Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018

ISSN (Cetak) 2527-6042


eISSN (Online) 2527-6050

PENERAPAN TEKNOLOGI KETAM KELOMPOK INDUSTRI


TELENAN DI DESA BETET KECAMATAN NGRONGGOT
KABUPATEN NGANJUK
Ali Mokhtar*1, Ali Saifullah2, Suwignyo3
Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Malang

Kontak Person:
Ali Mokhtar
Universitas Muhammadiyah Malang
Email: alimokhtar011@gmail.com

ABSTRAK
Program Kemitraan Masyarakat pada kelompok industri telenan di desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk,
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat, meningkatkan keterampilan pengetaman dan penghalusan
bahan baku telenan, perawatan mesin ketam dan pada akhirnya dapat menciptakan ketentraman, dan kenyamanan dalam
kehidupan bermasyarakat. Potensi industri telenan ini sangat besar, dari pesanan yang datang, belum bisa semua terpenuhi,
rata-rata hanya sekitar 60% yang bisa dipenuhi. Hal ini dikarenakan alat ketam bahan baku yang ada masih manual.
Program Kemitraan Masyarakat ini menggunakan metode PRA (Participatory Rapid Appraisal), yakni metode
pemberdayaan yang bersifat Partisipatif dan Bottom-up Approach, yaitu dengan memberikan mesin ketam yang diperlukan
untuk menunjang pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan serta praktek di lapangan. Hasil yang bisa dicapai melalui
program ini yaitu kapasitas produksi meningkat dari 900 buah telenan menjadi 1200 buah telenan tiap bulan, sehingga
pendapatan kelompok masyarakat meningkat 35%, yang semula per bulannya Rp. 500.000 meningkat menjadi Rp. 675.000
selain itu juga diberikan seperangkat mesin ketam bahan baku telenan serta buku SOP proses pengetaman dan perawatan
mesin ketam.

Kata Kunci: Industri Telenan

I. Pendahuluan
1.1 Analisis Situasi
Penggunaan peralatan rumah tangga semakin lama semakin bertambah seiring pertumbuhan
penduduk dan seiring dengan populasi pemukiman, yang mana jumlah rumah tangga semakin
bertambah. Di sentra industri pembuatan telenan dari bahan dasar pohon mangga semakin lama
semakin bertambah, namun pertumbuhannya kurang di barengi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik. Sehingga perlu Pembinaan mulai Penyuluhan dan penggunaan manajemen pengoperasian yang
baik. Industri rumah tangga berupa telenan ini sudah banyak yang dipasarkan mulai di daerah sekitar
Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Surabaya juga di Malang, bahkan ada yang sampai ke luar negeri
khususnya pada saat Tenaga kerja pulang ke Indonesia dan kembali ke Malaysia dengan membawa
telenan tersebut, tetapi yang secara resmi diekspor memang belum ada, bahan baku telenan ini dari
pohon kayu mangga yang sudah tua dan tidak produktif, sebelum bahan baku diolah harus di jemur
terlebih dahulu supaya tidak timbul jamur.

Gambar 1 Lokasi UKM Telenan

Pada Gambar 1, industri rumah tangga ini berlokasi di Desa Betet Kecamatan Ngronggot Kab.
Nganjuk, jarak dari Universitas Muhammadiyah Malang sekitar 115 Km merupakan salah satu

SENTRA 2018 44
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

industri penghasil telenan yang telah berproduksi sejak tahun 2004. Kapasitas produksi saat ini hanya
mencapai 900 buah/bulan. Permintaan perlengkapan rumah tangga ini cukup besar khususnya daerah
Tulungagung, Kediri dan Surabaya, namun belum bisa dipenuhi dikarenakan untuk teknik pembuatan
masih sederhana atau manual.

