Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi pembangunan adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-
masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut agar negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan
lebih cepat lagi. Salah satu objek kajian dari studi ekonomi pembangunan adalah modal atau kapital
yang merupakan bentuk-bentuk kekayaan yang digunakan langsung atau tidak langsung dalam
produksi untuk menambah output (Siagian, 1989). Sering juga dikatakan, modal atau kapital adalah
barang-barang yang digunakan untuk produksi lebih lanjut.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana
dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan
atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehdiupan yang lebih baik dalam rangka
mencapai tujuan nasional suatu bangsa (Tjokroaminoto & Mustopadidjaya, 1988; Siagian,
1985).Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945 serta menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 UUD
1945, sebagai dasar untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui
peranan dan keberpihakan negara dalam meningkatkan taraf hidup rakyat.

Pada saat ini, negara-negara sedang berkembang mengalami kemiskinan yang disebabkan oleh
rendahnya persediaan modal. Dari uraian tersebut penulis ingin mengetahui penyebab rendahnya
permintaan dan penawaran modal dan cara mengatasinya sebagai solusi pembangunan nasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Modal?
2. Bagaimana pembentukan modal?
3. Mengapa permintaan dan penawaran modal di Indonesia rendah?
4. Mengapa pembangunan nasional penting?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas kelompok mata
kuliah Ekonomi Pembangunan dan juga untuk mengetahui tentang Modal dan Arti Penting
Pembangunan Nasional bagi pembaca khususnya bagi penulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal

Kapital atau modal berperan sebagai alat pendorong pembangunan ekonomi yang meliputi
investasi dalam pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu pendidikan, kesehatan, dan keahlian.
Dengan demikian modal atau kapital dalam rangka pembangunan, tidak hanya berwujud pabrik-pabrik
dan perlengkapannya, namun sebenarnya meliputi human capital.

Biasanya ahli-ahli ekonomi mengatakan, adanya kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang
rendah di negara-negara sedang berkembang disebabkan oleh kekurangan modal atau kapital sebab
mereka memandang modal mempunyai kedudukan terpenting dalam teori pembangunan ekonomi.
Sebagian ahli ekonomi menganggap bahwa modal tidak saja mempunyai kedudukan terpenting bagi
proses pembangunan, melainkan strategis pula, dalam arti proses pembentukan modal adalah saling
pengaruh-mempengaruhi dan kumulatif.

Masalah pembentukan modal dapat ditinjau dari sudut permintaan maupun dari sudut
penawaran akan modal. Dari sudut permintaan pembentukan modal bertalian dengan ada tidaknya
daya tarik bagi usahawan atau wiraswasta untuk mempergunakan barang-barang modal dalam proses
produksi. Dari sudut penawaran, pembentukan modal berhubungan dengan kemampuan masyarakat
untuk menabung, tabungan kemudian dipakai untuk investasi dan pembentukan modal. Dalam
hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-negara sedang berkembang seolah-olah berada
dalam lingkaran yang tak berujung pangkal, baik dilihat dari segi permintaan maupun penawaran akan
modal (Siagian, 1989).

Pembangunan ekonomi yang rendah di negara-negara sedang berkembang disebabkan oleh


kekurangan modal atau kapital, sebab modal mempunyai kedudukan terpenting dalam teori
pembangunan ekonomi (Kindleberger (1965) dalam Siagian (1989)). Dari pengertiannya, modal
adalah suatu bentuk kekayaan yang digunakan langsung atau tidak langsung dalam produksi untuk
menambah output (Siagian, 1989). Menurut Bourdieu (1986) modal tidak hanya sekedar alat-alat
produksi, tetapi juga memiliki pengertian yang lebih luas dan dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu: (a) modal ekonomi (economic capital), (b) modal kultural (cultural capital), dan (c)
modal sosial (social capital). Modal ekonomi, dikaitkan dengan kepemilikan alat-alat produksi. Modal
kultural terinstitusionalisasi dalam bentuk kualifikasi pendidikan. Sedangkan menurut Coleman (1990)

3
modal sosial (social capital), yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai
tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi.

