Anda di halaman 1dari 31

A-1

LAMPIRAN A
LAPORAN TUGAS KHUSUS

TEKNOLOGI PROSES DAN STANDARISASI MUTU


DI PT. INDO ACIDATAMA TBK. KARANGANYAR

Disusun oleh :

Nama : Diana Christ Hartopo Nama : Dimar Muktiana


NIM : 14521211 NIM : 14521237

KONSENTRASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
A-2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, jumlah perusahaan kimia semakin banyak sehingga membuat

masing-masing perusahaan bersaing dan berusaha lebih unggul dari pada yang

lain, selain perusahaan harus kreatif dalam menciptakan produk perusahaan juga

harus mampu kreatif dalam menata perusahaan dengan baik agar perusahaan lebih

efektif dan efisien. Perusahaan yang bergerak di bidang kimia sangat dibutuhkan

untuk menunjang hampir seluruh bidang usaha dan perusahaan di bidang kimia

memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional dengan persentase

yang melebihi dari persentase pertumbuhan ekonomi. Karena pentingnya

perusahaan kimia di Indonesia maka akan memicu persaingan yang ketat dalam

industri ini yang mengakibatkan perusahan yang bergerak dibidang kimia

memiliki kinerja yang baik untuk terus berusaha untuk tetap lebih unggul dari

pada para pesaingnya. Dalam hal ini teknologi berperan penting untuk membantu

sebuah proses bisnis dan performa perusahaan lebih optimal, teknologi dapat

membantu perusahaan mengoptimalkan seluruh proses bisnis yang ada pada

perusahaan sehingga perusahaan dapat menciptakan daya saing dengan

sendirinya.

Industri nasional hingga saat ini telah mampu memproduksi berbagai jenis

produk sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri maupun luar negeri. Industri
A-3

nasional bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat tetap harus memacu

diri untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Peranan mutu menjadi

sangat penting dan akan sangat menonjol di masa depan karena keterkaitan

perekonomian Indonesia terhadap perekonomian global akan semakin kuat, yang

dengan sendirinya dituntut untuk mengikuti dan mematuhi standar internasional

dan persyaratan masing-masing negara. Tak elak bahwa globalisasi perdagangan

juga membawa konsekuensi masuknya produk-produk asing ke dalam negeri.

Untuk mencegah masuknya produk-produk yang bermutu rendah, pemerintah

Indonesia menerapkan regulasi teknis dengan memberlakukan penerapan

beberapa SNI secara wajib, sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap

konsumen pengguna sekaligus perlindungan terhadap industri dalam negeri.

Jumlah SNI yang ada berkembang terus, hingga pertengahan 2009 telah mencapai

lebih dari 6.500 SNI dengan sekitar 4100 standar bidang industri, dan terus

meningkat mencapai 4250 SNI pada akhir tahun 2010. Jumlah yang banyak ini

tidak akan berarti jika tidak dijadikan acuan pasar. Penerapan SNI pada dasarnya

bersifat sukarela. Namun, SNI yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan,

keselamatan, keamanan, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup (K3L), atau atas

dasar pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib.

Perkembangan sebuah teknologi informasi sangat membantu mempermudah

pekerjaan manusia dalam segala bidang, termasuk dalam bidang industri. Dengan

menggunakan teknologi infomasi sebuah industri dapat berjalan tanpa banyak

menggunakan tenaga manusia. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan

kerja yang dapat membahayakan hidup manusia. Teknologi informasi dapat


A-4

menggantikan fungsi manusia dalam merawat dan menjalankan pabrik secara

optimum. Dengan demikian faktor human error yang menjadi ancaman, yang

menyebabkan pabrik tidak berjalan semestinya, dapat diminimalisir.

Kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa manusia untuk

selalu melakukan inovasi-inovasi dan berkreasi dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan dapat memproduksi produk yang bermutu tinggi. Pola

inipun diterapkan dalam dunia perindustrian khususnya industri kimia pembuatan

ethanol PT. Indo Acidatama Tbk. Industri kimia sangat diperlukan karena hampir

setiap kebutuhan primer maupun sekunder dari manusia dipasok dan dihasilkan

dari proses sektor ini. Maraknya industri kimia dewasa ini, secara otomatis akan

meningkatkan kebutuhan bahan - bahan penunjang guna menjamin kelangsungan

proses produksinya. Bahan-bahan penunjang yang digunakan dalam industri

kimia sangat beragam dan salah satu yang paling banyak digunakan dan cukup

menjanjikan adalah ethanol.

Penggunaan produk ethanol dalam dunia perindustrian sangat luas, antara lain :

a. Industri minuman, kosmetik, parfum dan rokok

b. Industri farmasi, jamu dan rumah sakit

c. Melarutkan lemak, resin, oli dan hydrocarbon

d. Bahan baku untuk Acetaldehyde, Acetic acid, Ethyl Acetate dan Ethylene.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perkembangan teknologi proses dan aspek pengendalian kualitas

(manajemen quality) serta standarisasi kualitas di PT. Indo Acidatama Tbk. ?


A-5

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan teknologi proses di PT. Indo Acidatama Tbk.

2. Mengetahui pengendalian dan standarisasi yang ada di PT. Indo

Acidatama Tbk.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan tugas khusus ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi kurikulum sebagai persyaratan penyelesaian Program Strata


Satu (S-1) Teknik Kimia.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari di
bangku perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari lingkungan kerja pabrik
kimia dan proses pengolahan suatu produk kimia.
4. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan logika dan teknis bagi
mahasiswa Teknik Kimia dalam mengaplikasikan ilmu dalam dunia
Industri.
5. Meningkatkan keprofesionalitasan dan menyiapkan tenaga kerja terdidik
sebelum memasuki dunia kerja.
6. Mahasiswa dapat mengetahui teknologi dan standarisasi yang digunakan
PT. Indo Acidatama Tbk. untuk menghasilkan produk ethanol yang
berkualitas.
A-6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teknologi

Teknologi menurut Poerbahawadja (1357) adalah ilmu pengetahuan yang

digunakan dalam pabrik-pabrik dan industri-industri. Salim (1985)

mengemukakan pendapatnya bahwa teknologi adalah cabang ilmu pengetahuan

yang berkenaan dengan industri bangunan, mesin-mesin dan sebagainya. Menurut

Miarso (2007 : 62) teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah,

proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk, produk yang

dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi

bagian integral dari suatu sistem.

Pemanfaatan teknologi dalam membantu mempermudah pekerjaan manusia

sudah menjadi kebutuhan, termasuk untuk meminimalisir faktor human error.

Dengan memanfaatkan komputer sebagai alat hitung, suatu pemodelan matematis

yang dapat terkonversi menjadi aplikasi model sehingga akan mempermudah

penyelesaian perhitungan matematis. Pemodelan matematis merupakan metode

yang ampuh untuk memecahkan berbagai macam masalah yang muncul dalam

optimasi teknik kimia khususnya yang berkaitan dengan perhitungan matematis.

Masalah seperti merancang pabrik atau alat, menentukan jumlah unit untuk suatu

proses tertentu, menetapkan jumlah bahan baku untuk proses produksi,

menentukan perencanaan produksi atau target produksi dan peneracaan adalah

beberapa masalah yang dapat diselesaikan melalui pemodelan matematika.


A-7

Dengan kata lain, model matematis digunakan untuk membuat hipotesa dari suatu

hal. Mulai dari perencanaan, desain, 2 proses, hingga operasinya (Corsano, et al.,

2009 : 2). Pemodelan matematis dapat dikonversi menjadi sebuah aplikasi

komputer guna mempermudah proses perhitungan matematis. Aplikasi model

merupakan bentuk model matematis yang sudah terkonversi dalam suatu aplikasi

komputer sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh orang awam sekalipun.

