Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEMAJUAN

PRAKTIKUM PROYEK TERPADU

JUDUL PROGRAM
MeCS (Mesin Carding Semi Otomasi) Sebagai Solusi Peningkatan
Produktivitas Petani Sutera di Jawa Tengah

Diusulkan oleh:

Cahya Dhika Wicaksana 17/410363/TK/45720


(2017)
Charottama Daffa Hardanendra 17/410364/TK/45721
(2017)
Chelvin Surya Nuragusta 17/410365/TK/45722
(2017)
Dinoora Canavaro Tisanoga 17/410366/TK/45723

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2019
MeCS (Mesin Carding Semi Otomasi) Sebagai Solusi Peningkatan Produktivitas Petani
Sutera di Jawa Tengah
Cahya Dhika 1), Charottama Daffa 2), Chelvin Surya 3),
Dinoora Canavaro 4)
1
email: cahyadhika@mail.ugm.ac.id
2
email: charottamadaffa@mail.ugm.ac.id 3email: chelvinsurya8@gmail.com
4
email: dinooracanavaro@mail.ugm.ac.id

Departemen Teknik Mesin dan Industri


Universitas Gadjah Mada

Abstrak
MeCS merupakan komponen penting untuk membantu petani sutera dalam meningkatkan
hasil produksi benang sutera yang ada di Jawa Tengah. Produksi kain sutera di Indonesia saat ini
terhambat karena belum tersedianya mesin yang membantu dalam proses carding atau
pengolahan kokon sebelum dipintal menjadi benang. Berdasarkan sumber dari komunitas
pemberdaya petani sutera, jika menggunakan mesin konvensional atau manual, proses ini
membutuhkan waktu sampai satu bulan untuk menghasilkan 1 kg benang yang dihargai sebesar
1,7juta rupiah. Saat ini, produksi kain sutera di Indonesia didominasi oleh produsen luar negeri
yang mana banyak membutuhkan tenaga kerja dari masyarakat yang hasilnya pun cukup besar.
Oleh karena itu, banyak petani-petani sutera yang beralih profesi menjadi karyawan di
perusahaan luar negeri tersebut. Hal ini tentu saja dapat mengurangi produksi kain sutera yang
ada di Indonesia karena banyak petani yang meninggalkan lahannya untuk pekerjaan lain. Hal ini
sangat disayangkan mengingat kualitas benang sutera lokal lebih baik daripada kualitas benang
sutera impor yang 90% impor dari cina menurut Ketua Asosiasi Sutera Indonesia (ASSIA) dalam
detik.com.
Mesin carding ini sebenarnya sudah ada namun dalam skala industri besar dan mayoritas
digunakan untuk kapas maupun wol. Sedangkan dalam industri menengah ke bawah, belum ada
alat yang dapat mendukung untuk proses ini. Selain itu, serat sutera mengandung listrik statis
sehingga ketika mendapat kontak dengan logam akan menempel pada permukaan sehingga sulit
untuk dipisahkan. Untuk itu, pada alat MeCS ini nantinya akan menggunakan bahan logam di-
coating sehingga dapat menurunkan efek yang dihasilkan oleh listrik statis tersebut. Alat ini juga
diharapkan dapat mempercepat dan mempermudah dalam proses produksi benang sutera
sehingga Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku khususnya sutera.
Kata kunci: sutera, mesin carding, listrik statis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kain sutra merupakan komoditas tekstil yang berasal dari serat kepompong larva ulat
sutra murbei (Bombyx mori) yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan jenis tekstil
lainnya. Dengan tekstur yang mulus, lembut, tidak licin, dan berkilauan, tidak heran jika kain
sutra semakin banyak peminatnya baik di dalam maupun di luar negeri.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi komoditas kain sutra
dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kain sutra dari negara lain. Namun,
faktanya adalah mayoritas pasokan bahan baku (benang) sutra untuk industri tekstil di
Indonesia masih harus diimpor, sedangkan pasokan benang sutera dari dalam negeri hanya
memenuhi 5% kebutuhan.
Pada banyak kasus, kegagalan dalam pengembangan industri sutera ini terletak pada
minimnya teknologi untuk mengolah komoditas sutra disamping adanya industrialisasi dari
China yang menggerus dan memonopoli industri tekstil lokal. Mesin-mesin yang berada di
pasar hari ini memiliki skala besar, sedangkan petani hanya dapat produksi dalam skala kecil
sehingga antara kapasitas produksi dan hasil produksi menjadi tidak balance. Selain itu,
minimnya perhatian dari pemerintah juga mengakibatkan makin terhambatnya perkembangan
industri ini.
Melihat potensi sekaligus kelemahan yang ada dalam sentra industri sutera lokal tadi,
tim Proyek Terpadu mengusulkan inovasi dan pengembangan mesin carding sutera dengan
judul XXXX. Mini spin casting merupakan alat carding yang memiliki desain lebih sederhana
dan kecil, sehingga mampu untuk digunakan dalam skala komunitas kecil. Mitra yang dituju
adalah Petani di Jawa Tengah.

