Anda di halaman 1dari 4

Jawaban kasus pertama “PLN dan Pertamina”

2.1 Analisis kasus PT. PLN


Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang
pengadaan listrik Nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya
perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat
memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.
Namun, PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang seharusnya mampu untuk memenuhi
kebutuhan lisrik secara merata dan adil bagi masyarakat Indonesia, pernah melakukan
pemadaman listrik bergilir di berbagai wilayah yang lagi-lagi menyulitkan masyarakat dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Kasus ini termasuk pelaku pasar monopoli. PT. PLN tidak
dapat semena-mena mempermainkan harga dan menyepelekan kesejahteraan konsumen
dengan alasan bahwa sumber daya yang dimiliki semakin langka, karena pada dasarnya pasar
monopoli harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat Indonesia
secara merata. Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik
masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara
merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Banyak daerah-daerah yang
kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara
sepihak. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor
menjadi enggan untuk berinvestasi.
Kasus monopoli PT. PLN Ditinjau dari teori-teori etika bisnis
Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah teori yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Berdasarkan penjelasan teori ini, kasus monopoli PT. PLN melanggar teori ini.
Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh
Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara
untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka
PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Egoisme akan menjadi persoalan yang
serius ketika cenderung menjadi hedonistis ( ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar). Kaitannya dengan
kasus monopoli Ini, melanggar etis bisnis karena merugikan banyak orang. PT. PLN mereka
sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Banyak
daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman
listrik secara sepihak. Sehingga banyak merugikan banyak pihak.
Teori Hak

Teori Hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Kaitannya dengan kasus monopoli ini,
jelas terlihat bahwa PT. PLN melanggar hak-hak warga negara. Ketidakadilan terhadap
pemerataan listrik, pemadaman listrik, dan pembayaran listrik yang semakin tinggi.
Seharusnya pemerintah kita ikut serta untuk memberikan keadilan terhadap masyarakatnya.

Jawaban kasus kedua “ Bhopal Disaster “


Analisa kasus Bhopal Disaster
Tragedi Bhopal adalah kecelakaan industri yang terjadi pada 3 Desember 1984. Tragedi
Bhopal merupakan insiden kebocoran gas yang terjadi di pabrik pestisida Union Carbide
India Limited (UCIL) DI Bhopal, India. Tragedi ini dianggap sebagai bencana industri
terburuk di dunia. Peristiwa di Bhopal mendapatkan berbagai kritikan internasional mengenai
praktik kerja industri di negara-negara berkembang yang berkaitan dengan keamanan,
pemeliharaan, dan keselamatan kerja. Akibat dari tragedi ini memakan korban jiwa sekitar
500.000 orang. Penyebab bencana tersebut masih dalam perdebatan. Pemerintah India dan
aktivis berpendapat bahwa manajemen yang kendur dan pemeliharaan yang ditunda
menciptakan tragedi ini terjadi. Volume gas yang dilepaskan saat Tragedi Bhopal tidak
diketahui pasti, namun diperkirakan sekitar 20 hingga 40 ton gas. Selain MIC, sejumlah gas
lain juga dilepaskan termasuk fosfogen dan hidrogen sianida. Korban tragedi ini akibat
menghirup gas, mengalami gejala nyeri pernafasan, sakit mata, dan pembengkakan di dalam
otak sebelum kematiannya. Hasil penyidikan menyatakan bahwa Union Carbide dinilai tidak
memil iki langkah-langkah keamanan yang memadai untuk mencegah masalah tersebut.
Kesalahan lainnya karena gagal memberikan pelatihan yang cukup dan gagal mengawasi
karyawan India dalam pemeliharaan dan prosedur keselamatan yang dilakukan dipabrik yang
sama di Amerika Serikat.

