Anda di halaman 1dari 26

3.

1 Pendahuluan
Kas dan setara kas biasanya dilaporkan dalam satu akun neraca. Kas mencerminkan
informasi tentang saldo uang kas yang ada di tangn maupun simpanan unag kas di bank yang
dimiliki perusahaan. Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek dan deposito yang
sangat likuid yang dapat dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu
yang sangat segera,
Kas merupakan asset yang paling lancer dibandngkan asset lainnya, oleh sebab itu
untuk mengamanknya diperlukan suatu system pengendalian internal yang baik dan ekstra
hati-hati. Rekonsilasi bank juga termasuk sebagai bagian dari pengendalian internal untuk
mengecek kebenaran atau kecocokan antara saldo menurut catatan perusahaan dengan catatan
menurut bank. Perusahaan perlu memperhatikan inforasi arus kas yang berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.

3.2 Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian Atas Kas


Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wasel pos dan simpanan di bank yang
bersedia untuk penarikan. Pada umumnya perusahaan membagi kas menjadi dua kelompok,
yaitu uang yang bersedia dikasir perusahaan dan uang yang tersimpan di bank.
Beberapa uang yang tersimpan di bank, umumnya perusahan tidak hanya memiliki
satu rekening bank saja tetapi beberapa rekening bank sekaligus pada saat yang bersamaan.
Sebagai contoh, minsalkan saja perusahan X yang memiliki empat macam rekening bank
yang erbeda. Rekening bank yang pertama secara khusus digunakan sebagai tempat
menampung seluruh hasil penerimaan tagihan dari pelanggan; rekening yang kedua
digunakan untuk keperluan membayar utang usaha ke supplier, rekening bank yang ketiga
digunakan khusus untuk keperluan pembayaran gaji; dan rekening bank yang keempat dibuka
secara khusus oleh perusahaan untuk keperluan pembayaran selain gaji dan utang usaha. Susa
uang kas perusahaan yang tidak tersimpan di bank umumnya tersedia di kasir perusahaan
untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relative kecil dan juga memenuhi
keperluan pembayaran khusus.
Kas merupakan asset yang paling lancer dibandingkan asset lainnya, oleh sebab itu
kas merupakan yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasim dan diselewengkan. Dalam
neraca, kas selalu disajikan pada urutan pertama, setelah itu barulah diikuti dengan akun
piutang usaha, dan seterusnya sesuai denan urutan tingakat likuiditasnya. Untuk
mengamankan kas dan menjamin keakrutan atas catatan akuntansi kas, pengendalian internal
yang efektif atas kas mutlak diperlukan.

3.3 Pengendalian Internal atas Penerimaan Kas


Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil kegiatan
normal bisnisnya, yaitu melalui penjualn tunai, ataupun sebagai hasil penagihan piutang
usaha dari pelanggan. Sedangkan penerimaan kas lainnya timbul dari kegiatan non
operosional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya adalah berasal dari
pendapatan bunga, sewa, dividen, setoran pemilik, hasil pinjaman bank, hasil penjualan asset
tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan dan penjualan saham, obligasi dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas penerimaan
kas :
1. Hanya karyawan tertentu saha yang secara khusu ditugaskan untuk menangani
penerimaan kas.
2. Adanya pemisahan tugas antara individu yang menerima kas. Mencatat/ membuka
penerimaankas dan yang menyimpan kas.
3. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen (sebagai bukti
transaksi), seperti slip berita pembayaran uang/ remittance advices, struk/cash register
records. Dan salinan bukti setor uang tunai ke bank.
Seluruh uang kas harian yang diterima perusahaan dipegan oleh depertemen kasir. Salinan
lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian yang telah disiapkan oleh
departemen kasir diserahkan ke departemen akuntansi untuk selanjutnya oleh bagian
akuntansi akan dipergunakan sebagai dasar pencatatan transaksi ke dalam junal. Lalu
dibuatkan buku besar, dan seterusnya sesuai tahapan yang ada dalam siklus akuntansi.
Sedangkan salinan lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian tadi yang telah
disiapkan oleh departemen kasir diserjalkan ke bagian keuangan. Dokumen asli yang memuat
ringkasan total penerimaan kas harian itu sendiri tetap akan disimpan di departemen kasir.

3.4 Pengendalian Internal atas Pembayaran Kas


Kas mungkin dikeluarkan untuk berbagai tujuan, minsalnya untuk membayar beban-
beban tertentu, utnuk membayar utang kepada pemasok, banker, atau pihak kreditor lainnya,
serta bias juga kas dikeluarkan untuk membeli asset.
Pengendalian internal atas pembayaran kas seharusnya memberikan jaminan yang
memadai bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk transaksi yang benar-benar telah
diotoritasi dengan semestinya. Disamping itu bedgetting juga dapat menjadi sebagai salah
satu alat control untuk memanstikan bahwa uang kas telah digunakan secara efisien, biasanya
manajer keuangan perusahaan secara berkala akan menyusun anggaran pengeluaran kas
dengan penuh hati-hati, dan nantinya pada setiap akhir periode kinerja dari anggaran
pengeluaran kas ini akan dievaluasi secara cermat untuk mengetahui lebih lanjut factor-faktor
penyebab terjadinya pengeluaran kas yang menyimpang jauh dari atau dluar anggaran.
Pengendalian Internal sesungguhnya juga harus dapat menjamin bahwa setiap kejadian
ekonomi yang sifatnya akan menghemat pengeluaran kas benar-benar telah dimanfaatkan
dengan semestinya untuk kepentinggan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi oknum
karyawan tertentu.
Untuk menjamin pengendalian internal yang baik maka pemisahan tugas sangat mutlat
diperlukan. Sudah dapat dipastikan apa yang akan terjadi apabila bagian pembelian juga
merangkat dengan bagian pembayaran dan pembukaan. Dalam hal ini kemungkinan besar
dapat dipastikan bahwa akan terjadi yang namanya employee fraud. Kalau pengendalian
internal tidak diterapkan dengan baik, maka tidak hanya potongan pembalian, tetapi potongan
dagang juga akan dapa dimanipulasi.
Seluruh cek yang diterima akan diserahkan ke departemen kasir, berikut remittance
advices dan daftar cek, kepala kasir, berdasarkan cek yang diterima berikut slip berita
peembayaran dan daftar cek akan mengisi formulir setoran bank dan membuat ringkasan total
penerimaan kas harian.
Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian ini akan diteruskan
oleh kepala kasir ke departemen akuntnasi sebagai dasar pencatatan atas trnasaksi
penerimaan uang lewat pos. bukti setor departemen kasir ke bank yang berupa salinan deposit
slip dan salinan lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian ke bagian keuangan.
Bagian keuangan lalu akan membandingkan antra salinan dari ringkasan total penerimaan kas
harian dengan salinan bukti setor bank. Atau bagian keuangan dapat juga membandingkan
antara salinan daftar cek yang dibuat oleh karyawan penerima cek dengan salinan bukti sector
bank. Pada akhirnya bagian keuangan akan memfotocopi salinan bukti setor bank tadi untuk
selajutnya diserahkan ke bagian akuntansi.

Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat Konter Penjualan


Hamper dapat dipastikan, kita semua pasti pernah atau bahkan telah peluhan kali
pergi berbelanja ke hypermarket/supermarket, minimarket. Department store, setail store,
atau fast food restaurants. Cobalah perhatikan pada saat kita hendak mulai membayar
bebalanjaan yang kita beli. Operator mesin register kas akan menghitung jumlah keseluruhan
nilai barang yang kita beli dengan cara memasukkan satu per satu setiap item belanjaan. Lalu
nilai setiap item bebalnjaan tersebut akan muncul dilayar monitor mesin register kas beserta
jumlah totalnya yang harus dibayar. Kita akan mebayar jumlah keseluruhan nilai belanjaan
kita berdasarkan struk yang telah dicetak dari mesin register kas tadi.
Dalam beberapa kasus, seperti konter-konter penjualan yang ada di correofour,
superindo, hero dan supermarket sejenis lainnya, klerek bahkan akan mengeidentifikasi kode
barang melalui mesin scanner yang kemudian secara otomatis memunculkan nama jenis
barang belnjaan beserta harganya dalam layar monitor.
Pada saat kita membayar, jangan lupa bahwa seharusnya kita memeriksa kembali
secara cermat setiap jumlah barang yang dibeli, dengan cara membandingkan antara data
yang terekam dalam struk dengan fisik barang belanjaan. Data bebelanjaan yang telah
terekam dalam mesin register kas dan dicetak dalam bentuk struk ini berguan sebagai alat
control, yang menjamin bahwa belanjaankita dibebankan denganbenar atau dengan kata lain
untuk memastikan keakuratan nilai belanjaan.
Pada awal shift, biasayanya supervisor akan memberikan modal kas awal kepada
setiap operator register kas untuk uang kembalian. Dana untuk uang kembalian ini akan
tersedia dalam laci masing klerek, pada umumny pihak perusahaantidak akanmentolerer
kekurangan yang terjadi dalam penghitungan fisik atas jumlah uang kas yang harus ada di
akhir shift tugas karyawan klereknya. Hal ini berarti bahwa kekurangan yang terjadi akan
menjadi tanggungan karyawan yang bersangkutan.
Apabila kekurangan yang terjadi memang dikarenakan system pembulatan ke bawah
yang diterapkan perusahaan, maka pihak perusahaan akan mencatat kekurangn kas tersebut
dalam sebuah akun, yaitu akun beban atas kekurangan penerimaan kas. Akan ini akan masuk
dalam laporan laba rugi sebagai beban operasional lainnya. Sebagai contoh ayat jurnal yang
perlu dibuat dalam pembukuan persahaan untuk mencatat beban kekurangan kas sebesar Rp.
400. Dimana besarnya total penjualan Rp. 4. 270.150,- sedangkan fisik uang kas actual yang
ada adalah hanya sebesar Rp. 4.268.750,-

Kas Rp. 4.269.750,-


Beban Kekurangan Kas 400,-
Penjualan Rp. 4.270.150,-

Sebaik jika perusahaan menerapkan kebajikan atau system pembulatas keatas, maka
akun “pendapatan atas kelebihan penerimaan kas” akan dikredit sebesar selisihnya. Akun ini
akan masuk dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasional lainnya.
Dalam praktik ada juga perusahaan yang menggunakan akun “ selisih penerimaan
kas” untuk membukukan baik kekurangan penerimaan kas maupun kelebihan penerimaan
kas.
Setelah uang kas diperiksa dan dihitung oleh supervisor , supervisor akan
mencatatnya kedalam sebuah laporan perhitungan kas dalam bentuk memo. Memo ini akan di
paraf, baik oleh klerek yang bersangkutan maupun supervesor. Memo yang telah diparaf ini
dan catatan register kas dari masing-masing klerek berikut uang kasnya kemudian diserahkan
ke departemen kasir. Kepal kasir berdasarkan uang kas yang diterima dari supervesor berikut
catatan register kas dan laporan perhitungan kas akan mengisi formulir setoran bank dan
membuat ringkasan penerimaan kas harian.
Salianan lembar pertama dari irngkasan total penerimaan kas harian ini akan
diteruskan oleh kapala kasir ke departemen akuntasnsi sebagai dasar pencatatan atas transaksi
penjualan harian. Bukti setor deoartemen kasir ke bank yang berupa salinan deposit slip dan
salinan lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian akan diserahkan kebagian
keuangan. Pada akhirnya, bagian keuangan akan memfotokopi salinan bukti setor bank tadi
untuk selanjutnya diserahkan kebagian akuntansi.

Pengendalian Atas Penerimaan Uang Lewat Pos


Dalam hal ini, uang diterima lewat kiriman pos ketika pelanggan membayar tagihan
mereka. Kas di sini biasanya dalam bentuk checks atau money orders. Cek akan diterima oleh
perusahaan bersamaaan dengan slip berita pembayaran uang/ remittance advices. Slip ini
biasanya merupakan bagian dari faktur tagihan yang telah dikirimkan pertama kali ke
pelanggan yang terjadi penjualan, yang kemudian dikembalikan lagi oelh pelanggan yang
terjadi penjualan, yang kemudian dikembalikan lagi oleh pelanggan yang bersangkutan
bersamaan dengan pembayarannya. Slip ini berisi keterangan pembayaran, yang memuat
mengenai tanggal penerbitan cek, nomor tagihan serta jumlah tagihan bersih setelah
dikurangi dengan potongan-potongan atau penyseuaian harga. Karyawan yang mebuka
kiriman ini seharusnya pertama kali mencocokkan antar jumlah kas yang diterima dengan
jumlah yang tertera dalam slip berita pembayaran. Sama seperti cash register record,
reniittance advices ini berfungsi sebagai catatan penerimaan kas pertama kalinya.
Pada umumnya pengendalian internal baru diterapkan oleh perusahaan dengan skala bisnis
ukurang menengah atas, yang dimana kegiatan operasional sudah semakin kompleks dan
jenjang otoritas mulai mulai semakin meluas. Penerapan atas pengendalian internal
mengharuskan perusahaan untuk mau tidak mau mengeluarkan tambahan biaya. Pada
prinsipnya mamfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian internal harus lebih
besar disbanding pengorbanan yang keluarkan.
Pada perusahaan kecil, seorang manajer mungkin dapat leluasa menandatangani setiap cek
tanpa limit otoritas. Sedangkan untuk perusahaan dengan skala bisnis ukuran menengah ke
atas, maka biasanya manajer keuangan atau kepala cabang memiliki batas-batas jumlah
tertenut dalam hal penandatanganan cek atau melakukan pembayaran.
Dalam praktik, banyak sekali tindakan-tindakan kecurangan yang terjadi sebagai akibat dari
lemahnya pengendalian internal. Masalah pengendalian internal lainnya yang tidak kalah
penting adalah mengenai masalah keabsahan dokumen. Seringkali dokumen bukti
pembayaran kas dimanipulasi. Contoh yang paling sering terjadi adalah melebih-lebihkan
jumlah penggantian atas biaya perjalanan dinas dan juga klaim atas penggantian biaya
kesehatan.
Secara garis besar berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal
atas pembayaran kas dengan menggunakan cek :
1. Hanya pejabat tertentu saja yang secar khusus memiliki otoritas untuk menandatangani
cek
2. Adanya pemisah tugas antra individu yang menyetujui pembayaran kas, melakukan
pembayaran kas, dan yang mencatat/membukukan pengeluaran kas
3. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak setiap cek harus dilampiri dengan
bukti tagihan.
4. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai dalam safe deposit box dan hanya satu orang
tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses yang membukannya cetak jumlah
ceka yang akan dibayarkan dan tujuan serta si penerima pembayaran dengan
menggunakan mesin cetak.
5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal. Bandingkan cek dengan
bukti tagihan dan cocokkanlah dengan laporan bank atau rekening Koran bulanan.
6. Faktur tagihan yang telah dibayar lunas harus segera diberi stempel “Lunas”.
3.5 Penggunaan Rekening Bank
Sebagian besar dari kita hamper dapat dipastikan sudah tidak asing lagi dengan
rekening bank. Penggunaan rekening bank sangat efektif terutama dalam menunjang
pengendalian atas kas. Perusahaan dapat mengamankan kasnya dengan cara menyimpannya
di bank. Selain itu, seperti telah disebutkan di atas bahwa seringkali perusahaan
memanfaatkan cek atau transfer uang lewat rekening bank untuk melakukan pemabayarn kas.
Pemamfaat rekening bank dapat mengurangi jumlah kas yang harus dibawa ke sana
ke mari, sekaligus memperkecil resiko terjadinya kehilangan atas uang kas. Disamping itu
memperkecil risiko terjadinya kehilangan atas uang kas. Disamping itu dengan rekening bank
memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh trnasaksi perusahaan yang melalui bank;
transaksi dicatat oleh perusahaan dan juga sekaligus bank. Hubungan yang ada antara
deposan dengan bank adalah hubungan timbal balik.
Cek adalah dokumen tertulis yang ditandatangani oleh deposan yang di mana
meminta bank untuk membayarkan sejumlah uang ke individu atau entitas tertentu. Ada tiga
pihak yang terlibat dalam proses penerbitan sampai pencairan cek, yaitu pembuat atau
penarik cek, bankm dan penerima cek. Pembuat atau penarik cek adalah orang yang
menandatangani atau menerbitkan cek dan meminta bank untuk melakukan pembayaran.
Bank adalah pihak dimana cek tersebut ditarik, sedangkan penerima cek adalah pihak dimana
cek tersebut terutang atau pihak dimana pembayaran ditujukan. Cek haruslah bernomor urut
tercetak, sehingga cek-cek tersebut tetap dapat denganmudah ditelusuri baik oleh pembuat
cek maupun bank. Biyet giro mirip dengan cek, bedanya adalah kalau cek dapat dicarikan
oleh si penerima cek pada saat waktu yang tidak ditentukan (kapan saja). Sedangkan bilyet
giro hanya dapat dicairkan pada saat tainggal jatuh temponya (sesuai waktu yang telah
ditentukan).

