wahyu-wahyu (kepada Nabi) tampak jelas. Wahyu-wahyu
yang tegas dan keras yang menekankan keesaan Allah, sifat-sifat-Nya, dan yang
disampaikan dalam gaya sastrawi dan penuh berirama, sekarang berubah menjadi wahyu-
wahyu berkepanjangan yang kurang menarik berisi pembicaraan tentang persoalan-
persoalan seperti ibadat dan shalat, perkawinan dan perceraian, budak dan tawanan
perang.20
Dari pernyataan Dr. Hitti dapat dipahami bahwa menurut pandangannya di Makkah Nabi
Muhammad tidak lebih dari pada seorang penyampai suatu ajaran, Sedangkan di madinah beliau
mengorganisasikan orang-orang mukmin menjadi suatu masyarakat yang bersatu dengan
kuatnya, sehingga dengan perkataan lain Beliau menerjemahkan ajaran yang beliau bawa itu ke
dalam kehidupan nyata. Kata-kata dalam al-Qur’an menurutnya sudah tidak menarik lagi karena
Wahyu-wahyu Tuhan yang awalnya disampaikan dalam bahasa sastrawi dan penuh irama
mengenai keesaan Allah, sifat-sifat-Nya dan kewajiban manusia Terhadap-Nya kini berubah
menjadi suatu kitab suci yang terlalu melebar Pembahasannya yakni membicarakan hal-hal yang
menurutnya tidak menarik Seperi ibadat dan shalat, perkawinan dan perceraian, budak dan
tawanan perang.

Di satu sisi Dr. Hitti memuji al-Qur’an dan berkata, al-Qur’an itu menarik Perhatian orang
yang mendengarnya, karena susunan kata-katanya kuat, Lafaz-lafaznya pilihan, sehingga
menciptakan kedamaian. Sungguh al-Qur’an Merupakan susunan kata yang mengagumkan.
Akan tetapi disisi lain, ia berbicara Berbeda bahwa al-Qur’an bersumber dari ajaran-ajaran selain
bangsa Arab. Hal Ini pun diamini oleh para orientalis lain yang mengatakan bahwa al-Qur’an
Bersumber dari Yahudi dan Nasrani dan mereka mengingkari al-Qur’an sebagai Kitab suci yang
diturunkan dari Allah SWT. Hal itu dipahami berdasarkan Al-Qur’an yang menceritakan
kebenaran umat-umat terdahulu, dimana dirasakan mustahil. Islam datang dari seorang yang
mengaku ummiy (tidak bisa baca tulis) seperti Nabi Muhammad SAW. Mereka menyangka,
bahwa sesungguhnya Muhammad SAW mendapatkan informasi-informasi tersebut dari ahli
kitab yang terlebih Dahulu ada dan bercerita tentang beberapa kisah yang ada dalam al-Qur’an.
Sehingga mereka menganggap bahwa al-Qur’an diambil dari kitab-kitab orang Yahudi dan
Nasrani.21

20
Philip K. Hitti, Islam and the West: An Historical, Cultural Survey (Princenton, New Jersey: D. Van Nostrad Co.,
Inc., 1962). hlm.11
21
Hasan Abdul Rauf M. El-Badawiy dan Abdurrahman Ghirah, ‘Op., Cit’.hlm.20
Dr. Hitti dapat memberikan propaganda seperti yang terdapat dalam uraian diatas karena dia
sendiri adalah orang Nasrani, maka wajar sekali mengapa Dr. Hitti mengikuti jalur pemikiran
seperti itu. Namun demikian, para pengkaji (Islam) dapat berharap kepada sarjana yang berbobot
seperti dia ini untuk terlebih dahulu mengemukakan pendapat yang benar, tanpa dibarengi
dengan distorsi Apapun, yang dipegangi oleh orang-orang Muslim yang saleh mengenai masalah
Ini sebelum mengemukakan gagasannya sendiri. Dalam al-Qur’an umat Yahudi Dan umat
Nasrani (Kristen) senantiasa disebut sebagai ”Umat Pembawa Kitab” (Ahlul-Kitab) dan ikatan
kuat umat Muslim dengan mereka berulang-ulang ditegaskannya. Disamping itu, ternyata bahwa
Beibel, beberapa ajaran yang sama dalam kitab-kitab Talmud dan Midrash juga terdapat dalam
al-Qur’an dan Hadis. Jadi dengan demikian Dr. Hitti dan kawan-kawan orientalis lainnya
Terburu-buru berkesimpulan bahwa Islam dan al-Qur’an adalah versi agama Yahudi dan Nasrani
yang penuh distorsi.

Semua rasul Allah mengajarkan pesan yang sama dan mewahyukan Kitab-kitab yang
mengajarkan kebenaran yang sama, maka kesaman-kesaman Antara al-Qur’an dan kitab-kitab
(Allah) sebelumnya bukan karena Pengambil alihan melainkan merupakan bukti kesamaan asal-
usul kitab-kitab tersebut. Sebagai muslim, tentu jika membaca pandangan Hitti ini tentu akan
menempatkannya sebagai wawasan pemikiran kelompok non-muslim, akan Tetapi bagi non-
muslim tentu dapat menimbulkan interpretasi yang Bertentangan dengan kebenaran.

SIMPULAN

Faham orientalisme secara global dapat disimpulkan menjadi subyektif dan obyektif.
Pandangan subyektif terpecah menjadi dua golongan yakni destruktif (menentang) dan obyektif
(menurut sejarah dan data ilmiah lainnya). Para orientalis pada awalnya datang bertujuan untuk
belajar berbagai disiplin ilmu. Namun, berubah pada saat periode perang salib dimana
Konstantinopel mengalami kekalahan dan jatuh ke tangan islam dan memicu orang- orang
Eropa mencoba menjatuhkan islam dengan cara mengkritik, mengecam, dan mengkampanyekan
pandangan yang salah terhadap islam. Banyak pendapat sinis yang dikemukakan oleh mereka
berisi menjelek-jelekkan Nabi Muhammad SAW. Diantaranya yakni Arthur Jhon Arberry, R.W
Souther, dan Phillip K.Hitti.

Menurut pandangan Phillip K. Hitti di Makkah Nabi Muhammad hanyalah seorang


penyampai suatu ajaran, Sedangkan di madinah beliau mengorganisasikan orang-orang mukmin
menjadi suatu masyarakat yang bersatu dengan kuatnya, dengan kata lain ajaran yang beliau
bawa masuk dalam kehidupan nyata. Namun, satu sisi Dr. Hitti memuji al-Qur’an karena dapat
menarik Perhatian orang yang mendengarnya, susunan kata-katanya kuat, Lafaz-lafaznya pilihan,
sehingga menciptakan kedamaian. Akan tetapi disisi lain, ia berbicara Berbeda bahwa al-Qur’an
bersumber dari ajaran-ajaran selain bangsa Arab. Hal ini juga didukung oleh para orientalis lain
yang mengatakan bahwa al-Qur’an Bersumber dari Yahudi dan Nasrani dan mereka mengingkari
al-Qur’an sebagai Kitab suci yang diturunkan dari Allah SWT. Hal itu dipahami berdasarkan Al-
Qur’an yang menceritakan kebenaran umat-umat terdahulu, dimana dirasakan mustahil. Mereka
beranggapan bahwa sesungguhnya Muhammad SAW mendapatkan informasi-informasi tersebut
dari ahli kitab yang terlebih Dahulu ada dan bercerita tentang beberapa kisah yang ada dalam al-
Qur’an. Sehingga mereka menganggap bahwa al-Qur’an diambil dari kitab-kitab orang Yahudi
dan Nasrani. Akan tetapi, ada pula yang berkomentar positif terhadap nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu sebagai Ummat muslim hendaknya kritis dalam menelaah karya kerja mereka
seraya berhati-hati terhadap hal-hal yang merusak dan menyimpang.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Shihab, Membedah Islam Di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004)

Bakry, Hasbullah, Isa Dalam Al-Quran Dan Muhammad Dalam Bible (Jakarta: Firdaus)

Bell, Richard, Ibid

Ghurab, Ahmad Abdul Hamid, Menyingkap Tabir Orientalisme, 2nd edn (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1991)

Harahap, M. Sutan Ma’arif, Mengenai Nubuat Muhammad Saw. Pada Taurat Dan Injil, 1st edn
(Semarang: Pustaka Nizamiyyah, 2003)

Hart, Michael H., Michael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah,
7th edn (Jakarta: Pustaka Jaya, 1985)

Hasan Abdul Rauf M. El-Badawiy dan Abdurrahman Ghirah, ‘Op., Cit’

Hitti, Philip K., Islam and the West: An Historical, Cultural Survey (Princenton, New Jersey: D.
Van Nostrad Co., Inc., 1962)
Jamilah, Maryam, Islam Dan Orientalisme Sebuah Kajian Analitik , (Jakarta: Rajawali Press,
1994)

Sujati, Budi, ‘Kewahyuan Nabi Muhammad Dalam Pandangan Orientalis’

Irena Handono, Nabi SAW Bukan Pedofil

Hamdi Zaqzouq, Mahmoud, Islam Dihujat Islam Menjawab Tanggapan Atas Tuduhan dan
Kesalahpahaman.

Mahmud, Moh. Natsir, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat , (Semarang: Dina Utama ,t.th)

Mansyur, Syafi’in, Orientalisme , (Serang: Suhud, 1997)

W. Said , Edward Orientalism , (Bandung: Pustaka, 1985)

Anda mungkin juga menyukai