Gambar 2 Bahan setengah jadi dan bahan sudah jadi

Di samping itu sistem pengetaman atau penghalusan bahan baku masih mengandalkan tenaga
manusia (manual) (Gambar 2), sedangkan tenaga kerja juga masih sedikit karena ini merupakan
industri rumah tangga dan ada yang merupakan pekerjaan sampingan, selain pekerjaan yang utama
bertani atau bercocok tanam. Pekerjaan ini banyak dilakukan pada saat musim kemarau karena mereka
untuk bercocok tanam sulit mendapatkan air kalaupun ada, tidak seimbang antara biaya bercocok
tanam dengan hasil yang dapatkan. Oleh karena itu mereka banyak yang bekerja sampingan membuat
telenan dari pohon mangga.
Untuk bahan baku relatif mereka tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkannya karena di
daerah tersebut banyak pohon mangga. Umumnya pohon mangga yang digunakan sebagai bahan baku
adalah pohon yang sudah tidak bisa berbuah

1.2 Permasalahan Mitra


Dari hasil diskusi dengan kelompok Pengrajin Telenan sebagai pengelola industri talenan,
maka muncullah permasalahan-permasalahan yang bisa dihimpun serta kemungkinan bisa diselesaikan
lewat Program Kemitraan Masyarakat (PKM), permasalahan tersebut antara lain : Belum adanya
sarana Mesin ketam bahan baku, Masih rendahnya kapasitas produksi, Masih rendahnya pendapatan
kelompok industri talenan tersebut, Masih rendahnya pemahaman terhadap pentingnya keselamatan
kerja, Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan produk, Belum adanya kesadaran
masyarakat terhadap higienitas produk
Seiring permasalahan yang diungkapkan oleh mitra cukup banyak, untuk mengatasi
permasalahan yang ada pada mitra tersebut, kami mengadakan kesepakatan dengan mitra, kira-kira
permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu yang mana yang dianggap mendesak. Hasil
kesepakatan dengan mitra maka permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah
Pengadaan mesin ketam bahan baku, Menaikkan kapasitas produksi dan Memberi pelatihan proses
pengetaman dan perawatan mesin ketam.

II. Metode Pelaksanaan


2.1 Solusi Yang Ditawarkan
Metode kegiatan program Pemberdayaan bagi masyarakat ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode PRA (Participatory Rapid Appraissal), yakni metode pemberdayaan yang
bersifat Partisipatif dan Bottom-up Approach, yaitu dengan memberikan peralatan-peralatan yang
diperlukan untuk menunjang pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan serta praktek di lapangan.

2.2 Metode Penyelesaian Permasalahan Mitra.


Metode pendekatan yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan pada kelompok
industri talenan yang telah disepakati bersama, antara lain melakukan kegiatan bersama mitra berupa:
Pelatihan tentang proses pengetaman bahan baku, Pelatihan tentang manajemen pengelolaan keuangan

SENTRA 2018 45
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

(Kas) sederhana, dan manajemen perawatan mesin ketam. Dalam rangka untuk menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi mitra, maka kami membuat skema yang menunjukkan langkah-langkah
solusi atas permasalahan utama mitra (Gambar 3)

Gambar 3 Penyerahan mesin ketam kepada UKM.

2.3 Tahapan Penyelesaian Permasalahan Manajemen


Manajemen yang diterapkan harus mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok masyarakat, diantaranya dimulai dari pemberian pelatihan dan praktek di lapangan meliputi
praktek cara menjalankan mesin ketam, cara pengoperasian mesin ketam dan sistem perawatan mesin
ketam, secara keseluruhan dapat dilihat pada skema pelaksanaan dan pelatihan

2.4 Materi Kegiatan Penyelesaian Permasalahan Mitra.


Adapun ditunjukkan pada Gambar 4, materi yang akan diberikan dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu bagian pertama bersifat Teori berisi tentang prosedur menjalan mesin, prosedur proses
penetaman bahan baku, prosedur perawatan mesin ketam. Sedangkan bagian kedua bersifat praktek
langsung di lapangan mulai dari praktek cara menghidupkan mesin ketam, praktek cara
mengoperasikan mesin ketam dilanjutkan cara mengetam atau menghaluskan permukaan bahan baku,
dan praktek cara perawatan, serta pemeliharaan mesin ketam.