Aplikasi model berfungsi sebagai alat hitung dari suatu permasalahan matematis.

Dengan menggunakan aplikasi model, permasalahan matematis dapat diselesaikan

dengan sangat cepat dan akurat. Aplikasi model digunakan oleh seluruh industri

termasuk industri kimia yang membutuhkan kecepatan dan akurasi. Selain

digunakan dalam industri, aplikasi model juga dapat digunakan sebagai bahan

studi suatu proses kimia maupun perancangan pabrik. Karena aplikasi model

memiliki kemampuan simulasi yang dapat memunculkan hasil prediksi dari suatu

permasalahan matematis, percobaan, maupun proses, sangat berguna dalam

pelaksanaan yang sesungguhnya.

2.2 Teknologi Kromatografi

2.2.1 Pengertian teknologi kromatografi

Teknologi kromatografi adalah adalah teknologi untuk

memisahkan sebuah campuran menjadi komponen-komponen

penyusunnya. Teknologi ini melibatkan dua bagian penting yaitu

bagian yang bergerak dan bagian yang diam. Bagian yang bergerak

dimaksudkan kepada sampel campuran yang akan dipisahkan menjadi

komponen penyusunnya, sedangkan bagian yang diam ditujukan


A-8

kepada suatu bahan yang digunakan untuk memisahkan campuran.

Bagian yang bergerak dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan

mobile phase, sedangkan bagian yang diam biasa disebut dengan

stationery phase.

Munculnya istilah "bagian yang bergerak" dan "bagian yang

diam" adalah berdasarkan atas proses kerja kromatografi. Dimana

sampel sebuah campuran yang biasanya telah larut di dalam zat

pelarut, dilewatkan ke dalam sebuah material khusus yang diam

sehingga proses pemisahan campuran dapat terjadi. Sampel campuran

akan terpisah menjadi komponen-komponennya berdasarkan

perbedaan relatif kemampuan komponen-penyusun-campuran untuk

terikat dengan zat lain.

2.2.2 Defenisi Gas Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang

menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas

(GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan

spektrometri massa (MS) untukmenganalisis struktur molekul

senyawa analit.

Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang

menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan

kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas

kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa


A-9

yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi

suatu senyawa dalam fase gas.

Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat

molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan

dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit

melingkarnya dalam medan magnetik seragam.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi

massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat

dalam pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur

molekulnya. Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi

fraksional, karena kedua proses memisahkan komponen dari

campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih (atau

tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk

memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala besar,

sedangkan GC dapat digunakan pada skala yang lebih

kecil (yaitu mikro) (Pavia : 2006).

2.2.3 Instrumentasi Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

Rangkaian instrumentasi untuk gas kromatografi dan spekstroskopi

massa bergabung menjadi satu kesatuan rangkaian yang sering disebut

dengan GCMS. Secara umum rangkaian GCMS :

Gambar 2.1 Diagram Alir Kromatografi Gas-Cair


A-10

Gambar 2.2 Alat gas kromatografi


(Sumber : Google diakses pada tanggal 9 Oktober 2017)

Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing instrument pada

rangkaian GCMS.

1. Instrumentasi Gas Kromatografi

a. Carrier Gas Supply

Gas pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah

penting. Gas yang dapat digunakan pada dasarnya haruslah

inert, kering, dan bebas oksigen. Kondisi seperti ini dibutuhkan

karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat

mempengaruhi gas yang akan dipelajari atau diidentifikasi.

b. Injeksi Sampel

Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada

mesin menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus

lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut septum)


A-11

yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis

ketika semprit ditarik keluar dari lempengan karet tersebut.

c. Kolom

Ada dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas-cair. Tipe

pertama, tube panjang dan tipis berisi material padatan; Tipe

kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan dengan

pada bagian terdalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat

berlangsung pada molekul tertentu dalam campuran yang

diinjeksikan pada kolom:

 Molekul dapat berkondensasi pada fase diam.

 Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase

diam.

 Molekul dapat tetap pada fase gas.

2. Instrumentasi Spekstroskopi massa

a. Sumber Ion

Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang

akan diuji dilanjutkan melalui rangkaian spekstroskopi massa.

Molekul-molekul yang melewati sumber ion ini diserang oleh

elektron, dan dipecah menjadi ionion positifnya. Tahap ini

sangatlah penting karena untuk melewati filter, partikel-partikel

sampel haruslah bermuatan.

b. Filter
A-12

Selama ion melui rangkaian spekstroskopi massa, ion-ion ini

melalui rangkaian elektromagnetik yang menyaring ion

berdasarkan perbedaan masa. Para ilmuwan memisahkan

komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana

yang boleh melanjutkan yang mana yang tidak (prinsip

penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal

dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.

c. Detektor

Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Detektor

ionisasi nyala dijelaskan pada bagian bawah penjelasan ini,

merupakan detektor yang umum dan lebih mudah untuk

dijelaskan daripada detektor alternatif lainnya.

Dalam mekanisme reaksi, pembakaran senyawa organik

merupakan hal yang sangat kompleks. Selama proses, sejumlah

ion-ion dan elektron-elektron dihasilkan dalam nyala.

Kehadiran ion dan elektron dapat dideteksi. Seluruh detektor

ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding dengan

temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi dalam

detektor.

Hasil detektor akan direkam sebagai urutan puncak-puncak;

setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang

melalui detektor. Sepanjang mengontrol secara hati-hati kondisi

dalam kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi untuk


A-13

membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-tentu saja

anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari

berbagai senyawa pada kondisi yang sama.

2.2.4 Prinsip Kerja Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

1. Kromatografi Gas (Gas Chromatography)

Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang

digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC

dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau

memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa

situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah

senyawa kompleks.

Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (atau "mobile phase")

adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium

atau yang tidak reactive seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa

diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang

mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca

atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk

melakukan kromatografi gas disebut gas chromatograph (atau

"aerograph", "gas pemisah").

2. Spektroskopi Massa (Mass Spectrometry)


A-14

Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa

suatu sample menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan

berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan.

Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat

uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan

perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan

relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang

dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber

tumbukan umumnya sedikit.

3. Kombinasi GCMS

Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah

metode analisis yang sangat bagus. Peneliti dapat menganalisis

larutan organik, memasukkannya ke dalam instrumen,

memisahkannya menjadi komponen tinggal dan langsung

mengidentifikasi larutan tersebut. Selanjutnya, peneliti dapat

menghitung analisa kuantitatif dari masing-masing komponen.

Pada Gambar 4, sumbu z menyatakan kelimpahan senyawa, sumbu

x menyatakan spektrum kromatografi, dan sumbu y menyatakan

spektrum spektroskopi massa. Untuk menghitung masing-masing

metode dapat divisualisasikan ke dalam grafik dua dimensi.

4. Metode Analisis Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)

Pada metode analisis GCMS (Gas Cromatografy Mass

Spektroscopy) adalah dengan membaca spektra yang terdapat pada


A-15

kedua metode yang digabung tersebut. Pada spektra GC jika

terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa,

yaitu terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC

tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari

literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.

Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga

tersebut ke dalam instrumen spektroskopi massa. Hal ini dapat

dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah

untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah

itu, didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang

berbeda.

Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung

dalam instrumen GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing

spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat

adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel.

Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai

massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut.

Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:

1. Sample preparation

2. Derivatisation

3. Injeksi

Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated

injection port. GC/MS kurang cocok untuk analisa senyawa labil


A-16

pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada awal

pemisahan.

4. GC separation

Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju

alir tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam

pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang

inert.