Laporan Bank (Rekening Koran)


Rekening Koran memuat hal yang sama dengan buku tabungan. Di dalamnya, sama-
sama memuat mengenai tanggal dan sandi transaksi, mutasi debet, mutasi kredit dan saldo.
Bedannya adalah kalau buku tabungan dibuka untuk nasabah perorangan, sedangkan
rekening Koran untuk nabasab corporate (entitas). Nasabah perorangan biasayan akan
mendatangi bank bersangkutan untuk mencetak transaksi bank yang terjadi ke dalam buku
tabungan, sedangkan untuk nasabah corporate biasanya rekingn Koran yang memuat
transaksi bulanan akan dikirim langsung oleh bank ke nasabah bersangkutan.
Dalam satu buku tabungan biasanya bias menampung rincian trnasaksi dari beberapa
periode. Sedangkan rekening Koran yang rutin dikirm oleh bank sifatnya bulanan. Setiap
bulan nasabah akan menerima rekening Koran yang meringkas seluruh transaksi bank selama
satu belan terakhir.
System akuntansi atau pencatatan yang ada dalam tabungan maupun rekening Koran
mewakili kepentingan bank. Perhatikanlah bahwa setiap setorang uang, kiriman uang masuk
serta endapatan bunga akan dicatat oleh bank bersangkutan diseblah kredit, baik dalam buku
tabungan maupun rekening Koran. Untuk transaksi-transaksi yang sifatnya menambah
kewajiban nasabahnya, seperti penarikan yang, beban administrasi, pajak dan cek yang
dikembalikan karena tidak cukup dana. Pada waktu bank menerima setoran cek dari
nasabahnya, maka bank akan menerbitkan nota kredit untuk nasabah yang bersangkutan, lalu
apabila ternyata setoran cek tersebut tidak ada atau tidak cukup dananya, maka bank akan
kembali menerbitkan nota debet atas nasabah bersangkuta untuk membatalkan nota kredit
yang tadi.

3.6 Rekonsiliasi Bank


Bagi nasabah perorangan, hamper dapat dipastikan tidak menyelenggarakan catatan
tersendiri atas saldo rekening banknya. Dalam hal ini nasabah bersangkutan biasaynya akan
mengandalkan pencatatan tunggal yang dilakukan oleh bank lewat buku tabungan, sedangkan
untuk nasabah corporae, seperti yang telah disinggung atas bahwa dengan rekening bank
akan memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh transaksi perusahaan yang melalui
bank, yang artinya bahwa transaksi akan dicatat baik oleh perusahaan dan juga sekaligus oleh
bank.
Untuk tujuan pengendalian internal, begitu perusahaan menerima rekening Koran
bulanan maka perusahaan akan mengecek kebenaran atau kecocokan saldo rekeningnya.
Untuk rekonsilasi dua kolom, ditampilkan laporan atau penyajiannya akan dibagi menjadi
dua bagian. Sisi pertama memuat mengenai rincian koreksi atas saldo akhir cash in bank
menurut catatan bank, sedangkan sisi yang satunya lagi memuat rincian koreksi atas saldo
akhir cash in bank menurut catatan perusahaan; proses rekonsiliasi akan berakhir apabila
masing-masing saldo akhir cash in bank dari dua sisi telah sama.
Berikut ini beberapa penyebab timbulnya perbedaan saldo antara catatan menurut perusahaan
dengan rekening Koran yang diterbitkan oleh bank :
1. Deposits In Transit (setoran dalam perjalanan)
Setoran yang telah diperhitungkan dalam catatan perusaah sebagai penambah saldo
cash in bank, tetapi belum masuk dalam catatan rekening Koran.
Untuk tujuan rekonsliasi bank, setoran dalam perjalan ini sifatnya akan mengoreksi
besarnya saldo cash in bank menurut rekening Koran.
2. Outstanding Checks (cek yang masih beredar).
Untuk tujuan rekonsiliasi bank, cek yang masih beredar ini sifatny akan mengoreksi
besarnya saldo cash in bank menurut rekening Koran.
3. Not Sufficient Fund Check (cek tidak cukup dana)
Untuk tujuan rekonsiliasi, cek yang dikembalikan oleh bank karena tidak cukup dana
ini sifatnya akan mengoreksi kembali besarnya saldo cash in bank menurut caatan
perusahaan. Dalam pembukaan cek tidak dana ini lalu akan dibebankan kembali ke
pelanggan bersangkutan, yaitu dengan cara memunculkan kembali akun piutang usaha
dan mengkredit akun cash in bank.
4. Notes Plus Interest Collected by Bank (Penagihan piutan wesel beserta bunganya
lewat bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan perusahaan.
Untuk tujuan rekonsiliasi atas saldo cash in bank dimana piutang wesel ditagih, maka
perusahaan dalam pembukuannya akan menambah saldo cash in bank menurut catatan
perusahaan agar supaya sama dengan catatan bank.
5. Interest Income (bunga bank atas saldo rekening perusahaan yang mengendap
atau sering dikenal sebagai jasa giro) yang belum dicatat dalam jurnal
pembukuan perusahaan.
Untuk tujuan rekonsiliasi atas saldo cash in bank dimana jasa giro dihasilkan, maka
perusahaan dalam pembukuaannya akan menambah saldo cash in bank menurut
catatan perusahaan agar supaya sama dengan catatan bank. Jadi dalam hal ini banklah
yang pertama kalai mengetahui terlebih dahulu dan mengkredit jumlah jasa giro
tersebut ke dalam rekening perusahaan, sehingga untuk kecocokan saldo maka pihak
perusahaanlah yang dalam pembukuannya harus mengoreksi saldo cash in bank
catatannya. Caranya adalah dengan mendebet akun cash in bank dan mengkredit akun
pendapatan bunga sebesar jasa giro yang diperoleh.
6. Bank Service Charges (biaya jasa bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau
pembukuan perusahaan.
Untuk tujuan rekonsiliasi atas saldo cash in bank dimana biaya admistrasi dibebankan,
maka perusahaan dalam pembukuannya akan mengurangi saldo cash in bank menurut
catatan perusahaan agar supaya sama dengan catatan bank.
7. Error In Recording (Kesalahan Dalam Pencatatan)