Menurut Siagian (1989) pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang dapat


dilakukan dengan memperbaiki sistem pembentukan modal yang ditinjau dari sudut penawaran
maupun dari sudut pernintaan akan modal. Dalam hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-
negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran yang tak berujung pangkal. Dari sudut
penawaran modal dapat digambarkan demikian, kekurangan modal disebabkan karena kemampuan
yang rendah dalam menabung, sedangkan tabungan yang rendah diakibatkan oleh pendapatan yang
rendah. Pendapatan yang rendah merupakan pertanda produktivitas yang rendah, sedangkan
produktivitas yang rendah sebagian besar karena kekurangan modal. Kekurangan modal ini merupakan
suatu akibat dari tabungan yang rendah, dengan demikian lingkaran setan itu menjadi lengkap.
Lingkaran setan ini juga berlaku di sudut permintaan akan modal. Permintaan akan modal investasi
rendah disebabkan oleh daya beli yang rendah karena pendapatan yang rendah. Pendapatan yang
rendah merupakan cerminan dari produktivitas yang rendah, dan produktivitas yang rendah disebabkan
oleh modal yang dipergunakan dalam produksi rendah. Rendahnya modal yang dipakai disebabkan
oleh daya beli masyarakat yang rendah, demikian seterusnya.

Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (Capital Formation)
sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Menurut Prof nurkse; Arti pembentukan modal ialah
masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya saat ini untuk kebutuhan dan
keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk pembuatan barang modal; perkakas dan
alat2, mesin dan fasilitas angkutan, pabrik dan perlengkapannya –segala macam bentuk modal nyata
yg dapat dengan cepat meningkatkan manfaat upaya produktif. Inti proses itu kemudian adalah
pengalihan sebagian sumber daya yang sekarang ada pada masyarakat ketujuan untuk meningkatkan
persedian barang modal begitu rupa sehingga memungkinkan perluasan output yang dapat dikonsumsi
pada masa depan.

Definisi Prof Nurkse diatas hanya menyangkut pemupukan modsal material dan mengabaikan
modal manusia. Setiap definisi yang tepat harus menyangkut keduanya, menurut Dr Singer;
pembentukan modal terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat2 dan mesin, maupun barang
yang tidak nampak seperti pendidikan yang bermutu tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Simon Kuznet dalam ungkapan berikut; “pembentukan
modal domestik tidak hanya menyangkut biaya untuk konstruksi, peralatan dsan persediaan dalam
negeri, tetapi juga peralatan lain kecuali pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan output
pada tingkat yang ada. Ia juga mencakup pembiayaan untuk pendidikan, rekreasi dan barang mewah
4
yang memberikan kesejahteraan dan produkitifitas lebih pada individu dan semua pengeluaran
masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja”. Jadi istilah
pembentukan modal meliputi material dasn modal manusia.

B. Pembentukan Modal

Pembentukan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor sekaligus faktor
utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan di negara
berkembang dapat digunting melalui pembentukan modal, sebagai akibat dari rendahnya pendapatan di
negara berkembang maka permintaan, produksi, dan investasi menjadi rendah atau kurang. Hal ini
menyebabkan kekurangan di bidang barang modal dan dapat diatasi dengan pembentukan modal.
Lewat itu persedian mesin, alat2 dan perlengkapan meningkat, sekala produksi meluas sehingga
overhead ekonomi dasn sosial tercipta. Pembentukan modal membawa pada pemanfaatan penuh
sumber2 yang ada sehingga dapat menaikan besarnya output nasional, pendapatan dasn pekerjaan,
menekan angka inflasi dan defisit neraca pembayaran, serta membuat perekonomian bebas dari bebn
utang luar negeri.

Tujuan pokok pembangunan ekonomi adalah untuk membangun peralatan modal dalam skala
yang cukup untuk meningkatkan produktifitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebuna, industri
dan bidang lainnya.modal juga diperlukan untuk pembangunan sekolah, rumah sakit, jalan raya dsan
kereta api, dan juga infrastrukur lain. Singkatnya, pembangunan ekonomi adalah penciptaan modal
overhead sosial dan ekonomi. Hal ini hanya mungkin jika laju pembentukan modal didalam negeri
cukup cepat, yaitu jika bagian dari pendapatan atau output yang ada di masyarakat hanya sedikit saja
yang dipergunakan untuk konsumsi dan sisanya ditabung dan diinvestasikan dalam peralatan modal.