2.1 ) Dimensi polusi di dalam etika bisnis yaitu dimensi polusi tanah, polusi udara, dan
polusi air. Tragedi Bhopal masuk kedalam dimensi polusi udara. Penjelasan singkat
mengenai dimensi polusi udara adalah mengacu   pada   kontaminasi   yang   tidak  
diinginkan terhadap   lingkungan   oleh pembutan atau penggunaan komoditas udara.
Dimensi polusi udara yang dimana polusi udara itu sendiri ialah kehadiran satu atau lebih
substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
makhluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan serta dapat merusak properti. Dalam
Tragedi Bhopal sekitar 45 ton gas metil isosianat berada di udara kota Bhopal,sehingga
dalam kasus bencana Bhopal ini memakan korban sekitar 500.000 orang akibat menghirup
gas metil isosianat, sakit mata, dan gangguan pernafasan. Maka dari itu, Tragedi Bhopal
dapat dikategorikan sebagai bencana besar dalam dimensi polusi udara.
2.2) Tragedi Bhopal ini adalah sebuah kasus kelalaian dalam standar operasional kerja.
Karena pada kasus ini sekitar 45 ton gas metil isoastana dapat keluar dan menyebar di udara
kota Bhopal sehingga menyebabkan banyak korban jiwa di kota Bhopal. Pihak perusahaan
terkait kurang memperhatikan dimensi polusi yang akan disebabkan dari hal yang mereka
kerjakan pada industri tersebut. Terkait mengenai etis dari kejadian bencana ini adalah murni
kesalahan standar operasional kerja yang diterapkan pada perusahaan industri terkait. Maka
dari itu baik pemilik perusahaan maupun tenaga kerja yang terlibat dalam perusahaan industri
tersebut dapat dihukum oleh negara karena menyebabkan berbagai macam kerugian baik
dalam hal material maupun korban jiwa. Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, dapat
diasumsikan bahwa yang dapat dijadikan tersangka akibat terlepasnya gas metil isosianat ke
udara bebas ialah pekerja yang bertanggungjawab pada bagian pipa, dan seharusnya
pimpinan dari perusahaan tersebut tidak perlu dilibatkan. Pemerintah India seharusnya
menindaklanjuti kasus ini dengan seadil-adilnya. Namun, kenyataannya kasus ini segera
ditutup sehingga korban dan masyarakat tidak mendapatkan keadilan dari tragedi ini.

TEORI ETIKA YANG DI LANGGAR DALAM KASUS BHOPAL DISASTER

ETIKA HAK

Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat
manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis. Terlihat dalam Tragedi Bhopal terjadi kelalaian dalam menjalankan
prosedur yang ada sehingga kecelakaan atau kebocoran gas bahan kimia tersebut tidak
terelakkan. Tragedi Bhopal tersebut banyak merenggut korban jiwa dan juga merusak
lingkungan hidup sekitarnya yang diakibatkan oleh gas kimia. Dampak dari gas tersebut
mengakibatkan gangguan pernapasan, sakit mata, dan kelainan otak. Karena tragedi ini
ribuan korban meninnggal dunia. Oleh sebab itu, tragedi ini masuk ke dalam Teori Hak .
Pimpinan pabrik Union Care harus dikenakan sanksi seberat-beratnya karena telah merenggut
hak masyarakat dan pekerjanya untuk hidup dan layak hidup. Selain pimpinan perusahaan
kerja yang bertanggungjawab juga harus dihukum dengan seadil-adilnya akibat dari
kelalaiannya.

ETIKA UTILITARISME

Teori UTilitarsme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”, berpandangan
bahwa suatu perbuatan atau tindakan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan
Menurut Teori Utilitarianisme dalam etika bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. jadi
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai hal
yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian. Konsep dasar moral untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan menurut pemikiran utilitarianisme adalah the
greatest happiness of the greatest number, kebahagian terbesar dari jumlah orang terbesar.
Sehingga perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas
adalah perbuatan yang terbaik. Dalam Tragedi Bhopal dapat kita asumsikan baha
perusahaan melakukan pemotongan biaya dan kurang memperhatikan keselamatan para
pekerja. Kesalahan tersebut merupakan kesalahan terbesar karena menyangkut nyawa dan
kesejahteraan masyarakat yang bekerja pada perusahaan tersebut. Jika perusahaan
memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat,dapat dikatakan bahwa Tragedi Bhopal tersebut tidak melanggar Teori Etika
Utilitarianisme.

Anda mungkin juga menyukai