Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1

Tentang:
PROPERTI INVESTASI

KELOMPOK 11
ADE ANDELA PUSPITA 2230403003
AFRINALDI 2230403006
ANISA PUTRI 2230403020
AISYAH NABILLA 2230403012
ELSA CHINTIA DEWI 2230403039

Dosen Pengampu:
Atika Amor, SE., M.Si.,
Elfina Yenti, SE., M.Si., Ak., CA.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada pemakalah sehingga dengan rahmat-Nya itulah pemakalah dapat menyelesaikan
makalah dengan mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 ini dengan tepat waktu. Tidak
lupa pula penulis bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah
merubah peradaban dari peradaban jahiliyyah kepada peradaban yang berilmu pengetahuan
yang sama-sama kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini pemakalah buat bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah 1 semester dua dengan judul “Properti Investasi”. Dalam penyususnan
makalah ini pemakalah menyadari kekurangan baik pada penulisan kata atau materi, mengingat
pemakalah yang masih dalam proses belajar dan sedikitnya pengetahuan. Semoga dengan
penulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama untuk pemakalah sendiri.
Dengan kekurangan yang ada pada makalah ini pemakalah mengucapakan mohon maaf dan
ampunan kepada Allah SWT. Karena kesalahan itu datangnya dari diri penulis sendiri dan
kebenaran itu hanya milik Allah SWT.

Batusangkar, 21 Mei 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. Defenisi Properti Investasi ........................................................................................................ 3
B. Pengakuan ................................................................................................................................. 4
C. Pengukuran Awal ...................................................................................................................... 5
D. Pengukuran Setelah Perolehan .................................................................................................. 7
E. Penghentian Pengakuan .......................................................................................................... 10
F. Penyajian Properti Investasi .................................................................................................... 10
G. Pengungkapan ..................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan suatu hal yang digemari oleh masyarakat Indonesia untuk saat ini.
Selain itu investasi merupakan salah satu unsur PDB (Product Domestic Bruto) yang paling
sering berubah. Terdapat tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu investasi tetap bisnis,
investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah
pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah
pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah
peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.
Menurut Sukirno (1999) mengartikan bahwa investasi adalah sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa – jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Pertambahan jumlah barang modal ini menunjukkan perekonomian tersebut menghasilkan
lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal
dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu
di depresiasikan.
Perkembangan investasi properti di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, hal
ini dikarenakan investasi properti cukup menjanjikan dan produk investasi tersebut memiliki
perbedaan dengan investasi lainnya. Kondisi ini didukung oleh suku bunga yang rendah
dan didukung besarnya permintaan pasar di tanah air terhadap beragam produk tersebut.
Seperti cotohnya banyak investor mengalihkan dananya dari deposito ke investasi tanah.
Apalagi, setiap tahun harga tanah di Indonesia meningkat antara 15-20 persen. Pertumbuhan
ini dipengaruhi beberapa hal antara lain bertambahnya jumlah kalangan ekonomi menengah
di Indonesia sehingga permintaan akan hunian tempat tinggal pun turut bertambah.
Terdapat beberapa alasan mengapa Indonesia dijadikan lokasi untuk investasi properti
terbaik di Indonesia. Stabilitas politik dan ekonomi di Indonesia dinilai sangat membantu
dalam menciptakan iklim investasi asing di Indonesia yang semakin meningkat. Pertama,
kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan invesatasi properti juga ikut
berperan dalam meningkatkan investasi properti di Indonesia. Kedua, kebutuhan
masyarakat akan properti masih sangat tinggi.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Defenisi Properti Investasi
2. Pengakuan
3. Pengukuran Awal
4. Pengukuran Setelah Perolehan
5. Penghentian Pengakuan
6. Penyajian
7. Pengungkapan