Sebagaimana ditunjukan oleh Lewis, masalah pokok dalam teori pembangunan ekonomi
adalah proses peningkatan tabungan dan investasi nasional. Investasi dalam peralatan modal tidak
hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja, pembentukan modal menghasilkan
kemajuan teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan
spesialisasi. Pembentukan modal memberikan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga kerja yang
semakin meningkat. Intinya pembentukan modal memberikan pengaruh yang positif bagi kesempatan
kerja.

1. Pembentukan modal menciptakan perluasan pasar

Dialah yang membantu menyingkirkan ketidaksempurnaan pasar melalui penciptaan


modal overhead sosial dan ekonomi –memotong lingkaran setan kemiskinan baik dari sisi
5
penawaran maupun sisi permintaan-. Lebih jauh pembentukan modal membuat pembangunan
menjadi mungkin kendati jumlah penduduk terus meningkat dengan pesat. Di negara
berkembang yang berpenduduk tinggi seperti di Indonesia mempunyai keterkaitan antara
kenaikan output perkapita dengan rasio modal-tenga kerja. Tetapi di negara2 yang bermaksud
meningkatkan rasio modal-buruh terpaksa menghadapi dua masalah; pertama, rasio modal-
buruh jatuh akibat naiknya penduduk sehingga diperlukan investasi netto yang besar untuk
mengatasi kemerosotan rasio tersebut. Kedua, pada waktu penduduk meningkat dengan pesat,
menjadi sulit untuk mendapatkan tabungan yang cukup untuk memperoleh sejumlah tingkat
investasi yang diperlukan karena disebabkan rendahnya pendapatan perkapita yang membuat
kecenderungan marginal menabung tetap rendah sehingga satu2 jalan ialah dengan
mempertinggi laju pembentukan modal.

2. Pembentukan modal mengatasi masalah neraca pembayaran

Negara berkembang juga dihadapkan pada masalah neraca pembayaran, sebab


kebanyakan negara tersebut mengekspor barang primer (seperti bahan mentah dan hasil
pertanian) dan mengimpor hampir semua barang manufaktur dan barang modal. Pembentukan
modal domestik merupakan salah satu pemecahan pokok kesulitan neraca pembayaran ini.
Dengan mendirikan industri pengganti impor, impor atas barang-barang tersebut dapat
dikurangi, pada pihak lain dengan meningkatnya prodiksi segala macam barang konsumsi dan
barang modal maka komposisi ekspor menjadi berubah. Bersama-sama dengan hasil pertanian
dan bahan mentah industri, ekspor barang manufaktur juga bermula. Jadi pembentukan modal
membanut memecahkan masalah neraca pembayaran.

3. Pembentukan modal dapat menyelesaikan masalah utang luar negeri

Laju pembentukan modal yang cepat, lambat laun dapat mengurangi kebutuhan akan
modal asing karena pembentukan modal pada kenyataannya membantu tercapainya
swasembada suatu negara dan mengurangi beban utang luar negeri. Jika suatu negara
meminjam dari negara lain untuk jangka panjang, utang tersebut merupakan beban yang berat
bagi generasi mendatang. Pada setiap peminjaman, beban utang dari hari ke hari semakin
membesar dan hanya bisa dibayar kembali dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Beban
pajak meningkat dan uang mengalir keluar dalam bentuk pembayaran utang. Dan hanya dengan
pembentukan modal suatu negara dapat terlepas dari masalah utang luar negeri.

6
C. Rendahnya Permintaan Modal di Indonesia dan Cara Mengatasinya

Rendahnya permintaan modal dalam negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia,


disebabkan oleh hasrat golongan wiraswasta melakukan investasi rendah, sebab daya beli masyarakat
atau keadaan pasar dalam negeri yang terbatas merupakan hambatan untuk permintaan akan modal.
Seperti diketahui faktor-faktor yang menentukan fluktuasi investasi adalah:

a. efisiensi marginal dari investasi,


b. ongkos barang-barang modal, dan
c. tingkat bunga.

