TEKNIK MESIN
Disusun Oleh :
AHMAD FAISHOL ABDA
02.2016.1.09268
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat.
Manfaat dari perancangan dan pembuatan mesin pengurai sabut kelapa ini
adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan hasil inovasi mampu bersaing dengan produk industry
di pasaran.
2. Memberi inovasi pemanfaan limbah yang tidak dipakai menjadi
penghasilan tambahan.
.
1.6 Metodologi Pengambilan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua metodologi pengambilan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Dimana sumber yang diperoleh dari berbagai buku-buku maupun
internet yang berhubungan dan sekaligus sebagai penunjang atau
pedoman dalam penulisan skripsi.
2. Studi lapangan
Data-data yang kami peroleh dari studi lapangan pengamatan atau
survey.
BAB V : Kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Mesin Pencacah Serabut Kelapa
Mesin sabut kelapa atau biasa digunakan sebagai alat penghancur dan
pengurai sabut kelapa, serat sabut kelapa yang diperoleh dari penutup paling luar
dengan tekstur berserat yang ada pada buah kelapa yang menjadi tumbuhan asli di
wilayah tropis. Sabut juga sering disebut dengan serat biji meskipun tampilannya
sama dengan serat yang berasal dari kulit pohon. Sabut kelapa memiliki kandungan
selulosa sekitar 44%, lignin sekitar 45%, pektin serta senyawa lainnya sekitar 3%,
dan air sekitar 5%. Dengan melihat kekurangan dari mesin ini, kami membuat
inovasi yaitu dengan penambahan komponen blower dan cylone agar saat proses
pencacahan tidak menimbulkan debu di sekitar.( https://astromesin.com/mesin-
sabut-kelapa/)
translasi dari pahat disebut gerak umpan(feeding). Adapun gambar mesin butu
sebagai berikut :
Dimana,
𝒂= kedalaman potong ; mm
𝒅𝒐 = diameter mula ; mm
𝒅𝒎 = diameter akhir ; mm
𝒇 = gerak makan ; mm
𝒏 = putaran poros utama (benda kerja) ; mm
2. Kecepatan Potong
𝜋.𝑑.𝑛
𝑣= ; 𝑚/𝑚𝑚 .........................................................................2.2
1000
Dimana,
𝒅= diameter rata-rata
𝑑𝑜 +𝑑𝑚
𝑑= = 𝑑 ; 𝑚𝑚 ....................................................................2.3
2
3. Kecepatan makan
𝑣𝑓 = 𝑓. 𝑛 ; 𝑚𝑚 ..............................................................................2.4
4. Waktu potong
𝑙
𝑡𝑐 = 𝑣𝑡 ; 𝑚𝑚 ..................................................................................2.5
𝑓
Dimana,
𝑁𝑐𝑡 = daya pemotongan total ; kW
𝑁𝑐 = daya potong ; kW
𝑁𝑓 = daya roakan ; kW
𝑉 = kecepatan potong ; m/min
𝐹𝑣 = gaya potong ;N
𝐹𝑡 = gaya makan ;N
𝑉𝑓 = kecepatan makan ; mm/min
3. Kedalaman potong
𝑑
𝑎= ∶ 𝑚𝑚 .................................................................................2.18
2
4. Waktu potong
𝑙
𝑡𝑐 = 𝑣𝑡 ; 𝑚𝑖𝑛 ...............................................................................2.19
𝑓
Dimana,
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙𝑛 ; 𝑚𝑚
𝑑/2
𝑙𝑛 = ; 𝑚𝑚
tan 𝑘𝑟
5. Kecepatan penghsilan geram
𝜋.𝑑2 𝑣𝑓
𝑍= ; 𝑐𝑚3 /𝑚𝑖𝑛 .............................................................2.20
4 1000
Dimana,
𝑘𝑑 = Gaya potong spesifik ; N.mm
𝐹𝑡 = gaya tangensial pada mata potong, merupakan gaya kopel
akibat momen puntir dan titik tangkap gaya tersebut
dianggap pada pertengahan mata potong.