C. Tujuan
Dalam makalah ini, Adapun tujuan dari makalah adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Defenisi Properti Investasi
2. Mendeskripsikan Pengakuan
3. Mendeskripsikan Pengukuran Awal
4. Mendeskripsikan Pengukuran Setelah Perolehan
5. Mendeskripsikan Penghentian Pengakuan
6. Mendeskripsikan Penyajian
7. Mendeskripsikan Pengungkapan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi Properti Investasi
Investasi di dalam landasan International financial Reporting standard (IFRS) properti
investasi diatur dan diuangkapkan dalam IAS 40 tentang investment property. Kemudian
IAS 40 tersebut diadopsi ke dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.13 (PSAK
13) tentang properti investasi yang direvisi pada tahun 2007 dan disahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Menurut PSAK 13
(1994) suatu entitas hanya diperkenankan menggunakan model biaya dan tidak
diperkenankan menggunakan model nilai wajar. Properti investasi dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
aset. perusahaan melakukan perhitungan depresiasi atas aset yang bersangkutan selama
masa manfaatnya. Depresiasi itulah yang akan menjadi beban tiap periode dimana
perusahaan menggunakan properti investasi. Sedangkan menurut PSAK 13 (pasca adopsi
IFRS) membedakan antara properti investasi dan properti yang digunakan sendiri. Properti
yang digunakan sendiri (owner occupied property) adalah properti yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif.
Properti investasi dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk mendapatkan
kenaikan nilai atau keduanya. Dengan demikian properti investasi dapat menghasilkan kas
secara mandiri tanpa tergantung dengan aset lain yang dikuasai entitas. Hal ini yang
membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri. Properti yang
digunakan sendiri menghasilkan kas dengan besinergi dengan aset lain. Misalnya, tanah,
bangunan, peralatan dan persediaan digunakan secara bersama-sama untuk
menghasilkan produk untuk dijual.
Properti investasi yang diukur menggunakan nilai wajar tidak perlu disusutkan, karena
entitas selalu menyajikan nilai wajarnya setiap tanggal akhir periode pelaporan keuangan,
sehingga penyusutan yang dilakukan tidak akan memberikan pengaruh apapun terhadap
nilai yang akan disajikan di laporan keuangan.
Teori Investasi adalah teori permintaan modal. Investasi adalah arus pengeluaran yang
menambah stok modal fisik atau dengan kata lain investasi adalah jumlah yang
dibelanjakan sektor usaha untuk menambah stok modal dalam periode tertentu. Investasi
biasanya menempati proporsi yang relatif sedikit dari permintaan agregat, akan tetapi

3
fluktuasi investasi menempati sebagian besar pergerakan siklus bisnis dalam PDB.
Salah satu alasan mengapa negara-negara dengan pertumbuhan tinggi mereka
mencurahkan bagian substansial dari output mereka ke dalam investasi
Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang
akan datang. Investasi dapat dikaitkan dengan berbagai macam aktivitas.
Menginvestasikan sejumlah dana pada asset real (tanah, emas, mesin atau bangunan)
maupun asset finansial (deposito, saham atau obligasi) merupakan aktivitas investasi
yang pada umumnya dilakukan.
Properti is something that is owned, yaitu sesuatu yang dapat dimiliki atau apa saja
yang dapat dijadikan objek kepemilikan. Sementara itu pengertian dari Real Property is
the interest, benefit and rights inherent in the ownership of real estate yang berarti
kepentingan, keuntungan dan hak-hak yang menyangkut kepemilikan tanah dan
bangunan beserta perbaikan yang menyatu terhadapnya.
Properti investasi adalah properti untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk
meningkatkan nilai aset atau keduanya, dan tidak untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, dimanfaatkan oleh masyarakat umum, dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau: dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