Gambar 4 Pemberian materi pelatihan

2.5 Fungsi Mesin Ketam Perata


Mesin ketam perata adalah sebuah mesin kayu yang digunakan untuk mengetam kayu dua sisi
yang berdekatan sehingga menjadi lurus, rata dan siku. Mesin kayu ini terdiri: rangka badan, meja
muka dan meja belakan, sumbu ketam dan motor. Untuk berfungsi dengan baik dan aman, maka mesin
ketam perata tersebut masih dilengkapi dengan pengantar (Fence), tudung pengaman (safety guard)
dan alat pengatur naik turunnya meja.
Fungsi mesin ketam secara umum adalah untuk meratakan lurus, siku dan halus permukaan
kayu, untuk mengetam rata, lurus, siku sisi tebal kayu. Pekerjaan-pekerjaan lain yang dapat dikerjakan
dengan mesin ketam perata adalah Mengetam miring, Mengetam sponing, Mengetam tirus, mengetam

SENTRA 2018 46
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

cowokan, Mengetam kepala kayu. Secara garis besar konstruksinya terdiri dari Rangka badan, Meja
muka dan meja belakang, Sumbu ketam, Motor. Perlengkapan lainnya adalah Pengantar, Pengatur
naik dan turunnya meja, Tudung pengaman, Pengunci meja, On/Of motor, Isolator switch dan Cutter
head. Berikut pada Gambar 5 contoh mesin ketam yang ada d ipasaran, tetapi harganya sangat mahal.

Gambar 5 Bermacam-macam mesin ketam atau mesin planer yang ada di pasaran

III. Hasil dan Pembahasan


Dari pelaksanaan kegiatan di lapangan, UKM sangat senang dengan adanya program ini
karena sangat membantu terutama untuk menaikkan kapasitas produksi telenan, yang semula kapasitas
produksi 900 telenan tiap bulan menjadi 1200 telenan tiap bulan, sehingga pendapatannya naik sekitar
35%. Kegiatan ini banyak melibatkan masyarakat terutama masyarakat yang memang mempunyai
tugas dan wewenang dibidangnya, materi pelatihan bervariatif sehingga membuat peserta mudah
memahami apa yang disampaikan, hal ini dapat dilihat dari semangatnya peserta dalam mengikuti
pelatihan, banyaknya pertanyaan yang muncul, tingkat pemahaman sangat baik dan tingkat kehadiran
peserta cukup tinggi, Gambar 6 berikut menunjukkan desain mesin ketam.

Gambar 6 Gambar desain mesin ketam

Keuntungan secara ekonomi apabila dilakukan pelatihan lebih dahulu sebelum masyarakat terjun
langsung menerapkan pelaksanaan praktek di lapangan, yaitu tingkat kesalahan atau kekeliruannya
rendah, dampak dari kesalahan atau kekeliruan yang tinggi menyebabkan kerugian baik fisik maupun
ekonomi serta finansial yang besar (Gambar 7).

Gambar 7 Persiapan proses pengetaman bahan baku

SENTRA 2018 47
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

Nilai tambah dari sisi iptek bagi perguruan tinggi antara lain Mampu menumbuhkan kerja sama
dalam bidang–bidang Pengabdian yang lain, Mendapatkan tempat untuk menerapkan hasil-hasil
penelitian dalam bentuk Program Pengabdian Masyarakat.

Gambar 8 Proses pengetaman bahan baku telenan

Dampak sosial secara makro, pengabdian melalui program Iptek bagi masyarakat ini adalah
Tercapainya efisiensi usaha, Semakin luasnya ketersediaan lapangan kerja atau alternatif berusaha,
khususnya dalam hal pembuatan kerajinan telenan dari bahan baku kayu, memacu kegiatan usaha
pendukung, antara lain usaha penjualan makanan, dan usaha penjualan alat-alat kebutuhan rumah
tangga sehari-hari dan lain-lain (Gambar 8-9). Seiring dengan semakin meningkatnya pesanan telenan
pada UKM tersebut, maka kemampuan sumber daya manusia dibidang manajemen pengelolaan dan
pemasaran harus ditingkatkan.

