PERHITUNGAN
TIRKAH
Dosen Pengampu
Yahya Zahid Ismail. M.PdI
Kelompok 8
Miftahur Ro’ifah
M Maghfur Hasbulloh
Sandi Irawan
Pengertian Ta’sib Nasabi/’Ashobah
‘Ashobah ( )عصبةmenurut bahasa berarti kerabat l
aki-laki dari pihak bapak. Sedangkan menurut
istilah ilmu faroidh berarti setiap orang yang
mengambil semua harta bila sendiri dan
mengambil sisa harta setelah dzawil furud
mengambil bagiannya
MACAM-MACAM TA’SHIB NASABI/’ASHABAH
A. ‘ASHABAH NASABIYAH
‘Ashabah nasabiyah terbagi menjadi tiga golongan:
‘1. Ashabah bi nafsih
'Ashabah bin nafsih, yaitu laki-laki yang nasabnya kepada
pewaris tidak tercampuri kaum wanita, mempunyai empat
arah, yaitu:
a. Arah anak, mencakup seluruh laki-laki keturunan anak
laki-laki mulai cucu, cicit, dan seterusnya.
b. Arah bapak, mencakup ayah, kakek, dan seterusnya,
yang pasti hanya dari pihak laki-laki, misalnya ayah dari
bapak, ayah dari kakak, dan seterusnya.
KESIMPULAN
‘Ashabah adalah mengambil sisa harta setelah dzawil furud (yang punya bagian pasti)
mengambil bagiannya.
‘Ashabah itu ada 2 macam yaitu:
a). ‘Ashabah nasabiyah
‘Asabah nasabiyah juga ada 3macam yaitu:
1. ‘ashabah bi nafsih
2. ‘ashabah bi ghairih
3. ‘ashabah ma’a ghairih
b). ‘Ashabah nasabiyah Jenis 'ashabah yang kedua ini disebabkan memerdekakan budak.
Oleh sebab itu, seorang tuan (pemilik budak) dapat menjadi ahli waris bekas budak yang
dimerdekakannya apabila budak tersebut tidak mempunyai keturunan
Next...
c. Arah saudara laki-laki, mencakup saudara kandung laki-lak
i, saudara laki-laki seayah, anak laki-laki keturunan saudara
kandung laki-laki, anak laki-laki keturunan saudara laki-laki
seayah, dan seterusnya. Arah ini hanya terbatas pada
saudara kandung laki-laki dan yang seayah, termasuk
keturunan mereka, namun hanya yang laki-laki. Adapun
saudara laki-laki yang seibu tidak termasuk 'ashabah di
sebabkan mereka termasuk ashhabul furudh.
d. Arah paman, mencakup paman (saudara laki-laki ayah)
kandung maupun yang seayah, termasuk keturunan
mereka, dan seterusnya.
Telah di jelaskan bahwa 'ashabah bi nafsihi mempunyai
empat arah, dan derajat kekuatan hak warisnya sesuai
urutannya. Bila salah satunya secara tunggal (sendirian)
menjadi ahli waris seorang yang meninggal dunia, maka
ia berhak mengambil seluruh warisan yang ada. Namun
bila ternyata pewaris mempunyai ahli waris dari ‘ashhabu
l furudh, maka sebagai 'ashabah mendapat sisa harta set
elah dibagikan kepada ashhabul furudh. Dan bila setelah
dibagikan kepada ‘ashhabul furudh ternyata tidak ada sis
a nya, maka para 'ashabah pun tidak mendapat bagian.
Di dalam buku Fiqih Sunnah jilid 4 karangan Sayyid Sabiq,
‘ashabah bi nafsih adalah semua laki-laki yang hubungan nasab
nya dengan si mayat tidak diselingi oleh perempuan. ‘ Ashabah b
i nafsih itu ada empat golongan, yaitu sebagai berikut.
Bunuwwah ‘keanakan’ dan dinamakan juga juz ul mayyit.
Ubuwwah ‘keayahan’ dan dinamakan juga ashlul mayyit.
Ukhuwwah ‘kesaudaraan’ dan dinamakan juga juz’u abiih.
Umumah ‘kepamanan’ dan dinamakan juga juz-ul jadd.
2. Ashabah bi ghairih
‘Ashabah bi ghairih adalah perempuan yang bagiannya separuh dalam keadaan
sendirian dan dua pertiga apabila bersama dengan seorang saudara perempuanya
atau lebih. Apabila bersama perempuan atau perempuan-perempuan itu terdapat
seorang saudara laki-laki, maka saat itu mereka semuanya menjadi ‘ ashabah dengan a
danya saudara laki-laki tersebut. Perempuan-perempuan yang menjadi ‘ ashabah bi g
ahairih itu ada empat, yaitu sebagai berikut.
1. Seorang anak perempuan atau anak-anak perempuan.
2. Seorang anak perempuan atau anak-anak perempuan dari anak laki-laki.
3. Seorang saudara perempuan atau saudara-saudara perempuan sekandung.
4. Seorang saudara perempuan atau saudara-saudara perempuan seayah.
Ashabah bi ghairihi hanya terbatas pada empat orang
ahli waris yang kesemuanya wanita:
Pembagian harta waris dalam Islam diatur dalam Al-Qur an, yaitu
pada An Nisa yang menyebutkan bahwa Pembagian harta waris dal
am islam telah ditetukan ada 6 tipe persentase pembagian harta wa
ris, ada pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4), s
eperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga (1/3), dan sepere
nam (1/6).
Ketentuan Pembagian Waris
1. Asal Masalah
Asal Masalah adalah “Bilangan terkecil yang darinya bisa didapatkan b
agian secara benar.” (Musthafa Al-Khin, al-Fiqhul Manhaji, Damaskus, Darul
Qalam, 2013, jilid II, halaman 339). Adapun yang dikatakan “didapatkannya b
agian secara benar” atau dalam ilmu faraidl disebut Tashhîhul Masalah adalah
: “Bilangan terkecil yang darinya bisa didapatkan bagian masing-masing ahli w
aris secara benar tanpa adanya pecahan.” (Musthafa Al-Khin, 2013:339) Ket
entuan Asal Masalah bisa disamakan dengan masing-masing bagian pasti ahli
waris yang ada
Next...
2. Adadur Ru’ûs ()عدد الرؤوس
Secara bahasa ‘Adadur Ru’ûs berarti bilangan kepala. Asal Masalah sebag
aimana dijelaskan di atas ditetapkan dan digunakan apabila ahli warisnya terdiri
dari ahli waris yang memiliki bagian pasti atau dzawil furûdl. Sedangkan apabil
a para ahli waris terdiri dari kaum laki-laki yang kesemuanya menjadi ashaba
h maka Asal Masalah-nya dibentuk melalui jumlah kepala/orang yang meneri
ma warisan.
Next...
3. Siham () سهام