B. Pengakuan
Pengakuan awal property investasi dalam proses pembangunan dan pengembangan
diakui sebagai properti investasi pada ED PSAK 13 (revisi 2011). Pada PSAK 12 (revisi
2007) diakui sebagai asset tetap dan perlakuannya mengacu ke PSAK 16: Aset tetap
sampai property investasi selesai dibangun.
Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika: besar kemungkinan
manfaat ekonomik di masa depan dari aset yang tergolong properti investasi akan
mengalir ke dalam entitas; dan biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan
andal. Entitas mengevaluasi sesuai dengan prinsip pengakuan atas seluruh biaya
perolehan properti investasi pada saat terjadinya. Biaya perolehan termasuk biaya yang
terjadi pada saat memeroleh properti investasi dan biaya yang terjadi, setelahnya untuk
penambahan, penggantian bagian properti atau perbaikan properti. Sesuai dengan prinsip
pengakuan, entitas tidak mengakui dalam jumlah tercatat properti investasi sehubungan
dengan biaya harian penggunaan properti. Biaya tersebut lebih tepat diakui dalam laba rugi
4
pada saat terjadinya. Biaya harian penggunaan properti yang utama adalah biaya tenaga
kerja serta bahan habis pakai dan termasuk biaya suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran
ini sering digambarkan sebagai "perbaikan dan pemeliharaan" dari properti. Bagian dari
suatu properti investasi dapat diperoleh melalui penggantian. Contoh, interior dinding
bangunan mungkin merupakan penggantian dinding aslinya. Berdasarkan prinsip
pengakuan, entitas mengakui jumlah tercatat property investasi atas biaya penggantian
properti investasi pada saat terjadinya biaya, jika kriteria pengakuan terpenuhi. Jumlah
tercatat atas bagian yang digantikan dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan
penghentian pengakuan dalam pernyataan ini.

C. Pengukuran Awal
Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi
termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan dari properti investasi yang
dibeli meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung.
Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya, biaya
jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya. Biaya perolehan properti
investasi tidak bertambah dengan: biaya perintisan (kecuali biaya-biaya yang diperlukan
untuk membawa properti ke kondisi yang diinginkan sehingga dapat digunakan
sesuai dengan maksud manajemen); kerugian operasional yang terjadi sebelum
propert investasi mencapai tingkat hunian yang direncanakan; atau
pemborosan bahan baku,buruhatau sumberdaya lain yang terjadi selama masa
pembangunan atau pengembangan properti. Jika pembayaran atas properti
investasi ditangguhkan, maka biaya perolehan adalah setara harga tunai. Perbedaan
antara jumlah tersebut dan pembayaran diakui sebagai beban bunga selama periode
kredit.
Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa dan
diklasifikasikan sebagai properti investasi yang dicatat sebagai sewa pembiayaan seperti
diatur dalam PSAK 30 (revisi 2011): Sewa paragraph dalam hal ini aset diakui pada
jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa
minimum. Jumlah yang setara diakui sebagai liabilitas sesuai dengan ketentuan paragraf
yang sama
Premium yang dibayarkan untuk sewa diperlakukan sebagai bagian dari pembayaran
sewa minimum untuk tujuan ini, dan oleh karena itu dimasukkan dalam biaya perolehan
5
aset, tetapi dikeluarkan dari liabilitas. Jika hak atas property yang dikuasai dengan cara
sewa diklasifikasikan sebagai properti investasi, maka hak atas properti tersebut
dicatat sebesar nilai wajar dari hak tersebut dan bukan dari property yang mendasari.
Pedoman atas penentuan nilai wajar dari hak atas properti dalam rangka menuju model
nilai wajar diatur dalam paragraph. Pedoman tersebut juga relevan untuk penentuan nilai
wajar ketika nilai tersebut digunakan sebagai biaya perolehan untuk tujuan pengakuan
awal. Satu atau lebih properti investasi mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset
moneter atau aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter.
Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset
nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua pertukaran yang diuraikan
dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu properti investasi diukur pada nilai
wajar kecuali: transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial; atau
nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Perolehan aset tersebut diukur dengan cara seperti ini bahkan jika suatu entitas tidak dapat
segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak
dapat diukur dengan nilai wajar, biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat aset
yang diserahkan. Entitas menentukan suatu transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial atau tidak dengan mempertimbangkan apakah arus kas masa depan
diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi
pertukaran memiliki substansi komersial jika: konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus
kas atas asset yang diterima berbeda dari konfigurasi arus kas atas asetyang diserahkan;
atau nilai khusus entitas dari bagian operasi entitas dipengaruhi oleh perubahan transaksi
yang diakibatkan dari pertukaran tersebut; dan selisih antara (a) atau (b) adalah signifikan
terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.
Untuk tujuan penentuan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial, nilai khusus entitas dari porsi (bagian) operasi entitas dipengaruhi oleh
transaksi yang akan menggambarkan arus kas sesudah pajak. Hasil analisis ini akan
jelas tanpa entitas menyajikan perhitungan yang rinci. Nilai wajar suatu aset di mana
transaksi pasar yang serupa tidak tersedia, dapat diukur secara andal jika: variabilitas
dalam rentang estimasi nilai wajar yang rasional untuk aset tersebut tidak signifikan;
atau probabilitas dari beragam estimasi dalam kisaran dapat dinilai secara rasional dan
digunakan dalam mengestimasi nilai wajar. Jika entitas dapat menentukan nilai wajar
secara andal, baik dari aset yang diterima atau diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang

6
diserahkan digunakan untuk mengukur biaya perolehan dari aset yang diterima kecuali
jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.
D. Pengukuran Setelah Perolehan
1. Kebijakan Akuntasi
Dengan pengecualian sebagaimana, entitas memilih model nilai wajar atau
model biaya sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut pada
seluruh properti investasinya. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan menetapkan bahwa perubahan
kebijakan akuntansi yang dilakukan secara sukarela hanya diizinkan apabila
perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian transaksi, kejadian, atau kondisi
yang lebih sesuai dalam laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas
entitas. Hal yang sulit untuk dipahami bahwa perubahan dari model nilai wajar ke model
biaya dapat menghasilkan penyajian yang lebih tepat. Pernyataan ini mensyaratkan
seluruh entitas untuk menentukan nilai wajar properti investasi, baik untuk tujuan
pengukuran (jika entitas menggunakan model nilai wajar) atau pengungkapan (jika
menggunakan model biaya). Entitas dianjurkan, tetapi tidak diharuskan, untuk
menentukan nilai wajar properti investasi berdasarkan atas penilaian oleh penilai
independen yang diakui dan memiliki kualifikasi professional yang relevan serta
memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi lainnya yang
dimiliki oleh entitas. Paragraf tidak mengizinkan entitas untuk mengukur properti
yang dimiliki oleh dana properti internal, yang sebagian dengan biaya perolehan dan
sebagian dengan nilai wajar.
Jika suatu entitas memilih model-model yang berbeda untuk dua kategori
yang diuraikan dalam paragraph penjualan properti investasi di antara kelompok aset
yang diukur dengan menggunakan model berbeda harus diakui pada nilai wajar dan
perubahan kumulatif dalam nilai wajar harus diakui dalam laba rugi. Selaras dengan
itu, jika suatu property investasi ditransfer dari sekelompok aset yang menggunakan
model nilai wajar ke dalam kelompok aset yang menggunakan model biaya, maka nilai
wajar properti pada saat penjualan dianggap menjadi biaya perolehannya.
2. Model Nilai Wajar
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model nilai
wajar mengukur seluruh property investasi berdasarkan nilai wajar, Jika hak atas
properti yang dimiliki oleh lessee melalui sewa operasi diklasifikasi sebagai properti
investasi tidak bebas pilih; model nilai wajar harus diterapkan. Keuntungan atau
7
kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar atas properti investasi diakui dalam
laba rugi pada periode terjadinya. Nilai wajar properti investasi merupakan harga
yang mana properti dapat dipertukarkan antara pihak-pihak yang memiliki
pengetahuan memadai dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar. Nilai wajar
tidak mencakup estimasi kenaikan atau penurunan harga karena kondisi atau
keadaan khusus seperti pembiayaan yang umum, perjanjian penjualan dan penyewaan
kembali, kondisi khusus atau konsesi yang diberikan oleh pihak yang terkait dengan
penjualan. Entitas menentukan nilai wajar tanpa dikurangi dengan biaya transaksi
yang mungkin timbul dari penjualan atau pelepasan lainnya.
Nilai wajar properti investasi mencerminkan kondisi pasar pada tanggal
pelaporan. Nilai wajar adalah nilai pada tanggal tertentu. Karena kondisi pasar
dapat berubah, jumlah yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar mungkin salah atau
tidak tepat jika diestimasi pada waktu yang berbeda. Definisi nilai wajar
mengasumsikan pertukaran dan penyelesaian secara serempak dari kontrak penjualan
tanpa perbedaan harga juga dapat terjadi dalam suatu transaksi yang wajar antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai seandainya
pertukaran dan penyelesaian tersebut tidak dilakukan secara serempak. Nilai wajar