Gambar 9 Produk telenan yang sudah jadi

IV. Kesimpulan dan Saran


Program PPM Mandiri ini sangat bermanfaat sekali untuk kalangan UKM dan juga untuk
Perguruan Tinggi, oleh karena itu program ini harus diteruskan sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan dapat menumbuhkan industri-industri pendukung dibidang lain. Dari
evaluasi hasil pemantauan dan pelaksanaan yang kami lakukan dapat di rangkum sebagai berikut:
1. Pesanan produk talenan meningkat.
2. Hasil produksi meningkat dari 900 talenan menjadi 1200 telenan.
3. UKM mitra sangat senang dengan bantuan program PPM mandiri ini
4. Pendapatan UKM. mitra meningkat hingga 35%.
5. UKM. mitra dapat mengembangkan.
6. UKM. mitra dapat mengembangkan diri berbekal dari pelatihan-pelatihan yang telah diberikan.
Faktor Pendorong program PPM mandiri ini antara lain: UKM. Mendapat pelatihan
pengoperasian mesin ketam bahan baku, Pelatihan penanganan atau perawatan jika terjadi kerusakan
pada mesin ketam tersebut. Mendapat bantuan seperangkat mesin ketam secara gratis. Faktor
Penghambat diantaranya kurangnya sumber daya manusia dibidang pengelolaan dan dibidang
pemasaran sehingga penjualan produk masih terbatas serta kreatifitas sumber daya manusia juga
kurang, oleh karena itu kedepan bisa dilanjutkan untuk menata manajemen pengelolaan dan sistem
pemasaran produk tersebut.

SENTRA 2018 48
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

Ucapan Terima Kasih


Bersama ini kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
1. Universitas Muhammadiyah Malang, melalui DP2M UMM, program ini dapat berjalan dengan
lancar.
2. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang
3. Terima kasih pada UKM Telenan Desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk.
4. Terima kasih juga kepada semua yang terlibat dalam pelaksanaan program ini sehingga bisa selesai
tepat waktu.

Referensi
[1] Rahman Hakim, Hanifah Widiastuti, Rendi, Analisa hasil kekasaran permukaan kayu terhadap
jenis ketam Jurnal Integrasi Vol. 9, No. 2, October 2017, 119-124, e-ISSN: 2548-9828
[2] Jamal Balfas, Penentuan Penumpulan Pisau Pada Permukaan Kayu, Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, Vo. 12 No. 02, Pp.66-69, 1994.
[3] Ali Mokhtar, Pendampingan Penerapan Teknologi Tepat guna Pada Industri Pembuatan Cobek
Dari Pohon kelapa di Desa Betet – Ngronggot – Nganjuk, Jurnal Dedikasi, Vol. 6 ISSN 1693-
3214, Mei 2012
[4] Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika. Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya
Lekat Lapisan Pelindung Jurnal. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1, Januari 2016
[5] Departemen Pendidikan Nasional, Pengoperasian Mesin Kerja Kayu (PPPPTK BOE Malang),
2013.
[6] Kiyokatsu Suga, Sularso, 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:
Swakarya, 1991.
[7] N.Sugiarto Hartanto, Menggambar Mesin, Pradnya Paramita .Jakarta 1994.
[8] L.A.de Bruijn, Ilmu Menggambar Bangunan Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta 1995.
[9] Warren J.Lunzadder (Hendarsin H, Terj.), Menggambar Teknik, Erlangga, Jakarta 1995.
[10] ASME. Surface Roughness.Waviness and Lay, An American National Standard. Three Park
Avenue. New York, 2009.
[11] Munadi, Sudji. Dasar-Dasar Metrologi Industri. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.Jakarta, 1980.

SENTRA 2018 49

Anda mungkin juga menyukai