Anda di halaman 1dari 12

PROPERTI INVESTASI

Disusun Oleh:
1. Destiawanda Isabella D.S (161600112)
2. Anggi Meitasari (161600137)
3. Aniefvia Putri Mahardika A (161600194)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan karunia akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Properti Investasi” dengan baik dan terselesaikan tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas mata
kuliah Akuntansi Perpajakan di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya .
Kami menyadari bahwa makalah ini belum pada tingkat kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu di benahi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami
selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari
semua pihak.

Surabaya, 29 Maret 2018

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 3

1.2 Rumusan masalah..................................................................................... 3

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

2.1 Definisi Properti Investasi ........................................................................ 4

2.2 Definisi Perpajakan .................................................................................. 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Properti investasi adalah properti dalam bentuk asset berwujud tanah/


bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya yang dikuasai oleh
pemilik untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau keduanya tetapi
tidak untuk dugunakan dalam produksi atau penyediaan barang / jasa atau tujuan
administratif, atau untuk dijual dalam kegiatan sehari – hari.

Investasi Properti sebagai mana menurut definisi diatas secara sederhana


berarti mengeluarkan dan menanamkan modal dalam asset yang bertbentuk tanah/
bangunan di atasnya. Bentuk investasi lain selain property adalah saham, obligasi,
option, deposito,emas dolar, dan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian Properti Investasi ?
b. Apa itu Perpajakan?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman


pembaca terkait definisi dan proses pemeriksaan Properti Investasi. Tim penyusun
mengharap pembahasan dalam makalah dapat bermanfaat dalam praktek.
Terhadap Properti Investasi yang ada saat ini.

1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang Properti Investasi
2. Dapat menjelaskan tentang cara menghitung Properti Investasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROPERTI INVESTASI

Properti investasi adalah properti dalam bentuk asset berwujud tanah/


bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya yang dikuasai oleh
pemilik untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau keduanya tetapi
tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang / jasa atau tujuan
administratif, atau untuk dijual dalam kegiatan sehari – hari.

Properti investasi yang diperoleh dengan pembelian dicatat sejumlah


pembelian ditambah dengan setiap pengeluaran – pengeluaran biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung seperti biaya legal dan broker, biaya pajak
pengalihan dan biaya transaksi lainnya. Seluruh properti investasi untuk bangunan
harus diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian
penurunan nilai.

Entitas harus mencatat suatu aset berwujud tanah dan atau bangunan
kedalam akun property investasi apabila asset berwujud tanah dan atau bangunan
tersebut memenuhi definisi property investasi . Tetapi, entitas harus mengeluarkan
dari akun properti investasi apabila asset berwujud tanah dan atau bangunan
tersebut tidak memenuhi definisi property investasi.

2.2 PERPAJAKAN

Sedangkan menurut perpajakan, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor


36 Tahun 2008, asset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan
terletak atau berada di Indonesia , dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, pengeluaran untuk


memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun

4
harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama
masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Metode penyusutan yang
diperbolehkan dalam ketentuan fiskal adalah metode garis lurus (straight line
method) untuk kelompok bangunan dengan masa manfaat 20 tahun atau 10 tahun
sesuai dengan pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, dan yang
dimaksud bangunan tidak permanen adalah bangunan yang bersifat sementara dan
terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-
pindahkan sehingga masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun. Penggunaan
metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas.

Menurut peraturan perpajakan, penyusutan asset tetap dimulai pada saat


tahun pengeluaran, untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh Nomor 17 Tahun
1983). Sedangkan untuk tahun 2001 (UU PPh Nomor 17 Tahun 2000) sampai
dengan sekarang (UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 ) penyusutan dimulai pada saat
bulan pengeluaran asset tetap tersebut , kecuali apabila asset yang masih dalam
proses pengerjaan yaitu pada bulan selesainya pengerjaan asset tersebut. Dengan
persetujuan Ditjen pajak, WP diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada
bulan asset tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan atau pada bulan asset yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Baik menurut akuntansi ataupun pajak, tanah yang berstatus hak milik,
Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha( HGU), dan hak pakai untuk
pertama kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian.

Apabila WP baik pribadi maupun badan (PKP atau non-PKP) membangun


sebuah bangunan yang dilakukan sendiri dengan luas bangunan 300 m2 atau lebih
dan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan akan menimbulkan dampak
perpajakan yaitu dikenakan PPN membangun sendiri sesuai dengan pasal 16C UU
PPN Nomor 42 Tahun 2009 sebesar 10% x 40% jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan, tetapi tidak termasuk harga perolehan tanah. Saat
terutang PPN termasuk adalah pada saat setiap bulan sejak saat siap setiap bulan

5
sejak saat dimulainya kegiatan membangun sendiri secara fisik, misalnya saat
penggalian fondasi, pemasangan tiang pancang, ataupun kegiatan fisik lainnya.
WP wajib melakukan penyetoran setiap tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya pengeluaran atau berakhirnya masa pajak. Apabila WP adalah PKP,
maka yang bersangkutan wajib melaporkan dengan menggunakan SPT masa PPN
masa pajak yang sama dengan bulan pengekuaran, tetapi apabila WP adalah non-
PKP maka yang bersangkutan wajib menggunakan SSP lembar ke-3paling lambat
akhir bulannya setelah berakhir masa pajak. PPN Pasal 16C yang dibayar atas
kegaitan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran.