properti investasi mencerminkan, antara lain, penghasilan rental dari sewa yang sedang
berjalan dan asumsi-asumsi yang layak dan rasional yang mencerminkan keyakinan
pihak-pihak yang berkeinginan bertransaksi dan memiliki pengetahuan memadai
mengenai asumsi tentang penghasilan rental dari sewa di masa depan dengan
mengingat kondisi sekarang. Dengan dasar pemikiran yang sama, nilai wajar
juga mencerminkan arus kas keluar (termasuk pembayaran rental dan arus ke luar
lainnya) yang dapat diperkirakan sehubungan dengan properti tersebut. Sebagian arus
kas ke luar tersebut dicerminkan dalam liabilitas, sementara arus kas ke luar
lainnya tidak diakui dalam laporan keuangan sampai dengan tanggal tertentu (contoh
pembayaran periodik seperti rental kontinjen). Dasar pengakuan awal biaya perolehan
dari hak dalam properti sewaan. Mengharuskan hak dalam properti sewaan diukur
kembali, jika perlu, berdasarkan nilai wajar. Dalam suatu sewa yang disepakati
berdasarkan tarif pasar, nilai wajar dari hak dalam properti sewaan pada saat perolehan,
dikurangi dengan seluruh pembayaran sewa yang diperkirakan (termasuk pembayaran
yang terkait untuk mengakui liabilitas), sama dengan nol. Nilai wajar ini tidak
berubah tanpa memerhatikan apakah, untuk tujuan akuntansi, liabilitas dan aset
sewaan diakui berdasarkan nilai wajarnya atau pada nilai kini pembayaran sewa
8
minimum, sesuai dengan PSAK 30 (revisi 2011) paragraf Dengan demikian, pengukuran
kembali aset sewaan dari biaya perolehan menjadi nilai wajar tidak boleh menimbulkan
keuntungan atau kerugian awal, kecuali nilai wajar diukur pada waktu yang berbeda.
Hal ini dapat terjadi apabila entitas memilih untuk menerapkan model nilai wajar
setelah pengakuan awal.
3. Ketidakmampuan Menetapkan Nilai Wajar Yang Andal
Ada anggapan yang sulit dibantah bahwa entitas dapat menentukan nilai wajar
properti investasi secara andal atas dasar berkelanjutan. Namun demikian dalam
beberapa kasus yang jarang terjadi, terdapat bukti yang jelas Ketika suatu entitas
pertama kali memperoleh properti investasi (atau ketika properti yang ada pertama kali
menjadi property investasi karena perubahan penggunaan) bahwa nilai wajar properti
investasi tidak dapat ditentukan secara andal atas dasar berkelanjutan. Hal ini timbul
jika, dan hanya jika, transaksi pasar serupa jarang terjadi dan alternatif estimasi andal
nilai wajar (misalnya, berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan) tidak tersedia.
jika entitas menentukan bahwa nilai wajar properti investasi dalam proses
pembangunan tidak dapat ditentukan secara andal tetapi mengharapkan nilai wajar
properti tersebut dapat ditentukan secara andal saat pembangunan selesai, maka
properti tersebut diukur dengan cara properti investasi dalam proses pembangunan
diukur berdasarkan biaya perolehan sampai nilai wajarnya
dapat ditentukan secara andal atau sampai pembangunannya selesai (mana yang lebih
dahulu). Jika entitas menetukan bahwa nilai wajar dari properti investasi (selain
property investasi dalam proses pembangunan) tidak dapat ditentukan secara andal pada
dasar berkelanjutan, entitas mengukur properti investasi tersebut menggunakan model
biaya sesuai PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap. Nilai residu dari property investasi
diasumsikan nol. Entitas menerapkan PSAK 16 (revisi 2011) hingga pelepasan
properti investasi tersebut.
4. Model Biaya
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya mengukur seluruh
properti investasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam PSAK 16 (revisi 2011):
Aset Tetap. Sedangkan jika properti investasi tersebut memenuhi kriteria dimiliki
untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan
sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar
yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Properti investasi yang