Efisiensi marginal suatu investasi adalah jumlah pendapatan suatu barang modal yang akan
diperoleh di masa depan selama usia barang modal tersebut atau sebagai rangkaian balas jasa sesuatu
barang modal (Siagian, 1989). Balas jasa ini diperoleh dari hasil penjualan produksi setelah dikurangi
dengan biaya atau harga pokok. Balas jasa ini haruslah lebih besar dari harga pembelian modal
tersebut, jika tidak, tidak ada gunanya atau tidak menarik untuk menjalankan investasi. Biasanya balas
jasa tiap tahun dinyatakan secara persentase. Persentase ini harus lebih besar dari tingkat bunga umum
yang berlaku sebab kalau tidak, lebih baik dan lebih menguntungkan membungakan uang tersebut
daripada membeli barang modal.

Umumnya tingkat bunga ini merupakan faktor pembanding mengenai balas jasa sesuatu
investasi modal, dalam arti makin rendah tingkat bunga dibanding dengan tingkat keuntungan maka
semakin menarik menjalankan investasi dan demikian sebaliknya, semakin tinggi tingkat bunga
dibanding dengan tingkat keuntungan maka semakin kurang menarik mengadakan investasi.

Pada umumnya tingkat bunga di Indonesia tinggi sekali. Hal ini diperkuat dengan pendapat
Alvin Hansen dalam Siagian (1989) yang mengatakan bahwa banyak investasi di negara-negara
sedang berkembang tidak terlaksana, terutama karena tingkat bunga yang tinggi. Walaupun
pendapatan ini cukup tajam, namun tidak seluruhnya dapat dibenarkan. Faktanya, penurunan tingkat
bunga merupakan segi penting untuk investasi, tetapi unsur lain yang tidak kalah penting adalah
kekurangan permintaan efektif dalam masyarakat sehingga balas jasa investasi masa depan sangat
rendah. Oleh sebab itu, dari sudut permintaan akan modal di Indonesia, kekurangan tenaga beli
merupakan penghambat yang lebih besar daripada tingkat bunga yang tinggi.

Pada awal pembahasan telah dipaparkan bahwa hasrat usahawan mengadakan investasi
tertekan oleh faktor kekurangan tenaga beli, terutama jika ditinjau dari sudut investasi dalam satu
cabang produksi tertentu. Hambatan ini dapat dikurangi jika investasi dijalankan secara bersamaan
7
atau serentak di lapangan yang meliputi berbagai proyek. Penyebab hal tersebut adalah hasil investasi
yang dapat memperluas pasar penjualan, dalam arti pekerja pada suatu proyek akan menjadi pembeli
dari hasil proyek lain.

Pembangunan jenis ini disebut pembangunan yang seimbang. Pembangunan yang seimbang
mempunyai arti yang bermacam-macam, seperti : a) keseimbangan antara pertambahan produksi bahan
makanan dan pertambahan penduduk, b) keseimbangan antara produksi agraria dan industri, c)
keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani, dan d) keseimbangan pembangunan antar daerah.
Melalui pembangunan yang seimbang terutama antara produksi bahan makanan dan produksi industri,
akan menciptakan kesempatan kerja yang luas untuk golongan penganggur dan setengah penganggur
terutama di sektor pertanian.

Dengan cara ini produktivitas pertanian dapat dinaikkan, yang berarti juga dapat menaikkan
tenaga beli dalam arti nyata. Kenaikan tenaga beli kaum tani ini, sebagian akan diberdayakan untuk
membeli hasil industri seperti pakaian, alat-alat pertanian, dan sebagainya. Hal ini terjadi sebab dari
sudut industri, golongan petani merupakan pasar hasil produksinya yang utama. Naiknya pasar bagi
produksi industri akan mendorong tambahan investasi di sektor ini. Sebaliknya golongan industri
merupakan pasar bagi sektor pertanian, dengan bertambah luasnya sektor industry akan mendorong
kenaikan produksi di bidang pertanian, baik melalui usaha perluasan area maupun melalui
intensifikasi. Kedua cara ini memerlukan peralatan dan hasil industri, sehingga mendorong tambahan
investasi di bidang ini. Demikianlah pembangunan proyek-proyek ini saling melengkapi dan saling
menunjang perkembangan masing-masing ke taraf yang lebih tinggi.

D. Rendahnya Penawaran Modal di Indonesia dan Cara Mengatasinya

Lambatnya proses pembangunan di Indonesia disebabkan oleh sedikitnya modal yang tersedia.
Kurangnya modal disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah, kemampuan menabung yang
rendah disebabkan oleh pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan akibat dari
produktivitas yang rendah, sedangkan produktivitas yang rendah merupakan akibat dari kekurangan
modal dan hal ini disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah dan demikian seterusnya,
sehingga lingkaran setan yang tidak berujung pangkal yang dialami menjadi lengkap (Siagian, 1989).

