Ayat Al-Qur'an
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tafsir 'Ilmi?
2. Bagaimana contoh penafsiran ayat Al-Qur'an yang menggunakan
pendekatan 'Ilmi?
C. Tujuan Penelitian
1. Memahami definisi Tafsir 'Ilmi dengan baik dan benar.
2. Mangetahui contoh penafsiran ayat Al-Qur'an yang menggunakan
pendekatan 'Ilmi.
D. Manfaat Penelitian
1. Memperkaya wawasan tentang model pendekatan Tafsir 'Ilmi.
2. Menjadi rujukan penting dalam penulisan yang berkutat pada
persoalan corak penafsiran.
BAB 2 PEMBAHASAN
Adapun secara bahasa (etimologis), tafsir 'ilmi berasal dari dua kata: al-
tafsir dan al-'ilmiy. Al-tafsir bentuk mashdar dari fassara-yufassiru-tafsiran yang
mempunyai beberapa arti: al-ta'wil (interpretasi), al-kasyf (mengungkap), al-idhah
(menjelaskan), al-bayan (menerangkan), al-syarh (memberi ulasan). Sedangkan
al-'ilmiy disandarkan kepada kata ‘ilm (ilmu), artinya sesuatu yang bersifat ilmiah.
Jadi, al-tafsir al-‘ilmiy ditinjau dari arti secara bahasa ialah penafsiran yang bersifat
ilmiah.1
1
Izzatul Laila, "Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Ilmu Pengetahuan", dalam jurnal Episteme, Juni
2014, vol. 9, no. 1, hlm. 47.
2
Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-Tafsir wa al-Mufassirun pdf., hlm. 349.
3
Udi Yuliarto, "al-Tafsir al-'Ilmi Antara Pengakuan dan Penolakan", dalam jurnal Khatulistiwa, 1
Maret 2011, vol. 1, no. 1, hlm. 36.
4
Armainingsih, "Studi Tafsir Saintifiki: al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim Karya Syeikh Tantawi
Jauhari", dalam jurnal at-Tibyan, 1 Januari-Juni 2016, vol. 1, no. 1, hlm. 99
Awal kemunculan benih-benih corak penafsiran 'ilmi tentu tidak terlepas
dari peradaban Islam yang mencapai puncak keemasannya pada masa Abbasiyah,
terutama saat tampuk kepemimpinan dipegang oleh khalifah al-Makmun dan Harun
al-Rasyid. Puncak keemasan itu ditandai dengan adanya usaha besar-besaran dalam
mentransliterasi naskah atau dokumen penting berisi ilmu bahasa, filsafat, dan sains
dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Sejak saat itu, umat Islam mulai banyak
bersentuhan dengan teori-teori ilmiah para ilmuwan dan filsuf Yunani.
Adapun tokoh-tokoh seperti Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H), Fakhr al-
Din al-Razi (w 606 H), Ibn Abi al-Fadl al-Mursiy (570-655 H) adalah representasi
pemikir muslim klasik yang menandakan gelombang pertama berupa isyarat
keharusan menafsirkan Al-Quran dengan bantuan penemuan sains di zamannya.5
Alasan penting yang mendorong mereka untuk menafsirkan Al-Qur'an dengan
corak ilmiah ini adalah adanya perintah dari Al-Qur'an untuk menggali pengetahuan
yang berkenaan dengan tanda-tanda (ayat-ayat) Allah pada alam semesta ini.
Tanda-tanda kebesaran Allah itu berupa ayat-ayat Al-Qur'an yang biasa dibaca
secara lisan dan ayat-ayat Al-Qur'an (kawniyah) yang tersebar di alam semesta
sehingga manusia mampu mengamatinya dengan indrawinya.6
5
Armainingsih, "Studi Tafsir Saintifiki: al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an al-Karim Karya Syeikh Tantawi
Jauhari", hlm. 98.
6
Izzatul Laila, "Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Ilmu Pengetahuan", hlm. 51.
7
Khanifatur Rahma, "al-Bahr fi Al-Qur'an: Telaah Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI", dalam skripsi
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018, hlm. 17-18.
Tafsir 'ilmi dapat diakui dan diterima keberadaanya apabila ia memenuhi
beberapa kriteria, antara lain:
8
Udi Yuliarto, "al-Tafsir al-'Ilmi Antara Pengakuan dan Penolakan", hlm. 42.
6. Ahmad Bayquni dengan karyanya Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
9
Rubini, "Tafsir 'Ilmi", dalam jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Desember 2016, vol. 2, no.
2, hlm. 100-102.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA