Anda di halaman 1dari 5

INVESTASI DALAM KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang.
Istilah investasi dapat berkaitan dengan berbagai aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana
pada aset real (tanah, emas atau bangunan) maupun pada aset finansial (deposito, saham atau
obligasi) merupakan kegiatan investasi yang umum dilakukan.
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor dapat
digolongkan menjadi 2(dua) yaitu investor individual dan investor institusioanl. Inverstor
individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan
investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana
(bank, lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi.
Kegiatan investasi pada hakekatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua :
1. Investasi langsung (direct investment)
Suatu kegiatan kewirausahaan (entrepreneurial activity) dengan cara
menanamkan modal berjangka investasi panjang, investasi langsung juga dapat
dianggap sebagai pembayaran dengan tujuan untuk yang dilaksanakan dengan
kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
investasi secara langsung ini sangat terkait dengan keterlibatan secara langsung dari
pemilik modal (investor) dalam kegiatan pada real asset yang dilakukan dengan
pembelian aste produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan,
dan yang lainnya.
Investasi langsung ini dapat dilakukan dalam bentuk patungan (joint venture
company) dengan mitra lokal tanpa mendirikan perusahaan baru, melakukan kerja
sama operasi (joint operation) dengan membentuk perusahaan baru dengan mittra
lokal, memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun dengan memberikan
lisensi, serta melakukan kerjasama dalam bentuk production sharing khususnya
dibidang minyak dan gas bumi.
2. Investasi tidak langsung (indirect investment)
Investasi tidak langsung dikenal juga dengan investasi pada financial asset.
Investasi pada financial asset dilakukan dipasar uang, misalnya berupa sertifikat
deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang (SPBU), dan lainnya. Investasi
juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi
dan lain sebagainya.
Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka
pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan pasar uang. Investasi
ini disebut sebagai penanaman modal jangka pendek, karena pada umumnya mereka
melakukan jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat,
tergantung pada fluktuasi nilai saham dan mata uang yang hendak mereka
perjualbelikan. Menurut jonker sihombing “investasi tidak langsung adalah investasi
yang dilakukan dengan cara membeli saham dan obligasi yang di keluarkan oleh
perusahaan atau unit pemerintah di Indonesia.

MANFAAT INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Investasi sebagai penanaman modal atau sering disebut juga dengan pembentukan
modal, merupakan suatu komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agrerat suatu
negara. Oleh karena itu dalam pembangunan ekonomi, peranan investasi sangatlah penting.
Semakin tinggi investasi, pendapatan nasional akan mengalami peninkatan karena
peningkatan terhadap barang dan jasa bertambah.

INVESTASI SYARIAH
Investasi syariah adalah investasi yang hanya dapat dilakukan di instrumen keuangan
dengan sistem kerja sesuai syariat Islam. Dalam hal ini, instrumen investasi tersebut
ditentukan dan diawasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Berikut ini daftar fatwa DSN MUI yang menjadi prinsip hukum investasi syariah di
Indonesia.
1. Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksadana Syariah
2. Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
3. Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
4. Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
5. Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
6. Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
7. Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) Syariah
8. Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah
9. Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
10. Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN
11. Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back
12. Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back
13. Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased
14. Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Sejarahnya pasar modal syariah mulai ada di Indonesia sejak munculnya reksadana
syariah pertama kalinya pada tahun 1997. Mulai dari saat itu, Jakarta Islamic Index (JII)
diperkenalkan sebagai indeks saham syariah pertama.
Sejumlah fatwa pun diterbitkan agar umat Islam merasakan manfaat investasi syariah,
yaitu:
1. Bebas riba.
2. Tidak mengandung unsur gharar dan maisir.
3. Kepastian karena akad.

JENIS-JENIS INVESTASI SYARIAH YANG SESUAI FATWA MUI


Jenis-jenis investasi syariah yang ada di Indonesia dilakukan berdasarkan akad ijarah,
istishna, kafalah, mudharabah, musyarakah, dan wakalah. Berikut ini daftarnya.
1. Reksadana syariah
2. Saham syariah
3. Sukuk Negara Ritel
4. Investasi emas syariah
5. Obligasi syariah
6. Deposito syariah
7. Investasi properti
8. P2P lending

KEUNTUNGAN MENJADI NASABAH INVESTASI SYARIAH


1. Mengedepankan unsur kekeluargaan sehingga lebih minim risiko
2. Pengelolaan menggunakan manajemen islami
3. Investor bisa turut terlibat dalam kegiatan sosial
4. Investor mendapat kepastian
5. Halal
6. Bebas riba
RISIKO MENJADI NASABAH INVESTASI SYARIAH
1. Kehilangan modal
2. Imbal balik yang tidak pasti
3. Sulit menjual produk investasi

PERBEDAAN INVESTASI SYARIAH DAN KONVENSIONAL


1. Perolehan keuntungan, Dalam perolehan keuntungan, investasi konvensional
menggunakan bunga, sementara investasi syariah menggunakan sistem bagi hasil.
Investasi syariah juga memastikan untuk terbebas dari unsur riba, gharar, dan hal yang
merugikan lainnya.
2. Akad, Investasi konvensional terkesan lebih simple karena menekankan kesepakatan
tanpa ada aturan halal atau haram. Hal ini gak berlaku pada investasi syariah yang harus
diawali oleh akad. Akad syariah ini bisa meliputi akad kerjasama (musyarakah), sewa-
menyewa (ijarah), dan akad bagi hasil (mudharabah).
3. Tujuan investasi, Tujuan investasi konvensional pada umumnya adalah untuk
meraih return setinggi-tingginya, namun sebaliknya, investasi syariah gak semata-
mata return, tapi juga mengedepankan Socially Responsible Investment (SRI).
SRI adalah suatu bentuk strategi investasi yang menggabungkan antara perolehan
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan kebajikan sosial. Investasi syariah
menggunakan misi pemberdayaan umat dalam aktivitas ekonomi serta ada unsur
ibadahnya karena sering melakukan sedekah.
4. Emiten penjual saham, Dalam pasar modal konvensional, emiten manapun bisa
melakukan penjualannya sahamnya di pasar modal tanpa memperhatikan status halal atau
haram. Transaksi dan instrumen transaksi yang dilakukan juga memiliki bunga dan
kemungkinan terjadinya transaksi yang spekulatif dan manipulatif juga sangat terbuka.
Sedangkan, dalam pasar modal syariah, emiten yang menjual saham sangat
memperhatikan dan telah memenuhi syarat-syarat syariah yang sesuai. Transaksi yang
dilakukan bebas bunga, begitu pula instrumen transaksi yang digunakan. Pada pasar
modal syariah, instrumen transaksi yang digunakan menggunakan prinsip mudharabah,
musyarakah, dan salam. Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari manipulasi pasar
dan transaksi yang meragukan.
5. Pengawasan, Investasi syariah menempatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
memiliki tanggung jawab untuk memastikan pengelolaan reksa dana sesuai dengan
prinsip syariah.
Sementara itu, reksadana konvensional sepenuhnya berada dalam pengawasan
OJK. Pengawasan ini nantinya disesuaikan dengan mekanisme pasar dan faktor-faktor
lainnya sesuai dengan kondisi perekonomian. Namun, untuk regulasi dari investasi
reksadana tetap diserahkan kepada OJK sebagai regulator yang menyiapkan segala
macam bentuk investasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai