Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Naskah Akademik
Raperda Investasi Daerah Provisi Lampung dapat disusun. Secara keseluruhan, naskah
akademik ini disusun sebagai bentuk tugas kelompok Perancangan Perundang-undan-
gan yang bertemakan Investasi Daerah Provinsi Lampung. Berdasarkan Undang-Un-
dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah tersebut mempun-
yai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat. Semoga Naskah Akademik Raperda ini dapat membantu mengenai
implementasi Rancangan Peraturan Daerah Mengenai Investasi Daerah dan mendapat
masukan guna perbaikan selanjutnya.
Tim Penyusun
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
1. KAJIAN TEORITIS
1) Investasi
Investasi adalah pembelian aset berupa barang ataupun aset keuangan
yang bukan ditujukan untuk konsumsi segera namun untuk memproduksi barang
atau jasa dan menghasilkan keuntungan di masa depan, Investasi merupakan aset
yang diperoleh untuk sistem ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau
manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan anggaran
dan memperoleh pendapatan dalam jangka penjang, memanfaatkan dana yang
belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
Investasi dikategorikan berdasar jangka waktunya, yaitu investai jangka
pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan inves-
tasi yang memiliki karakteristik dapat segera diperjualbelikan/dicairkan dalam
waktu 3 (tiga) bulan atau sampai 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka pendek
biasanya digunakan untuk tujuan manajemen kas dimana pemerintah daerah da-
pat menjual investasi tersebut jika muncul kebutuhan akan kas. Sedangkan in-
vestasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.1
2) Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang digantikan dengan UndangUndang Nomor 23 Tahun
2014 Pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa “Otonomi daerah adalah hak, wewe-
nang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengarus sendiri urusan
Pemerintahan dan kepentingan masyarakat. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (12) menyatakan bahwa “Daerah Otonom yang selan-
jutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan
1 HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi
Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 6
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerinta-
han dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Pelaksanaan otonomi daerah dan sebagai
penerapan/implementasi tuntutan untuk era baru yang sudah seharusnya lebih
memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih
nyata, dan lebih bertanggung jawab.
Terutama dalam mengatur, memanfaatkan, dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Visi otonomi daerah dapat diru-
muskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu, politik, ekonomi, serta sosial dan
budaya. Di bidang politik, pelaksanaan otonomi harus dipahami sebagai proses
untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih se-
cara demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan
yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu
mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban pub-
lik, di bidang ekonomi, otonomi daerah disatu pihak harus menjamin lancarnya
pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya
peluang bagi Pemerintah Daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal
untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya dan di
bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi men-
ciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-nilai
lokal yang dipandang kondusif terhadap kemampuan masyarakat dalam merespon
dinamika kehidupan di sekitarnya2
Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerinta-
han Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
3 I.C. Van der Vlies, Handboek Wetgeving (Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-Undangan),
Dirjen Peraturan Perundang-Undangan DEPKUMHAM RI, Jakarta, 2007, halaman 258-303.
m) Asas kepastian hukum yang menghendaki agar harapan (ekspektasi) yang
wajar hendaknya dihormati, khususnya ini berarti bahwa peraturan harus
memuat rumusan norma yang tepat, bahwa peraturan tidak diubah tanpa
adanya aturan peralihan yang memadai dan bahwa peraturan tidak boleh
diperlakukan surut tanpa alasan yang mendesak.
n) Asas penerapan-hukum yang khusus menyangkut aspekaspek kemungki-
nan untuk menegakkan keadilan didalam kasus tertentu yang dapat diwu-
judkan dengan memberikan marjin keputusan kepada pemerintah di dalam
undangundang, memberikan kemungkinan penyimpangan bagi keadaaan-
keadaaan khusus di dalam undang-undang,memungkinkan perlindungan
hukum terhadap semua tindakan pemerintah.
A. Provinsi Lampung
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak
untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pu-
lau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan.
Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang men-
jadi pusat perekonomian negara. Kota ini menjadi pertemuan antara lintas ten-
gah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau Sumatera harus
melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Pada umumnya
kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. Wilayah Kota Bandar Lam-
pung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang dari daerah tengah
ke daerah pinggiran kota yang ditunjang fasilitas perhubungan dan penerangan.
