Kontak Person:
Ali Mokhtar
Universitas Muhammadiyah Malang
Email: alimokhtar011@gmail.com
ABSTRAK
Program Kemitraan Masyarakat pada kelompok industri telenan di desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk,
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat, meningkatkan keterampilan pengetaman dan penghalusan
bahan baku telenan, perawatan mesin ketam dan pada akhirnya dapat menciptakan ketentraman, dan kenyamanan dalam
kehidupan bermasyarakat. Potensi industri telenan ini sangat besar, dari pesanan yang datang, belum bisa semua terpenuhi,
rata-rata hanya sekitar 60% yang bisa dipenuhi. Hal ini dikarenakan alat ketam bahan baku yang ada masih manual.
Program Kemitraan Masyarakat ini menggunakan metode PRA (Participatory Rapid Appraisal), yakni metode
pemberdayaan yang bersifat Partisipatif dan Bottom-up Approach, yaitu dengan memberikan mesin ketam yang diperlukan
untuk menunjang pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan serta praktek di lapangan. Hasil yang bisa dicapai melalui
program ini yaitu kapasitas produksi meningkat dari 900 buah telenan menjadi 1200 buah telenan tiap bulan, sehingga
pendapatan kelompok masyarakat meningkat 35%, yang semula per bulannya Rp. 500.000 meningkat menjadi Rp. 675.000
selain itu juga diberikan seperangkat mesin ketam bahan baku telenan serta buku SOP proses pengetaman dan perawatan
mesin ketam.
I. Pendahuluan
1.1 Analisis Situasi
Penggunaan peralatan rumah tangga semakin lama semakin bertambah seiring pertumbuhan
penduduk dan seiring dengan populasi pemukiman, yang mana jumlah rumah tangga semakin
bertambah. Di sentra industri pembuatan telenan dari bahan dasar pohon mangga semakin lama
semakin bertambah, namun pertumbuhannya kurang di barengi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik. Sehingga perlu Pembinaan mulai Penyuluhan dan penggunaan manajemen pengoperasian yang
baik. Industri rumah tangga berupa telenan ini sudah banyak yang dipasarkan mulai di daerah sekitar
Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Surabaya juga di Malang, bahkan ada yang sampai ke luar negeri
khususnya pada saat Tenaga kerja pulang ke Indonesia dan kembali ke Malaysia dengan membawa
telenan tersebut, tetapi yang secara resmi diekspor memang belum ada, bahan baku telenan ini dari
pohon kayu mangga yang sudah tua dan tidak produktif, sebelum bahan baku diolah harus di jemur
terlebih dahulu supaya tidak timbul jamur.
Pada Gambar 1, industri rumah tangga ini berlokasi di Desa Betet Kecamatan Ngronggot Kab.
Nganjuk, jarak dari Universitas Muhammadiyah Malang sekitar 115 Km merupakan salah satu
SENTRA 2018 44
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
industri penghasil telenan yang telah berproduksi sejak tahun 2004. Kapasitas produksi saat ini hanya
mencapai 900 buah/bulan. Permintaan perlengkapan rumah tangga ini cukup besar khususnya daerah
Tulungagung, Kediri dan Surabaya, namun belum bisa dipenuhi dikarenakan untuk teknik pembuatan
masih sederhana atau manual.
Di samping itu sistem pengetaman atau penghalusan bahan baku masih mengandalkan tenaga
manusia (manual) (Gambar 2), sedangkan tenaga kerja juga masih sedikit karena ini merupakan
industri rumah tangga dan ada yang merupakan pekerjaan sampingan, selain pekerjaan yang utama
bertani atau bercocok tanam. Pekerjaan ini banyak dilakukan pada saat musim kemarau karena mereka
untuk bercocok tanam sulit mendapatkan air kalaupun ada, tidak seimbang antara biaya bercocok
tanam dengan hasil yang dapatkan. Oleh karena itu mereka banyak yang bekerja sampingan membuat
telenan dari pohon mangga.