Tabungan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dan kesediaan menahan nafsu
konsumsi selama beberapa waktu, agar dikemudian hari terbuka kemungkinan untuk konsumsi yang
lebih baik. Tabungan di dalam pembangunan ekonomi memiliki peranan penting dan strategis karena
dapat menaikkan produktivitas dan proses pembentukan kemampuan.

8
Kenyataan di Indonesia, jumlah tabungan yang ada dan diinvestasikan sangat rendah,
seringkali jumlah tabungan hanya cukup untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang sedang
berjalan. Demi mempercepat pembangunan penting sekali untuk memperbesar tabungan, baik atas
kerelaan masyarakat maupun melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal agar dapat mencapai
tujuannya, harus disertai dengan kebijakan dividen dalam arti perlunya pengawasan negara atas
pemakaian devisa yang dihasilkan dari perdagangan luar negeri.

Berhubung pembangunan ekonomi secara sadar, dimana investasi-investasi yang dijalankan


diarahkan untuk menambah produksi dan produktivitas dalam masyarakat, di pihak lain devisa adalah
bagian yang penting dari unsur-unsur produksi suatu negara. Oleh karena itu, pengawasan penggunaan
devisa merupakan salah satu kebijakan Negara yang sangat penting. Pengawasan devisa ditujukan agar
pemakaian devisa dilakukan dengan baik, dengan demikian dapat dilaksanakanlah suatu alokasi unsur
produksi yang lebih baik. Kebijakan fiskal dan pengawasan devisa harus disertai dengan kebijakan
yang mengatur unsur-unsur produksi yang ada dalam masyarakat digunakan secara efektif. Agar
tujuan dapat tercapai perlu disusun suatu rencana pembangunan yang rapi dan teratur. Rencana
tersebut harus memperlihatkan tujuan-tujuan pembangunan, lapangan-lapangan investasi,
kebijaksanaan negara di bidang keuangan dan besarnya jumlah investasi. Kemudian diperlukan juga
rencana pembangunan yang bertul-betul bersifat rasional-nasional, dalam arti memperhatikan kaitan
antar masing-masing sektor, memperhatikan kemampuan pembiayaan sehingga dapat ditentukan skala
prioritas, dengan demikian pemborosan dapat dihindari.

E. Arti Penting Pembangunan Nasional


1. Pengertian Pembangunan Nasional

Pengertian Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan


masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global
(Tap. MPR No. IV/MPR/1999). Dalam mengimplementasikan Pembangunan Nasional senantiasa
mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa
yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kokoh, baik kekuatan moral maupun etika
bangsa Indonesia.

 Pengalaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain mencakup tanggung jawab bersama
dari semua golongan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara
bersama-sama meletakkan landasan spiritual, moral, dan etik yang kukuh bagi pembangunan
nasional.

9
 Pengalaman Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain mencakup poeningkatan
martabat serta hak dan kewajiban asasi warga Negara serta penghapusan penjajahan,
kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka bumi.

 Pengalaman Sila Persatuan Indonesia antara lain mencakup peningkatan pembinaan bangsa di
semua bidang kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara sehingga rasa
kesetiakawanan semakin kuat dalam ragnka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

 Pengalaman Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan anatara lain mencakup upaya makin menumbuhkan dan
mengembangkan system politik Demokrasi Pancasila yang makin mampu memelihara
stabilitas nasional yang dinamis.

 Pengalaman Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia antara lain mencakup upaya
untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang dikaitkan dengan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang
berkeadilan. Berdasarkan pokok pikiran diatas, maka hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman pembangunan nasional.
Pembangunan nasional dilaksanakan merata diseluruh tanah air dan tidak hanya untuk satu
golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat.

Keseluruhan semangat arah dan gerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengalaman semua
sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh, yang meliputi: Pembangunan nasional
dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu
peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju. Pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh dan untuk
rakyat dilaksanakan semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek politik, ekonomi, social-
budaya dan aspek pertahanan keamanan dengan senantiasa harus merupakan perwujudan Wawasan
Nusantara serta memperkukuh Ketahanan Nasional yang diselenggarakan dengan sasaran jangka
panjang yang ingin diwujudkan.

