Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

A.Pengertian Hijab dan Mahjub


Hijab secara harfiyah berarti satir, penutup atau penghalang. Dalam
fiqh mawaris, istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang
jauh hubungan kerabatnya yang kadang-kadang atau seterusnya
terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Orang yang menghalangi
disebut hajib, dan orang yang terhalang disebut mahjub. Keadaan
menghalangi disebut hijab.

Adapun pengertian al-hujub menurut kalanga ulama faraidh


adalah menggugurkan hak ahli waris untuk menerima waris, baik secara
keseluruhan atau sebagian saja disebabkan adanya orang yang lebih
berhak menerimanya.

Dalil yang membenarkan masalah hajib dan mahjub sebagai aturan


kewarisan dalam islam adalah surat An-nisa : 176.


. . . . . . .

Artinya : Dan dia (saudara lelaki kandung atau seayah) menjadi ahli
waris yang dapat warisan apabila yang meninggal itu tidak mempunyai
anak.

Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa kedudukan saudara


adalah mahjub sedang kedudukan anak adalah hajib.

B.Macam-macam Hijab dan Orang-orang yang Menjadi Hijab dan


termahjub
Dalam hukum waris Islam, hijab dikualifikasikan kepada 2 macam
yaitu:
1. Hijab Nuqshan
Yaitu penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian
seorang ahli waris, dengan kata lain berkurangnya bagian yang
semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli waris
lain.
Seperti suami, seharusnya menerima bagian , akan tetapi karena
bersama anak perempuan maka bagiannya menjadi . Seharusnya
Ibu mendapat bagian 1/3, karena bersama anak maka bagian Ibu
berkurang menjadi 1/6.
Ketentuan tentang hijab nuqsan ini data terlihat secara nyata
dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 11-12. Ahli waris yang menjadi
hajib pada hijab Nuqson

Hijab-Mahjub Nuqshan

No Ahli Waris Bagian Terkurangi oleh Menjadi

1/3 anak atau cucu 1/6


1 Ibu
1/3 2 saudara atau lebih 1/6

As anak laki-laki 1/6


2 Bapak
As anak perempuan 1/6 + As

3 Isteri anak atau cucu 1/8

4 Suami anak atau cucu


saudara perempuan
amg
sekandung /seayah
anak atau cucu
5
perempuan
saudara perempuan
2/3
sekandung /seayah 2/lebih

6 cucu perempuan garis laki-laki 1/2 seorang anak (pr) 1/6

seorang saudara (pr)


7 saudara perempuan seayah 1/6
sekandung

Contoh kasus :
Apabila mayit meninggalkan seorang anak perempuan maka anak perempuan
mendapat setengah sebagai bagian tertentunya, sisanya diberikan kepada saudara
perempuan si mayit. Namun, jika si mayit mempunyai saudara perempuan dan laki-
laki maka anak perempuan mendapat setengah sebagai bagian tertentunya, dan sisa
pembagian kepada saudara si mayit sesuai ketentuan laki-laki dua kali dari
perempuan.

2. Hijab Hirman
Hijab hirman yaitu terhijabnya seorang ahli waris dalam
memperoleh seluruh bagian lantaran ada ahli waris lain yang lebih
dekat. Jadi orang yang termahjub tidak mendapatkan bagian
apapun karena adanya hijab.
Pembagianya adalah sebagai berikut :
a. Kakek, terhalang oleh: Ayah
b. Nenek dari ibu terhalang oleh: Ibu
c. Nenek dari ayah terhalang oleh: Ayah dan Ibu
d. Cucu laki-laki garis laki-laki terhalang oleh: Anak laki-laki
e. Cucu perempuan garis laki-laki terhalang oleh: Anak laki-
laki, dan Anak perempuan dua orang atau lebih
f. Saudara sekandung (laki-laki/perempuan) terhalang oleh:
Anak laki-laki, Cucu laki-laki, dan Ayah
g. Saudara seayah (laki-laki/perempuuan) terhalang oleh:
Anak laki-laki, Cucu laki-laki, Ayah, Saudara sekandung
laki-laki, dan Saudara sekandung perempuan bersama
anak/cucu perempuan
h. Saudara seibu (laki-laki/perempuan) terhalang oleh: Anak
laki-laki dan anak perempuan, Cucu laki-laki dan cucu
perempuan, Ayah, dan Kakek.
i. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung terhalang oleh:
Anak laki-laki, Cucu laki-laki, Ayah atau kakek, Saudara
laki-laki sekansung atau seayah, dan Saudara perempuan
sekandung atau seayah yang menerima ashabah maal
ghair
j. Anak laki-laki saudara seayah terhalang oleh: Anak atau
cucu laki-laki, Ayah atau kakek,Saudara laki-laki sekandung
atau seayah, Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung,
dan Saudara perempuan sekandung atau seayah yang
menerima ashabah maal ghair
k. Paman sekandung terhalang oleh: Anak atau cucu laki-laki,
Ayah atau kakek,Saudara laki-laki sekandung atau seayah,
Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah, dan
Saudara perempuan sekandung atau seayah yang
menerima ashabah maal ghair
l. Paman seayah terhalang oleh: Anak atau cucu laki-laki,
Ayah atau kakek, Saudara laki-laki sekandung atau seayah,
Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung atau seayah,
Saudara perempuan sekandung atau seayah yang
menerima ashabah maal ghair, dan Paman sekandung
m. Anak laki-laki paman sekandung terhalang oleh: Anak atau
cucu laki-laki, Ayah atau kakek, Saudara laki-laki
sekandung atau seayah, Anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, Saudara perempuan sekandung
atau seayah yang menerima ashabah maal ghair, dan
Paman sekandung atau seayah
n. Anak laki-laki paman seayah terhalang oleh: Anak atau
cucu laki-laki, Ayah atau kakek, Saudara laki-laki
sekandung atau seayah, Anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung atau seayah, Saudara perempuan sekandung
atau seayah yang menerima ashabah maal ghair, Paman
sekandung atau seayah, dan Anak laki-laki paman
sekandung
Contoh kasus :
Apabila si mayit meninggalkan ayah, kakek, sejumlah
saudara sekandung dan sejumlah saudara seayah maka
ayah menghijab hirman kakek, saudara sekandung dan
sejumlah saudara seayah karena ayah merupakan
penghubung si mayit dan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Suhrawardi K. dan Komis Simanjuntak. 1995. Hukum Waris


Islam. Jakarta: Sinar Garfika.

Rofiq, Ahmad. 1993. Fiqh Mawaris. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Saebani, Beni Ahmad. 2009. Fiqh Mawaris. Bandung: Pustaka Setia.

Ali Ar Rahby, Abdullah.2008.Fiqih Waris.Bandung:Nuansa Aulia.

Anda mungkin juga menyukai