Kesalahan dalam pencatatan bisa saja terjadi baik dilakukan oleh bank maupun
perusahaan. Perusahaan hanya akan membuat jurnal koreksi dalam pembukuannya, apabila
kesalahan pencatatan dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri.

Untuk tujuan rekonsiliasi bank, jika jumlah tertentu telah sala dicatat oleh perusahaan,
maka selisih jumlah kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau dikurangkan dari saldo
cash in bank menurut catatan perusahaan, disertai dengan pembuatan jurnal koreksi.
Demikan juga jika jumlah tertentu telah salah (keliru) dicatat oleh bank, maka selisih jumlah
kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau dikurangkan sari saldo cash in bank menurut
catatn bank, tanpa perlu membuat jurnal koreksi dalam pembukuan perusahaan.

Sebagai contoh kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan, misalkan saja
bahwa pembayaran utang ke supplier dengan menggunakan cek sebesar Rp. 20.560.000,
ternyata telah salah dicatat oleh bagian akuntansi perusahaan dalam pembukuan sebesar Rp.
20.650.000. dalam hal ini untuk tujuan rekonsiliasi bank, perusahaan akan menambahkan
kembali saldo cash in bank menurut catatan perusahaan sebesar Rp. 90.000. Lalu
perusahaan dalam pembukuannya akan membuat jurnal koreksi dengan cara mendebet akun
cash in bank dan mengkredit akun utang usaha sebesar Rp. 90.000. Bisa juga terjadi bahwa
pembayaran utang ke supplier dengan menggunakan cek sebesar Rp. 20.560.000 namun
ternyata telah salah dicatat oleh bagian akuntansi perusahaan dalam pembukuan sebesar Rp
20.500.000. dalam hal ini untuk tujuan rekonsiliasi, perusahaan akan mengurangkan lagi
saldo cash in bank menurut catatan perusahaan sebesar Rp 60.000. Lalu perusahaan dalam
pembukuannya akan membuat jurnal koreksi dengan cara mendebet akun utang usaha dan
mengkredit akun cash in bank sebesar Rp 60.000.

Sedangkan contoh kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank, misalkan saja
bahwa setoran perusahaan sebesar Rp 5.000.000 namun telah salah didebit bank sejumlah
yang sama, seolah-olah dianggap sebagai penarikan. Dalam hal ini untuk tujuan rekonsiliasi,
perusahaan akan menambahkan saldo cash in bank menurut catatan bank sebesar dua
kalinya yaitu Rp 10.000.000. perusahaan dalam pembukuannya tidak akan membuat jurnal
koreksi. Bisa juga terjadi bahwa penarikan yang dilakukan oleh perusahaan lain sebesar Rp
5.000.000, namun didebit ke rekening perusahaan. Dalam hal ini untuk tujuan rekonsiliasi,
perusahaan akan menambahkan saldo cash in bank menurut catatan bank sebesar Rp
5.000.000. perusahaan dalam pembukuannya juga tidak akan membuat jurnal koreksi.

Ilustrasi rekonsiliasi bank:

PT. Kencana Mulia tela mengumpulkan data sebagai berikut yang diperlukan untuk
menyusun rekonsiliasi bank per tanggal 31 juli 2008:

a) Saldo menurut perusahaan Rp 25.100.000 sedangkan saldo menurut bank Rp


24.900.000
b) Bank telah menagih untuk PT Kencana Mulia sebuah wesel tagih berikut bunganya
sebesar Rp 4.700.000. Nilai nominal wesel tersebut adalah Rp 4.500.000. Dalam hal
ini pihak bank membebankan biaya penagihan sebesar Rp 50.000 kepada PT Kencana
Mulia.
c) Setoran uang pada tanggal 31 Juli 2008 sebesar Rp 7.498.400 belum tampak dalam
rekening Koran bank bulan Juli 2008.
d) Bank telah keliru membebankan pengeluaran cek PT Kencana Mula sebesar Rp
401.600 ke dalam rekening PT Kencana Mulia.
e) Cek yang telah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi belum jga diuangkan oleh supplier
sampai dengan akhir bulan juli 2008 sebesar Rp 8.800.000.-
f) Pembayaran hutang kepada kreditur sebaesar Rp 825.000.- telah keliru dicatat dalam
pembukuan perusahaan. Bagian Akuntansi PT Kencana Mulia mencatat akun kas
disebelah debet dan akun hutang disebelah kredit dalam jurnal.
g) Cek dari pelangggan yaitu PT Lonely Green sebesar Rp 4.228.000.- ditolak oleh bank
karena tidak ada dananya.
h) Penerimaan uang sebagai hasil dari penagihan ke pelanggan sebesar Rp 797.600.-
telah keliru dicatat oleh bagian akuntansi perusahaan sebesar Rp 779.600.-
i) Bank telah membebankan biaya administrasi sebesar Rp 120.000.- kedalam rekening
perusahaan tetapi hal ini belum dicatat oleh bagian akuntansi perusahaan.
j) Bank telah mengkredit rekening perusahaan untuk jasa giro bulan Juli 2008 Rp
230.000.- tapi hal ini belum dicatat oleh bagian akuntansi perusahaan.

Diminta :

a) Buatlah rekonsiliasi saldo Bank dan saldo buku untuk mencari saldo cash in bank
yang benar pada 31 Juli 2008!
b) Membuat ayat Jurnal yang diperlukan!