2. Hakikat Pembangunan Nasional

Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan


pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional
diperlukan hal-hal sebagai berikut:
10
1. Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan
pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk
pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur sosial-budaya, dan unsur
lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3. Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah
pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing,
serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah
mesti saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah
menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.

3. Visi dan Misi Pembanguanan Nasional

Dalam mewujudkan visi Pembangunan Nasional tersebut ditempuh delapan misi Pembangunan
Nasional sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab


berdasrkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bengsa melalui
pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama,
melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai
luhur budaya bangsa, dan meiliki kebanggab sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK
melalui penelitian, pengembangan , dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;
membangun infrastruktur yang maju serta reformasi dibidang hukum dan aparatur negara; dan
memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan
kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk
pelayanan jasa dalam negeri
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan kelembagaan
demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media

11
dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur
hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen,
tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI hingga
melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani dikawasan regional dan internasional;
memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi
dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelejen dan kontra intelejen negara dalam penciptaan
kemanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung
pertahanan dan kotribusi industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanann semesta
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan
daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat,
kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai
pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga
fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan,
melalui pemanfaatab ruang yang serasu antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial
ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan
kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekargaman
hayati sebagai modal dasar pembangunan
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepualauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah
agar pembangunana Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang berwawasan kelauatan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan
kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatab sumber kekayaan laut secara berkelanjutan
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah
memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentinagn nasional;
12
melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi
internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral
antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang

4. Tujuan Pembangunan Nasional

Tujuan nasional, sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu:

“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial".

Pernyataan di atas merupakan cerminan bahwa pada dasarnya tujuan Pembangunan Nasional
adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia
merupakan pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.

Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang
efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada
perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan
pembangunan yang tersusun dalam suatu Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai
Repelita VII diuraikan dalam suatu Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan), yang memuat uraian
kebijakan secara rinci dan terukur tentang beberapa Propenas (Program Pembangunan Nasional).
Rancangan APBN tahun 2001 adalah Repeta pertama dari pelaksanaan Propenas yang merupakan
penjabaran GBHN 1999-2004, di samping merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah
dan desentralisasi fiskal.

Sejak repelita pertama (tahun 1969) hingga repelita sekarang (tahun1999) telah terealisasi
beberapa program pembangunan yang hasilnya telah menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat,
baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meskipun realisasi pembangunan telah menyentuh
dan dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, namun tidak berarti terjadi secara demokratis. Dengan
kata lain, hasil-hasil pembangunan tersebut belum mampu menjangkau pemerataan kehidupan seluruh
masyarakat. Masih banyak terjadi ketimpangan atau kesenjangan pembangunan maupun hasil-
hasilnya, baik antara pusat dan daerah atau dalam lingkup yang luas adalah kesenjangan antara

13
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), khususnya pada sektor
ekonomi. Salah satu kesenjangan di sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah tidak meratanya
kekuatan ekonomi di setiap wilayah, seperti tidak meratanya tingkat pendapatan (per kapita)
penduduk, tingkat kemiskinan dan kemakmuran, mekanisme pasar dan lain-lain.

Dampak dari kesenjangan tersebut telah menimbulkan beberapa gejolak dalam bentuk tuntutan
adanya pemerataan pembangunan maupun hasil-hasilnya, dari dan untuk setiap wilayah di Indonesia.
Untuk mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan tersebut pemerintah telah menempuh beberapa
kebijaksanaan pembangunan diantaranya dengan memberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun
1999 tentang Otonomi Daerah yang pada prinsipnya merupakan pelimpahan wewenang pusat ke
daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-
masing daerah.