Pengembangan kota ditandai dengan tumbuhnya kawasan permukiman, namun
demikian daerah pinggiran belum terlihat jelas ciri perkotaannya. Masyarakat
Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain Lampung, Rawas, Melayu,
Pasemah dan Semendo. Masyarakat Lampung bentuknya yang asli memiliki
struktur hukum adat yang tersendiri, bentuk masyarakat hukum adat tersebut
berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelom-
pok-kelompok tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung.4
Menurut Hans Kelsen, efektivitas hukum berarti adanya perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma hukum sebagaimana harus dilakukan, sehingga norma-
4 PT. Perencana Djaja Ciptalaras “Profil Kabupaten/Kota, Kota Bandar Lampung”
5 https://lampungprov.go.id/detail-post/provinsi-lampung-peringkat-tujuh-nasional-daerah-tujuan-inves-
tasi (diakses pada 5 April 2022)
norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi, dan ukuran efektivitas itu dile-
takkan pada kualitas dari perbuatan orang-orang yang sesungguhnya bukan pada
kualitas hukum itu sendiri.6
Pada tahun 2017 Gubenur Lampung (Ridho Ficardo) membuat peraturan men-
genai Forum Investasi Lampung dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi
daerah, untuk mendukung akselerasi investasi di Provinsi Lampung, mendukung
sinergi antar para pihak dalam meningkatkan investasi di Provinsi Lampung
sebagaimana perlu dibentuk Forum Investasi Lampung (FOILA),dan
menetapkannya dengan Peraturan Gubernur Lampung. Maksud pembentukan Fo-
rum Investasi Lampung adalah sebagai upaya bersama memperkuat kerjasama dan
koordinasi antar perangkat daerah dan stakeholders terkait dalam rangka men-
gelola persepsi positif perekonomian Provinsi Lampung dengan membuka akses
informasi seluas-luasnya mengenai potensi dan peluang investasi untuk
meningkatkan daya saing ekonomi daerah dan penciptaan nilai tambah, serta
mensinergikan kebijakan pembangunan perekonomian di Lampung diantara para
pemangku kepentingan dan bertujuan pembentukan Forum Investasi Lampung
adalah untuk membangun persepsi positif investor dan meningkatkan efektivitas
hubungan investor dengan sasaran pertumbuhan investasi yang mendukung pem-
bangunan perekonomian.
6 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Somadi, Rimdi Press, 1973, halaman 38.
terkait pengembangan hubungan investor pada tahap persiapan, pelaksanaan
dan paska realisasi investasi;
i. berkontribusi dalam penyediaan, pemutakhiran berkala dan peningkatan
kemudahan akses berbagai data dan informasi terkait investasi yang relevan
untuk investor; dan
j. berpartisipasi aktif dan proaktif dalam memonitor, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan hasil dan tahapan sinergi kebijakan dan langkah per-
baikan iklim investasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2020 juga Gubernur lampung (Arinal Djunaidi) mengeluarkan Kepu-
tusan yang berisikan Pembentukan Tim Analisis Investasi Pemerintahan Daerah
Provinsi Lampung untuk melaksanakan ketentuan untuk melaksanaken ketentuan
Pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah dan ketentuan Pasal 14 Peraturan Gubernur
Lampung Nomor 70 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Langsung
Pemerintah Daerah, perlu membertuk Tim Analisis Investasi Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung dan menetapkannya dengan Keputusan Gubernur Lampung;
7HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi Pe-
merintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 24
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
K. Landasan Filososfis
Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasan perlunya perubahan atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dengan memperhatikan pandangan hidup
dan kesadaran dan cita hukum yang bersumber pada Pancasila dan Pembukaan UUD
NRI tahun 1945 serta batang tubuh UUD NRI Tahun 1945.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari pancasila dan pembukaan UndangUndang Dasar Negara Repub-
lik Indonesia Tahun 19459
L. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek serta fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara.
Landasan sosiologi mempunyai kekuatan untuk mengetahui jika ketentuan - ken-
tentuan yang dibikin sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Pembentukan peraturan
daerah harus dilihat dari keadaan masyarat, lingkungan daerah yang menjadi tolak
ukur dalam proses pembuatan peraturan, hasil dari rancangan peraturaan daerah yang
nanti akan di terapkan dalam masyarakat diharapkan bisa membantu kelangsungan
daerah dan tidak tumpang tindih dengan peraturan lain atau merugikan masyarakat
sehingga tidak membuat masyarakat bingung dan menolak peraturan tersebut.
Pentingnya landasan sosiologis harus di terapkan dalam proses pembentukan Ran-
cangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi
Lampung agar menciptakan peraturan yang bisa dipatuhi.
M. Landasa Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan di-
ubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Keberlakuan yuridis adalah keberlakuan suatu norma hukum dengan daya ikatnya
untuk umum sebagai suatu dogma yang dilihat dari pertimbangan yang bersifat tek-
nis yuridis sebagaimana:
n) ditetapkan sebagai norma hukum berdasarkan norma hukum yang lebih superior
atau yang lebih tinggi,
o) ditetapkan mengikat atau berlaku karena menunjukkan hubungan keharusan an-
tara suatu kondisi dengan akibatnya,
p) ditetapkan sebagai norma hukum menurut prosedur pembentukan hukum yang
berlaku,
q) ditetapkan sebagai norma hukum oleh lembaga yang memang berwenang untuk
itu.
10 HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi
Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 40-42
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400)
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perun-
dang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lem-
baran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perbuahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tamba-
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik IndonesiaaNomorr5261);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5533);
15. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
199);