5. MS detector

Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa

yang tidak diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi

komputerisasi.

Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari

senyawa yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa

yang tidak diketahui.

6. Scanning

Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik

selama pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen

data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa

fingerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan.

2.3 Pengertian Standarisasi

Standarisasi adalah keadaan ideal atau t ingkat pencapaian tertinggi

dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal (Clinical

Practice Guideline, 1990). Standarisasi merupakan spesifikasi yang


A-17

ditentukan dengan teliti meliputi produk, material, karakteristik dan lain-lain.

Standarisasi memberikan keuntungan pada pihak konsumen (mutu barang

menjadi lebih baik, harga menjadi lebih rendah, managers (dapat membantu

dalam melakukan pembelian, penjualan dan penawaran), buruh (membuat

pekerjan menjadi relatif lebih mudah).

2.3.1 ISO (International Organization for Standardization)

ISO adalah Internasional untuk Standardisasi (International

Organization for Standardization) dan disingkat ISO. ISO adalah

badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari

badan standardisasi nasional setiap negara. Sebelum menjadi nama

ISO pada awalnya lembaga tersebut bernama IOS. Tetapi sekarang

lebih sering menggunakan singkatan ISO, karena dalam bahasa

Yunani isos berarti sama (equal). Penggunaan ini dapat dilihat pada

kata isometrik atau isonomi.

Lembaga ISO Didirikan pada 23 Februari 1947, Lembaga ISO

menetapkan standar-standar industrial dan komersial dunia. ISO

awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi

internasional untuk apa saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain

standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM Bank,

ukuran dan ketebalan kertas dan lainnya.

Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka mengundang wakil

anggotanya dari 130 negara untuk bersama-sama membahas


A-18

standarisasi dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan

Kelompok Kerja (WG).

Meski ISO adalah organisasi nonpemerintah, kemampuannya untuk

menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan

atau standar nasional membuatnya lebih berpengaruh daripada

kebanyakan organisasi non-pemerintah lainnya. Dalam prakteknya

ISO menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihak-

pihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu badan standar nasional

dari setiap negara dan perusahaan-perusahaan besar.

ISO bekerja sama dengan Komisi Elektroteknik Internasional (IEC)

yang bertanggung jawab terhadap standardisasi peralatan elektronik.

Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk:

1. Meningkatkan citra perusahaan

2. Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan

3. Meningkatkan efisiensi kegiatan

4. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan

perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan

(plan, do, check, act)

5. Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan dalam hal pengelolaan lingkungan

6. Mengurangi risiko usaha

7. Meningkatkan daya saing


A-19

8. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan

berbagai pihak yang berkepentingan

9. Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal

2.3.2 HACCP

Filosofi sistem HACCP ini adalah pembinaan dan pengawasan mutu

dan keamanan pangan berdasarkan pencegahan preventif (preventive

measure) yang dipercayai lebih unggul dibanding dengan cara-cara

tradisional (conventional) yang terlalu menekankan pada sampling

dan pengujian produk akhir di laboratorium. Sistem HACCP lebih

menekankan pada upaya pencegahan preventif untuk memberi

jaminan keamanan produk pangan.

HACCP merupakan suatu sistem manajemen pengawasan dan

pengendalian keamanan pangan secara preventif yang bersifat ilmiah,

rasional dan sistematis dengan tujuan untuk mengidentifikasi,

memonitor dan mengendalikan bahaya (hazard) mulai dari bahan

baku, selama proses produksi/pengolahan, manufakturing,

penanganan dan penggunaan bahan pangan untuk menjamin bahwa

bahan pangan tersebut aman bila dikonsumsi (Motarkemi et al, 1996 ;

Stevenson, 1990). Dengan demikian dalam sistem HACCP,

bahan/materi yang dapat membahayakan keselamatan manusia atau

yang merugikan ataupun yang dapat menyebabkan produk makanan

menjadi tidak disukai; diidentifikasi dan diteliti dimana kemungkinan

besar terjadi kontaminasi/pencemaran atau kerusakan produk


A-20

makanan mulai dari penyediaan bahan baku, selama tahapan proses

pengolahan bahan sampai distribusi dan penggunaannya. Kunci utama

HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali kritis.