Solusi
PT Kencana Mulia

Rekonsiliasi Bank

31 Juli 2008

Saldo menurut catatan bank................................... 24.900.000


Kesalahan dalam pencatatan................................... 401.600
Setoran dalam perjalanan........................................ 7.498.400
Cek yang masih beredar.......................................... ( 8.800.000 )
Saldo bank yang benar....................................................................... 24.000.000
Saldo menurut catatan perusahaan......................... 25.100.000
Piutang wesel dan bunga ditagih oleh bank........... 4.700.000
Kesalahan dalam pencatatan................................... 18.000
Jasa giro.................................................................. 230.000
Kesalahan dalam pencatatan................................... 1.650.000
Cek tidak cukup dana............................................. ( 4.228.000 )
Biaya penagihan...................................................... ( 50.000 )
Biaya administrasi................................................... ( 120.000 )
Saldo buku yang benar...................................................................... 24.000.000
Utang Usaha 1.650.000
Kas di Bank 1.650.000

Piutang Usaha 4.228.000


Kas di Bank 4.228.000

Kas di Bank 4.700.000


Piutang Wesel 4.500.000
Pendapatan Bunga 200.000

Kas di Bank 18.000


Piutang Usaha 18.000

Kas di Bank 230.000


Pendapatan Bunga 230.000

Beban Administrasi Lainnya 170.000


Kas di Bank 170.000

Untuk kepentingan audit atas saldo cash in bank, biasanya rekonsiliasi bank yang digunakan
adalah rekonsiliasi empat kolom, sebagai pembuktian atas saldo akhir cash in bank periode
berjalan (proof of cash). Dalam penyusunan rekonsiliasi empat kolom, dibuat kolom-kolom
secara terpisah untuk rekonsiliasi awal, setoran atau pemasukan, penarikan atau pengeluaran,
dan rekonsiliasi akhir. Dengan demikian, pendekatan empat kolom sesungguhnya merupakan
dua rekonsiliasi dalam satu laporan.

Kolom pertama berisikan rekonsiliasi pada akhir periode yang lalu. Besarnya setoran menurut
rekening koran (catatan bank) atau pemasukan menurut buku (catatan perusahaan) selama
periode akan ditambahkan ke saldo rekonsiliasi awal, dan penarikan menurut rekening koran
(catatan bank) atau pengeluaran menurut buku (catatan perusahaan) selama periode akan
dikurangkan untuk mendapatkan besarnya saldo rekonsiliasi akhir. Setoran atau pemasukan
akan direkonsiliasi dalam kolom kedua, sedangkan penarikan atau pengeluaran di kolom
ketiga. Jumlah-jumlah harus direkonsiliasi baik secara vertikal maupun horizontal agar saldo
akhir menurut catatan bank dan perusahaan sesuai. Sebagai kesimpulan, empat kolom yang
dimaksud adalah merinci masing-masing saldo akhir cash in bank (baik saldo akhir menurut
catatan bank maupun perusahaan) dengan cara menambahkan jumlah total setoran atau
pemasukan kas selama periode berjalan ke masing-masing saldo awal cash in bank
bersangkutan, serta mengurangkannya dengan jumlah total penarikan atau pengeluaran kas
selama periode berjalan.
Berikut aalah contoh yang menggambarkan penyusunan laporan rekonsiliasi bank dalam
bentuk empat kolom. Berdasarkan catatan PT. Happy Mall dan rekening koran bank
diperoleh data sebagai berikut:

Saldo kas di Bank awal Agustus 2010:


Menurut catatan perusahaan..............................................................................Rp 100.000.000
Menurut rekening koran.....................................................................................Rp 120.000.000

Penerimaan dalam bulan Agustus 2010:


Menurut catatan perusahaan..............................................................................Rp 147.500.000
Menurut rekening koran.....................................................................................Rp 120.000.000

Pengeluaran dalam bulan Agustus 2010:


Menurut catatan perusahaan..............................................................................Rp 117.300.000
Menurut rekening koran.....................................................................................Rp 140.000.000

Saldo kas di Bank akhir Agustus 2010:


Menurut catatan perusahaan..............................................................................Rp 130.200.000
Menurut rekening koran.....................................................................................Rp 100.000.000

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap buku kas perusaaan dan laporan rekening koran
bank diperoleh informasi penyebab terjadinya perbedaan, yaitu sebagai berikut:
a. Setoran pada tanggal 31 juli sebesar Rp 40.700.000 baru dibukukan oleh bank pada
tanggal 1 Agustus.
b. Setoran pada tanggal 29 Agustus sebesar Rp 72.000.000 belum masuk dalam rekening
koran bank bulan agustus.
c. Pada tanggal 31 agustus (sore hari) diterima kas sebagai pelunasan piutang dari
pelanggan sebesar Rp 6.800.000 di mana oleh kasir disetorkan ke bank pada keesokan
harinya.
d. Hasil penagihan piutang pada tanggal 12 agustus sebesar Rp 6.500.000 telah keliru
dicatat oleh perusahaan sebagai penerimaan kas sebesar Rp 5.600.000.
e. Hasil penagihan piutang lewat bank pada tanggal 16 agustus sebesar Rp 7.500.000
berikut beban inkaso sebesar Rp 100.000 belum dicatat oleh perusahaan.
f. Cek yang masih beredar pada akhir bulan juli sebesar Rp 60.000.000 sudah dicairkan
oleh pemegangnya pada bulan agustus, sedangkan pada akhir bulan agustus besarnya
cek yang masih beredar Rp 39.800.000.
g. Pendapatan jasa giro bulan juli sebesar Rp 1.000.000 dicatat oleh perusahaan pada
tanggal 3 agustus, sedangkan pendapatan jasa giro untuk bulan agustus sebesar Rp
3.200.000 baru dicatat oleh perusahaan pada tanggal 2 september.
h. Biaya administrasi bank bulan juli sebesar Rp 300.000 dicatat oleh perusahaan pada
tanggal 3 agustus, sedangkan biaya administrasi bank untuk bulan agustus sebesar Rp
200.000 dicatat oleh perusahaan pada tanggal 2 september.
i. Setoran cek yang diterima dari pelanggan pada tanggal 12 agustus sebesar Rp
2.500.000 ternyata tidak ada dananya.
Diminta:
a) Buatlah rekonsiliasi saldo bank dan saldo buku untuk mencari saldo cash in bank
yang benar per tanggal 31 Agustus 2010! (dalam bentuk empat kolom)
b) Membuat ayat jurnal koreksi yang diperlukan!

Solusi:

PT. Happy Mall


Rekonsiliasi Bank
31 Agustus 2010
Setoran Penarikan Rekonsiliasi
Rekonsiliasi
atau atau Akhir 31
Awal 31 Juli
Pemasukan Pengeluaran Agustus

Saldo menurut catatan bank 120.000.000 120.000.000 140.000.000 100.000.000


Setoran dalam perjalanan
31 Juli 40.700.000 (40.700.000)
31 Agustus 72.000.000 72.000.000
Cek yang masih beredar
31 Juli (60.000.000) (60.000.000)
31 Agustus 39.800.000 (39.800.000)
Kas yang belum disetorkan 6.800.000 6.800.000
Saldo bank yang benar 100.700.000 158.100.000 119.800.000 139.000.000

Saldo menurut catatan perusahaan 100.000.000 147.500.000 117.300.000 130.200.000


Biaya administrasi bank
31 Juli (300.000) (300.000)
31 Agustus 200.000 (200.000)
Piutang usaha yang ditagih oleh bank 7.500.000 7.500.000
Beban inkaso 100.000 (100.000)
Pendapatan jasa giro
31 Juli 1.000.000 (1.000.000)
31 Agustus 3.200.000 3.200.000
Cek tidak cukup dana 2.500.000 (2.500.000)
Kesalahan dalam pencatatan 900.000 900.000
Saldo buku yang benar 100.700.000 158.100.000 119.800.000 139.000.000

Ayat jurnal koreksi:

Beban Administrasi Lainnya 200.000


Kas di Bank 200.000

Kas di Bank 7.400.000


Beban Administrasi Lainnya 100.000
Piutang Usaha 7.500.000

Kas di Bank 3.200.000


Pendapatan Bunga
3.200.000
Piutang Usaha 2.500.000
Kas di Bank 2.500.000

Kas di Bank 900.000


Piutang Usaha 900.000
Dana Kas Kecil
Seperti telah di singgung di atas, bahwa pada umumnya pengendalian internal atas
pengeluaran kas akan lebiah efektif ketika pembayaran akan dilakuakan dengan
menggunakan cek atau tranfers lewat rekening bank, dari pada melibatkan uang kas secara
langsung. Pengecualian dibuat untuk pengeluaran – pengeluaran tertentu yang jumlahnya
relatif kecil, dimana pengeluaran – pengeluaran ini dabat dibiayai langsung dengan
menggunakan dana kas kecil ( petty cash fund ). Akan menjadi tidak praktis apa bila
perusahaan menggunakan cek atau tarnsfer lewat rekening bank hanya untuk membayar
pengeluaran – pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, seperti misalnya untuk membeli
prangko, vas bunga, alas meja tamu yang di front office, membayar langgana koran ( secara
harian ) ongkos tanfortasi untuk menjenguk salah satu kariyawan yang sedang sakit, dan lain
sebagainya.