= Mt / (d/2) ;N
A = penampang geram sebelum terpotong
= d.f/4 ; mm2
Dengan harga x dan y dipengaruhi oleh jenis benda kerja dan harga rata-rata
atau harga terbaik adalah,
Baja x = 1.8 ; y = 0,7
Besi tuang x = 1,7 ; y = 0,60
Kuningan x = 1,9 ; y =0,73
Alumunium x = 1,9 ; y = 0,83
Dengan memasukkan harga diatas kedalam rumus dan menetapkan gaya
potong spesifik k d.1.1 = 8 C1 diperoleh :
kd = k d.1.1d-0,2, f--0,22 ; Baja
kd = k d.1.1d-0,3, f--0,40 ; Besi Tuang
kd = k d.1.1d-0,1, f--0,27 ; Kuningan
kd = k d.1.1d-0,1, f--0,17 ; Aluminium
Dimana,
Mt = momen puntir ; N.mm
N = putaran ; (r) / min
Fz = gaya tekan ;N
Vf = kecepatan makan ; mm/min
Dimana,
vs = kecepatan pariferal batu gerinda, biasanya berharga sekitar 20 s.d.
60m/s
ds = diameter batu gerinda ; mm
ns = putaran batu gerinda ; r/mm
Gambar 2.4. Proses Gerinda Silindrik Luar (c. Trio Kusaini 2019)
Dimana,
= diameter (mula) benda kerja ; mm
= panjang benda kerja yang akan di gerinda ; mm
= diameter (mula) benda kerja ; mm
= lebar (aktif) batu gerinda ; mm
G = rasio penggerendaan (gerinding ratio) ; mm
𝑣𝑤
𝐺= ........................................................................................2.29
𝑣𝑠
Dimana,
= volume material benda kerja yang akan digerinda ; mm
Diukur setelah proses penggerindaan selesai di lakukan
= volume keausan batu grinding ; mm
Diukur secara pendekatan dengan cara mengukur profil
permukaan dengan memakai mikroskop perkakas setelah
penggerindaan.
Akibat adanya kecepatan pemakanan melintang dapat didefinisikan
parameter derajat overlop (degree overlap) yaitu putaran benda kerja yang
mengakibatkan pergeseran melintang atau gerinda untuk satu satuan lebarnya.
𝑏𝑠
𝑈= ........................................................................................2.30
𝑓𝑎
Dimana,
U = derajat overlap, biasanya dipilih berharga sebesar
4,6,8..........,16
= lebar batu gerinda = mm
= gerak makan aksial/melintang = mm/t
= kecepatan meja melintang = mm/s
Lain halnya proses gerinda silindrik pemakanan radial dalam hal ini yang
perlu diatur adalah kecepatan makan radialnya, yaitu :
= kecepatan makan radial (radial inveed) = mm/s
Dimana,
𝑡𝑐 = waktu pengerindaan =s
𝑙𝑡 = jarak gerak melintang = mm
𝑙𝑡 = 𝑙𝑣 + 𝑙𝑤 + 𝑙𝑛 = mm ...................2.34
𝑙𝑣 = panjang pengawalan = mm
𝑙𝑤 = panjang penggerindaan benda kerja = mm
𝑙𝑛 = panjang langka pengakhiran = mm
𝑉𝑓𝑎 = kecepatan melintang = mm/s
𝑑𝑜 = diamater benda kerja = mm
𝑑𝑚 = diameter akhir benda kerja = mm
∝𝑝 = kedalaman penggerindaan = mm
𝑡𝑑𝑤 = waktu penghentian sesaat = mm
𝑡𝑠𝑝 = waktu penyelesaian = mm
Dimana,
60
𝑡𝑠𝑝 = (6 𝑠. 𝑑 14)𝑥 𝑛 ; s
𝑤
𝑙 ℎ
𝑡𝑐 = 𝑣𝑡 + 𝑡𝑑𝑤 + 𝑡𝑠𝑝 ; (plunge grinding)..........................2.39
𝑓𝑟 𝑓𝑟
𝑙 ℎ 𝑤
𝑡𝑐 = 𝑣𝑡 + 𝑡𝑑𝑤 + 𝑡𝑠𝑝 ; (combination grinding)...........2.40
𝑓𝑟 𝑓𝑟 𝑓𝑎
Dimana,
h;w = tebal geram atau lebar material yang akan digerinda ;
mm
𝑡𝑑𝑤 + 𝑡𝑠𝑝 = waktu dwell sekitar 2 s.d. 6 s; sedangkan sparking out
dilakukan sekitar 2 s.d 6 kali gerakan melintang.
dipenuhi. Tujuan atau obyektif tersebut dalam merupakan salah satu dari ketiga
macam obyektif berikut:
1. Ongkos produksi yang rendah/ekonomis ; yang memberikan
kondisi untuk menghasilkan produk semurah mungkin. Biayanya
dipilih apabila waktu terluang.