Konsep HACCP ini disebut rasional karena pendekatannya didasarkan

pada data historis tentang penyebab suatu penyakit yang timbul

(illness) dan kerusakan pangannya (spoilage). HACCP bersifat

sistematis karena konsep HACCP merupakan rencana yang teliti dan

cermat serta meliputi kegiatan operasi tahap demi tahap, tatacara

(prosedur) dan ukuran kriteria pengendaliannya. Konsep HACCP juga

bersifat kontinyu karena apabila ditemukan terjadi suatu masalah

maka dapat segera dilaksanakan tindakan untuk memperbaikinya.

Disamping itu, sistem HACCP dikatakan bersifat komprehensif

karena sistem HACCP sendiri berhubungan erat dengan ramuan

(ingredient), pengolah/proses dan tujuan penggunaan/pemakaian

produk pangan selanjutnya.

Sistem HACCP dapat dikatakan pula sebagai alat pengukur atau

pengendali yang memfokuskan perhatiannya pada jaminan keamanan

pangan, terutama sekali untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard)

yang berasal dari bahaya mikrobiologi (biologi), kimia dan fisika ;

dengan cara mencegah dan mengantisipasi terlebih dahulu daripada

memeriksa/menginspeksi saja.

Sementara itu, tujuan dan sasaran HACCP adalah memperkecil

kemungkinan adanya kontaminasi mikroba pathogen dan


A-21

memperkecil potensi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Oleh

karena itu, secara individu setiap produk dan sistem pengolahannya

dalam industri pangan harus mempertimbangkan rencana

pengembangan HACCP. Dengan demikian, setiap produk dalam

industri pangan yang dihasilkannya akan mempunyai konsep rencana

penerapan HACCP masing-masing disesuaikan dengan sistem

produksinya.

Bagi industri pengolahan pangan, sistem HACCP sebagai sistem

penjamin keamanan pangan mempunyai kegunaan dalam hal, yaitu :

1. Mencegah penarikan produk pangan yang dihasilkan

2. Mencegah penutupan pabrik

3. Meningkatkan jaminan keamanan produk

4. Pembenahan dan pembersihan pabrik

5. Mencegah kehilangan pembeli/pelanggan atau pasar

6. Meningkatkan kepercayaan konsumen

7. Mencegah pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul

karena masalah keamanan produk.

Pendekatan HACCP dalam industri pangan terutama diarahkan

terhadap produk pangan (makanan) yang mempunyai resiko tinggi

sebagai penyebab penyakit dan keracunan, yaitu makanan yang

mudah terkontaminasi oleh bahaya mikrobiologi, kimia dan fisika.


A-22

Prinsip dasar sistem HACCP secara teoritis ada tujuh prinsip dasar

penting dalam penerapan sistem HACCP pada industri pangan seperti

yang direkomendasikan baik oleh NACMCP (National Advisory

Committee on Microbilogical Criteria for Foods, 1992) dan CAC

(Codex Alintarius Commission, 1993). Ketujuh prinsip dasar penting

HACCP yang merupakan dasar filosofi HACCP tersebut adalah:

1. Analisis bahaya (Hazard Analysis) dan penetapan resiko beserta

cara pencegahannya.

2. Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam

proses produksi.

3. Penetapan batas kritis (Critical Limits) terhadap setiap CCP yang

telah teridentifikasi.

4. Penyusunan prosedur pemantauan dan persyaratan untuk

memonitor CCP.

5. Menetapkan/menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan

bila terjadi penyimpangan (diviasi) pada batas kritisnya.