Alsan perlu dibuatnya ( dibentuknya ) sebah sistem dana kas kecil adalah bahwa
pembayaran – pembayaran yang jumlah relatif kecil ini, yang sering terjadi, mungkin pada
akhirnya juga menjadi jumlah tertentu yang cukup signifikan jikla ditotal. Oleh sebab itu agar
pengeluaran- pengeluaran ini dapat tetap dimonitor ddengan baik maka pengendalian internal
multak diperlukan, caranya adalah membentuk sistem dana kas kecil.

Dana kas kecil pertama kali di bentuk dengan cara mengestimasi terlebih dahulu
jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakuakn pembarayaran – pembayaran sepanjang
interval priode tertentu, bisa mingguan atau bulanan. Setelah estimasi kebutuhan kas disetujui
oeleh pejabat yang berwenang ( biasanya oleh menejer atau direktur keuangan ), cek akan
dibuat dan dicairankan sebesar jumlah estimasi yang telah disetujui tadi. Ayat jurnal atas
pembentukan dana kas kecil ini dibuat dengan cara mendebat akun kas kecil dan mengkredit
akun kas ( cash in bank ).

Uang hasil pencairan tersebut lalu di simpan oleh seorang karyawan yang memang
secara khusus ditunjukkan dan diberikan wewenang atas nama perusahaan untuk
membayarkan kas dari dana kas kecil tadi. Untuk tujuan pengendalian, perusahaan biasanya
akan membatasi jumlah maksimum tertentu dan jenis – jenis pembayaran yang boleh
dilakuan atas dana kas kecil. Kebanyakan dana kas kecil dibentuk atas dasar jumlah yang
tetap, yang dinamkan sebagai sistem dana tetap ( inprest fund system ). Dengan menggunkan
sistem ini, tidak ada ayat jurnal tambahan yang diperlukan atas akun kas kecil, kecuali
manajemen perusahaan memang bermaksud untuk mengubahnya ( menambah atau
mengurangi ) jumlah kas kecil yang sudah di bentuk.
Setiap kali kas kecil dibayarkan, karyawan yang menangani dana kas kecil tadi akan
mencatat setiap rincian dalam masing – masing formulir penerimaan kas kecil ( petty cash
rreceipt atau petty cash voucher ) yang bernomor urut cetak dan ditandatangani baik oleh
karyawan yang bersangkuatan (karyawan yang membayarkan/menangani kas kecil) maupun
pihak yang menerima pembayaran atas kas kecil. Formulir yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak nini berisi mengenai tanggal dn jumlah pembayaran, dan nama akaun yang akan
dibebankan ( misalnya saja bahwa kas kecil yang dibayarkan untuk membeli vas bungan akan
di bedakan ke dalam akun beban lainya; demikian juaga kas kecil yang dikeluarkan untuk
ongkos angkut pembelian barang dengan akan dibebankan ke dalam freight – in/ongkos
angkut masuk; dan seterusnya ).

Seluruh dokumen pendukung ( seperti faktur tagihan ) harus di lampirkan dengan


formulir penerimaan kas lecil. Sepanjang wktu besarnya penggunaan dana kas kecil ( seperti
tercamtum dalam petty cash receipt ) ditambah dengansisa kas yang masih ada dalam dana
kas kecil, jumlah harus sama dengan total dana kas kecil yang pertama kali dibentuk. Untuk
menjamin pengendalian internal atas jumlah dana kas kecil ini, perlu adanya pemeriksaan
secara tiba – tiba yang dilakukan oleh orang yang independen ( aodditor ninternal ) untuk
memastikan dana kas kecil di kelola dengan baik ( tidak dimanipulasi atau diselewengkan).

Dengan sistem dana tetap, tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat
pembayaran kas kecil. Efek akuntansi dari setiap pembayaran kas kecil baru akan diakui atau
dicatat dal pembukuan (melalui jurnal akuntansi) ketika kas kecil yang telah dibayarkan
tersebut diisi kembali. Dana kas kecil akan diisi kembali pada interval periode tertentu atau
ketika jumlah uang yang ada dalam dana kas kecil telah mencapai tingkat minimum.

Permintaan pengisian atau penggantian kembali kas kecil, sebesar jumlah kas kecil yang telah
dibayarkan (seperti yang tercantum dalam petty cash receipt), dilakukan atas inisiatif
karyawan kas kecil bersangkutan (petty cash custodian). Seluruh petty cash receipt beserta
dokumen pendukungnya akan diajukan kebagian keuangan untuk selanjutnya diverifikasi
mengenai kelayakan dan keabsahan pembayaran kas kecil telah dilakukan oleh petty cash
custodian. Jika tidak ada masalah, bagian keuangan lalu akan menyetujui permintaan
pengisian atau penggantian kembali kas kecil yang diajukan oleh petty cash custodian dan
cek akan dibuat sebesar jumalah penggantian tersebut. Pada saat bersamaan, seluruh
dokumen pendukung akan diberi stempel “Lunas” untuk menghindari terjadinya pembayaran
berganda atau diuangkannya kembali faktur tagihan. Pengisian kembali kas kecil akan
menjadikan dana kas kecil kembali ke jumlah semula yang dibentuk. Ketika dana kas kecil
diisi kembali, seluruh akun yang dibebankan atas pengeluaran kas kecil (seperti akun beban
lain-lain, akun ongkos angkut masuk, dan seterusnya) seperti yang tercantum dalam petty
cash receipt akan didebit dan mengkredit akun kas (cash in bank).

Jurnal pembentukan dana kas kecil:

Kas kecil xxx


Kas xxx

Jurnal pembayaran dana kas kecil:

Tidak ada ayat jurnal (No Entry)

Jurnal pengisian kembali dana kas kecil:

Ongkos Angkut Masuk xxx


Beban Lainnya xxx
Kas xxx

Perhatikan bahwa dengan menggunakan sistem dana tetap, akun kas kecil hanya akan
dibuat (didebit) pada saat pembentukan dana kas kecil. Akun kas kecil tidak akan dipengaruhi
oleh jurnal pengisian kembali dana kas kecil. Ingat juga bahwa kas kecil yang akan diisi
kembali hanyalah sebesar jumlah pengeluaran yang telah diringkas dal petty cash receipt.

Jika terjadi selisih pembayaran karena pembulatan, maka dalam jurnal pengisian
kembali dana kas kecil, akun “bebas atas kelebihan pembayaran kas” akan didebit atau
sebaliknya akun “pendapatan atas kekurangan pembayaran kas: akan dikredit. Dalam laporan
laba rugi, akun “bebas atas kelebihan pembayaran kas” ini akan dilaporkan sebagai beban
lain-lain, sedangkan akun “pendapatan atas kekurangan pembayran kas” akan dilaporkan
sebagai pendapatan lain-lain. Sebagai contoh, misalkan bahwa besarnya pengeluaran kas
kecil seperti yang dilaporkan dalam petty cash receipt adalah Rp 1.700.600. Dengan asumsi
bahwa dana kas kecil yang pertama kali telah dibentuk adalah sebesar Rp 2.000.000 dan sisa
kas kecil yang ada saat ini adalah hanya sebesar Rp 299.000 (seharusnya Rp 299.400) maka
terdapat selisih kelebihan pembayaran kas sebesar Rp 400. Hal ini berarti bahwa permintaan
pengisian kembali dana kas kecil akan menjadi sebesar Rp 1.701.000.

Dalam praktik, ada juga perusahaan yang menggunakan akun “selisih pembayaran
kas” untuk membukukan baik kelebihan pembayaran kas maupun kekurangan pembayaran
kas (di mana akun selisih pembayaran kas akan didebit jika terjadi kelebihan pembayaran
kas, dan sebaliknya akun selisih pembayaran kas akan dikredit jika terjadi kekurangan
pembayran kas).

Sebagai alternatif dari imprest fund system, perusahaan dapat juga menggunakan metode
sistem dana kas tidak tetap (fluctuating fund system) dalam melakukan pencatatan atau
pembukuan atas dana kas kecilnya. Berikut adalah ayat jurnal yang perlu dibuat apabila
perusahaan memilih untuk menggunakan metode sistem dana kas tidak tetap:

Jurnal pembentukan dana kas kecil:

Kas kecil xxx


Kas xxx

Jurnal pembayaran dana kas kecil:

Ongkos Angkut Masuk xxx


Beban Lainnya xxx
Kas xxx

Jurnal pengisian kembali dana kas kecil:

Kas kecil xxx


Kas xxx

3.8. laporan Arus Kas

Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba dan informasi mengenai laba
merupakan indicator yang baik untuk menentukan atau menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Laporan arus kas dibutukan karena:

a) Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang


sesungguhnya
b) Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama perusahaan selama periode
tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini
c) Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang

Laporan arus kas merinci sumber penerimaan maupun bpengeluaran kas berdasarkan
aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Informasi apa pun yang kita ingin ketahui
mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu tersaji secara ringkas leawt laporan arus
kas ini. Laporan arus kas juga dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis apakah
rencana perusahaan dalam hal investasi maupun pembiayaan telah berjalan sebagaimana
mestinya.

Laporan keuangan utama terdiri atas laporan laba rugi, laporan laba ditahan (untuk
perusahaan perseroan), neraca dan laporan arus kas. Laporan laba rugi menunjukkan
besarnya jumlah laba bersih dan tidak menunjukkan jumlah kas yang dihasilkan dari aktivitas
operasi. Laporan laba ditahan menunjukkan besarnya dividen tunai yang diumumkan oleh
investee kepada investor sepanjang periode berjalan., bukan besarnya dividen tunai yang
dibayarkan. Neraca komperatif menunjukkan besarnya penambahan asset tetap yang terjadi
selama periode berjalan, namun tidak menunjukkan bagaimana penambahan asset tetap
tersebut dibiayai. Demikian juga dalam neraca komperatif menunjukkan adanya penambahan
jumlah lembar saham biasa yang beredar dan penurunan jumlah utang obligasi tersebut
dibiayai. Dengan laporan arus kas, informasi mengenai dari mana saja sumber penerimaan
kas dan untuk apa saja kas di keluarkan akan tersaji secara rinci.

Laporan arus kas akan memberikan informasi yang berguna mengenai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi
kewajiban dan membayar dividen. Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk
mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung dan merencanakan aktivitas
investasi dan pembiayaan di masa akan dating. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditor
dan investor dalam menilai tigkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba (keuntungan). Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pembayaran kas di klasifikasikan
menurut tiga kategori utama, yaitu aktivitas operasi , investasi dan pembiayaan.

Penerimaan kas dari penjualan barang atau pemberian jasa merupakan sumber arus kas
masuk yang utama. Penerimaan kas lainnya berasal dari pendapatan bunga, dividend an
penjualan sekuritas yang diperdagangkan. Sedangkan arus kas keluar meliputi pembayaran
untuk membeli barang dagang, membatar gaji/upah, beban pajak, bunga, beban utilitas, sewa
dan pembelian sekuritas yang diperdagangkan. Pendapatan bunga dan dividen dilaporkan
dalam laporan laba/rugi bersih, sehingga kas yang diterima dari pendapatan bunga dan
dividen akan dilaporkan dalam laporan arus kas dari aktivitas operasi, bukan aktivitas
investasi.

Yang termasuk sebagai aktivitas investasi adalah membeli atau menjual tanah.
Sedangkan aktivitas pembiayaan meliputi transaksi-transaksi yang dimana kas diperoleh atau
dibayarkan kembali ke pemilik dana (investor) dan kreditor, selain itu yang termasuk
aktivitas pembiayaan adalah meliputi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka
panjang maupun ekuitas (modal) perusahaan. Pembayaran utang lancer tidak tergolong
sebagai aktivitas pembiayaan, melainkan aktivitas operasi.

Untuk perusahaan yang baru berdiri dan sedang dalam proses pertumbuhan,
memerlukan arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan (seperti menerbitkan obligasi atau
saham) untuk melakukan aktivitas dan mensubsidi arus kas operasi yang masih negative.
Sedangkan untuk perusahaan yang telah berhenti pertumbuhannya dan focus pada
mempertahankan posisi, arus kas dari aktivitas operasi cukup tersedia untuk membiayai
penggantian asset tetap dan membayar dividen kepada investor.

Beberapa aktivitas investasi dan pembiayaan tidak mempengaruhi arus kas


perusahaan (non cash investing and financing activities). Sebagai contoh dari aktivitas
investasi dan pembiayaan yang tidak mempengaruhi arus kas adalah penerbitan saham biasa
atau surat utang dalam rangka pembelian asset tetap, konversi obligasi menjadi saham biasa,
pertukaran asset tetap dan penerbitan saham biasa untuk ditukar dengan saham prefen
konvertebel.

Arus kas yang paling utama dari perusahaan adalah terkait dengan aktivitas operasi.
Ada dua metode yang dapat digunakan di dalam menghitung dan melaporkan jumlah arus kas
bersih dari aktivitas operasi, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Kedua
metode tersebut akan menghasilkan angka kas yang sama. Namun, metode yang paling sering
digunakan dalam praktik pelaporan keuangan adalah metode tidak langsung.

Metode langsung (atau disebut juga metode laporan laba rugi) pada hakekatnya
adalah menguji kembali setiap item (komponen) laporan laba rugi dengan tujuan untuk
melaporkan berapa besar kas yang diterima atau yang dibayarkan terkait dengan setiap
komponen dari laporan laba rugi tersebut

Metode tidak langsung (atau disebut juga metode rekonsiliasi) dimulai dengan angka
laba/rugi bersih. Sebagaimana yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan menyesuaikan
besarnya laba/rugi bersih tersebut (yang telah diukur atas dasar akrual) denga item-item yang
tidak mempengaruhi arus kas.