1.2. Tujuan
Proyek terpadu ini bertujuan untuk menciptakan prototipe alat MeCS sebagai mesin
carding penunjang produktivitas petani sutra dan pelaku industri tekstil lokal dalam industri
skala menengah kebawah.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi oleh petani sutera
adalah tidak adanya teknologi penunjang untuk mengolah bahan mentah berupa kokon
menjadi benang yang siap dipintal sehingga produksi benang sutera di Indonesia berkurang.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menginovasikan mesin carding
skala desktop dengan sistem operasi semi otomasi guna meningkatkan produktivitas petani
sutera dan mengurangi angka impor Indonesia.

1.4. Luaran yang Diharapkan


Teknologi ini mampu membantu petani sutera dalam mengolah bahan mentah berupa
kokon menjadi benang sutera sehingga produktivitas dapat meningkat serta mengurangi
impor benang sutera yang mencapai angka 95%. Pengembangan teknologi ini diharapkan
mampu meningkatkan produktivitas industri skala menengah ke bawah dan dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku dalam negeri.
BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1. Perencanaan

a. Riset dan pengumpulan data Identifikasi permasalahan dan permasalahan yang


diperlukan untuk menangani masalah produksi, serta konversi skala mesin yang perlu
dibuat untuk membantu proses produksi petani.
b. Perancangan alat. Merancang desain mesin carding semi otomasi, melakukan
penyesuaian ukuran, dan daya yang diperlakukan untuk menjalankan mesin.
2.2. Pelaksanaan

a. Persiapan alat produksi. Survei tempat pembelian alat dan bahan yang digunakan
pembuatan mesin carding semi otomasi.
b. Pembuatan mesin carding semi otomasi. Penyiapan alat yang dibutuhkan. Alat yang
dibuat mengadung unsur ergonomis untuk memudahkan penggunaan alat, efisien, dan
tingkat ketelitian (produktif).
c. Sistem elektronis. Pemasangan control RPM, sensor RPM, dan digital display pada
mesin carding semi otomasi.

2.3. Pelaksanaan.

Penerapan alat. Alat yang dibuat diaplikasikan untuk carding kokon sutera untuk
membantu produksi petani dalam kapasitas kecil.

2.4. Umpan Balik


a. Evaluasi alat. Melakukan pengecekan ulang untuk mengidentifikasi permasalahan yang
mungkin timbul dalam proses produksi dan melakukan perbaikan untuk mendapatkan
hasil dan kerja mesin yang optimal.
b. Pengenalan teknis penggunaan alat.
Pengenala teknis cara penggunaan mesin, serta melakukan pendampingan proses
produksi. Dilakukan pembuatan video penggunaan alat untuk mitigasi risiko penggunaan
alat serta tetimoni oleh mitra.

Anda mungkin juga menyukai