6. Melaksanakan prosedur yang efektif untuk pencatatan dan

penyimpanan datanya (Record keeping).

7. Menetapkan prosedur untuk menguji kebenaran.

2.3.3 REACH

REACH singkatan dari Registration (Registrasi), penilaian E

(Evaluasi), Pembongkaran Chemicals (Otoritasi Bahan Kimia).


A-23

Regulasi EC baru no 1907/2006, memusatkan dan menyederhanakan

peraturan pada tingkat atas dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juni

2007. Tujuan utama dari REACH adalah hukum kesehatan manusia

dan lingkungan. Produsen dan importir, uvex wajib melaksanakan

penilaian bahaya. Sejalan dengan ini, potensi bahaya, aplikasi dan

manajemen. Evaluasi data kimia yang diajukan oleh ECHA (European

Chemicals Agency). Tujuan keseluruhan adalah penggunaan bahan

kimia sekecil mungkin bagi manusia dan lingkungan.

2.3.4 KOSHER

Kosher merupakan sertifikat halal yang berlaku di Yahudi. Agar

produk menjadi bersertifikat kosher setiap bahan, aditif makanan dan

pengolahan bantuan yang digunakan dalam produksinya juga harus

halal. Selain itu, untuk menjadi halal bersertifikat, proses produksi

harus sesuai untuk kebutuhan halal dan oleh karena itu harus disetujui

oleh auditor halal. Produk bisa diberikan non-halal jika jalur produksi

dan peralatannya juga digunakan untuk memproduksi produk non-

halal. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan KOSHER

sertificate adalah:

1. Aplikasi formulir

Untuk memulai, lengkapi formulir lamaran singkat. Tidak ada

biaya aplikasi atau kewajiban pada tahap ini. Informasi yang

dikirimkan akan diperlakukan dengan sangat ketat.


A-24

2. Quotation

Formulir aplikasi akan dinilai oleh para ahli dan akan

memberikan sebuah kutipan. Biaya nya bervariasi tergantung dari

jenis bahan dan kompleksitas proses pembuatannya.

3. Penilaian

Kami akan memerlukan informasi tambahan tentang bahan dan

proses pembuatan calon perusahaan yang akan di sertifikasi untuk

memastikan mereka memenuhi standar halal internasional.

Kemudian akan mengatur untuk mengaudit pabrik calon

perusahaan. Inspektur akan memeriksa proses dari bahan baku

sampai melalui pengepakan.

4. Sertifikasi

Setelah dipastikan proses dan bahan memenuhi standar halal

tertinggi, Kosher akan memberi kontrak untuk ditandatangani.

Setelah kontrak ditandatangani dan biaya diterima, sertifikat

KLBD, logo dan plakat perusahaan akan dikeluarkan untuk

digunakan.
A-25

BAB III

PEMBAHASAN

PT. Indo Acidatama Tbk memiliki bagian pengendalian mutu, bertanggung

jawab penuh atas pengendalian mutu dari proses pembuatan etanol selama 24

jam/hari. Serta tempat untuk menganalisa bahan baku dan produk yang

dihasilkan. Untuk mempertahankan tingkat mutu produk, laboratorium Quality

Control dan Quality Assurance perusahaan ditunjang oleh peralatan yang serba

komputer antara lain : Karl Fisher Titrator, Spectrometer, Gas Chromatography,

High Presure Liquid Chromatography, Polarimeter, Turbidimeter, Moisturmeter,

Gas Analyzer, dan alat-alat bantu lainnya. Dengan sistem yang komputerisasi, PT.

Indo Acidatama Tbk. mampu menganalisis dan menentukan kadar kemurnian

bahan baku, hasil produksi dan impuritas sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Aspek-aspek yang dianalisa untuk bahan baku molases antara lain

kadar gula, TSAI (Total Sugar As Invert), kekentalan (ºBrix). Sedangkan untuk

produk etanol aspek-aspek yang dianalisa yaitu purity, impurity dan specific

grafity.