9
memenuhi kriteria dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan
yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual) diukur sesuai dengan PSAK 58.

E. Penghentian Pengakuan
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika property
investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat
ekonomi di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Pelepasan properti
investasi dapat dilakukan dengan cara dijual, ditukar, dihapuskan atau dihentikan
pengakuannya. Jika sesuai dengan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian
untuk bagian tertentu dari suatu property investasi di dalam jumlah tercatat suatu aset
tersebut, maka jumlah tercatat dari bagian aset yang diganti tidak diakui lagi. Suatu bagian
yang diganti dari property investasi yang dicatat dengan menggunakan model biaya bisa
saja bukan merupakan bagian yang disusutkan secara terpisah. Jika penentuan jumlah
tercatat dari bagian yang diganti tersebut tidak dapat secara praktis dilakukan, entitas dapat
menggunakan biaya penggantian sebagai indikasi untuk menentukan berapa jumlah biaya
bagian yang diganti pada saat diperoleh atau dibangun.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan property
investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto dari pelepasan dan jumlah tercatat aset,
dan diakui dalam surplus/deficit dalam periode terjadinya penghentian atau pelepasan
tersebut. Imbalan yang diterima atas pelepasan property investasi pada awalnya diakui
sebesar nilai wajar. Jika pembayaran atas property investasi ditangguhkan, imbalan yang
diterima pada awalnya diakui sebesar setara harga tunai. Selisih antara jumlah nominal
dari imbalan dan nilai yang setara dengan harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga.
Entitas mencatat kewajiban yang masih ada sehubungan dengan property investasi setelah
pelepasan tersebut. Kompensasi dari pihak ketiga yang diberikan sehubungan dengan
penurunan nilai, kehilangan atau pengembalian property investasi diakui sebagai surplus
ketika kompensasi tersebut diakui sebagai piutang.

F. Penyajian Properti Investasi


PSAP yang mengatur penyajian laporan keuangan, property investasi diklasifikasikan
dalam aset non lancer. Property investasi disajikan terpisah dari kelompok aset tetap dan
aset lainnya. Karena sifat dari pengklasifikasikan property investasi adalah untuk
memperoleh pendapatan sewa atau kenaikan nilai, entitas dapat saja memiliki niat untuk
menjual apabila kenaikan nilai atas property investasi menguntungkan dan entitas tidak
10
akan memanfaatkan property tersebut di masa mendatang. Pengklasifikasian property
investasi tidak mempertimbangkan maksud pemilihan aset property investasi secara
berkelanjutan atau tidak berkelanjutan.

G. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount) metode yang digunakan masa manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode. Rekonsiliasi jumlah tercatat property
investasi pada awal dan akhir periode, yang menunjukkan penambahan, pengungkapan
terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari penggabungan dan penambahan
pengeluaran setelah perolehan yang diakui sebagai aset penambahan yang dihasilkan
melalui penggabungan pelepasan, penyusutan, alih guna ke dan dari persediaan dan
property yang digunakan sendiri, dan perubahan lain. Apabila entitas melakukan revaluasi
atas property investasi, nilai wajar dari property investasi yang menunjukkan hal-hal
sebagai uraian property investasi yang dilakukan revaluasi, dasar peraturan untuk menilai
Kembali property investasi, tanggal efektif penilaian Kembali nilai tercatat sebelum
revaluasi jumlah penyesuaian atas nilai wajar, nilai tercatat property investasi setelah
revaluasi apabila penilaian dilakukan secara bertahap, entitas perlu mengungkapkan hasil
revaluasi property investasi. Apabila pengklasifikasian atas property investasi sulit
dilakukan, kriteria yang digunakan untuk membedakan property investasi dengan property
yang digunakan sendiri dan dengan property yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai
wajar apabila entitas melakukan revaluasi dari property investasi yang mencakup
pernyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih
banyak berdasarkan factor lain (yang harus diungkapkan oleh entitas tersebut) karena sifat
property tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan. Apabila entitas
melakukan revaluasi dengan menggunakan penilai indenpenden, sejauhmana kualifikasi
professional yang relevan serta pengalaman mutakhir di lokasi dari penilai, jumlah yang
diakui dalam surplus untuk penghasilan sewa menyewa biasa dari property investasi beban
operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari property
investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode tersebut beban operasi
langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari property investasi
yang tidak menghasilkan pendapatan sewa menyewa biasa selama periode tersebut.
11
Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan property
investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan property investasi yang
disewa oleh entitas pemerintah lain.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Properti investasi adalah properti untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk
meningkatkan nilai aset atau keduanya, dan tidak untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, dimanfaatkan oleh masyarakat umum, dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau: dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Pengakuan awal property investasi dalam proses pembangunan dan pengembangan
diakui sebagai properti investasi pada ED PSAK 13 (revisi 2011). Pada PSAK 12 (revisi
2007) diakui sebagai asset tetap dan perlakuannya mengacu ke PSAK 16: Aset tetap
sampai property investasi selesai dibangun.
Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa dan
diklasifikasikan sebagai properti investasi yang dicatat sebagai sewa pembiayaan seperti
diatur dalam PSAK 30 (revisi 2011): Sewa paragraph dalam hal ini aset diakui pada
jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa
minimum. Jumlah yang setara diakui sebagai liabilitas sesuai dengan ketentuan paragraf
yang sama
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika property
investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat
ekonomi di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Pelepasan properti
investasi dapat dilakukan dengan cara dijual, ditukar, dihapuskan atau dihentikan
pengakuannya. Jika sesuai dengan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian
untuk bagian tertentu dari suatu property investasi di dalam jumlah tercatat suatu aset
tersebut, maka jumlah tercatat dari bagian aset yang diganti tidak diakui lagi. Suatu bagian
yang diganti dari property investasi yang dicatat dengan menggunakan model biaya bisa
saja bukan merupakan bagian yang disusutkan secara terpisah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Hidayat, Rony. 2011. Peluang Dan Tantangan Investasi Properti Indonesia. Jawa
Timur. Universitas Negeri Surabaya.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Tentang Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 17 Properti Investasi.

Sistem Akuntasi Properti Investasi. Peraturan Wali Kota Salatiga Nomor 93 Tahun 2021

Dewan Standar Akuntasi Keuangan. 2011. Pernyatan Standar Akuntasi Keuangan. IKATAN
AKUNTAN INDONESIA ED PSAK 13

Diredia, T.G. 2007. Industri Properti Bertahan di Krisis Global. http.www.btn.co.id (21 Mei
2023)

14

Anda mungkin juga menyukai