Penyesuaian-penyesuaian tersebut terdiri atas :


1. Pendapatan dan beban yang tidak mnelibatkan arus kas masuk atau arus kas
keluar. Contohnya; amortisasi premium/diskonto investasi obligasi, beban
penyisihan piutang ragu-ragu, beban penyusutan asset tetap, beban amortisasi
asset tidak berwujud dan beban amortisasi premium/diskonto utang obligasi
2. Keuntungan dan kerugian yang terkait dengan aktivitas investasi atau pembiayaan,
contohnya; keuntungan/kerugian penjualan asset tetap, keuntungan/kerugian
penjualan investasi dalam saham dan keuntungan/kerugian atas penebusan
kembali utang obligasi.
3. Perubahan dalam asset lancer (selain kas) dan kewajiban lancar sebagai hasil dari
transaksi pendapatan dan beban yang tidak mempengaruhi arus kas. Contohnya;
perubahan dalam saldo piutang usaha, persediaan barang dagang, biaya dibayar
dimuka, utang usaha, utang gajii/upah, utang bunga, dan utang pajak penghasilan
Perubahan yang terjadi dalam saldo utang dividen (meskipun termasuk sebagai
kewajiban lancar) tidak diperhitungkan dalam melaporkan arus kas bersih dari
aktivitas operasi, mengingat bahwa utang dividen timbul sebagai akibat dari
aktivitas operasi. Mengingat bahwa utang dividen timbul sebagai akibat dari
aktivitas pembiayaan perusahaan da besarnya dividen yang diumumkan tidak
mempengaruhi besarnya laba/rugi bersih.

Baik metode langsung upun metode tidak langsung akan menghasilkan angka kas
yang sama, yaitu jumlah arus kas bersih yang sama yang dihasilkan oleh (atau yang
digunakan dalam) aktivitas operasi perusahaan.

Metode tidak langsung melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba/rugi
bersih tersebut dengan pendapatan dan beban yang tidak melibatkan penerimaan atau
pembayaran kas.

Dengan menggunakan metode tidak langsung, data yang diperlukan untuk


melaporkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dengan segera eroleh (tanpa dianalisa
lebih lanjut)) lewat laporan laba rugi dan neraca komparatif.

Banyak pemakai laporan keuangan yang menyukai metode langsung karena metode
ini melaporkan secara langsung sumber arus kas masuk dan arus kas keluar tanpa harus
dibingungkan dengan masalah penyesuaian terhadap besarnya laba/rugi bersih. Jadi, dengan
metode langsung para pemakai laporan keuangan akan dapat secara langsung memperoleh
informasi mengenai dari mana saja sumber arus kas masuk dan untuk apa saja kas
dikeluarkan.

3.9 Akuntansi Pajak

Sebagaimana telah dijelaskan dalam akuntansi komersial, kas merupakan asset yang
paling lancer, yang meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos dan simpanan uang kas
dibank yang tersedia untuk penarikan.kas mencerminkan informasi tentang saldo uang kas
yang ada ditangan maupun simpanan uang kas dibank yang dimiliki perusahaan, sedangkan
setara kas adalah investasi jangka pendek dan deposito yang sangat likud yang dapat
dikonversikan atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera,
biasanya kurang dari atau sama dengan tiga bulan (90 hari).

Perlakuan akuntansi untuk kas dan setara kas tidak diatur tersendiri dalam undang-
undang perpajakan sehingga mengikuti ketentuan akuntansi komersial. Penyajian kas didalam
neraca komersial atau pun neraca fiscal dicantumkan sebesar nilai nominalnya. Apabila
terdapat kas dan bank dalam mata uang asing, maka kurs yang bisa digunakan adalah nilai
kurs tetap (historis) atau kurs pada tanggal neraca. Penggunaan salah satu dari kedua kurs
tersebut harus dilakukan secara konsisten (taat asas), dengan kata lain apabila perusahaan
memutuskan untuk menggunakan kurs tetap, maka nilai kurs tetap inilah yang akan terus
dipergunakan dalam menyajikan kas dan bank di neraca komersial atau pun neraca fiscal.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 131 tahun 2000 tentang pajak penghasilan
atau Bunga deposito dan Tabungan serta diskonto sertifikat bank Indonesia jo. KMK-
SI/KMK.04/2001 tentang pemotongan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
serta diskonto sertifikat bank Indonesia, penghasilan dalam bentuk bunga yang didapat dari
deposito atau tabungan, yang ditempatkan pada bank yang didirikan didalam negeri maupun
diluar negeri melalui cabangnya diindonesia, termasuk jasa giro serta diskonto SBI, kecuali
wajib pajak orang pribadi yang seluruh penghasilannya dalam satu tahun pajak termasuk
bunga dan diskonto tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dikenakan PPh final
sebesar 20% dari jumlah bruto.

Penghasilan atas bunga deposito atau tabungan, diskonto SBI dan jasa giro dipotong
langsung oleh bank pembayar pada saat pembayaran atau pembebanan biaya dilakukan.
Nantinya, pihak bank tersebut akan membayar atau menyetor PPh final ke kas Negara dengan
menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan melaporkannya ke kantor pelayanan pajak (KPP)
dengan menggunakan SPT masa PPh final pasal 4 ayat (2). Pihak bank (selaku pemotong)
wajib menyetorkan pph final tersebut paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir dan melaporkannya paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Pemotongan PPh tidak dilakukan terhadap:

a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah deposito
dan tabungan serta SBI tersebut melebihi Rp.7.500.000; dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dana Pensiun yang pendirian nya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 29 Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana
pension
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan rumah sangat sederhana, tanah kavling siap bangun
rumah sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun sederhana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Dengan menggunakan metode neto (sesuai dengan buku petunjuk pengisian SPT
tahunan PPh badan), penghasilan bunga dicatat sebesar jumlah bersihnya (80% dari jumlah
bruto). Perlakuan pajak untuk jasa giro dan bunga deposito sama seperti perlakuan akuntansi
pajak untuk bunga tabungan, yaitu dikenakan PPh final sebesar 20% dari jumlah bruto.

Untuk mengilustrasikan pembukuan atas penghasilan bunga dengan menggunakan


metode neto, misalnya bahwa PT. Hijau Daun memperoleh jasa giro sebesar Rp. 2.000.000;
(jumlah penghasilan bruto). Penghasian bunga inib dpotong PPh final sebesar Rp. 400.000;.
Adapun ayat jurnal yang akan dibuat oleh PT. Hijau Daun untuk membukukan penghasilan
bersihnya (dengan menggunakan metode neto) atas jasa giro yang diterimanya adalah
tersebut adalah:

Rp. 1.600.000;
Kas dibank
Rp. 1.600.000;
Pendapatan bunga
Masih dalam contoh yang sama, jika metode bruto digunakan untuk membukukan
penghasilan bunga diatas maka ayatjurnal yang dperlu dibuat oleh PT. Hijau Daun akan
menjadi:

Rp. 1.600.000;
Kas dibank
Rp. 400.000;
PPh pasal 4 ayat (2)
Rp. 2000.000;
Pendapatan bunga

Dengan menggunakan metode bruto, PPh final sebesar Rp. 400.000; ini dperlukan
sebagai beban (yaitu beban operasional) dengan klasifikasi beban umum dan administrasi.

Anda mungkin juga menyukai