5. Asas-Asas Pembangunan Nasional

Asas Pembangunan Nasional adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh
dalam perencanan dan pelaksanaan Pembangunan Nasional :

 Asas Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


 Asas Manfaat Kegiatan pembangunan memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan
 Asas Demokrasi Pancasila Kegiatan Pembangunan Nasional dilakukan berdasarkan
kekeluargaan
 Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan
Dalam Pembangunan Nasional adanya keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara dunia
dan akhirat, materil dan spiritual dan lain-lain
 Asas Hukum Dalam penyelenggaraan Pembangunan Nasional, masyarakat harus taat dan
patuh kepada hukum
 Asas Kemandirian Pembangunan Nasional berlandaskan kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri
 Asas Kejuangan Dalam penyelenggaraan Pembangunan Nasional masyarakata harus memiliki
mental, tekad, jiwa dan semangat
 Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembangunan Nasional dapat memberikan
kesejahteraan rakyat lahir dan batin yang setinggi-tingginya

Modal dasar Pembangunan Nasional adalah keseluruhan sumber kekuatan nasional baik yang
efektif maupun potensial yang dimiliki dan didayagunakan bangsa Indonesia dalam pembangunan
nasional, yaitu:
14
1. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia
2. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa
3. Wilayah nusantara yang luas yang berkedudukan di garis khatulistiwa
4. Kekayaan alam yang beraneka ragam
5. Penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia yang potensuial
6. Rohaniah dan mental
7. Budaya bangsa Indonesia yang dinamais
8. Potensi dan kekuatan efektif bangsa
9. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kapital atau modal sebagai alat pendorong pembangunan ekonomi meliputi investasi dalam
pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu pendidikan, kesehatan, dan keahlian. Dengan demikian
modal atau kapital dalam rangka pembangunan, tidak hanya berwujud pabrik-pabrik dan
perlengkapannya, namun sebenarnya meliputi human capital. Maka dapat disimpulkan bahwa
akumulasi modal sebagian besar ditentukan oleh permintaan modal, disamping juga oleh penawaran
modal. Penawaran modal cenderung mengikuti permintaan untuk investasi. Pembentukan modal lebih
ditarik oleh adanya permintaan dari para usahawan yang penuh semangat dan kemauan untuk maju
daripada dorongan penawaran modal yang berasal dari pemilik uang yang pasif. Disinilah terlihat
pentingnya peranan usahawan dalam rangka pembangunan ekonomi suatu negara, dan terlihat
perlunya mendorong timbulnya golongan ini.

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat


Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK serta perhatikan tantangan
perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang
universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju,
serta kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan Pembangunan Nasional itu sendiri adalah sebagai
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Dan pelaksanaannya bukan hanya
menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya adalah setiap warga negara Indonesia
harus ikut serta dan berperan dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan profesi dan
kemampuan masing-masing.

Keikutsertaan setiap warga negara dalam Pembangunan Nasional dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar, melestarikan lingkungan hidup, mentaati
segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan, dan
sebagainya.

Pembangunan Nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang selaras,
serasi, dan seimbang. Itulah sebabnya Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia
dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin.

Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup fisik
manusia, misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung perkantoran, pengairan, sarana dan
16
prasarana transportasi dan olahraga, dan sebagainya. Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat
batiniah adalah pembanguanan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, rekreasi, hiburan, kesehatan,
dan sebagainya.

B. Saran

Permintaan akan modal investasi rendah disebabkan oleh daya beli yang rendah karena
pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan cerminan dari produktivitas yang
rendah, dan produktivitas yang rendah disebabkan oleh modal yang dipergunakan dalam produksi
rendah. Rendahnya modal yang dipakai disebabkan oleh daya beli masyarakat yang rendah, demikian
seterusnya. Oleh sebab itu untuk meningkatkan pembangunan nasional diperlukan modal pembentukan
modal untuk peningkatan pembangunan nasional dan kejsejahteraan masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bourdieu, P. 1986. The Form of Capital. In J. Richardson (Ed). Handbook of Theory and Research for
Sociology of Education. New York: Greenwood Press.

Coleman, J. 1990. Foundations of Social Theory. Cambridge Mass: Harvard University Press.

Kamaluddin, Rustian. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Siagian, H. 1989. Pembangunan Ekonomi dalam Cita-Cita dan Realita. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

Pendidikan Pancasila, Penerbit Paradigma, Yogyakarta, 2010


http://www.damandiri.or.id/file/frnsiskakorompisbab1.pdf
http://id.scribd.com/doc/15918195/pembangunan-nasional
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/04/makna-hakikat-dan-tujuan-pembangunan.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-nasional-definisi.html

18

Anda mungkin juga menyukai