2. Kecepatan produksi yang paling tinggi/produktif ; yang
memberikan kondisi untuk menghasilkan produk secepat
mungkin, atau waktu produksi serendah mungkin. Biasanya
dipilih apabila waktu sangat sempit, sedangkan target harus
tepenuhi.
3. Kecepatan penghasilan keuntungan yang paling
tinggi/menguntungkan; yang memberikan kondisi untuk
menghasilkan produk dengan keuntungan /laba per satuan waktu
sebesar mungkin. Biasanya dipilih bila ada kemungkinan untuk
memilih dari berbagai pekerjaan yang ditawarkan (selisih antara
ongkos pembuatan dan upah yang ditawarkan terbayangkan).
𝑙 𝑙𝑡
𝑡𝑐 = 𝑣𝑡 = ; min / produk ..............................................................2.41
𝑓 𝑛.𝑓
Dimana,
𝑡𝑐 = waktu pemotongan
𝑙𝑡 = waktu pemesinan ;mm
𝑣𝑓 = kecepatan makan ; mm/min
𝑡𝑐
𝑡𝑑 = ; min/produk...........................................................................2.42
𝑇
Yaitu waktu pergatian pahat yang dibagi rata untuk sejumlah produk
yang dihasilkan sejak pahat yang baru dipasang sampai pahat tersebut
harus diganti karena aus.
Dimana,
𝑡𝑑 = waktu pergantian atau pemasangan pahat ; min
𝑇 = umur pahat ; min
𝑡𝑐
= bagian umur dari pahat yang di gunakan untuk menyelasainkan
𝑇
Dimana,
𝑡𝑑 = waktu non produksi ; min / produk
𝑡𝐿𝑊 = waktu pemasangan benda kerja ; min / produk
𝑡𝐴𝑇 =waktu penyiapan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
membawa/menggerakkan pahat dari posisi awal samapai posisi
pahat mau memotong benda kerja, termasuk waktu penggantian
pahat.Dalam hal ini waktu pengukuran produk tidak dimasukkan,
karena dianggap produk tersebut diukur oleh operator sewaktu
proses pemesinan produk yang lain berlangsung. ; min/produk
𝑡𝑅𝑇 =waktu pengakhiran, yaitu waktu yang diperlukan untuk
membawa/menggerakkan pahatkembali keposisi mula. ;
min/produk
𝑡𝑠
= bagian dari penyiapan mesin beserta pelengkapanya yang
𝑡𝑡
Dimana,
𝑐𝑒 = ongkos pahat ; Rp/produk
𝑐𝑒 = ongkos pahat per mata potong ; Rp/produk
N = jumlah produk yang bisa dimesin dengan memakai pahat
sampai mata potong pahat tak bisa di pakai lagi karena aus.
Hal ini bisa di cari dengan melakukan pengamatan dengan
menggunakan rumus , data pemesinan yaitu umur pahat T
(menit/mata potong) dan waktu.
𝑇
pemotongan efektif tc (menit/produk) karena 𝑁 ;
𝑡𝑐
produk/mata potong.
Dimana,
𝐶𝑓 = ongkos atas pemilihan mesin ; Rp/tahun
𝐶𝑜 = Harga pembelian mesin lengkap dengan peralatanya
Ongkos pengangkutan dan pemasangan termasuk
training operator (mesin siap produksi) ; Rp
𝑦= Umur mesin produktif yang ditetapkan bagi mesin yang
bersangkutan atau periode penyusutan (decrease
period) ; (tahun)
𝑙𝑝𝑡𝑖 =Besarnya bunga (premium), pajak dan
asuransi (insurance) bagi mesin yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung ongkos variabel langsung pertahun (Cd) secara
umum akan sulit untuk dibuat. Meskipun ongkos operator dapat dipisahkan, maka
masih ada ongkos bahan bantu dan ongkos daya yang harganya tidak mudah untuk
ditetapkan terhadap suatu referensi tertentu selama periode 1 tahun. Jenis mesin,
jenis proses dan gambaran umum atas kondisi pemotongan yang akan digunakan
mempengaruhi besarnya daya rata-rata yang dikonsumsi suatu mesin selama
periode tertentu secara teoritik harga pendekatan pemakaian mesin yang diteliti
telah dibuat. Sehingga ongkos variabel langsung hanyalaongkos operator, yaitu :
𝐶𝑑 = 𝐿 12 ; Rp/tahun ....................................................2.51
Dimana,
L = upah operator mesin per bulan (mungkin dapat pula
dimasukan ongkos kesejahteraan, bonus dan
sebagainya).