Contoh:

PT Swat (PKP) membeli properti investasi berupa sebidang tanah kaveling di


Bogor seluas 600 m2. Pembelian dilakukan secara tunai senilai Rp. 600.000.000
dari PT Propertindo (PKP) dengan membayar uang muka sebesar Rp. 5.000.000
tanggal 31 Agustus 2008. PPN dipungut oleh PT Propertindo sebesar Rp.
500.000.

Pelunasan dihadapan Notaris PPAT Dr Paraluan, SH.MH. pada tanggal 5


September 2008. NJOP buni per m2 sebesar Rp. 916.000 (A16) dengan
NPOPTKP Rp. 60.000.000 serta NPOPTKP Rp. 5.000.000 BPHTP sebesar 5%
dilunasi paling lambat tanggal 5 September 2008 pada bank persepsi dengan
menggunakan surat setoran BPHTB (SSB). PPN dipungut oleh PT Propertindo
sebesar Rp. 59.500.000.

Ptopertindo juga memugut PPnBM sebesar 20% untuk transaksi


penjualan tersebut, dengan menggunakan faktur pajak. PPnBM yang dipungut
tidak dapat dikreditkan sebagai pajak masukan tetapi termasuk biaya yang boleh
dikurangkan oleh pajak.

Pajak tanggal 6 Januari 2009 mulai melakukan kegitan membangun


gedung untuk gudang dan kantor yang akan disewakan. Luas seluruh bangunan
650 m2. Kegiatan yang dilakukan oleh tukang dan tukang kayu dibayar secara
harian dan diawasi sendiri oleh PT Swat.

6
Dalam bulan Januari 2009, perusahaan telah menggunakan sebesar Rp.
40.000.000 untuk pembelian bahan bangunan dan biaya kerja. Setiap bulan
perusahaan menyetorkan PPN atas kegiatan membangun sendiri untuk masa pajak
Februari sampai dengan Desember 2009. Pekerja pembangunan selesai pada akhir
pada tahun 2009. Dengan total biaya sebesar Rp. 350.000.000.

Pada awal tahun 2010, gedung yang telah selesai dibangun tersebut mulai
disewakan kepada PT Bintang sebesar Rp. 80.000.000. Pihak manajemen
memutuskan bahwa property investasi tersebut memiliki masa manfaat 20 tahun.

Atas Transaksi diatas maka PT Swat membuat jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 /8/08 Properti investasi 6.000.000
Pajak masukan 500.000
Bank Arles 6.500.000
Properti investasi uang muka +

PPnBM = Rp.5.000.000 + (20% x


5.000.000)

7
Tanggal Keterangan Debit Kredit
5/9/08 Properti investasi 741.00.000
Pajak masukan 59.500.000
Bank Arles 800.500.000
Properti investasi sisa harga beli

tanah kavling + BPHTP + PPnBM =


Rp.5.000.000 + (20% x 5.000.000)
Pada tahun 2008., perusahaan belum melakukan penyusutan atas property investasi yang dibeli PT
Swat karena property investasi yang dimiliki masih berupa tanah kavling.

31/1/09 Bangunan dalam pelaksanaan 41.600.000 -


Bank - 40.000.000
Utang PPN pasal 16C - 1.600.000
Utang PPh 21 - -
PPN pasal 16C =10% x 40% x 40 juta
*PPh 21 lihat bab 11 kewajiban
15/2/9 Utang PPN pasal 16C 1.600.000
Bank 1.600.000
Atas pengeluaran untuk pembangunan gedung selama satu bulan Februari sampai Desember 2009,
PT Swat dikenakan PPN Pasal 16C untuk masa pajak Februari – Desember 2009 yang telah
disetorkan setiap tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan pengeluaran.
Selain itu juga, perusahaan melaporkan pengenaan PPN pasal !^C dengan menggunakan SPT
Masa PPN masa pajak yang sama dengan bulan pengeluaran.
31/12/09 Profesi investasi 405.600.000
Bangunan dalam pelaksanaan 405.600.000
14/1/10 Bank Arles 80.000.000
PPh Pasal 4 ayat (2) 8.000.000
Pajak keluaran 8.000.000
Pendapatan sewa 80.000.000
31/1/10 Beban penyusutan properti investasi 4.802.500
Akum. Penyusutan properti investasi 4.802.500
Perusahaan melakukan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk tahun 2009 dan 2010

8
Sesuai dengan PMK- 163/PMK.03/ jo. PER – 23/Pj/2012, apabila kegiatan
membangun sendiri dilakukan dengan luas bangunan 200 m2 atau lebih maka
dikenakan PNN membangun sendiri (PPN Pasal 16C) sebesar 10% x 20% x
jumlah biaya yang dikeluarkan. Hal ini berlaku mulai tanggal 22 novembe 2012.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demikianlah makalah tentang akuntansi perpajakan mengenai property


investasi yang kelompok kami buat,semoga dapat bermanfaat bagi pembelajaran
kita selanjutnya dan dapat berguna bagi kita di masa depan.
Properti investasi adalah property dalam bentuk asset berwujud tanah
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya yang dikuasai oleh
pemilik untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau keduanya tetapi
tidak untuk dugunakan dalam produksi atau penyediaan barang / jasa atau tujuan
administratif, atau untuk dijual dalam kegiatan sehari – hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno, Trisnawati Estralita. (2013). Akuntansi Perpajakan. Jakarata:


Salemba Empat

Santoso Budi. (2013). Provit Berlipat Dengan Investasi Tanah Dan Rumah.
Jakarta: PT Gramedia

11

Anda mungkin juga menyukai