PT. Indo Acidatama Tbk. telah memperoleh beberapa sertifikasi dalam

standarisasi kualitas bahan baku dan produk antara lain :

1. Sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Pada tahun 2010 perseroan mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis

Critical Control Point) tujuannya agar produk yang dihasilkan oleh perseroan

aman untuk dikonsumsi dan terhindar dari bahaya kontaminan baik secara
A-26

fisika, kimia dan biologi. Fisika contohnya debu, kimia contohnya tercampur

air atau tercampur bahan kimia lainnya, biologi contohnya jamur dan

mikroorganisme lainnya. Pencapaian sertifikasi ini tidak lain adalah dalam

rangka meningkatkan pelayanan kepada customer.

Gambar 3.1 Sertifikat HACCP PT. Indo Acidatama Tbk.


(Sumber : www.acidatama.co.id diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)

2. Kosher Certificate

Kosher Certificate merupakan sertifikat halal yang berlaku di Yahudi. Tujuan

dan manfaatnya untuk memastikan bahwa produk Ethanol yang dihasilkan

perusahaan merupakan produk yang halal.


A-27

Gambar 3.2 Sertifikat Kosher PT. Indo Acidatama Tbk.


(Sumber : www.acidatama.co.id diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)

3. REACH

Untuk pengembangan pemasaran di Eropa yang lebih luas maka pada tahun

2011 perseroan telah teregristrasi sebagai pabrik yang memproduksi ethanol.

Tujuan utama dari REACH adalah hukum kesehatan manusia dan

lingkungan. Produsen dan importir, uvex wajib melaksanakan penilaian

bahaya. Sejalan dengan ini, potensi bahaya, aplikasi dan manajemen. Evaluasi

data kimia yang diajukan oleh ECHA (European Chemicals Agency). Tujuan
A-28

keseluruhan adalah penggunaan bahan kimia sekecil mungkin bagi manusia

dan lingkungan.

Gambar 3.3 Sertifikat REACH PT. Indo Acidatama Tbk.


(Sumber : www.acidatama.co.id diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)
A-29

4. Non-GMO Certifacate

Non-GMO Certifacate merupakan sertifikat untuk menjamin bahwa bahan

baku yang digunakan oleh perseroan adalah dari tanaman tebu tanpa ada

modifikasi genetik.

Gambar 3.4 Sertifikat Non-GMO PT. Indo Acidatama Tbk.


(Sumber : www.acidatama.co.id diakses pada tanggal 8 Oktober 2017)
A-30

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Untuk mempertahankan tingkat mutu produk PT. Indo Acidatama Tbk.

ditunjang oleh peralatan yang serba komputer antara lain : Karl Fisher

Titrator, Spectrometer, Gas Chromatography, High Presure Liquid

Chromatography, Polarimeter, Turbidimeter, Moisturmeter, Gas

Analyzer, dan alat-alat bantu lainnya.

2. PT. Indo Acidatama Tbk. telah memperoleh beberapa sertifikasi dalam

standarisasi kualitas bahan baku dan produk antara lain HACCP

(Hazard Analysis Critical Control Point), Kosher Certificate, REACH

dan Non-GMO Certifacate.

4.2 Saran

1. PT. Indo Acidatama ini merupakan unit modern. Namun teknologi-

tekologi pabrik ethanol dinegara maju, jauh lebih modern. Oleh karena

itu, transfer teknologi hendaknya lebih dipercepat.

2. Mempertahankan standarisasi mutu yang telah ada di PT. Indo

Acidatama Tbk. sehingga produk yang dihasilkan berkualitas tinggi.


A-31

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Poerbahawatja, 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: PT


Gunung Agung.

Miarso, 2007. Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekom


Diknas.

Salim, 1985. Then Contemporary English- Indonesia dictionary. Jakarta:


Modern English Pers.

Anda mungkin juga menyukai