; Rp/bulan
Dimana,
𝑐𝑜𝑡𝑏 = harga pahat HSS atau pahat dengan karbida
sisipan yang dipatri keras (brazed carbide tip), dalam
kondisi siap pakai (tajam) ; Rp
𝑟𝑔 = jumlah pengasahan yang mungkin dilakukan
sampai mata potong menjadi terlalu pendek
(diperkirakan sekitar 4 s/d 15 kali).
𝑐𝑔 𝑡𝑔 = ongkos pengasahan pahat, tergantung pada
ongkos operasi permenit bentuk proses pengasahan ,
dan waktu pengasahan.
Besarnya arus las yang di perlukan tergantung dari bahan dan ukuran dari
benda kerja, posisi pengelasan seperti elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang
di las , geometri sambungan, ketelitihan sambungan, dan lain-lainnya. Sebab itu
pengelasan las yang cepat memerlukan arus las yang tinggi. Pengelasan di
pengaruhi oleh energi panas meliputi kuat arus las, tegangan dan kecepatan
pengelasan. Hubungan antara tiga parameter tersebut menghasilkan energi
pengelasan yang di kenal heat input (masukan panas).
Sedangkan pola pemindahan cairan dipengaruhi besar kecilnya arus dan
komposisi bahan fluks yang digunakan. Selama proses pengelasan bahan fluks
digunakan untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak yang
kemudian menutupi logam cair yang berada ditempat sambungan las dan bekerja
sebagai penghalang oksidasi. Seperti gambar dibawah ini :
udara sekelilingnya. Selain itu flux berguna juga untuk membentuk kerak las yang
juga berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektroda ini
merupakan campuran kimia yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan
pengelasan. Menurut A.W.S ( American Welding Society) elektroda
diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E
xxxx (x). Dua digit yang pertama atau tiga digit menunjukkan kuat tarik hasil las,
tiga digit menunjukan kuat tarik lebih dari 100.000 psi.
Sebagai contoh elektroda E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000 psi (42
kg/mm²). sedangkan angka digit ketiga atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih
besar 100.000psi (70kg/mm²) digit selanjutnya menunjukkan posisi pengelasan,
angka 2 berarti las datar atau horizontal dan angka 3 menunjukkan untuk
pengelasan datar saja. Digit yang terakhir menunjukkan jenis dari campuran kimia
dari lapisan elektoda.
Dimana,
Deposition Rate ; kg/jam
Deposition Rate adalah berat logam las yang dapat dihasilkan dalam satuan
waktu (jam). Biasanya masing- masing setiap perusahaan mempunyai data
deposition rate produknya untuk setiap tipe.
Operating Factor ; %
Operating Factor adalah persentasi dari jumlah jam kerja seorang welder
untuk pekerjaan las. Maksudnya, jika total jam kerja seorang welder 8 jam perhari,
dan welder tersebut bekerja menyalakan api selama 2 jam, maka operating
2
factor dari welder tersebut adalah x 100% = 25%.Biasanya nilai operating factor
8
Dimana,
Tarif dasar listrik (Tdl)
Tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN.
PLN adalah satu-satunya perusahaan yang boleh menjual listrik secara langsung
kepada masyarakat Indonesia, maka Tdl bisa dibilang adalah tarif untuk
penggunaan listrik di Indonesia.
penentuan harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Maka untuk menghitung harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
Harga pokok produksi
𝐶𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 = 𝐶𝑢(𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿) + 𝐶𝑁𝑀 + 𝐶𝑅𝐾 ............................................2.58
Dimana,
𝐶𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 = Total biaya produksi keseluruhan dalam pembuatan
alat (Rp/unit)
𝐶𝑢(𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿) = Total biaya produksi proses pemesinan poros alat.
𝐶𝑁𝑀 = Total jumlah biaya keseluruhan, pembelian material
atau komponen, non pemesinan (Rp/unit), Biaya
penggambar ( Drafter )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Tinjauan Pustaka
Merencanakan Proses
Manufaktur
Proses Manufaktur
Perakitan
Perhitungan HPP
Kesimpulan
Selesai
2. Sistem Transmisi
3. Desain Rangka
3.4.1 Desain Keseluruhan Rangka (Assembly)