Untuk bahan baku relatif mereka tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkannya karena di
daerah tersebut banyak pohon mangga. Umumnya pohon mangga yang digunakan sebagai bahan baku
adalah pohon yang sudah tidak bisa berbuah
SENTRA 2018 45
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
(Kas) sederhana, dan manajemen perawatan mesin ketam. Dalam rangka untuk menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi mitra, maka kami membuat skema yang menunjukkan langkah-langkah
solusi atas permasalahan utama mitra (Gambar 3)
SENTRA 2018 46
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
cowokan, Mengetam kepala kayu. Secara garis besar konstruksinya terdiri dari Rangka badan, Meja
muka dan meja belakang, Sumbu ketam, Motor. Perlengkapan lainnya adalah Pengantar, Pengatur
naik dan turunnya meja, Tudung pengaman, Pengunci meja, On/Of motor, Isolator switch dan Cutter
head. Berikut pada Gambar 5 contoh mesin ketam yang ada d ipasaran, tetapi harganya sangat mahal.
Gambar 5 Bermacam-macam mesin ketam atau mesin planer yang ada di pasaran
Keuntungan secara ekonomi apabila dilakukan pelatihan lebih dahulu sebelum masyarakat terjun
langsung menerapkan pelaksanaan praktek di lapangan, yaitu tingkat kesalahan atau kekeliruannya
rendah, dampak dari kesalahan atau kekeliruan yang tinggi menyebabkan kerugian baik fisik maupun
ekonomi serta finansial yang besar (Gambar 7).
SENTRA 2018 47
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
Nilai tambah dari sisi iptek bagi perguruan tinggi antara lain Mampu menumbuhkan kerja sama
dalam bidang–bidang Pengabdian yang lain, Mendapatkan tempat untuk menerapkan hasil-hasil
penelitian dalam bentuk Program Pengabdian Masyarakat.
Dampak sosial secara makro, pengabdian melalui program Iptek bagi masyarakat ini adalah
Tercapainya efisiensi usaha, Semakin luasnya ketersediaan lapangan kerja atau alternatif berusaha,
khususnya dalam hal pembuatan kerajinan telenan dari bahan baku kayu, memacu kegiatan usaha
pendukung, antara lain usaha penjualan makanan, dan usaha penjualan alat-alat kebutuhan rumah
tangga sehari-hari dan lain-lain (Gambar 8-9). Seiring dengan semakin meningkatnya pesanan telenan
pada UKM tersebut, maka kemampuan sumber daya manusia dibidang manajemen pengelolaan dan
pemasaran harus ditingkatkan.
SENTRA 2018 48
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2018
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
Referensi
[1] Rahman Hakim, Hanifah Widiastuti, Rendi, Analisa hasil kekasaran permukaan kayu terhadap
jenis ketam Jurnal Integrasi Vol. 9, No. 2, October 2017, 119-124, e-ISSN: 2548-9828
[2] Jamal Balfas, Penentuan Penumpulan Pisau Pada Permukaan Kayu, Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, Vo. 12 No. 02, Pp.66-69, 1994.
[3] Ali Mokhtar, Pendampingan Penerapan Teknologi Tepat guna Pada Industri Pembuatan Cobek
Dari Pohon kelapa di Desa Betet – Ngronggot – Nganjuk, Jurnal Dedikasi, Vol. 6 ISSN 1693-
3214, Mei 2012
[4] Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika. Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya
Lekat Lapisan Pelindung Jurnal. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1, Januari 2016
[5] Departemen Pendidikan Nasional, Pengoperasian Mesin Kerja Kayu (PPPPTK BOE Malang),
2013.
[6] Kiyokatsu Suga, Sularso, 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:
Swakarya, 1991.
[7] N.Sugiarto Hartanto, Menggambar Mesin, Pradnya Paramita .Jakarta 1994.
[8] L.A.de Bruijn, Ilmu Menggambar Bangunan Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta 1995.
[9] Warren J.Lunzadder (Hendarsin H, Terj.), Menggambar Teknik, Erlangga, Jakarta 1995.
[10] ASME. Surface Roughness.Waviness and Lay, An American National Standard. Three Park
Avenue. New York, 2009.
[11] Munadi, Sudji. Dasar-Dasar Metrologi Industri. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.Jakarta, 1980.
SENTRA 2018 49